"Siapa kamu?" tanya Meghan. Suasana tiba-tiba menjadi tegang sehingga tangannya mengencang saat memegang ponsel. Dia benar-benar membenci ketidaktahuan atau emosinya dikendalikan oleh orang lain."Sudah kubilang ada yang ingin kusampaikan padamu. Besok jam 9 pagi, aku akan menunggu di kafe seberang stasiun," sahut orang itu."Kalau kamu tidak memberitahuku identitasmu, aku tidak akan ...." Sebelum Meghan selesai bicara, orang itu sudah mengakhiri panggilannya. Saking geramnya, Meghan sampai menggertakkan giginya."Kenapa? Apa yang terjadi?" tanya Danzel dengan khawatir saat melihat perubahan ekspresi Meghan. Dia bahkan mencondongkan tubuhnya ke depan.Setelah melirik Danzel, Meghan menghela napas dan menjawab dengan lirih, "Orang tadi bilang dia adalah anggota keluarga ibuku, katanya ada hal penting yang ingin dia sampaikan.""Tapi, kamu yakin dia hanya menipumu?" tanya Danzel sembari menuangkan teh untuk Meghan lagi. Dia tidak ingin melihat Meghan merasa begitu tertekan."Ya, karena i
Meghan benar-benar tidak tahu cara menghadapi pria unik seperti Danzel ini. Jika berbicara serius, Meghan tidak tahu harus mengatakan apa. Begitu menggodanya, Meghan malah kewalahan.Pada akhirnya, Meghan hanya bisa mengalah dan menghela napas. Melihat ini, Danzel pun meliriknya sesaat, lalu berbalik dan pergi.Keesokan paginya, Meghan telah mengatur jam untuk berangkat. Sementara itu, Danzel sudah tidak berada di vila. Biasanya, Danzel baru selesai makan sarapan di jam seperti ini.Jelas, pria ini tidak ingin membiarkan Meghan pergi, tetapi tidak memiliki cara lain. Meghan tak kuasa tersenyum sambil menggeleng saat teringat Danzel yang tampak merajuk saat makan kemarin malam. Bagaimanapun, karakter asli orang baru bisa terlihat setelah berhubungan lama.Meghan menunduk melihat ponselnya, lalu langsung keluar tanpa rasa ragu sedikit pun. Kemudian, dia merasakan ada 2 orang yang membuntutinya saat berjalan keluar. Meghan tentu tahu bahwa itu adalah pengawalnya Danzel.Meghan mengemudika
Setelah berpikir sejenak, Meghan merasa tindakan pria ini sama dengan maling teriak maling. Pria ini pasti belum tahu bahwa dirinya sudah pernah menyelidiki tentang Leona. Namun, justru seru kalau seperti ini.Sesudah memikirkannya, Meghan bangkit dan membuat sikap Austin menjadi makin serius. Meghan berkata, "Lalu, bagaimana aku bisa tahu yang Tuan Austin katakan memang benar?"Sesuai dugaan Meghan, terlihat senyuman gembira di wajah Austin. Dia mengeluarkan selembar foto dari dokumen, lalu bertanya, "Apa ini termasuk bukti?"Meghan mengambil foto tersebut dan hatinya seketika menghangat. Itu adalah foto ibunya dan Austin berdiri di samping ibunya.Austin termasuk warga negara asing karena berbisnis di Provinsi Narnila. Selama beberapa tahun ini, pasar dalam negeri lebih bagus dibandingkan pasar luar negeri sehingga dia kembali ke negaranya lagi. Sebenarnya, Austin ini tidak berbohong mengenai identitasnya karena dia termasuk anggota keluarga ibu Meghan.Austin juga merupakan kenalan
Ketika melihat Austin yang terlihat begitu serius, Meghan hampir saja tergelak. Dia sungguh tidak mengerti mengapa Austin ini begitu mendalami perannya? Hanya saja, Meghan sudah setengah jalan sekarang. Sayang jika dia tidak melanjutkan permainan ini.Sesudah memikirkan ini, Meghan mengambil jasnya dan memasang ekspresi panik sembari bertanya, "Mereka ada di mana! Aku akan pergi melihatnya!"Senyuman Austin otomatis makin lebar mendengarnya, lalu dia bergegas bangkit. Ketika keduanya sama-sama keluar, Meghan bisa merasakan Austin ini hendak meraih lengannya. Jadi, dia buru-buru menghindar.Mereka berdua menaiki mobil yang sama setelah keluar dari kafe. Sekitar 5 menit kemudian, mereka berhenti di sebuah kedai teh.Austin berjalan di depan seperti menuntun jalan, sedangkan Meghan berjalan di belakangnya dengan meletakkan kedua tangan di dalam saku. Dia tidak lupa untuk memasang ekspresi gelisah.Setibanya di depan ruang privat, terlihat pintu yang tidak tertutup rapat. Jelas, hal ini di
Meskipun ini hanya sandiwara, jantung Danzel tetap berdebar-debar saat mendengarnya. Hatinya bahkan terasa sakit meskipun mengetahui hal ini tidak nyata, apalagi kalau hal seperti ini benar-benar terjadi ....Meghan melirik Danzel sekilas, lalu langsung berbalik dan pergi. Dia tidak ingin melihat Leona karena khawatir tidak bisa menahan diri untuk maju dan menendang wanita itu.Meghan pun tidak tahu bahwa Danzel yang masih berada di ruang privat telah bersabar semaksimal mungkin. Hanya Tuhan yang tahu betapa dirinya ingin menyingkirkan Leona dan pergi dengan Meghan.Sementara itu, Austin yang bersembunyi di luar buru-buru mengikuti saat melihat Meghan yang kesal. Dia bahkan sudah lupa bahwa Leona yang berada di dalam adalah rekannya."Meghan, sekarang kamu sudah percaya padaku, 'kan?" tanya Austin yang tiba-tiba muncul.Meghan mengernyit melihatnya. Dia berusaha menahan rasa jijiknya sehingga tidak berbicara. Akan tetapi, pria ini enggan menyerah. Austin terus memanas-manasi keadaan ag
Dalam sekejap, Danzel merasa kepalanya sangat pusing. Dia buru-buru mengulurkan tangan untuk memegang meja, baru akhirnya bisa berdiri dengan stabil.Di sisi lain, Leona terkesiap melihat Danzel yang seperti ini. Dia maju untuk membantu dan bertanya, tetapi tangannya ditepis oleh Danzel.Lantaran kesal, Leona sontak meninggikan suaranya seperti sedang memberi ultimatum. "Danzel! Aku masih punya banyak urusan, nggak bisa menunggu begitu lama! Kalau kamu nggak memberi jawaban lagi ...."Danzel berusaha untuk menenangkan diri, lalu mengambil jasnya dan bersiap-siap keluar. Melihat ini, Leona termangu sesaat dan buru-buru mengikuti. "Apa maksudmu ini! Kamu pergi begitu saja tanpa mengatakan apa pun! Mana semudah itu!"Baru 2 menit berlalu sejak dirinya menerima panggilan, tetapi kemeja Danzel sudah dibasahi keringat dingin sekarang. Saat ini, dia tidak memiliki kesabaran untuk mendengar omong kosong Leona. "Biar kuperingatkan kamu ...."Mata Danzel tampak memerah dan mengerikan, seperti se
Remy tersentak kaget memandang Danzel di depannya. Dia belum pernah melihat atasannya begitu emosional, tetapi dia masih dilema harus menenangkannya atau tidak.Saat itu, seorang dokter mendadak membuka pintu dan masuk. Mendapati dua orang asing di dalam ruangan, dia pun bertanya heran, "Permisi, Anda siapa, ya?""Aku suaminya," jawab Danzel. Begitu teringat bahwa ini pertama kalinya dia memperkenalkan diri seperti suami Meghan, kesedihan di hatinya makin mendalam.Dokter mengangguk paham, lalu mulai menjelaskan beberapa hal sambil mengeluarkan rekam medis, "Nona Meghan tidak cedera serius, tapi tulangnya patah dan menderita beberapa memar, jadi ....""Apa katamu?" sela Danzel sambil membalikkan badan dan melempar tatapan tajam pada dokter. "Istriku patah tulang?"Pada saat itu, logika Danzel perlahan kembali berjalan, seolah-olah dia teringat sesuatu. "Jadi, nyawa istriku aman? Terus kenapa dia masih memejamkan mata? Apa masalahnya?" tanya Danzel lagi.Memikirkan sorot mata yang dilem
Awalnya, Meghan tidak merasakan sakit apa pun di tubuhnya, tetapi ekspresi Danzel justru membuatnya menggigil kedinginan."Kamu sudah sadar? Gimana perasaanmu?" tanya Danzel dengan ekspresi gembira. Orang yang tidak tahu mungkin akan mengira telah terjadi sesuatu yang membahagiakan."Tuan Danzel ... bisakah kamu berhenti menatapku seperti itu," ujar Meghan. Jelas-jelas dialah yang mengalami kecelakaan mobil, tetapi mengapa rasanya otak pria ini yang rusak?Saat kedua orang itu sedang mengobrol, Bayangan mendadak mendorong pintu dan masuk. "Guru, kamu sudah sadar? Gimana perasaanmu? Apa ada yang nggak nyaman?" tanya Bayangan.Kemunculan Bayangan yang tiba-tiba membuat Meghan mengerjap. Sebenarnya apa yang terjadi selama dirinya tidak sadarkan diri?"Aku mau beli sesuatu sebentar. Kalian berdua bisa ngobrol dulu," kata Danzel sambil melirik ke arah Bayangan. Kemudian, dia segera bangkit dan berlalu dari situ.Saat ini, hanya ada Meghan dan Bayangan yang tertinggal di ruangan itu. Setelah