Share

Siapa Sebenarnya?

Author: Garis_Langit
last update Last Updated: 2022-02-05 22:24:26

Riana duduk di tepi ranjang, semenjak pulang dari kediaman Rita. Sikap Riana berubah, ia jadi lebih banyak diam. 

Gean yang baru saja keluar dari kamar mandi, mengusak rambutnya yang basah. Menghela napas panjang begitu melihat Riana seperti orang kehilangan jiwa. 

Pria yang berusia setengah abad itu menghampiri sang istri. Duduk di sampingnya, menyelipkan anak rambut Riana ke belakang telinga. 

"Ada yang ganggu pikiran kamu?" bisik Gean. 

Riana menoleh, binar matanya meredup. Kesedihan terpancar jelas dalam netra jernih itu. 

"Kamu kenapa?" tanya Gean sekali lagi. 

"Aku... kepikiran Randu." terang Riana lirih, jelas sekali gundah.

"Ada apa sama dia?" 

"Randu..." jeda sejenak, Riana menarik napas panjang sebelum melanjutkan, "dia udah tahu semuanya. Dia udah tahu... kalau dia bukan anak kandung kita."

Handuk yang Gean pegang terlepas dari genggaman, jatuh meluruh ke lantai. Gean sendiri terpaku dengan pengakuan Riana. 

"Gimana bisa?" tanya Gean tak percaya.

Beberapa detik berlalu, Riana belum juga membuka mulut untuk menjawab, seolah enggan membuat Gean geregetan. Ia mengguncang bahu istrinya, memaksanya menjawab.

"Jawab aku, Ri!" 

Tapi, Riana tidak dapat menjawab. Tidak mungkin ia menjelaskan duduk perkaranya. 

Gean tidak boleh tahu, tapi Riana tidak bisa menyembunyikan ini. Lama-lama, Randu pasti akan menuntut penjelasan. Baik itu darinya, maupun dari Gean sendiri. 

"Terus respon Randu gimana?" Gean mengubah pertanyaannya ketika Riana memilih bungkam.

"Dia marah, jelas. Dia juga gak mau denger penjelasan dari aku."

"Jadi, itu alasan kenapa sikap kalian berdua berbeda?" 

Riana mengangguk.

Gean berdiri. "Ini sebabnya aku gak mau adopsi anak. Harusnya dari dulu kita cari orang tua kandungnya. Sekarang kalau udah gini, kita harus gimana?" 

"Mas, tolong pikirin Randu dulu buat sekarang." sergah Riana. 

"Itu juga tentang Randu, Riana." 

"Tapi, konteksnya beda, Mas. Kita bisa cari mereka sekarang, kalau Randu juga mau." 

"Gimana caranya?" 

"Kita pikirin itu nanti. Sekarang kita fokus gimana caranya kita jelasin sama Randu. Aku bersyukur dia gak nekat pergi dari rumah." 

Gean mengacak rambut frustasi. Bukankah sejak awal Gean mengatakan jika ia tidak yakin soal mengadopsi anak. 

Tapi, Gean juga terlanjur menyayangi pemuda itu. Ia sudah menganggap Randu putra kandungnya. 

Gean tidak mempermasalahkan asal-usul Randu meski dulu ia pernah keberatan tentang itu, karena asal-usul Randu tidak jelas. 

Pria itu senang bisa diberi kesempatan membesarkan seorang putra. 

Disatu sisi Gean ingin mencari orang tua kandung Randu. Tapi, ia juga takut jika suatu saat mereka mengambil Randu darinya. 

Dan, sekarang. Randu sudah mengetahui semuanya. Belum lagi Riana yang memilih bungkam, tidak ingin menjelaskan bagaimana Randu bisa mengetahui itu. 

Gean menghela napas kasar. "Untuk saat ini kita kasih Randu waktu buat nenangin diri. Setelah cukup tenang, kita jelasin pelan-pelan semua sama Randu," putus Gean, "lagipula, kamu belum jelasin kenapa Randu bisa tahu." 

Gean menoleh pada Riana, begitu juga Riana. Pandangan mereka bertemu. Saling memandang dengan sorot mata yang berbeda. 

~~~~~~~~~

Drrrttt

Ponsel Riana bergetar, tanda ada sebuah panggilan masuk. Riana bangun, menyambar ponsel di atas nakas. Menekan tombol hijau dan menempelkannya di telinga. 

'Kapan Anda akan datang?' tanya seseorang dengan suara berat. 

Riana melirik jam, waktu menunjukan pukul 00.13.

"Aku berangkat sekarang." jawab Riana, memutus telpon sepihak. 

Bergegas mengganti baju, menggunakan jaket kulit, mengambil sarung tangan dan juga kunci motor. Tak lupa helm. 

Riana melakukan itu sepelan dan sehati-hati mungkin. Takut membangunkan Gean, lalu berjalan keluar dengan mengendap-endap. 

Ia harus kembali sebelum pukul enam, agar Gean tak curiga. 

Randu yang baru saja akan kembali ke kamar setelah dari dapur memicingkan mata. 

Keadaan rumah yang remang hanya menyisakan cahaya dari dapur, memudahkan Randu untuk memperhatikan diam-diam. 

Siluet seseorang yang menuruni tangga mengendap-endap bak maling itu adalah ibunya, Riana. 

"Mau ke mana ibu malam-malam begini?" gumam Randu. 

Setelah berhasil menuruni tangga, Riana bergegas keluar. Tanpa pikir panjang, Randu berlari menuju kamar. Menyambar asal jaket dan kunci motor. 

Untung saja kamar Randu terletak di lantai satu. Ia memutuskan untuk mengikuti ibunya. Kehadiran dua pria waktu lalu cukup mencurigakan. Belum lagi sekarang sekarang ibunya pergi diam-diam. 

Mengikuti motor besar yang gerakannya begitu luwes menyalip pengendara yang tersisa. 

Randu tidak tahu jika ibunya bisa mengendarai motor. Terlebih lagi itu motor besar. 

Selama ini ibunya dikenal sebagai wanita lemah-lembut, wanita ramah murah senyum, wanita paling baik yang pernah Randu tahu. 

Namun, sekarang ibunya menunjukkan sisi lain dari dirinya. Sisi yang garang juga liar. 

Pemuda itu bahkan itu menduga jika sang ibu bisa marah hingga memukul seseorang. 

Motor yang Riana kendarai semakin melesat membelah jalanan. Berbelok menuju jalan yang akan membawanya menuju hutan. 

Randu menjaga jarak agar Riana tidak menyadari keberadaannya.

Semakin dalam, semakin jauh. Randu sempat berpikir bahwa mereka tersesat. Karena jalanan yang cukup rumit, penuh kelokan memungkinkan mereka tersesat. 

Sebelum pandangannya menangkap sebuah bangunan di ujung jalan. Bangunan tua yang tidak terawat. Dan, Riana. Berhenti tepat di depan sana. 

Riana menekan tombol di samping tembok untuk membuka pintu. Melenggang masuk begitu santai seolah bangunan itu miliknya. 

Sesaat setelah Riana masuk, Randu bergegas mengikuti. Mencoba mendorong, menggeser, mendobrak agar pintu itu terbuka, sayangnya tidak bisa. 

Randu juga sudah mencoba mencari tombol itu, namun tidak ia temukan. Lalu Randu mencoba meraba tembok, tempat Riana menekan tombol itu. Dan, akhirnya berbunyi klik, terbukalah pintu itu. 

Randu tersenyum lebar, bergegas untuk masuk. Hal pertama yang Randu lihat adalah lapangan luas. 

Terdapat beberapa mobil di sana. Mobil yang pernah Randu lihat di film, mobil militer. 

Mobil-mobil itu berjajar rapi, di dalamnya terdapat beberapa senjata. Seperti belati dan senapan. Juga tas gendong ukuran besar. Lengkap dengan peluru. 

Randu mencoba masuk semakin dalam, membuka salah satu ruangan. Ruang kendali. Orang-orang tengah sibuk mengoprasikan komputer dengan layar cukup besar.

Padahal bangunan yang Randu masuki ini, jika dilihat dari luar tidak besar. Tapi, dalamnya begitu luas. 

Randu kembali menelusuri bangunan, beruntung tidak seorangpun di sana. Lalu, pandangannya menangkap sebuah pintu. 

Pintu cukup besar yang dibuat dengan kayu jati. Penasaran, Randu mencoba mencari tahu apa yang ada di dalam sana.

Pintu itu cukup berat saat Randu mencoba mendorongnya. Randu mengangkat sedikit pintu itu dengan tenaga penuh agar tak menimbulkan suara. Mencoba mengintip.

Di sana, ibunya tengah berbicara dengan seorang pria, entah membicarakan apa, suaranya mereka terlalu kecil untuk dapat Randu dengar. Lalu, mereka beranjak entah ke mana. 

Dengan rasa penasaran yang semakin menggerogoti, Randu mendorong pintu itu agar terbuka lebih lebar. 

Tebak apa yang Randu lihat. 

Sebuah ruangan yang dipenuhi dengan senjata. Berbagai jenis senapan, belati, peluru, bahkan perlengkapan tempur individual. 

Setiap senjata terpajang dengan rapi. Bahkan peluru berjejer sesuai jenis dan fungsinya. 

Tempat apa ini sebenarnya? Kenapa ibunya Riana ada di sini? Siapa sebenarnya wanita yang Randu panggil 'Ibu' itu? Seberapa banyak yang ia sembunyikan.

Semua pertanyaan itu, membuat Randu pening. Ia menatap nanar arah kepergian ibunya. 

"Siapa ibu sebenarnya?" 

Related chapters

  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Misteri Sebuah Gedung

    Riana baru saja memasuki ruangan ketika seorang pria berkepala plontos mengikutinya dari belakang. Menjulurkan sebuah map berwarna hitam. Berisi beberapa informasi yang Riana minta sebelumnya."Mereka berkembang menjadi lebih besar dibanding sebelumnya. Bahkan setelah tragedi itu. Pemerintah tidak membiarkan mereka meredup. Pembongkaran markas dulu, membangun markas baru yang lebih besar dan fasilitas yang lebih lengkap. Mereka juga memasok beberapa senjata memasok beberapa senjata yang hanya dimiliki negara tertentu. Juga..." dia menjeda ucapannya."Juga?" Riana berbalik, menatap pria didepannya tanpa ekspresi."Semakin banyak orang mereka, semakin banyak orang tua yang kehilangan putranya."Riana menghela napas, memijat pelipisnya. Pria yang berbicara dengannya adalah pria yang sama dengan yang menelponnya."Apa itu masuk akal?""Anda tahu bagaimana cara kerja mereka." jawab Paul.Riana duduk di k

    Last Updated : 2022-02-13
  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Cerita Gean

    Ketiga pria itu mendobrak pintu, tapi tidak menemukan apa pun. Semua barang ada di tempatnya, ruangan juga sama seperti semula.Tidak ada siapa-siapa juga di sana.Tidak ada yang aneh, ketiga pria itu pikir mereka hanya salah dengar, lalu kembali menutup pintunya.Randu bernapas lega, setidaknya untuk saat ini dia aman. Pemuda itu bersembunyi di balik kartu-kardus makanan yang ditumpuk tinggi.Lalu, pemuda itu berjalan perlahan mendekati pintu.Meski Randu aman sekarang, tapi ketiga pria itu tidak beranjak dari tempat. Masih membahas perihal tadi yang membuat Randu semakin menajamkan indera pendengarannya."Jadi, itu alasan Nona datang ke sini setelah sekian lama?" tanya Rey.Paul mengangguk."Kupikir mereka akan berhenti setelah kejadian itu. Bukankah karena itu pula mereka menderita kerugian besar? Juga banyak merenggut anggota hebat mereka." kali ini Felix bersuara.

    Last Updated : 2022-02-17
  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Misi Rahasia

    Randu baru saja selesai berganti pakaian setelah jam olahraga, ketika seseorang masuk dan menepuk bahunya dari belakang cukup keras, hingga membuat pemuda itu berjengit kaget."Ow, Randu!" Dika, orang yang menepuk Randu itu berseru girang.Randu mendelik, "Kenapa?""Sepertinya kau baru saja mendapat surat cinta?" Dika terkekeh."Surat cinta?" pemuda itu mengernyit."Yap, di mejamu ada sepucuk surat juga sebuket mawar biru.""Dari siapa?" tanya Randu heran.Dika mengendikkan bahu, pertanda tidak tahu, "mungkin dari kekasihmu.""Tidak ada kekasih!" sanggah Randu cepat."Kalau begitu dari orang yang menyukaimu!"Randu berbalik pada Dika, menatap temannya itu dengan pandangan datar, "Jangan mengada-ada!""Lihat saja sendiri kalau tidak percaya. At

    Last Updated : 2022-03-15
  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Sebuah Berkas

    Dika menganga menyaksikan sesuatu yang tidak pernah dia lihat secara nyata.Bangunan rahasia yang dia pikir hanya ada di film-film, kini terpampang jelas di depan matanya."Darimana kau tahu tempat ini?" tanya Dika masih dengan pandangan takjub. Matanya menelisik pada setiap inci bangunan yang mereka lewati."Ibuku."Dika menoleh, "Kau dan ibumu menemukan tempat ini?"Randu menggeleng, "Ibuku pemilik tempat ini.""Oh..." Dika mengangguk-ngangguk, untuk beberapa detik selanjutnya, pemuda itu melotot, "HAH?!""Kecilkan suaramu!" peringat Randu."Ibumu, ibumu yang baik hati dan lemah lembut itu, pemilik tempat ini? Tempat sangar ini? Kau mau aku percaya pada omong kosongmu?!""Terserah, tapi itulah kenyataannya." Randu berjalan mendahului Dika yang masih ternganga tidak percaya.Pemuda itu memimpin jalan, berjalan pelan, tenang agar tidak ketahuan. Sama sepe

    Last Updated : 2022-04-20
  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Personil Elite Lost

    Riana berjalan melewati orang-orang yang masih berpeluh di dahinya. Mereka berjajar di sepanjang jalan. Langkah Riana cepat dan tegas, wajah cantik tanpa kerutan itu terlihat kusut. "Kenapa kalian LENGAH?!!!" sentak Riana diakhir kalimatnya, seraya berhenti melangkah dan berbalik menatap semua rekannya. Wanita itu memijat pelipisnya, "apa yang hilang?" "Berkas lost." jawab Paul cepat. Riana memejamkan mata rapat, kepalanya mendadak pening. Sudah dipastikan, siapa pun yang mengambilkan berkas itu, pasti berhubungan dengan lost. Entah mereka adalah orang-orang Lost atau bukan. Yang jelas, Riana tidak bisa membiarkan siapa pun mengambil berkas itu darinya. "Berapa orang?""Dua..." jawab seseorang di sisi kiri Riana, lirih. "Mereka hanya dua orang, tapi kalian tidak sanggup menangkap mereka?!!" Nada bicara Riana meninggi, kesal setengah mati. Barisan pria kekar yang tadi mengejar Randu serentak menunduk. "Kalian memiliki tubuh tinggi yang kekar, tapi kalian begitu lambat hingga ke

    Last Updated : 2022-05-09
  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Terungkap

    Kenyataan bahwa dirinya hanya anak adopsi cukup melukai hati pemuda itu, apalagi Randu tidak tahu menahu perihal ibunya selama ini. Siapa orang tua angkatnya selama ini? Hal apa saja yang mereka sembunyikan? Randu ingin sekali bertanya banyak hal. Tentang mengapa ibunya ada dalam daftar personil elite lost. Tentang mengapa ibunya menyembunyikan identitas aslinya. Dan, apa yang ibunya lakukan selama ini. Tapi, Randu harus menahan diri untuk tetap berpura-pura tidak tahu. Barangkali selama ini sang ayah juga tidak tahu apa-apa. Randu tidak ingin merusak hubungan kedua orang tuanya. Randu berjalan menuruni tangga menuju ruang makan. Seperti biasa, makan bersama sebelum berangkat sekolah. Sejujurnya, Randu ingin menghindari momen ini. Randu tidak ingin ditanyai ini dan itu. Dia sedang tidak ingin bicara. Otaknya masih memproses semua hal yang baru-baru ini dia temukan. Juga hal-hal yang belakangan ini terjadi secara tidak terduga. Pemuda itu duduk disamping Riana, demi mengh

    Last Updated : 2022-07-02
  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Tawaran

    "Jangan katakan apa pun dulu pada Nona, dan untuk sementara rahasiakan ini dari Raiden!" Perintah Paul. Ethan menoleh, "Kau ingin dipenggal?!" "Kau ingin dibakar hidup-hidup?!" Balas Paul melotot. Ethan mendengus, sungguh tidak ada jalan aman bagi mereka. "Rahasiakan ini sementara dari orang-orang, terutama dari Nona. Kita akan bergerak diam-diam untuk mengambil kembali berkas itu. Jika sampai ada yang tahu..., berarti informasi itu darimu!" Ethan mendelik, "Terserah," pria itu mengetuk meja tiga kali, "memangnya kau punya rencana?" "Untuk saat ini, tidak!" Jawab Paul datar. "Owh, sialan! Kau benar-benar ingin dipenggal!!" Umpat Ethan kesal. Pria itu beranjak dari tempatnya. Membiarkan pria berkepala plontos itu sendiri.Paul mengusap kepalanya frustasi, mengapa harus Randu yang mengambilnya? Sungguh, jika Riana tahu, wanita itu akan mengamuk. Putra semata wayangnya, akhirnya mengetahui identitas asli sang ibu. Jika saja orang yang mencurinya adalah orang lain, Paul tidak aka

    Last Updated : 2022-08-14
  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Pertama Kali

    Paul tidak mengatakan bahwa ia menyerah, hanya saja ia tidak memiliki cara untuk mendapatkan kembali berkas yang dicuri. Padahal, selama ini Paul dijuluki ahli strategi. Seberapa kuat musuh, seberapa hebat taktik, seberapa banyak hal yang menghalangi, dan sesulit apa pun misi mereka. Paul selalu menemukan jalan keluar. Maka, ketika Paul disatukan dalam misi bersama Riana. Bisa dipastikan mereka akan menjadi dua kali lipat lebih baik. Terkadang musuh akan mundur tanpa diminta, menyerah begitu saja tanpa perlawanan. Seakan tahu, bahwa berhadapan dengan keduanya adalah hal yang paling membahayakan. Namun, kali ini Paul terlihat putus asa. Tidak ada satu pun jalan yang bisa Paul tempuh untuk membuatnya tetap aman. Semua cara yang pernah Paul lakukan adalah cara kotor yang menyiksa. Menyisakan pilu pada setiap penerimanya. Jika Paul melakukan itu, Riana akan membalasnya dua kali lipat lebih kejam. Dengan cara yang tak akan pernah Paul duga. Sudah dikatakan, bahwa Riana mematikan den

    Last Updated : 2022-09-04

Latest chapter

  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Sudah Berakhir

    Gean menatap bingkisan yang lagi-lagi dikirim tanpa nama si pengirim. Beberapa saat lalu seseorang membunyikan bel rumah. Lalu, meninggalkan sebuah kotak berukuran kecil yang dibungkus dengan kertas coklat di depan pintu. Gean merobeknya kasar, hingga isinya berhamburan. Ada beberapa foto di dalamnya. Sama persis dengan kejadian tempo lalu saat seseorang mengirim bingkisan yang sama, juga berisi foto-foto blur di ruang kerjanya.Awalnya Gean ingin membuang semua foto itu tanpa perlu repot melihatnya. Namun, kemudian pria itu membelalak, ketika matanya menangkap sosok yang begitu ia kenal dalam foto tersebut. Sosok jangkung yang tengah disekap dengan kedua tangan terikat ke belakang, juga todongan senjata di belakang kepala, adalah Randu, putranya. Gean membalik foto tersebut, mencari petunjuk. Terdapat tulisan tangan yang Gean yakini adalah sebuah alamat. Tanpa pikir panjang, gegas pria itu menyambar jaket serta kunci mobil. Belum juga Gean meraih knop pintu, getaran ponsel menghe

  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Hampir Berakhir

    Dengan langkah terseok-seok, juga kondisi tubuh yang tidak benar-benar baik. Riana memaksa kakinya melangkah mencari Randu. Mendobrak setiap pintu yang ia temui. Jika tidak beruntung, Riana akan bertemu musuh, kembali bertarung alih-alih kabur, kembali terluka, kembali bangkit untuk mencari sang putra. Tidak ia pedulikan sekujur tubuhnya yang terluka, rasa nyeri yang menjalar, juga pakaiannya yang compang-camping. Pikiran Riana hanya tertuju pada satu hal, memastikan Randu keluar dari tempat ini dengan aman dan selamat. Riana kembali menemukan sebuah ruangan. Kali ini tidak dia dobrak, sesaat wanita itu berpikir, kemungkinan ini adalah ruangan terakhir di gedung ini. Jika Riana tidak menemukan mereka, maka dia harus pergi ke gedung lain. Wanita itu menarik napas panjang, kemungkinannya 50:50, jika benar ini ruangan tempat Paul dan Randu sembunyi, maka dia selamat. Tapi, jika ruangan ini berisi orang-orang Lost.... Habislah Riana! Kemudian wanita itu mengetuk pintu."Paul! Kau d

  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Fakta Tentang Martin

    Beku, Riana hanya berdiri mematung di depan pintu, dengan senjata api yang mengacung tepat di hadapan kepala Randu. Pemuda itu baru saja membuka mata, menatap sang Ibu dengan pandangan sendu. Martin bertepuk tangan gembira seolah tujuannya sudah tercapai. Pria yang pernah menjadi rekannya itu tersenyum begitu lebar. "Aku tidak tahu bahwa ikatan batin kalian sekuat ini!" Pekiknya senang, "yang membuatku sangat senang kau tahu, Riana? Adalah, bahwa kau datang sendiri ke sini dengan senang hati tanpa aku perlu repot-repot menyusun rencana untuk memancingmu datang." Jelas Martin menyeringai. Riana hanya menatap pria itu datar tanpa minat. "Apa kau tahu apa yang membuatmu menjadi pengecut, Martin? Kenyataan bahwa kau selalu melibatkan orang-orang terdekatku hanya untuk memancingku." Balas Riana datar. Senyum Martin pudar, seiring dengan Riana yang melangkah maju semakin dekat. Wanita itu tetap mengacungkan senjatanya, namun kali ini dia arahkan pada Martin. “Maju selangkah lagi, kulub

  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Harinya

    Angin dingin berhembus, menerbangkan jaket yang Randu kenakan tanpa dikancing itu, motornya kencang membelah jalanan. Malam yang semakin larut, hanya tinggal beberapa kendaraan saja. Pikiran Randu bercabang, banyak sekali pertanyaan yang bersarang. Setelah Martin datang untuk kedua kalinya, dan mengatakan fakta lain yang lebih mengejutkan, Randu tidak bisa berpikir jernih sekarang. Sebelum Martin benar-benar pergi, Randu mengejar pria itu. Menarik tangannya hingga dia berbalik menghadap Randu. "Kau tidak mungkin ayah kandungku!" Sentak Randu. Martin memiringkan kepala, "Aku harus dapat kepercayaanmu? Fakta bahwa kau putraku itu sudah cukup." "BERHENTI!!" Randu berteriak. "Berhenti mempermainkan hidupku. Apa yang kau mau? Sebenarnya apa tujuanmu?!" Martin hanya tersenyum. "Kembalilah pada Ayahmu, putraku." Randu tidak bisa berhenti memikirkan itu. Dalam hati dia memaki orang yang mengaku sebagai Ayah kandungnya. Kenapa harus Martin? Kenapa? Laki-laki itu bajingan, dia buka

  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Ayah Kandung

    “Bagaimana kau tahu tempat ini?” tanya Riana terkejut. Bagaimana Riana tidak terkejut. Sekalipun Riana tidak pernah mengatakan perihal tempat ini kepada siapa pun kecuali rekan-rekannya yang ikut bersamanya. Markas yang Riana dirikan, berada di tempat terpencil sekaligus tersembunyi. Sengaja ia memilih tempat ini, karena lebih memungkinkan bersembunyi. Selain tempat, keamanan juga Riana terapkan cukup ketat. Lalu, tiba-tiba Claire datang, tanpa pemberitahuan, setelah bertahun-tahun lamanya.Sebagai tamu, kenapa Claire tidak datang ke rumahnya? Kenapa dia tahu tempat ini? Apa tujuannya?Prasangka-prasangka buruk kembali berkelebatan di benak Riana. "Bagaimana kau bisa masuk? Aku tidak pernah memberitahumu tentang ini. Darimana kau tahu?" Riana bertanya betubi-tubi."Maaf, Riana. Aku lancang datang ke tempat persembunyianmu. Tapi, aku tahu tempat ini setelah mengikuti putraku."“Apa?!” Riana membelalak.“Saat itu, aku datang ke rumahmu. Ingin menyapa, melihat putraku. Tapi, aku tid

  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Orang tua Kandung

    Segurat ingatan masa lalu menyeruak dipikiran Riana. Mungkin pula itu sebab Martin mendendam padanya.Padahal saat dulu, Riana sering kali mengajak keluar dari tempat itu bersamanya, melepas belenggu yang mengikat. Menjalani kehidupan biasa. Layaknya orang-orang.Sayangnya, Martin selalu menolak mentah-mentah. Berdalih bahwa tempat itu sudah seperti rumah baginya. Tidak ada tempat bagi orang-orang sepeti mereka di luar sana.Setelah berhasil melepaskan diri, kini Riana harus kembali ditarik ke dalam belenggu menyesakkan, yang membuat hidupnya selama ini tidak bebas. Padahal, perjuangan Riana agar bisa lepas tidaklah main-main.Masa lalu itu menghancurkan segalanya. Mungkin Riana harus rela melepaskan Gean. Mungkin pula pria itu tidak sudi untuk melihatnya lagi.Riana menekuk kakinya, menunduk menenggelamkan wajah dikedua lipatan tangan. Menangis terisak dalam diam.Jika mencintai ternyata sesulit dan sesakit ini. Riana ingin memutar waktu, kembali pada masa itu. Memilih menetap di san

  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Masa Lalu 2: Pemberontakan Riana

    Riana merapikan barang miliknya yang tersimpan rapi di camp khusus anggota. Memasukkanya dalam sebuah kardus besar. Wanita itu bersungguh-sungguh atas ucapannya. Keluar dari tempat ini adalah salah satu tujuan Riana sejak dulu. Bukan, bukan hanya karena Gean. Gean hanya salah satu alasan terbesar Riana untuk pergi dari tempat ini. Riana mencintai Gean, sangat mencintainya. Selama beberapa tahun mereka menjalin hubungan, Riana tidak pernah mengungkap identitas aslinya pada sang kekasih. Ia tidak ingin kekasihnya itu mengetahuinya sekarang. Bagaimanapun, Riana tidak siap jika ia harus kehilangan Gean. Selain itu, alasan penting Riana adalah, karena ia sudah muak dengan semuanya. Organisasi ini begitu mengekang, membelenggu hidupnya. Ia terikat oleh perintah misi yang mengharuskannya merenggut sesuatu yag berharga dari orang lain. Senyum, tawa, teman, keluarga, harta, bahkan nyawa mereka. Membuat Riana selalu dirundung perasaan bersalah, yang kian hari semakin menggunung. Menyesakk

  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Masa Lalu 1: Riana Gagal Misi

    Jakarta, 28 tahun yang lalu. Tiga mobil van berhenti di depan sebuah gedung megah. Prajurit berseragam khusus yang memiliki lambang bunga aster kecil di dada kirinya keluar secara bertahap.Mereka bersenjata lengkap. Beberapa berjaga di luar, mengambil posisi siap menyerang. Beberapa lagi masuk menyerbu dengan cara masuk mengendap-endap. Ini misi pertama mereka yang dilakukan secara berkelompok.Mereka segera berpercar setelah berhasil masuk, mencari target. Riana dan Martin adalah anggota pengepung dalam. Keduanya pun segera memisahkan diri setelah yang lain berpencar. Mereka menuju ruang bawah tanah. Sebelumnya mereka diberi peta gedung yang memiliki banyak ruang ini. Salah satu target bisa saja berada di ruang bawah tanah, yang sengaja mereka bangun untuk bertransaksi dengan para penjual pasar hitam. Ya, gedung megah ini adalah tempat transaksi bagi para penjual dan pembeli pasar hitam. Banyak dari mereka adalah orang berpengaruh, sebagian lagi hanya terjebak dan sulit keluar

  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Pembunuh

    Baru saja mobil mereka memasuki pekarangan rumah, pandangan mata Riana langsung tertuju pada sebuah mobil yang terparkir tak jauh dari sana. Wanita itu segera melompat turun, sadar bahwa suaminya sudah kembali dari luar kota. Tapi, ini belum genap sehari, kenapa Gean sudah kembali? Gegas Riana memasuki rumah, namun langkahnya terhenti di ambang pintu. Gean tidak sendirian, melainkan ada tiga orang lainnya di sana. Riana tertegun dengan kehadiran Martin di rumahnya. Laki-laki itu duduk pertumpang kaki, bersandar pada sofa. Wajahnya begitu cerah dengan senyum yang mengembang sempurna. Rona bahagia begitu terpancar, menunjukkan kepuasaan di sana. "Sedang apa kau di sini?" Riana bertanya dengan geraman tertahan, kedua tangannya mengepal erat. "Menunjukkan kebenaran," jawabnya santai. Riana melirik Gean yang masih fokus pada sebuah kamera, wanita itu membelalak. Riana berlari mendekat, dia duduk bersimpuh di samping kaki sang suami. "Mas." Riana memanggil Gean yang masih bergeming,

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status