"Aku? Aku, ya, aku. Apakah gara-gara sudah membeli mobil Bugatti La Voiture Noire, kau jadi lupa siapa aku?" David menjawab pertanyaan Luna sambil tertawa. "David, apakah kau tidak mengerti maksud pertanyaanku?" David menggelengkan kepalanya. Dia berlagak bodoh sambil tetap menyetir mobil. "Aku ingin tahu bagaimana latar belakangmu, dan siapa kau sebenarnya? Apakah kau ini manusia yang luar biasa atau bukan?" "Bukankah kau pun sudah tahu siapa aku? Aku hanyalah pria miskin yang tidak berguna dan hanya bisa hidup karena menumpang di Keluarga George," jawab David seenaknya. Sebenarnya saat itu Luna ingin bicara lebih lanjut. Tapi dia sendiri bingung untuk memulai dari mana. Apa yang dikatakan oleh David, memang itulah yang terjadi selama ini. Bagaimana mungkin dia tidak mengetahui akan hal tersebut? Selama menikah dengan dirinya, Luna merasa bahwa David tidak pernah memberikan kontribusi apapun juga. Terutama sekali bagi Keluarga George. Kalau dibandingkan, David sangat berbeda
"Kami anggota Organisasi Phyton, datang kemari karena ingin menagih uang keamanan," kata salah seorang dari mereka yang berada di posisi tengah. "Uang keamanan?" Luna mengerutkan kening. Dia tidak menyangka kalau orang-orang tersebut datang hanya untuk meminta uang. "Mengapa aku harus memberi kalian uang keamanan? Bukankah keadaan di sini aman-aman saja?" Luna bicara dengan lancar. Dia tidak merasa takut sedikit pun. "Aku rasa, aku tidak perlu memberikan kalian uang keamanan itu," "Ini sudah kewajiban, Nona. Dulu, Kepala Keluarga Albert juga selalu memberi kami uang keamanan sebanyak satu kali dalam satu bulan," "Sebelum berkata lebih jauh, perkenalkan dulu siapa namamu," "Namaku Rio," jawabnya singkat. Luna mengangguk. Setelah itu dia berkata lagi, "Sekarang pemilik perusahaan ini bukan lagi Keluarga Albert," "Kami tahu. Bukankah pemiliknya adalah Nona sendiri? Berasal dari Keluarga George?" "Bagus jika kau sudah tahu tentang berita tersebut. Kalau begitu, silahk
Tiba-tiba suara seseorang terdengar jelas di telinga. Luna dan yang lainnya langsung menengok ke arah suara tersebut. Suara itu berasal dari parkiran. Tidak lama kemudian, tampak ada orang yang keluar dari dalam mobil Bugatti La Voiture Noire.David! Orang itu adalah David Smith! Ia mengenakan jas serba hitam layaknya seorang bodyguard. David berjalan dengan langkah tenang, dia segera menghampiri Luna tanpa melirik sekejap pun ke arah tujuh anggota Organisasi Phyton. "Ada masalah apa, Luna?" tanyanya langsung ke pokok persoalan. "Mereka telah berani membuat masalah di sini, David," "Siapa orang-orang ini?" tanya David sambil memandang mereka. "Mereka adalah anggota dari Organisasi Phyton," "Organisasi Phyton?" David mengerutkan kening. Dia merasa asing dengan organisasi tersebut. "Benar. Itu adalah organisasi yang berkuasa di Kota Phoenix. Sebelum dibeli dan dibangun oleh Keluarga Albert, tempat ini dulunya juga termasuk ke dalam kawasan kekuasaan mereka," Jasmine tiba-tiba b
"Seseorang yang namanya sudah terkenal di kota ini. Dia adalah Alex, menurut berita yang sempat aku dengar, sekarang Alex tidak bekerja kepada siapa pun. Maka aku akan mengundang dan mengajaknya bergabung di perusahaan kita untuk menjadi kepala keamanan," "Luna, jika demikian maka kau akan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit. Bukankah itu hanya membuang-buang uang? Kalau kau perlu, aku juga bisa menjadi kepala keamanan di perusahaan ini," "Tidak, David!" Luna menggelengkan kepalanya. "Kau tidak akan mampu melakukannya," Walaupun sudah melihat bagaimana kemampuan David dalam menghadapi orang-orang tadi, tetapi Luna belum percaya sepenuhnya. Dia menganggap bahwa itu semua hanya keberuntungan saja. Luna tidak yakin kalau harus menjadikan David sebagai kepala keamanan. "Baiklah. Terserah kau saja," ucap David tidak ambil pusing. "Kalau ingin bekerja, bagaimana jika kau menjadi sopir pribadiku saja?" "Setuju!" jawab David dengan cepat. Dia tidak perlu berpikir lagi. Sebab dengan
David mendengar gumaman Luna. Hatinya sedikit terasa sakit. Belum bertemu atau melihat wajahnya saja, Luna sudah memuji Alex. Seolah-olah dia sudah mengenal dekat orang itu. Lalu bagaimana dengan dia sendiri? Apakah yang telah dilakukannya belakangan ini tidak pantas mendapat pujian dari Luna? Bukannya David gila akan pujian, tapi setidaknya dia pun ingin mendengar Luna memujinya seperti barusan. 'Luna, apakah aku juga harus memperlihatkan semuanya, supaya kau pun memujiku, seperti halnya kau memuji Alex?' David membatin. Dia melirik sekilas ke arah Luna. Sementara itu, seseorang kini baru saja keluar dari mobil Lamborghini. Orang itu mempunyai postur tubuh tinggi. Badannya atletis, wajahnya juga bisa dikatakan tampan. Dengan penampilannya yang mengenakan jas dan kacamata hitam, ia tampak lebih keren lagi. Melihat orang tersebut keluar, Luna dan Jasmine buru-buru datang menghampiri. "Selamat datang di perusahaanku, Alex," kata Luna sambil mengulurkan tangan. "Ter
Sore harinya, ketika sebagian karyawan perusahaan sudah pulang, dari luar sana tampak terlihat ada dua puluhan orang yang berjalan secara bersamaan. Tanpa basa-basi lagi mereka langsung menuju ke depan pintu masuk. Dua orang security yang masih bertugas segera menghadang mereka. "Siapa kalian?" tanya salah satu security dengan tegas. "Kau tidak perlu tahu. Sekarang, panggil saja atasanmu kemari!" kata seorang pria bertubuh tinggi kekar dengan tato motif ular phyton di lengan kanan dan kirinya. "Beritahu dulu siapa Tuan dan apa tujuan Tuan kemari?" security itu tetap tidak mau menjalankan perintah dari orang tersebut. Dengan gagah berani dia tetap melaksanakan tugasnya sebagai penjaga keamanan. "Oh, rupanya kau ingin menjadi pahlawan?" Tiba-tiba pria itu mengambil tindakan. Dia langsung mencengkram merah baju security dan melemparnya ke samping sampai tubuhnya bergulingan. "Kalau kau tidak mau bernasib sama seperti dia, maka sekarang juga laksanakan perintahku tadi!" katanya kep
Seluruh anak buah yang dia bawa menganggukkan kepala. Di antara mereka tidak atau satu pun yang berani ikut campur. Malah pada saat ini, orang-orang tersebut sudah membentuk lingkaran yang cukup besar.Alex dan Ferdinand sudah berada di tengah. Keduanya saling tatap dengan tajam. Tiba-tiba Alex maju selangkah sambil melancarkan pukulan ke arah wajah. Bersamaan dengan gerakan tersebut, kaki kanannya ikut ambil bagian. Dia menendang ke arah pinggang. Ferdinand bukan orang bodoh. Lebih dari itu, dia pun mempunyai bekal ilmu beladiri yang cukup tinggi. Apalagi dia sudah sering menghadapi pertarungan. Ketika melihat lawan sudah menyerang, dia langsung mengambil tindakan dengan cepat. Ferdinand menarik wajah sambil menangkap kaki Alex yang akan mengenai pinggangnya. Begitu kaki tertangkap, dia langsung menotok pahanya dengan keras. Alex menjerit tertahan. Rasa pegal segera menyebar. Keringat dingin membasahi tubuhnya lebih banyak lagi. Ferdinand tidak mau berhenti sampai di situ saja.
Ferdinand mendadak terlempar ke belakang. Seolah-olah pada saat itu ada segulung tenaga besar tak kasar mata yang langsung menghempaskan tubuhnya. Dia jatuh bergulingan di tanah. Seluruh tubuhnya seketika terasa sakit, seakan-akan ada puluhan tangan yang memukulnya dari segala penjuru. Masih untung pisau lipat tadi tidak mengenai tubuhnya. Pisau itu jatuh tepat di sisi Ferdinand. Coba kalau pisau tersebut berbalik arah, niscaya pada saat ini nyawanya sudah terancam. Tetapi walaupun begitu, tetap saja ia menderita luka dalam. Setelah tubuhnya bergulingan, tiba-tiba Ferdinand memuntahkan darah segar dalam jumlah banyak. Kejadian ini kembali membuat semua orang terkejut. Semua anggota Organisasi Phyton segera mendekat ke arahnya. Mereka panik melihat kondisi Ferdinand. "Cepat, bawa Ketua ke Rumah Sakit. Dia harus mendapatkan perawatan sekarang juga," "Ayo bantu aku untuk menggotong Ketua,""Kita bawa pakai mobil yang ada saja. Terlalu lama jika harus menunggu ambulans," Seruan par
Perlu diketahui, Mayor Jenderal Freedy adalah orang yang berasal dari dunia militer ketentaraan. Di Kota Phoenix, ia memimpin setidaknya seribu tentara yang bertugas untuk menjaga keamanan kota dari berbagai macam ancaman yang dapat membahayakan. Semua orang di Kota Phoenix sangat menghormatinya, sama seperti mereka menghormati Komisaris Jenderal Oscar. Bahkan mungkin lebih dari itu.Karena alasan itulah para pengunjung tadi merasa takut sekaligus hormat kepada dua sosok tersebut.Namun tanpa sepengetahuan banyak orang, di hadapan David Smith, yang terjadi justru adalah sebaliknya. Bukannya David yang menghormati mereka, melainkan mereka yang sangat menghormati David. "Tuan, ada keperluan apa sehingga kamu mengundang kami kemari?" tanya Mayjen Freedy sudah tidak bisa menahan rasa penasaran. Sejak kedatangannya hingga saat ini, Mayjen Freedy sangat jarang memberikan senyuman. Berbeda dengan Komisaris Jenderal Oscar yang lebih sering tersenyum simpul ketika berbicara. Pada dasarnya
"Tenang saja, Luna. Malam nanti aku akan bertemu dengan teman lama. Kamu tidak perlu khawatir," ujar David berusaha menenangkan Luna. Dia kemudian menyuruhnya untuk masuk lebih dulu ke mobil. Sedangkan David memanggil para security yang masih bersembunyi di sana. Mendengar David memanggilnya, mereka buru-buru menghampiri dengan rasa campur aduk. "Ada apa, Tuan?" tanya salah satu security dengan rasa takut dan penuh hormat. "Singkirkan mayat-mayat ini ke tempat aman. Bereskan semuanya secepat mungkin. Satu lagi, jangan sampai ada orang luar yang mengetahui tentang kejadian di sini. Kalau sampai ada yang tahu, aku rasa kalian sudah mengerti apa akibatnya," David bicara dengan nada datar. Ekspresi wajahnya tampak begitu dingin. Hal itu membuat semua security lebih ketakutan. "Baik, Tuan. Kami mengerti," jawab mereka secara bersamaan. "Bagus. Kerjakan sekarang juga!" Security itu mengangguk. Mereka langsung melaksanakan perintah yang telah diberikan oleh David. Setelah itu dia sen
"Apa?" Martin membelalakkan mata. Dia seakan tidak percaya dengan telinganya sendiri. "Bukankah sebelumnya kamu ingin bergabung dengan organisasi itu dan menjadi pengikut setia Dewa Iblis?" tanya David sambil mengerutkan kening. "Benar. Tapi, bagaimana mungkin aku bisa bergabung dengan organisasi itu?" "Kenapa tidak? Asal kamu bersedia, maka kamu bisa bergabung," "Maksudmu, kamu adalah ..." "Dewa Iblis. Dia adalah Dewa Iblis yang selama ini dibicarakan oleh banyak orang," ujar Daniel sepatah demi sepatah. "A-apa?" Martin kehabisan kata-kata. Dia tidak tahu harus bicara apalagi. Perasaan haru segera menyelimuti tubuhnya. "David, apakah ... apakah yang dikatakan oleh orang ini benar?" tanya Martin masih belum percaya. "Bukankah kamu sudah melihat buktinya sendiri?" Martin memukul kepala sendiri. Dia merasa sangat bodoh. Setelah sadar, dia langsung menjatuhkan dirinya untuk berlutut di hadapan David. "Bangunlah, Martin. Kamu tidak perlu melakukan hal ini,"
David hanya tersenyum sinis. Dia tidak mengindahkan sama sekali rintihan Hugo. Karena tidak kuat menahan siksaan yang entah kapan ujungnya itu, akhirnya Hugo pasrah. Dia menggigit lidahnya sekuat tenaga sampai lidah itu putus. Tidak lama kemudian, Hugo tewas dengan kondisi mengenaskan. Darah segar memenuhi seluruh mulutnya. Begitu kepala Hugo terkulai, darah segar tersebut langsung meleleh keluar. "Ayah!" Melvin berteriak sekeras mungkin saat mengetahui kalau nyawa ayahnya sudah melayang. Dia ngin meronta dan membunuh David. Sayangnya, Melvin tidak bisa melakukan apapun. "David, apa yang kamu inginkan sebenarnya?" tanya Melvin dengan rasa takut yang mendalam. "Aku hanya ingin kalian tahu bahwa di atas langit masih ada langit," jawab David dingin. "Lalu ..., lalu apa yang akan kamu lakukan kepadaku?" "Bukankah sebelumnya kamu ingin membunuhmu?" Melvin diam saja. Dia tidak berani memberikan jawaban. "Jawab!" bentak David. "Iya, iya. Aku memang ingin membunuhku. Sayangnya kes
Di Hotel Apartemen Awan Cerah. Bersamaan dengan semua kejadian, tidak lama setelah alat berat dan orang-orang itu datang, sebuah Supercar tiba-tiba muncul dan parkir di depan halaman. "Tuan Muda Arthur!" ucap Martin dan Jasmine secara bersamaan. Mereka memandangi mobil mewah tersebut dalam diam. Melvin dan Hugo Arthur keluar dari mobil secara bersamaan. Mereka berdiri tegak sambil memandangi Hotel Apartemen Awan Cerah dengan tatapan sinis. Melihat keduanya keluar, Jeff langsung berjalan menghampiri. Begitu isyarat diberikan, lima puluh alat berat itu segera dibunyikan kembali. Suara bergemuruh terdengar lagi. Tanah pun kembali bergetar. "Mana atasanmu itu?" tanya Hugo Arthur kepada Martin dan Jasmine. "Dia ..., dia sudah pulang, Tuan," jawab Jasmine gemetar karena ketakutan. "Suruh dia kembali ke sini!" "Su-sudah, Tuan. Nona sudah dalam perjalanan,""Baik, aku akan menunggunya. Aku ingin melihat reaksinya bagaimana," Suasana di sana langsung berubah menegangkan. Semua karya
Brakk!!! Hugo Arthur menggebrak meja dengan keras. Dia langsung marah begitu mendengar laporan yang dibawa oleh Melvin."Berani-beraninya dia menolak keinginanku. Memangnya dia siapa? Hanya wanita yang berasal dari Keluarga George. Bahkan kekayaan keluarga itu tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan semua kekayaanku," Hugo sangat marah. Di usianya yang sudah menginjak tujuh puluh tahun ini, Hugo ingin membuat pencapaian luar biasa. Dia ingin membuat mega proyek demi kelancaran bisnis dan memberitahu semua orang bahwa dialah yang terkaya. Tapi ternyata mega proyek tersebut terhalang oleh Luna. Tadinya dia ingin membeli hotel itu dengan harga yang cukup tinggi dan datang secara baik-baik. Mengingat bahwa belum lama ini, Luna berhasil menjalin kerja sama dengan Group Charles. Siapa sangka, niat baiknya ditolak mentah-mentah. Bahkan dengan sengaja Luna menghina anaknya. Bagaimana mungkin dia bisa terima? "Melvin!" "Ya, Ayah," "Sore hari nanti kita akan mengambil tindakan," k
Keadaan di sana menjadi hening. Martin dan Jasmine yang kebetulan hadir juga terkejut dengan jawaban Luna. Mereka tidak menyangka Luna akan menolak lamaran Melvin. Tapi di satu sisi, mereka juga setuju dengan apa yang dikatakannya. Harta bisa diusahakan, tapi kebahagiaan sesungguhnya sulit untuk didapatkan. Harta itu tidak selalu menjadi tolak ukur kebahagiaan. Justru ada sebagian orang yang merasa bahagia karena keadaan sederhananya. Karena letak kebahagiaan sejati bukan pada hartanya. Tapi terletak pada berapa banyak kita bersyukurnya! "Baiklah, aku tidak akan memaksa kalau kamu memang tidak mau menerima lamaran tersebut," ujar Melvin setelah dia diam beberapa waktu. "Tapi untuk niatku yang kedua, kamu tidak mungkin menolaknya, bukan?" Niat untuk membeli Hotel Apartemen Awan Cerah dan Restoran George adalah keinginan ayahnya. Niat pertama ditolak, itu bukan masalah besar bagi Melvin. Setidaknya, dia masih bisa mencari wanita lain yang lebih dari Luna. Tetapi kalau niat yang k
Seminggu telah berlalu. Luna baru saja tiba di kantornya. Sekarang Jerry dan istrinya juga sudah bekerja di Restoran George. Mereka baru masuk tiga hari kemarin.Setelah kejadian di markas Organisasi Elang Hitam, karakter Jerry tiba-tiba berubah hebat. Tadinya dia sangat pemalas dan hanya suka berfoya-foya saja. Tapi sekarang, ia telah berubah menjadi pria pekerja keras. Saat Luna bertanya kepada Jasmine terkait bagaimana Jerry bekerja, dia menjawab bahwa pria itu adalah pekerjaan keras dan bertanggungjawab. "Syukurlah, semoga kejadian kemarin bisa menjadi pelajaran berarti dalam hidupnya," gumam Luna begitu dia mendengar laporan tersebut. Cuaca siang hari ini sangat panas. Banyak para pekerja proyek yang beristirahat di sekitar Hotel Apartemen Awan Cerah. Luna dan yang lainnya kebetulan sedang berada di depan. Dia selalu bahagia ketika melihat banyak pelanggan yang antri. "Nona, siapa itu?" tanya Martin saat dia melihat sebuah mobil Supercar berhenti di parkiran depan. Tidak b
"Ada sesuatu yang harus kita bicarakan. Ini semua soal bisnis," ucap Rey. "Oh, baiklah. Mari kita bicara di ruanganku saja," Luna kemudian membawa Rey Felix ke ruangan kerjanya. "Silahkan duduk, Tuan," Rey mengangguk. Ia segera duduk di kursi yang tersedia. Pria paruh baya itu kemudian mengeluarkan sebuah surat yang terdiri dari beberapa lembar. Ia menaruhnya di atas meja. "Ini adalah surat resmi dari Tuan Scott Felix. Silahkan Nona lihat sendiri isinya," Luna mengambil surat tersebut dan mulai membacanya. Beberapa saat kemudian, dia tampak terkejut. "Tuan, apakah ini tidak salah? Tuan Scott ingin memberikanku saham Group Felix sebesar dua persen hanya dengan tandatanganku saja? Apakah ini serius?" tanya Luna dengan ekspresi wajah tidak percaya. Luna membaca surat itu berulang kali. Tetapi apa yang dia baca tetap sama seperti sebelumnya. Itu artinya dia memang tidak salah baca. Namun, kenapa Scott mau memberikan sahamnya begitu saja? Padahal Group Felix adalah group besar.