Setelah berkata demikian, Meghan langsung meletakkan ponselnya di depan Danzel bermaksud untuk menyuruhnya jangan mengganggu. Danzel mengambil ponsel dan melihat gambar perbandingan di sisi kiri dan kanan. Meskipun tidak ada tanda yang jelas, perbandingannya masih sangat jelas dan mudah dikenali."Apa semua bekas luka seperti ini?""Setiap bekas luka mungkin akan sedikit berbeda, tapi inti dari masalahnya tetap tidak berubah."Danzel tidak pernah meragukan kemampuan medis Meghan, tetapi meragukan Leona. Sebenarnya, sejak awal penyelidikan hingga saat ini, petunjuk dan bukti sudah makin jelas. Namun, di dalam hatinya, dia masih percaya pada Leona, apalagi mereka sudah bersama selama bertahun-tahun.Meskipun Danzel tahu betul Leona mungkin memiliki rencana tersembunyi terhadapnya, dia masih merasa Leona adalah orang yang tulus dan tidak akan berbohong kepadanya. Makin dipikirkan, Danzel makin bingung dan tidak menyadari ekspresi Meghan yang perlahan-lahan berubah.Saat ini, mulut Meghan
"Tidak, tidak ada!" sahut manajer personalia yang terkejut dengan karisma Meghan sehingga tidak berani menolak lagi. Dia terus mengangguk dan tersenyum. Tidak peduli bagaimana dia menyulitkan Meghan, pada akhirnya dia tetap harus menurut.Setelah semua prosedur selesai, Meghan membawa Harlem meninggalkan departemen personalia."Kita sudah lama nggak berjumpa, aku sampai lupa pada sikapmu yang begitu tugas saat bekerja," ujar Harlem.Meghan pun terkekeh-kekeh saat mendengar godaannya ini. Dia membalas, "Kalau aku lemah, mereka pasti sudah memanfaatkanku habis-habisan."Harlem sudah tahu semua yang dialami oleh Meghan. Ketika mendengar Meghan mengatakan semua ini dengan santai, dia merasa sedih sekaligus lega."Persiapkan dirimu dengan baik, banyak hal yang harus diurus nanti," pesan Meghan. Keduanya sudah tiba di depan ruang kantor presdir. Meghan menyerahkan dokumen di tangannya kepada Harlem.Keduanya saling bertukar pandang dan memahami bahwa ini akan menjadi pertempuran berat. Sesua
Meghan menunjukkan ekspresi penuh haru kepada para pemegang saham ini. Saking mendalami peran, dia sendiri sampai mengira ini bukan lagi sandiwara.Setelah mengantar para pemegang saham itu keluar, senyuman Meghan seketika menghilang. Dia pun berdiri di depan jendela besar, lalu menelepon Wesley sambil memandang punggung orang-orang itu. "Utus orang untuk membuntuti para senior Grup Oswald."Wesley tidak pernah menentang perintah Meghan ataupun menanyakan alasannya. Keesokan harinya, Meghan menerima pesan dari Wesley.Pesan ini dikirim melalui email. Begitu dibuka, Meghan baru tahu bahwa itu adalah sebuah audio yang telah diproses oleh tim teknis karena suaranya terdengar sangat jelas."Efendy, putrimu benar-benar hebat.""Benar, dia menyelidiki perbuatan jahatmu itu dalam waktu yang begitu singkat. Luar biasa.""Huh, hebat apanya? Dia tetap putriku! Tapi, kita harus memikirkan cara sekarang.""Proyek Danau Yutu akan segera dimulai. Semua danamu di sana, biarkan saja dia berinvestasi."
Selesai mengatakan itu, Leona buru-buru berjalan melewati meja kerja Danzel. Sebenarnya, apabila Danzel memperhatikan dengan jelas, dia bisa melihat keringat yang ada pada kening Leona."Lain kali, jangan masuk kalau aku tidak ada di ruangan," pesan Danzel yang tidak mencurigai ucapan Leona. Ini hanya aturan yang harus ditegakkannya.Namun, Leona yang merasa bersalah tentu terkejut mendengarnya. Dia hampir terjatuh, tetapi Danzel meraih lengannya dengan gesit dan bertanya, "Kenapa? Kamu sakit?""Nggak, aku kurang tidur semalam. Danzel, aku nggak akan mengganggumu lagi," timpal Leona sambil buru-buru melepaskan lengannya. Kemudian, dia berbalik dan hendak pergi.Saat berikutnya, Danzel tiba-tiba memanggilnya, "Leona ...."Mendengar ini, Leona diam-diam mengepalkan tangannya, lalu berbalik dan menatap Danzel dengan senyuman terpaksa."Aku akan membantumu mencari dokter yang bisa menghilangkan bekas luka. Tidak perlu menolak, hal ini cepat atau lambat harus dilakukan," ucap Danzel yang bi
Danzel segera berdiri saat mendengarnya. Setelah meletakkan ponselnya ke dalam saku, dia melirik Leona sekilas, lalu menatap dokter dengan sorot mata selidik.Dokter itu tentu mengerti sehingga buru-buru mengangguk sembari berkata, "Pak Danzel tenang saja. Operasi ini tidak akan lama ataupun berbahaya.""Baguslah kalau begitu." Danzel merasa lega karena melihat dokter yang terlihat yakin itu. Kemudian, dia menoleh menatap Leona sambil berpesan dengan lembut, "Aku sudah mengurus semuanya, kamu tenang saja."Tidak terdengar emosi apa pun pada suara Danzel. Mendengar ini, Leona merasa makin bersalah. Dia maju selangkah dan meraih lengan baju Danzel.Begitu melihatnya, dokter itu bergegas mundur dan mengalihkan pandangannya. Bagaimanapun, dia tidak berani sembarangan melihat atau nyawanya mungkin akan melayang."Danzel, apa kamu akan menungguku di sini? Aku ... aku agak takut," tanya Leona."Aku masih punya banyak urusan di kantor. Aku akan menjengukmu setelah operasinya selesai nanti." Se
Leona tidak bisa mendengar obrolan di sekitarnya lagi. Kala ini, dia hanya memikirkan luka bakar di pinggang Meghan.Obat bius mulai bekerja. Leona pun merasa pusing sekarang. Pikirannya kembali pada kebakaran yang terjadi pada tahun itu.Benar, Leona tahu bahwa orang yang menyelamatkan Danzel bukanlah dirinya. Dia bahkan melihatnya dengan mata kepala sendiri.Sesudah memejamkan matanya, Leona mengernyit dan berusaha mengingat penampilan wanita itu. Fitur wajah wanita itu mulai menjadi jelas, ditambah dengan pinggangnya yang berdarah.Leona seketika merasa sesak napas, seperti telah menyadari sesuatu. Tanpa diduga, wanita tahun itu ternyata adalah Meghan ....Tidak boleh, Danzel tidak boleh mengetahui kebenaran ini. Obat bius perlahan-lahan membuat pikiran Leona terjebak pada masa itu. Dia yang memejamkan mata, membayangkan senyuman kemenangan Meghan.Di Grup Amore, Meghan berjalan keluar dari ruang kantor presdir. Di belakangnya diikuti Wesley yang terlihat murung dan bertanya, "Bos,
Selesai Meghan mengatakan itu, dia mengamati pakaian Monica dan seperti terpikir akan sesuatu. "Lihatlah, aku sampai lupa kamu adalah manajer perusahaan ini. Sayangnya, kamu tidak mengerti sopan santun sesederhana ini?""Meghan, apa maksudmu sebenarnya!" teriak Monica yang memang datang dengan penuh amarah. Dia tentu kesal karena Meghan tiba-tiba menjadi Presdir Grup Oswald. Selain itu, dia baru menyadari bahwa dirinya tidak memahami jalan pemikiran Meghan."Maksudku, apakah seorang manajer tidak mengerti aturan masuk ke ruang kantor presdir? Sebelum presdir mengizinkan, apa kamu boleh masuk?" Sambil mengatakan itu, Meghan berjalan ke hadapan Monica. Kemudian, dia terkekeh-kekeh saat melihat kartu identitas karyawan di dada jas Monica."Adikku yang baik, kamu benar-benar hebat," lanjut Meghan.Monica tentu memahami maksud Meghan ini. Wajahnya langsung memerah. Maksud ucapan Meghan ini jelas-jelas menyindir Monica tidak memiliki kemampuan apa pun.Sang kakak menjadi presdir, sedangkan s
Mendengar ini, Winda seketika mendongak dan menatap Meghan dengan ekspresi terkejut. Sisa air mata di sudut matanya membuat sosoknya terlihat menyedihkan sekaligus menggemaskan."Kenapa? Kamu tidak mau?" ujar Meghan. Saat mengamati Winda lebih dekat, Meghan merasa makin tertarik. Dia menghampiri Winda dan mengedip-ngedipkan matanya pada gadis itu.Winda berujar, "Bu Meghan, tapi aku baru saja lulus. Aku datang ke Grup Oswald untuk magang, aku ...."Terlihat jelas bahwa Winda sangat terkejut dengan ucapan Meghan hingga kata-katanya melantur ke mana-mana. Winda sendiri juga tidak akan percaya jika tidak mengalaminya sendiri. Bagaimanapun, tawaran Meghan ini terlalu mengejutkan."Aku tahu, aku cuma mau tahu kamu bersedia atau tidak?" tanya Meghan sambil menyilangkan tangannya di depan dada. Dia terus memancarkan pesonanya pada Winda.Winda menjawab dengan terbata-bata, "Te ... tentu saja aku bersedia, tapi aku nggak tahu apa yang bisa kubantu. Aku takut akan membawa masalah bagi Bu Meghan