Selesai Meghan mengatakan itu, dia mengamati pakaian Monica dan seperti terpikir akan sesuatu. "Lihatlah, aku sampai lupa kamu adalah manajer perusahaan ini. Sayangnya, kamu tidak mengerti sopan santun sesederhana ini?""Meghan, apa maksudmu sebenarnya!" teriak Monica yang memang datang dengan penuh amarah. Dia tentu kesal karena Meghan tiba-tiba menjadi Presdir Grup Oswald. Selain itu, dia baru menyadari bahwa dirinya tidak memahami jalan pemikiran Meghan."Maksudku, apakah seorang manajer tidak mengerti aturan masuk ke ruang kantor presdir? Sebelum presdir mengizinkan, apa kamu boleh masuk?" Sambil mengatakan itu, Meghan berjalan ke hadapan Monica. Kemudian, dia terkekeh-kekeh saat melihat kartu identitas karyawan di dada jas Monica."Adikku yang baik, kamu benar-benar hebat," lanjut Meghan.Monica tentu memahami maksud Meghan ini. Wajahnya langsung memerah. Maksud ucapan Meghan ini jelas-jelas menyindir Monica tidak memiliki kemampuan apa pun.Sang kakak menjadi presdir, sedangkan s
Mendengar ini, Winda seketika mendongak dan menatap Meghan dengan ekspresi terkejut. Sisa air mata di sudut matanya membuat sosoknya terlihat menyedihkan sekaligus menggemaskan."Kenapa? Kamu tidak mau?" ujar Meghan. Saat mengamati Winda lebih dekat, Meghan merasa makin tertarik. Dia menghampiri Winda dan mengedip-ngedipkan matanya pada gadis itu.Winda berujar, "Bu Meghan, tapi aku baru saja lulus. Aku datang ke Grup Oswald untuk magang, aku ...."Terlihat jelas bahwa Winda sangat terkejut dengan ucapan Meghan hingga kata-katanya melantur ke mana-mana. Winda sendiri juga tidak akan percaya jika tidak mengalaminya sendiri. Bagaimanapun, tawaran Meghan ini terlalu mengejutkan."Aku tahu, aku cuma mau tahu kamu bersedia atau tidak?" tanya Meghan sambil menyilangkan tangannya di depan dada. Dia terus memancarkan pesonanya pada Winda.Winda menjawab dengan terbata-bata, "Te ... tentu saja aku bersedia, tapi aku nggak tahu apa yang bisa kubantu. Aku takut akan membawa masalah bagi Bu Meghan
Sambil menenangkan Monica dengan menepuk-nepuk lembut punggungnya, otak Natasya terus bekerja. Setelah ragu-ragu sesaat, dia tiba-tiba berkata dengan mata berbinar, "Ngomong-ngomong, Ibu tiba-tiba teringat sesuatu yang ayahmu katakan beberapa waktu lalu.""Soal apa? Kalau soal bisnis perusahaan atau semacamnya, aku nggak mau dengar," ujar Monica. Setelah beberapa lama, emosi Monica sudah lebih stabil. Sekarang, dia seolah-olah sudah kehabisan napas, malas berkata banyak.Natasya menyuruh Monica mendekat, lalu meletakkan tangannya di telinga sang putri dan berbisik, "Meghan nggak akan bertahan di kursi presdir lebih dari beberapa hari, dia pasti akan dilengserkan."Mendengar ini, Monica langsung antusias. Dia segera meraih tangan Natasya dan bertanya untuk memastikannya lagi, "Benaran? Kok bisa?""Beberapa hari lalu, ayahmu bilang kalau dia dan para direktur Grup Oswald sedang merencanakan jebakan besar untuk Meghan," jawab Natasya dengan penuh semangat. Dia pun menjelaskan tentang masa
Meghan berkata, "Bilang kepada dewan direksi, rapat akan diadakan tepat pada pukul 02.00 siang di ruang rapat."Setelah mendengarnya, Winda mengangguk dan hendak bergegas keluar. Namun, Meghan tiba-tiba memanggilnya lagi, "Gimana? Ini hari pertamamu menjadi sekretaris, apa kamu terbiasa?"Saat ini ekspresi Meghan kembali terlihat lembut. Dia berbincang santai dengan Winda, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Winda yang mendengar pertanyaan Meghan tersenyum getir, lalu menjawab, "Bu Meghan, aku baru kerja nggak sampai 2 jam. Jadi ....""Um. Memang cuma 2 jam, tapi aku rasa performamu cukup bagus," sahut Meghan.Winda merasa canggung sesudah mendapat pujian sederhana dari Meghan. Padahal dia baru bekerja sebentar saja. Kelak, pekerjaan Winda seharusnya akan sangat sulit, tetapi pasti tidak akan membosankan.Setelah itu, Meghan menarik Winda dan mengajarinya cara menyeduh kopi. Setengah jam kemudian, mereka baru selesai. Tujuan Meghan berbuat seperti ini adalah membuat Winda terbiasa beker
Setelah bekerja bersama selama 2 hari, Meghan bisa merasakan bahwa Winda adalah gadis yang agak pendiam. Ditambah lagi, dia tiba-tiba menjadi sekretaris presdir. Jadi, Winda selalu berusaha untuk tidak menonjolkan diri.Meghan pun terkejut begitu Winda mengutarakan pendapatnya. Tidak disangka, Winda sangat antusias dengan proyek perusahaan. Meghan bertanya, "Kamu tahu tempat ini?"Sambil bicara, Meghan melihat Winda yang menutup pintu ruang rapat. Tampak jelas Winda memang orang yang teliti. Winda berucap sembari mengernyit, "Bu Meghan, kampung halamanku ada di Danau Yutu."Winda merasa gelisah. Bagaimanapun, dia baru saja menjabat sebagai sekretaris presdir. Entah pendapatnya akan diterima Meghan atau tidak.Mendengar jawaban Winda, Meghan agak kaget karena sesuatu yang terjadi secara kebetulan tidak sering ditemui. Meghan pun bertanya, "Kalau begitu, apa kamu sangat memahami kondisi di Danau Yutu?""Iya. Jadi, aku merasa proyek ini nggak menguntungkan," jawab Winda.Meghan tertegun s
Meghan berjalan dari bagian luar ke bagian pusat Danau Yutu dengan perlahan sambil menikmati pemandangan di tempat ini. Namun, lambat laun dia menemukan sebuah masalah. Ketika saling menyapa dengan penduduk setempat dan mencari tahu tentang tempat hiburan di sekitar, mereka akan memberi tahu Meghan dengan senang hati.Masalahnya, saat Meghan membicarakan tentang proyek pengembangan Danau Yutu, semua penduduk langsung merasa kesal, lalu pergi.Sementara itu, bawahan Efendy juga terus mengikuti Meghan. Jarak di antara mereka tidak terlalu jauh. Winda bertanya, "Bu Meghan, kenapa mereka mengikuti kita?" Kemungkinan, ini adalah pertama kalinya Winda diikuti seperti ini, jadi dia merasa tidak nyaman.Meghan malah bersikap seolah-olah tidak ada yang terjadi. Dia tersenyum sambil berkata dengan santai, bahkan sengaja meninggikan suaranya, "Rekan-rekan kita dari departemen pemasaran ini datang untuk menginspeksi proyek dengan biaya sendiri. Mereka mau memastikan proyek ini tidak ada kesalahan
Meghan diam-diam mengepalkan tangannya sambil memandang orang-orang yang pergi dengan sinis. Kelihatannya, dia harus menyingkirkan banyak orang setelah membereskan masalah ini. Meghan mendengus, lalu membuka ponselnya untuk melihat lokasi yang dikirimkan Winda. Setelah itu, Meghan langsung pergi.Setelah mengitari bagian luar Danau Yutu dan berjalan masuk, tampak Winda sedang berdiri di tepi jalan sambil menunggu Meghan.Meghan bertanya, "Kenapa kamu tidak tunggu di dalam? Di sini agak dingin kalau malam."Winda menyahut, "Aku takut Bu Meghan tersesat ...."Melihat Winda yang menjawab dengan canggung, Meghan tertawa. Kemudian, Meghan merangkul bahu Winda dan mereka berdua berjalan menuju ke sebuah kafe.Begitu membuka pintu, Meghan melihat banyak orang berkumpul untuk membahas sesuatu. Winda berbisik kepada Meghan, "Bu Meghan, mereka semua penduduk yang tinggal di sekitar Danau Yutu. Mereka juga termasuk penanggung jawab di sini."Sebenarnya, Winda masih merasa sedikit gugup. Meskipun
"Kalian semua tenang saja. Aku bukan cuma ngomong, kalian pasti akan mendapatkan kontrak perjanjian," ujar Meghan. Perkataan Meghan yang terakhir seperti meyakinkan para penduduk.Semua penduduk menghela napas lega. Pada negosiasi putaran pertama ini, kedua belah pihak pun mencapai kesepakatan.Hari sudah gelap. Meghan juga tidak berencana untuk berlama-lama lagi, jadi dia membawa Winda meninggalkan kafe itu. Ketika mereka berdua kembali ke hotel, karyawan departemen pemasaran bahkan sudah berkumpul di depan pintu masuk. Entah apa yang mereka bahas.Salah satu karyawan departemen pemasaran menoleh. Dia merasa lega melihat Winda, lalu berucap, "Astaga. Untung saja Nona Winda nggak apa-apa. Kami benar-benar khawatir."Orang-orang di samping juga ikut merasa lega saat mendengar perkataan ini. Mereka merasa bersyukur. Meghan mencibir saat melihat botol-botol anggur yang kosong di belakang mereka. Sepertinya, orang-orang ini tidak serius mencari Winda, mereka hanya berjalan-jalan sebentar u