Home / Thriller / Ibuku Bukan Wanita Biasa / Bayi yang Dititipkan.

Share

Ibuku Bukan Wanita Biasa
Ibuku Bukan Wanita Biasa
Author: Garis_Langit

Bayi yang Dititipkan.

Author: Garis_Langit
last update Huling Na-update: 2024-10-29 19:42:56

Rita tersenyum sumringah begitu melihat mobil putra sulungnya memasuki pekarangan rumah. Tak lama kemudian, Gean keluar dari mobil disusul istrinya Riana.

Gean menggandeng Riana kehadapan sang ibu, menyalaminya. 

"Apa kabar, nak?" tanya Rita begitu antusias sembari mengelus lembut surai rambut Gean. Wajahnya begitu berbinar. 

"Gean baik, bu." 

Rita tersenyum lebih lebar, beralih pada menantunya. "Menantu ibu. Kamu udah punya kabar baik buat ibu, kan?" 

Riana yang baru saja mengecup punggung tangan Rita seketika terdiam. Ia sudah menduga hal ini, karena setiap kali datang berkunjung, Rita selalu melontarkan pertanyaan  yang sama.

Dengan senyum getir, Riana mendongak, menatap ibu mertuanya dengan sendu, menggelangkan kepala sebagai jawaban. 

"Maaf, bu. Hasilnya masih negatif." lirih Riana, menunduk. 

Senyum yang sedari tadi Rita pasang memudar, berubah menjadi pandangan datar. 

"Terus selama ini kamu ngapain aja? Katanya ikut program hamil. Mana, sampai sekarang gak ada hasilnya." Rita berujar sarkas. 

"Belum rejekinya, bu. Lagipula kami hanya berusaha, hasilnya bukan kami yang tentukan." sahut Gean, merangkul bahu Riana, mengusapnya pelan.

"Halah, usaha apa? Usaha abisin duit buat yang hal yang gak berguna?" 

"Bu, berhenti memojokkan istriku. Setiap kali kami datang ke sini ibu selalu marah untuk alasan yang sama. Bukan kehendak kami jika sampai saat ini belum juga diberi momongan." Gean mencoba berbicara selembut mungkin agar tidak menyakiti perasaan ibunya. 

Sejujurnya Gean lelah. Ibunya selalu membahas hal yang sama. Tidak pernah mau mengerti keadaan mereka. Dan, istrinya. Terlalu sabar untuk segala caci maki yang Rita lontarkan setiap kali mereka datang. 

"Ibu butuh cucu, ibu mau keturunan dari putra sulung ibu, Gean! Seharusnya, dari dulu kamu ceraikan wanita ini, dan cari wanita lain yang bisa kasih kamu keturunan!" 

"Bu!" sentak Gean pada akhirnya. 

"Udahlah, ibu cape. Gak ada gunanya kamu pertahankan dia sebagai istri. Dia gak bisa kasih kamu keturunan." ujarnya sinis.

Setelah mengatakan itu, Rita berlalu masuk dengan langkah yang dihentak kesal. Meninggalkan anak dan menantunya di teras rumah. Rita Menatap Riana dengan pandangan sulit diartikan sebelum benar-benar masuk ke dalam rumah. 

Riana hanya bisa menunduk, mengelus dada sabar. Perkataan Rita kali ini begitu menusuk. Menyakitkan. 

Siapa yang tidak ingin memiliki anak? Setiap makhluk bumi di dunia ini pasti ingin memiliki anak. Bahkan keinginannya begitu besar hingga sulit dijabarkan lewat kata.

Mereka sudah hampir 8 tahun menjalani pernikahan, namun hingga saat ini belum juga diberi kepercayaan.

Mereka sudah berusaha semampu mereka. Tapi, hasilnya tetap sama. Lalu bagaiamana? Ketentuan bukan berada di tangan manusia. Manusia hanya bisa berusaha, jika hasilnya tidak seperti yang diharapkan, mungkin belum saatnya.

Terkadang Riana lelah dan ingin menyerah. Segala usaha yang mereka lakukan tak ada hasilnya. Riana menarik napas panjang, menetralkan gemuruh amarah di dada. 

Gean menangkup wajah Riana yang memanas akibat menahan amarah. Dikecupnya lembut pucuk kepala istrinya. 

"Jangan ditahan, luapkan semuanya. Aku tahu perkataan ibu kali ini keterlaluan. Aku paham. Kamu boleh nangis, kamu boleh ngeluh, kamu boleh marah. Keluarin semua yang bikin kamu sakit. Aku di sini." Gean berujar lembut. Tatapannya begitu teduh, jari Gean mengusap lembut pipi istrinya.

Pertahanan Riana runtuh, genangan air dipelupuk matanya seketika jatuh. Riana menangis, Gean menarik Riana dalam sebuah dekapan hangat. Menepuk-nepuk pelan punggung rapuh istrinya, menenangkan. Berkali-kali mengecup pucuk kepalanya.

"Aku cape, Mas." lirih Riana dalam tangisnya. 

Gean semakin mendekap Riana erat, hatinya ikut teriris mendengar isak tangis istrinya. 

"Kalau begitu kamu istirahat, ya. Tapi, aku harap kamu gak nyerah, apapun keadaannya." 

Riana mengangguk. Setelah agak tenang, Gean mengurai pelukannya. Mengusap air mata Riana dengan ibu jari. 

"Kita pulang, ya?" 

Kembali Riana mengangguk, dengan sedikit senyum di wajahnya. Bersyukur karena Gean tidak pernah berpikir untuk meninggalkannya. Mereka pulang... dengan luka yang sama.

*******

Jam menunjukkan pukul 23.04. Riana masih terjaga, terduduk di atas ranjang. Menatap Gean yang sudah tertidur pulas.

Pandangan Riana menerawang. Perkataan Rita kembali terngiang, mengusik pikirannya.

Bagaimana jika memang benar, bahwa dirinya tidak akan pernah bisa memberi Gean keturunan? Apa Gean masih akan bersamanya? Apa harus ia melepaskan Gean? Agar laki-laki ini bisa mencari wanita lain yang bisa memberinya keturunan? 

Tiba-tiba ponsel Riana bergetar membuyarkan lamunannya. Ada sebuah panggilan masuk, nama seseorang yang sangat Riana kenal muncul di layar.

Gegas Riana menjawab telpon itu. 

'Halo.'  sapa suara di sebrang sana. 

"Halo." 

'Riana, ini aku. Bisakah kita bertemu sekarang? Ada hal yang ingin kusampaikan.' 

"Ini hampir tengah malam, lagipula sedang hujan deras. Bagaimana jika besok?" 

'Keluarlah sebentar, aku sudah di depan rumahmu.' 

Tut

Sambungan telpon diputus begitu saja, Riana mengernyitkan dahi. Namun, tak urung untuk keluar menemui temannya.

Begitu membuka pintu, Riana dihadapkan dengan derasnya hujan dan seorang wanita berdiri di depan pintu. Mengenakan pakaian serba hitam, membawa payung dan menggendong bayi.

"Astaga, kenapa kamu meminta bertemu larut malam begini? Ayo, masuk. Di luar dingin." ucap Riana sedikit berteriak. 

Wanita itu menggeleng pelan, menaruh payungnya, mendekat pada Riana. 

"Ri..." panggilnya, "bisakah, aku menitipkan anakku padamu?" 

"Kenapa? Memangnya kamu mau ke mana?" 

"Ada hal yang harus kulakukan. Hal yang harus aku selesaikan."

Riana terdiam.

"Aku tahu kamu mengerti maksudku," ia meraih tangan Riana menggenggamnya erat, "kumohon, tolong jaga anakku selama aku pergi. Hanya kamu satu-satunya yang bisa aku percaya. Aku tidak memiliki siapapun untuk kumintai tolong. Aku mohon Riana." lirihnya begitu memohon. 

"Berapa lama kamu akan pergi?" 

"Aku tidak tahu, mungkin saja aku tidak kembali." 

"Hei! Jangan bicara seperti itu." 

"Aku mohon Riana. Aku tidak bisa meninggalkan anakku sendirian." 

Pandangannya begitu memohon penuh harap. Riana menghela napas. "Baiklah, aku akan menjaganya untukmu." putus Riana pada akhirnya. 

Wanita itu tersenyum, menyerahkan bayinya pada Riana. 

"Terima kasih, Riana." 

Ia menyerahkan sebuah kalung berinisial R. "Dia laki-laki, aku memberinya nama Randu." ucapnya, mengelus pipi gembul putranya. 

Riana hanya menatap tanpa merespon.

"Kamu boleh mengganti namanya. Kita pernah berjanji, bahwa aku memberi anakmu nama, dan kamu akan memberi anakku nama." ia terkekeh. 

Riana ikut tersenyum, mengingat janji mereka. Wanita itu mendongak, menatap Riana dengan pandangan yang sulit diartikan. 

"Jika aku tidak kembali, tolong jaga anakku, ya? Kuharap kamu akan menyayanginya seperti menyayangi anakmu." 

"Berhenti bicara yang tidak-tidak. Kamu harus kembali dengan selamat." 

Ia tersenyum, mengangguk. "Aku harus pergi, maaf jika aku merepotkanmu malam-malam begini." 

"Hati-hati." 

Wanita itu mengangguk, kemudian berlalu pergi. Ditengah hujan deras, sebelum benar-benar pergi ia menoleh sekilas. Kemudian menghilang dibalik pagar. Meninggalkan Riana seorang.

Riana menatap bayi yang berada dalam gendongannya dengan gelisah.

"Apa yang harus aku katakan pada Mas Gean?" 

Kaugnay na kabanata

  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Adopsi

    Riana menutup pintu kamar dengan sangat hati-hati. Untungnya Gean masih tertidur pulas.Begitu masuk Riana hanya berdiri mematung. Hatinya gundah, gelisah. Haruskah ia mengatakan yang sebenarnya pada Gean? Akankah Gean akan mempertanyakan banyak hal?"Bagaimana ini? Apa yang harus kukatakan?" Riana mengusap wajah kasar, menghampiri Gean perlahan. Mengguncang bahu suaminya pelan membangunkan."Mas." panggilnya ragu.Gean menggeliat pelan, membuka matanya perlahan, lalu bangkit untuk duduk.Nyawanya belum sepenuhnya terkumpul. Begitu sadar sepenuhnya, ia menoleh pada sang istri dan membelalak sempurna. Ia terkejut, begitu melihat seorang bayi berapa dalam gendongan Riana."Ri, ini bayi siapa? Kenapa kamu bawa ke sini? Kamu gak culik bayinya, kan? Gak mungkin, kan?" tanya Gean beruntun."Mas, tenang dulu. Biar aku jelasin."

  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Pria Tidak Dikenal

    18 tahun kemudianRiana tidak menduga, setelah 18 tahun berlalu ia akan kembali lagi menginjakkan kaki ke rumah ini. Rumah milik Rita, mertuanya.Setelah lebih dari 25 tahun tidak pernah mendapat pengakuan dari mertuanya.Kemarin, Rita mengundang keluarganya untuk hadir diacara ulang tahunya.Tentu saja Riana sangat antusias, apalagi Randu putranya belum pernah sama sekali berkumpul dengan keluarga sang Ayah.Riana tersenyum lega, kehadiran Randu disambut hangat oleh kerabat lain. Meski Rita masih bersikap dingin. Randu bahkan ditarik ke sana- ke mari hingga anak itu kebingungan.Sedangkan Gean, sudah melipir pergi bersama adiknya entah ke mana.Tinggalah Riana bersama Sari, istri dari Rian adik Gean. Rita memiliki dua putra,Gean adalah putra sulungnya, dan Rian adalah bungsunya.Rian menikah dengan sari beberapa bulan sebelum Gean dan Riana mengadopsi anak. Usia dua kakak beradik itu mem

  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Kecurigaan Gean

    "Lalu, kau pikir aku SUDI MEMBERIKAN PUTRAKU PADA KALIAN?!!" Riana berteriak nyalang, "sentuh putraku, kubunuh kalian!""Riana!"PlakkSatu tamparan mendarat pada wajah pria yang baru saja meneriakkan namanya."Sentuh putraku, kuhancurkan kalian!" suara Riana dalam, penuh penekanan. Juga tatapan yang mengintimidasi.Namun, pria yang ditamparnya barusan balik menatap, mendekat satu langkah pada Riana."Jangan karena kini kau memiliki kehidupan yang berbeda, kau merasa bukan bagian dari kami. Ingatlah, Riana. Bahwa kau tidak akan pernah bisa lepas dari belenggu yang mengikat erat jiwamu. Meski kini, kau tidak bersama kami." ucapnya pelan, meremat pundak Riana kuat hingga wanita itu meringis."Karena itu, seharusnya kalian takut untuk mengusikku kembali. Apa kau pikir, aku tidak sanggup menghancurkan kalian?!" setelah mengatakan itu, Riana melenggang pergi dengan langkah tergesa."KAU-! KEMBALI

  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Siapa Sebenarnya?

    Riana duduk di tepi ranjang, semenjak pulang dari kediaman Rita. Sikap Riana berubah, ia jadi lebih banyak diam.Gean yang baru saja keluar dari kamar mandi, mengusak rambutnya yang basah. Menghela napas panjang begitu melihat Riana seperti orang kehilangan jiwa.Pria yang berusia setengah abad itu menghampiri sang istri. Duduk di sampingnya, menyelipkan anak rambut Riana ke belakang telinga."Ada yang ganggu pikiran kamu?" bisik Gean.Riana menoleh, binar matanya meredup. Kesedihan terpancar jelas dalam netra jernih itu."Kamu kenapa?" tanya Gean sekali lagi."Aku... kepikiran Randu." terang Riana lirih, jelas sekali gundah."Ada apa sama dia?""Randu..." jeda sejenak, Riana menarik napas panjang sebelum melanjutkan, "dia udah tahu semuanya. Dia udah tahu... kalau dia bukan anak kandung kita."Handuk yang Gean pegang terlepas dari genggaman, jatuh meluruh ke lantai. Gean sendiri

  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Misteri Sebuah Gedung

    Riana baru saja memasuki ruangan ketika seorang pria berkepala plontos mengikutinya dari belakang. Menjulurkan sebuah map berwarna hitam. Berisi beberapa informasi yang Riana minta sebelumnya."Mereka berkembang menjadi lebih besar dibanding sebelumnya. Bahkan setelah tragedi itu. Pemerintah tidak membiarkan mereka meredup. Pembongkaran markas dulu, membangun markas baru yang lebih besar dan fasilitas yang lebih lengkap. Mereka juga memasok beberapa senjata memasok beberapa senjata yang hanya dimiliki negara tertentu. Juga..." dia menjeda ucapannya."Juga?" Riana berbalik, menatap pria didepannya tanpa ekspresi."Semakin banyak orang mereka, semakin banyak orang tua yang kehilangan putranya."Riana menghela napas, memijat pelipisnya. Pria yang berbicara dengannya adalah pria yang sama dengan yang menelponnya."Apa itu masuk akal?""Anda tahu bagaimana cara kerja mereka." jawab Paul.Riana duduk di k

  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Cerita Gean

    Ketiga pria itu mendobrak pintu, tapi tidak menemukan apa pun. Semua barang ada di tempatnya, ruangan juga sama seperti semula.Tidak ada siapa-siapa juga di sana.Tidak ada yang aneh, ketiga pria itu pikir mereka hanya salah dengar, lalu kembali menutup pintunya.Randu bernapas lega, setidaknya untuk saat ini dia aman. Pemuda itu bersembunyi di balik kartu-kardus makanan yang ditumpuk tinggi.Lalu, pemuda itu berjalan perlahan mendekati pintu.Meski Randu aman sekarang, tapi ketiga pria itu tidak beranjak dari tempat. Masih membahas perihal tadi yang membuat Randu semakin menajamkan indera pendengarannya."Jadi, itu alasan Nona datang ke sini setelah sekian lama?" tanya Rey.Paul mengangguk."Kupikir mereka akan berhenti setelah kejadian itu. Bukankah karena itu pula mereka menderita kerugian besar? Juga banyak merenggut anggota hebat mereka." kali ini Felix bersuara.

  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Misi Rahasia

    Randu baru saja selesai berganti pakaian setelah jam olahraga, ketika seseorang masuk dan menepuk bahunya dari belakang cukup keras, hingga membuat pemuda itu berjengit kaget."Ow, Randu!" Dika, orang yang menepuk Randu itu berseru girang.Randu mendelik, "Kenapa?""Sepertinya kau baru saja mendapat surat cinta?" Dika terkekeh."Surat cinta?" pemuda itu mengernyit."Yap, di mejamu ada sepucuk surat juga sebuket mawar biru.""Dari siapa?" tanya Randu heran.Dika mengendikkan bahu, pertanda tidak tahu, "mungkin dari kekasihmu.""Tidak ada kekasih!" sanggah Randu cepat."Kalau begitu dari orang yang menyukaimu!"Randu berbalik pada Dika, menatap temannya itu dengan pandangan datar, "Jangan mengada-ada!""Lihat saja sendiri kalau tidak percaya. At

  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Sebuah Berkas

    Dika menganga menyaksikan sesuatu yang tidak pernah dia lihat secara nyata.Bangunan rahasia yang dia pikir hanya ada di film-film, kini terpampang jelas di depan matanya."Darimana kau tahu tempat ini?" tanya Dika masih dengan pandangan takjub. Matanya menelisik pada setiap inci bangunan yang mereka lewati."Ibuku."Dika menoleh, "Kau dan ibumu menemukan tempat ini?"Randu menggeleng, "Ibuku pemilik tempat ini.""Oh..." Dika mengangguk-ngangguk, untuk beberapa detik selanjutnya, pemuda itu melotot, "HAH?!""Kecilkan suaramu!" peringat Randu."Ibumu, ibumu yang baik hati dan lemah lembut itu, pemilik tempat ini? Tempat sangar ini? Kau mau aku percaya pada omong kosongmu?!""Terserah, tapi itulah kenyataannya." Randu berjalan mendahului Dika yang masih ternganga tidak percaya.Pemuda itu memimpin jalan, berjalan pelan, tenang agar tidak ketahuan. Sama sepe

Pinakabagong kabanata

  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Sudah Berakhir

    Gean menatap bingkisan yang lagi-lagi dikirim tanpa nama si pengirim. Beberapa saat lalu seseorang membunyikan bel rumah. Lalu, meninggalkan sebuah kotak berukuran kecil yang dibungkus dengan kertas coklat di depan pintu. Gean merobeknya kasar, hingga isinya berhamburan. Ada beberapa foto di dalamnya. Sama persis dengan kejadian tempo lalu saat seseorang mengirim bingkisan yang sama, juga berisi foto-foto blur di ruang kerjanya.Awalnya Gean ingin membuang semua foto itu tanpa perlu repot melihatnya. Namun, kemudian pria itu membelalak, ketika matanya menangkap sosok yang begitu ia kenal dalam foto tersebut. Sosok jangkung yang tengah disekap dengan kedua tangan terikat ke belakang, juga todongan senjata di belakang kepala, adalah Randu, putranya. Gean membalik foto tersebut, mencari petunjuk. Terdapat tulisan tangan yang Gean yakini adalah sebuah alamat. Tanpa pikir panjang, gegas pria itu menyambar jaket serta kunci mobil. Belum juga Gean meraih knop pintu, getaran ponsel menghe

  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Hampir Berakhir

    Dengan langkah terseok-seok, juga kondisi tubuh yang tidak benar-benar baik. Riana memaksa kakinya melangkah mencari Randu. Mendobrak setiap pintu yang ia temui. Jika tidak beruntung, Riana akan bertemu musuh, kembali bertarung alih-alih kabur, kembali terluka, kembali bangkit untuk mencari sang putra. Tidak ia pedulikan sekujur tubuhnya yang terluka, rasa nyeri yang menjalar, juga pakaiannya yang compang-camping. Pikiran Riana hanya tertuju pada satu hal, memastikan Randu keluar dari tempat ini dengan aman dan selamat. Riana kembali menemukan sebuah ruangan. Kali ini tidak dia dobrak, sesaat wanita itu berpikir, kemungkinan ini adalah ruangan terakhir di gedung ini. Jika Riana tidak menemukan mereka, maka dia harus pergi ke gedung lain. Wanita itu menarik napas panjang, kemungkinannya 50:50, jika benar ini ruangan tempat Paul dan Randu sembunyi, maka dia selamat. Tapi, jika ruangan ini berisi orang-orang Lost.... Habislah Riana! Kemudian wanita itu mengetuk pintu."Paul! Kau d

  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Fakta Tentang Martin

    Beku, Riana hanya berdiri mematung di depan pintu, dengan senjata api yang mengacung tepat di hadapan kepala Randu. Pemuda itu baru saja membuka mata, menatap sang Ibu dengan pandangan sendu. Martin bertepuk tangan gembira seolah tujuannya sudah tercapai. Pria yang pernah menjadi rekannya itu tersenyum begitu lebar. "Aku tidak tahu bahwa ikatan batin kalian sekuat ini!" Pekiknya senang, "yang membuatku sangat senang kau tahu, Riana? Adalah, bahwa kau datang sendiri ke sini dengan senang hati tanpa aku perlu repot-repot menyusun rencana untuk memancingmu datang." Jelas Martin menyeringai. Riana hanya menatap pria itu datar tanpa minat. "Apa kau tahu apa yang membuatmu menjadi pengecut, Martin? Kenyataan bahwa kau selalu melibatkan orang-orang terdekatku hanya untuk memancingku." Balas Riana datar. Senyum Martin pudar, seiring dengan Riana yang melangkah maju semakin dekat. Wanita itu tetap mengacungkan senjatanya, namun kali ini dia arahkan pada Martin. “Maju selangkah lagi, kulub

  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Harinya

    Angin dingin berhembus, menerbangkan jaket yang Randu kenakan tanpa dikancing itu, motornya kencang membelah jalanan. Malam yang semakin larut, hanya tinggal beberapa kendaraan saja. Pikiran Randu bercabang, banyak sekali pertanyaan yang bersarang. Setelah Martin datang untuk kedua kalinya, dan mengatakan fakta lain yang lebih mengejutkan, Randu tidak bisa berpikir jernih sekarang. Sebelum Martin benar-benar pergi, Randu mengejar pria itu. Menarik tangannya hingga dia berbalik menghadap Randu. "Kau tidak mungkin ayah kandungku!" Sentak Randu. Martin memiringkan kepala, "Aku harus dapat kepercayaanmu? Fakta bahwa kau putraku itu sudah cukup." "BERHENTI!!" Randu berteriak. "Berhenti mempermainkan hidupku. Apa yang kau mau? Sebenarnya apa tujuanmu?!" Martin hanya tersenyum. "Kembalilah pada Ayahmu, putraku." Randu tidak bisa berhenti memikirkan itu. Dalam hati dia memaki orang yang mengaku sebagai Ayah kandungnya. Kenapa harus Martin? Kenapa? Laki-laki itu bajingan, dia buka

  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Ayah Kandung

    “Bagaimana kau tahu tempat ini?” tanya Riana terkejut. Bagaimana Riana tidak terkejut. Sekalipun Riana tidak pernah mengatakan perihal tempat ini kepada siapa pun kecuali rekan-rekannya yang ikut bersamanya. Markas yang Riana dirikan, berada di tempat terpencil sekaligus tersembunyi. Sengaja ia memilih tempat ini, karena lebih memungkinkan bersembunyi. Selain tempat, keamanan juga Riana terapkan cukup ketat. Lalu, tiba-tiba Claire datang, tanpa pemberitahuan, setelah bertahun-tahun lamanya.Sebagai tamu, kenapa Claire tidak datang ke rumahnya? Kenapa dia tahu tempat ini? Apa tujuannya?Prasangka-prasangka buruk kembali berkelebatan di benak Riana. "Bagaimana kau bisa masuk? Aku tidak pernah memberitahumu tentang ini. Darimana kau tahu?" Riana bertanya betubi-tubi."Maaf, Riana. Aku lancang datang ke tempat persembunyianmu. Tapi, aku tahu tempat ini setelah mengikuti putraku."“Apa?!” Riana membelalak.“Saat itu, aku datang ke rumahmu. Ingin menyapa, melihat putraku. Tapi, aku tid

  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Orang tua Kandung

    Segurat ingatan masa lalu menyeruak dipikiran Riana. Mungkin pula itu sebab Martin mendendam padanya.Padahal saat dulu, Riana sering kali mengajak keluar dari tempat itu bersamanya, melepas belenggu yang mengikat. Menjalani kehidupan biasa. Layaknya orang-orang.Sayangnya, Martin selalu menolak mentah-mentah. Berdalih bahwa tempat itu sudah seperti rumah baginya. Tidak ada tempat bagi orang-orang sepeti mereka di luar sana.Setelah berhasil melepaskan diri, kini Riana harus kembali ditarik ke dalam belenggu menyesakkan, yang membuat hidupnya selama ini tidak bebas. Padahal, perjuangan Riana agar bisa lepas tidaklah main-main.Masa lalu itu menghancurkan segalanya. Mungkin Riana harus rela melepaskan Gean. Mungkin pula pria itu tidak sudi untuk melihatnya lagi.Riana menekuk kakinya, menunduk menenggelamkan wajah dikedua lipatan tangan. Menangis terisak dalam diam.Jika mencintai ternyata sesulit dan sesakit ini. Riana ingin memutar waktu, kembali pada masa itu. Memilih menetap di san

  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Masa Lalu 2: Pemberontakan Riana

    Riana merapikan barang miliknya yang tersimpan rapi di camp khusus anggota. Memasukkanya dalam sebuah kardus besar. Wanita itu bersungguh-sungguh atas ucapannya. Keluar dari tempat ini adalah salah satu tujuan Riana sejak dulu. Bukan, bukan hanya karena Gean. Gean hanya salah satu alasan terbesar Riana untuk pergi dari tempat ini. Riana mencintai Gean, sangat mencintainya. Selama beberapa tahun mereka menjalin hubungan, Riana tidak pernah mengungkap identitas aslinya pada sang kekasih. Ia tidak ingin kekasihnya itu mengetahuinya sekarang. Bagaimanapun, Riana tidak siap jika ia harus kehilangan Gean. Selain itu, alasan penting Riana adalah, karena ia sudah muak dengan semuanya. Organisasi ini begitu mengekang, membelenggu hidupnya. Ia terikat oleh perintah misi yang mengharuskannya merenggut sesuatu yag berharga dari orang lain. Senyum, tawa, teman, keluarga, harta, bahkan nyawa mereka. Membuat Riana selalu dirundung perasaan bersalah, yang kian hari semakin menggunung. Menyesakk

  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Masa Lalu 1: Riana Gagal Misi

    Jakarta, 28 tahun yang lalu. Tiga mobil van berhenti di depan sebuah gedung megah. Prajurit berseragam khusus yang memiliki lambang bunga aster kecil di dada kirinya keluar secara bertahap.Mereka bersenjata lengkap. Beberapa berjaga di luar, mengambil posisi siap menyerang. Beberapa lagi masuk menyerbu dengan cara masuk mengendap-endap. Ini misi pertama mereka yang dilakukan secara berkelompok.Mereka segera berpercar setelah berhasil masuk, mencari target. Riana dan Martin adalah anggota pengepung dalam. Keduanya pun segera memisahkan diri setelah yang lain berpencar. Mereka menuju ruang bawah tanah. Sebelumnya mereka diberi peta gedung yang memiliki banyak ruang ini. Salah satu target bisa saja berada di ruang bawah tanah, yang sengaja mereka bangun untuk bertransaksi dengan para penjual pasar hitam. Ya, gedung megah ini adalah tempat transaksi bagi para penjual dan pembeli pasar hitam. Banyak dari mereka adalah orang berpengaruh, sebagian lagi hanya terjebak dan sulit keluar

  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Pembunuh

    Baru saja mobil mereka memasuki pekarangan rumah, pandangan mata Riana langsung tertuju pada sebuah mobil yang terparkir tak jauh dari sana. Wanita itu segera melompat turun, sadar bahwa suaminya sudah kembali dari luar kota. Tapi, ini belum genap sehari, kenapa Gean sudah kembali? Gegas Riana memasuki rumah, namun langkahnya terhenti di ambang pintu. Gean tidak sendirian, melainkan ada tiga orang lainnya di sana. Riana tertegun dengan kehadiran Martin di rumahnya. Laki-laki itu duduk pertumpang kaki, bersandar pada sofa. Wajahnya begitu cerah dengan senyum yang mengembang sempurna. Rona bahagia begitu terpancar, menunjukkan kepuasaan di sana. "Sedang apa kau di sini?" Riana bertanya dengan geraman tertahan, kedua tangannya mengepal erat. "Menunjukkan kebenaran," jawabnya santai. Riana melirik Gean yang masih fokus pada sebuah kamera, wanita itu membelalak. Riana berlari mendekat, dia duduk bersimpuh di samping kaki sang suami. "Mas." Riana memanggil Gean yang masih bergeming,

DMCA.com Protection Status