Meghan sama sekali tidak menyangka sikap Alisa pada Edmund akan berubah. Sebenarnya, Meghan tidak terlalu memahami Edmund. Namun, saat berinteraksi dengan orang lain, kesan pertama sangat penting.Saat memikirkan hal ini, Meghan mengangkat alisnya dan berniat membujuk Alisa. Alhasil, Meghan tertegun ketika melihat tampang Alisa. Dia berkata, "Kamu ... kenapa matamu memelotot?"Kala ini, mobil sudah berhenti. Alisa memandang ke luar jendela sambil mengedipkan matanya."Hei, apa ini efek samping dari pukulan kemarin?" ujar Meghan. Dia melambaikan tangannya di depan Alisa, tetapi Alisa sama sekali tidak bergerak.Meghan mengernyit dan mengikuti arah pandangan Alisa. Ryan sudah menunggu di luar mobil. Meghan mengangkat alis dan berucap, "Kamu ...." Melihat kondisi Alisa, Meghan sudah mengerti apa yang terjadi.Awalnya, Meghan berpikir hanya mereka bertiga yang pergi ke Danau Yutu. Jadi, dia memutuskan untuk berangkat dengan satu mobil dan sekalian menjemput Ryan. Siapa sangka, Alisa tiba-t
Meghan merasa pusing mendengar pertanyaan Danzel. Dia mengerutkan dahi dan tanpa sadar mencondongkan tubuhnya untuk menghindari Ryan. Meghan menjelaskan, "Dia itu pemilik tanah Danau Yutu dan kami sedang bekerja sama. Jadi, kami sama-sama datang untuk menginspeksi."Sebenarnya, tidak ada masalah dengan ucapan ini. Namun, saat melontarkannya, Meghan tetap merasa canggung. Secara logika, tidak ada yang salah dengan penjelasan ini. Hanya saja, Danzel tetap merasa tidak tenang.Danzel kembali menjadi gugup. Dia melepaskan dasinya dan ekspresinya tampak cemas. Masalahnya, saat ini dia tidak berhak memerintah Meghan sekalipun merasa tidak puas. Setelah bertanya beberapa hal lagi, Danzel baru mengakhiri panggilan telepon.Kemudian, Danzel langsung menelepon asistennya dan berpesan, "Besok aku tidak datang ke kantor. Kamu ...."Meskipun merasa ketakutan, asisten Danzel tetap menyela, "Pak Danzel, besok ada beberapa negosiasi proyek perusahaan. Selain itu, ada rapat yang harus Pak Danzel hadiri
Alisa tertegun sesaat setelah mendengar ucapan Meghan. Kemudian, dia baru mengerti apa maksud Meghan. Wajah Alisa memerah, dia tidak tahu harus bagaimana membalas perkataan Meghan. Akhirnya, dia hanya terdiam, lalu mengamati foto Ryan sambil tersenyum sendiri.Meghan pun tidak memedulikan Alisa yang tergila-gila pada Ryan dan langsung masuk ke kamar mandi. Meghan mandi dengan cepat. Saat keluar dari kamar mandi, dia melihat Alisa duduk di sofa sembari memandangnya dengan ekspresi serius, seperti ingin menginterogasi dirinya."Kenapa?" tanya Meghan sembari menyeka rambutnya dengan handuk.Kemudian, Alisa tiba-tiba menggebrak meja dan berujar, "Meghan, aku tahu!""Kamu tahu seharusnya kemarin kamu mencari psikiater, 'kan?" ucap Meghan. Dia tertawa, lalu duduk di seberang Alisa dan memandang Alisa dengan penuh minat."Aku tahu kenapa Ryan bisa ikut ke sini," sahut Alisa.Meghan menimpali, "Aku sudah bilang, tanah di Danau Yutu ini punya dia. Jadi ...."Alisa menyela seraya melambaikan tan
Setelah membujuk Alisa untuk beberapa saat, Meghan baru berhasil membuat Alisa kembali ke kamarnya. Mereka berempat pun tertidur nyenyak di kamar masing-masing.Keesokan harinya, Meghan tetap pergi ke Danau Yutu untuk mulai menginspeksi dan berpesan kepada para penduduk. Bagaimanapun, Meghan harus memperhatikan penduduk asli di sekitar Danau Yutu. Ketika datang untuk memberi penjelasan terakhir kali, Meghan hanya memberikan pengarahan. Jadi, dia harus berpesan sekali lagi karena proyek akan dimulai.Untung saja, sebelumnya Meghan sudah membangun kepercayaan dengan penduduk di sini. Ditambah dengan kehadiran Winda, negosiasi mereka berlangsung lancar.Sementara itu, di vila Keluarga Oswald, Efendy sedang gusar. Sekarang, dia tidak bisa masuk ke Grup Oswald. Jadi, Efendy hanya bisa mengetahui informasi perusahaan dari Monica.Begitu mendengar Meghan sudah menjalankan proyek Danau Yutu, Efendy merasa pusing. Untung saja, dia mendapatkan kabar ini saat duduk di sofa. Kalau tidak, dia akan
Saat ini, masih ada jarak di antara mereka dan beberapa warga desa ini. Meskipun begitu, Meghan bisa melihat ekspresi yang ditunjukkan oleh mereka. Jika bukan karena melihat beberapa wajah yang tidak asing, Meghan pasti akan mengira orang ini berbeda dari yang kemarin. "Apa yang terjadi?" tanya Ryan.Meghan menoleh saat mendengar suara ini. Terlihat Ryan yang berjalan kemari dengan ekspresi datar. Meghan menghela napas panjang, lalu menjawab, "Aku tidak tahu kenapa mereka tiba-tiba tidak setuju kita melakukan penggusuran.""Kenapa bisa seperti ini? Bukankah kemarin baik-baik saja?" tanya Ryan lagi. Meghan hanya tersenyum getir saat mendengar pertanyaan Ryan. Dia juga ingin tahu apa yang terjadi dalam waktu satu malam. Ketika mereka berdua sedang berbicara, tiba-tiba terdengar teriakan Winda. "Bu Meghan, mereka, kamu lihat mereka ...."Mendengar ini, Meghan segera melihat ke arah yang ditunjukkan oleh Winda. Terlihat beberapa pekerja pembongkaran sedang bertengkar dengan warga desa. M
Wilayah ini sedang dalam proses pengembangan, jadi jalanannya penuh dengan tanah yang bercampur dengan bebatuan. Winda memang tidak terluka, tetapi tubuhnya tiba-tiba terasa sangat sakit. Melihat ini, raut wajah Meghan sontak berubah menjadi muram. Dia berjalan ke arah Winda, lalu mengulurkan tangan untuk membantunya berdiri. Sementara itu, para warga desa yang semula sangat marah seketika menggila saat melihat ada yang terjatuh. Terlihat beberapa orang yang keluar dari kerumunan dan merampas sekop dari tangan pekerja pembongkaran. "Bos!" Para pekerja pembongkaran sontak tercengang. Beberapa warga desa yang sudah kehilangan akal ini ternyata mengambil sekop untuk melemparkannya ke arah Meghan. "Meghan!" teriak Alisa sembari bergegas meraih Meghan. Namun, Ryan bergerak lebih cepat dan langsung menarik Meghan agar terhindar dari serangan warga. Alhasil, sekop tersebut menghantam bahu Ryan dengan kuat. "Aw!" pekik Ryan karena rasa sakit di bahunya. Terlihat darah merembes ke kemeja p
Winda dan Alisa ikut pergi bersama Meghan yang sedang memapah Ryan. Meghan hanya bisa mengernyit dan pergi diam-diam. Untung saja ada para pekerja pembongkaran yang menjadi tameng, jadi mereka memiliki sedikit ruang untuk kabur.Setelah berjalan sekitar beberapa meter, mereka akhirnya hampir tiba di parkiran mobil. Kini, Meghan baru bisa menghela napas lega. Mereka akan aman untuk sementara waktu jika berada di dalam mobil. Namun, begitu jalan beberapa langkah, jantung Meghan berdebar kencang saat melihat ban mobil yang kempis. "Ada apa?" tanya Alisa. Dia sedang berjalan dengan hati-hati sembari menoleh untuk melihat para warga desa. Lantaran tidak menyadari bahwa Meghan tiba-tiba berhenti, dia hampir menabrak punggung Meghan. Dia melihat raut wajah Meghan jauh lebih muram dibandingkan sebelumnya. "Semua ban mobil kita bocor," jawab Meghan.Mendengar ini, Winda dan Alisa sontak terkejut. Sementara itu, Ryan hanya diam dan tidak mengatakan apa-apa."Semua perubahan ini bukan kebetulan
"Halo? Kamu lagi di mana? Apa sinyalmu kurang bagus?" tanya Danzel dengan agak panik karena Meghan tidak meresponsnya. Dia awalnya ingin memberi kejutan kepada Meghan, sekaligus memberi peringatan kepada Ryan. Namun, pada akhirnya malah tidak berhasil."Gimana? Apa uangnya sudah ada?" tanya penduduk desa saat melihat Meghan merenung. Mereka mengira orang di ujung telepon masih berbicara sehingga merasa agak cemas.Begitu mendengar teriakan itu, Danzel yang sedari tadi menunggu respons Meghan pun tahu bahwa sesuatu telah terjadi. Dia berteriak dengan khawatir dan takut, "Meghan!"Meghan menimpali ucapan penduduk desa itu, "Ya, rekan kerjaku bilang sudah membawa sebagian uangnya, tapi tidak bisa menemukan tempat ini. Jadi ...."Para penduduk desa gembira mendengar perkataan Meghan ini. Meskipun hanya sebagian, mereka tetap akan mendapatkan uang. Tanpa berpikir panjang, mereka langsung menyebutkan alamat tempat mereka berada sekarang."Pak Danzel sudah mendengarnya, 'kan? Cepat atur beber