Share

Personil Elite Lost

Penulis: Garis_Langit
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Riana berjalan melewati orang-orang yang masih berpeluh di dahinya. Mereka berjajar di sepanjang jalan. Langkah Riana cepat dan tegas, wajah cantik tanpa kerutan itu terlihat kusut.

"Kenapa kalian LENGAH?!!!" sentak Riana diakhir kalimatnya, seraya berhenti melangkah dan berbalik menatap semua rekannya. Wanita itu memijat pelipisnya, "apa yang hilang?"

"Berkas lost." jawab Paul cepat.

Riana memejamkan mata rapat, kepalanya mendadak pening. Sudah dipastikan, siapa pun yang mengambilkan berkas itu, pasti berhubungan dengan lost.

Entah mereka adalah orang-orang Lost atau bukan. Yang jelas, Riana tidak bisa membiarkan siapa pun mengambil berkas itu darinya.

"Berapa orang?"

"Dua..." jawab seseorang di sisi kiri Riana, lirih.

"Mereka hanya dua orang, tapi kalian tidak sanggup menangkap mereka?!!" Nada bicara Riana meninggi, kesal setengah mati.

Barisan pria kekar yang tadi mengejar Randu serentak menunduk.

"Kalian memiliki tubuh tinggi yang kekar, tapi kalian begitu lambat hingga ke
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Terungkap

    Kenyataan bahwa dirinya hanya anak adopsi cukup melukai hati pemuda itu, apalagi Randu tidak tahu menahu perihal ibunya selama ini. Siapa orang tua angkatnya selama ini? Hal apa saja yang mereka sembunyikan? Randu ingin sekali bertanya banyak hal. Tentang mengapa ibunya ada dalam daftar personil elite lost. Tentang mengapa ibunya menyembunyikan identitas aslinya. Dan, apa yang ibunya lakukan selama ini. Tapi, Randu harus menahan diri untuk tetap berpura-pura tidak tahu. Barangkali selama ini sang ayah juga tidak tahu apa-apa. Randu tidak ingin merusak hubungan kedua orang tuanya. Randu berjalan menuruni tangga menuju ruang makan. Seperti biasa, makan bersama sebelum berangkat sekolah. Sejujurnya, Randu ingin menghindari momen ini. Randu tidak ingin ditanyai ini dan itu. Dia sedang tidak ingin bicara. Otaknya masih memproses semua hal yang baru-baru ini dia temukan. Juga hal-hal yang belakangan ini terjadi secara tidak terduga. Pemuda itu duduk disamping Riana, demi mengh

  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Tawaran

    "Jangan katakan apa pun dulu pada Nona, dan untuk sementara rahasiakan ini dari Raiden!" Perintah Paul. Ethan menoleh, "Kau ingin dipenggal?!" "Kau ingin dibakar hidup-hidup?!" Balas Paul melotot. Ethan mendengus, sungguh tidak ada jalan aman bagi mereka. "Rahasiakan ini sementara dari orang-orang, terutama dari Nona. Kita akan bergerak diam-diam untuk mengambil kembali berkas itu. Jika sampai ada yang tahu..., berarti informasi itu darimu!" Ethan mendelik, "Terserah," pria itu mengetuk meja tiga kali, "memangnya kau punya rencana?" "Untuk saat ini, tidak!" Jawab Paul datar. "Owh, sialan! Kau benar-benar ingin dipenggal!!" Umpat Ethan kesal. Pria itu beranjak dari tempatnya. Membiarkan pria berkepala plontos itu sendiri.Paul mengusap kepalanya frustasi, mengapa harus Randu yang mengambilnya? Sungguh, jika Riana tahu, wanita itu akan mengamuk. Putra semata wayangnya, akhirnya mengetahui identitas asli sang ibu. Jika saja orang yang mencurinya adalah orang lain, Paul tidak aka

  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Pertama Kali

    Paul tidak mengatakan bahwa ia menyerah, hanya saja ia tidak memiliki cara untuk mendapatkan kembali berkas yang dicuri. Padahal, selama ini Paul dijuluki ahli strategi. Seberapa kuat musuh, seberapa hebat taktik, seberapa banyak hal yang menghalangi, dan sesulit apa pun misi mereka. Paul selalu menemukan jalan keluar. Maka, ketika Paul disatukan dalam misi bersama Riana. Bisa dipastikan mereka akan menjadi dua kali lipat lebih baik. Terkadang musuh akan mundur tanpa diminta, menyerah begitu saja tanpa perlawanan. Seakan tahu, bahwa berhadapan dengan keduanya adalah hal yang paling membahayakan. Namun, kali ini Paul terlihat putus asa. Tidak ada satu pun jalan yang bisa Paul tempuh untuk membuatnya tetap aman. Semua cara yang pernah Paul lakukan adalah cara kotor yang menyiksa. Menyisakan pilu pada setiap penerimanya. Jika Paul melakukan itu, Riana akan membalasnya dua kali lipat lebih kejam. Dengan cara yang tak akan pernah Paul duga. Sudah dikatakan, bahwa Riana mematikan den

  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Paket 1

    "Kenapa kamu biarin, Ri?! Randu itu bohong sama kita!!" sentak Gean, "kamu tahu kalau bohong satu kali, akan membawa kebohongan selanjutnya!" "Mas-" "Kamu tahu aku gak pernah suka dibohongin, Ri! Kamu tahu aku gak suka main rahasia." Riana terdiam, perkataan Gean barusan seperti menyindirnya. Semua tentang Riana adalah rahasia. Dan, demi menyembunyikan masa lalunya, Riana berbohong pada Gean, dia menyembunyikan semuanya. Seandainya kamu tahu, mas. Bahwa dibalik aku yang kamu tahu, banyak rahasia yang kugenggam. Tentangku dan masa laluku yang mungkin tidak akan pernah bisa kamu maafkan. Karena itu, aku memilih untuk menyembunyikan. Maaf ."Ri, kamu harus ngomong sama Randu!" kali ini Gean merajuk. Riana menghela napas, "Mas, Randu butuh waktu. Kasih dia ruang buat sendiri. Kamu denger, kan, dia ngomong apa?" "Iya, tapi-" "Randu itu udah dewasa, dia tahu mana yang baik dan buruk. Dia udah bisa buat keputusan sendiri.""Memangnya kamu siap kehilangan Randu?" suara Gean melirih. A

  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Markas Lost

    Gean menanggalkan jasnya, melempar asal pakaian mahal itu ke atas sofa. Dia membuka dasi yang seharian ini terasa seperti mencekik. Sejujurnya Gean lelah, dan ingin segera pulang, namun berkas yang menumpuk tidak bisa diabaikan. Sebagai Direktur, Gean harus bertanggung jawab penuh atas kendali perusahaan. Meski secara resmi perusahaan ini adalah miliknya. Tapi, Gean tidak bisa semena-mena. Perusahaan yang bergerak dibidang properti ini adalah milik sang ayah. Yang diturunkan secara langsung padanya. Meski awalnya Gean enggan, namun dengan segala bujuk rayu sang ibu akhirnya Gean tak kuasa menolak. Pada akhirnya, perusahaan ini menjadi tanggung jawabnya. Tok tok tok "Masuk!" Seorang perempuan masuk, membawa setumpuk berkas juga sebuah Ipad di tangannya. Gean yang melihat itu lagi-lagi menghela napas. Setelah menyimpan semua berkas di atas meja, perempuan bernama Bisya yang menjabat sebagai sekretarisnya itu mengulurkan sebuah Ipad ke hadapan Gean. Ipad yang memperlihatkan jadwal

  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Martin

    "Jangan sebut itu brengsek! Kau juga pengkhianat!" Martin berdiri mendekat pada Riana. Jarak mereka terlampau dekat, hingga Martin bisa merasakan napas memburu wanita di depannya. Kemudian dia mengangkat sebelah tangan, sebagai tanda agar kedua pria yang sejak tadi mengungkung Riana, melepaskannya.Dilepaskanlah Riana dengan begitu kasar, dan kedua pria itu berlalu pergi entah ke mana. Sedang Martin memandangi wajah Riana dari dekat. Menatap tepat pada manik yang membara ditelan amarah. Pria itu tersenyum, menepuk pundak Riana. "Jangan sentuh aku sialan!" Cecar Riana seraya menepis kasar tangan Martin. "Tidak ada yang berubah darimu," Martin menjauhkan tubuhnya, "kau masih secantik dulu." PlakkkkSatu tamparan keras mendarat di pipi Martin, meninggalkan jejak kemerahan yang nampak kontras dengan kulit pucat pria itu."Aku tahu kau membenciku, tapi bisakah kau meninggalkanku dan hidup di jalan masing-masing? Aku sudah meninggalkan tempat ini bertahun-tahun yang lalu!" Martin tam

  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Dari Sisi Randu

    Randu' side Semuanya dimulai ketika hari itu, dua sosok pria yang menghadang jalanku dan juga ibu. Mereka menyapa seolah telah mengenal ibuku sejak lama. Setelahnya, aku melihat wajah ibuku begitu murka, hingga menampar salah satu dari mereka. Tapi hari itu, aku pun mengetahui sebuah fakta, bahwa aku bukan putra kandung kedua orang tuaku. Syok, aku menghindari ayah ibuku setelah mengetahui itu. Tapi, berbagai kejadian aneh pun di mulai. Mulanya aku menemukan ibuku yang pergi diam-diam ditengah malam. Kupikir ibuku memiliki pria simpanan. Atau seperti yang biasa disebut selingkuhan. Namun, rupanya aku keliru. Ibuku memasuki sebuah bangunan di tengah hutan, bangunan tua yang tidak berpintu. Yang rupanya pintu itu disembunyikan agar bangunan tersebut tidak terlihat.Di dalam gedung, banyak hal yang kulihat. Terlebih senjata-senjata yang tak banyak kuketahui berjajar begitu rapih. Serta ibuku yang begitu dihormati ketika beliau datang ke sini. Setelahnya, aku mendap

  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Dika Disekap

    Seorang pria jangkung menyerahkan selembar dokumen berisi data diri lengkap pada Martin. Data diri Randu sesungguhnya yang hanya mereka tahu. Martin menerimanya, "Kau sudah mengirimkan hadiah spesialnya?""Sudah, pak.""Bagus. Kita tinggal menunggu mangsa menangkap umpan""Tapi, pak-""Kenapa?""Sebelumnya Randu menerima sebuah buket bunga dari seseorang. Bunga mawar biru, lambang organisasi."Pria itu menyerahkan beberapa foto hasil membuntuti Randu. Kening Martin mengkerut. "Randu punya pacar?" Martin tidak menangkap maksud si pria. Bisa jadi seseorang dari mereka rupanya ikut menginginkan putra dari petinggi Lost dulu. "Sejauh ini, Randu tidak pernah dekat dengan wanita mana pun." Jawabnya lugas. Martin terdiam sejenak, "Mungkinkah pengagum rahasia?" lantas pria itu bergumam. Si pria menahan napas, mengatupkan bibirnya sedikit kesal, kenapa Martin mendadak menjadi tidak peka?"Pak, maksud saya. Mungkinkah seseorang di organisasi ini juga menginginkan Randu? Mengingat tidak ada

Bab terbaru

  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Sudah Berakhir

    Gean menatap bingkisan yang lagi-lagi dikirim tanpa nama si pengirim. Beberapa saat lalu seseorang membunyikan bel rumah. Lalu, meninggalkan sebuah kotak berukuran kecil yang dibungkus dengan kertas coklat di depan pintu. Gean merobeknya kasar, hingga isinya berhamburan. Ada beberapa foto di dalamnya. Sama persis dengan kejadian tempo lalu saat seseorang mengirim bingkisan yang sama, juga berisi foto-foto blur di ruang kerjanya.Awalnya Gean ingin membuang semua foto itu tanpa perlu repot melihatnya. Namun, kemudian pria itu membelalak, ketika matanya menangkap sosok yang begitu ia kenal dalam foto tersebut. Sosok jangkung yang tengah disekap dengan kedua tangan terikat ke belakang, juga todongan senjata di belakang kepala, adalah Randu, putranya. Gean membalik foto tersebut, mencari petunjuk. Terdapat tulisan tangan yang Gean yakini adalah sebuah alamat. Tanpa pikir panjang, gegas pria itu menyambar jaket serta kunci mobil. Belum juga Gean meraih knop pintu, getaran ponsel menghe

  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Hampir Berakhir

    Dengan langkah terseok-seok, juga kondisi tubuh yang tidak benar-benar baik. Riana memaksa kakinya melangkah mencari Randu. Mendobrak setiap pintu yang ia temui. Jika tidak beruntung, Riana akan bertemu musuh, kembali bertarung alih-alih kabur, kembali terluka, kembali bangkit untuk mencari sang putra. Tidak ia pedulikan sekujur tubuhnya yang terluka, rasa nyeri yang menjalar, juga pakaiannya yang compang-camping. Pikiran Riana hanya tertuju pada satu hal, memastikan Randu keluar dari tempat ini dengan aman dan selamat. Riana kembali menemukan sebuah ruangan. Kali ini tidak dia dobrak, sesaat wanita itu berpikir, kemungkinan ini adalah ruangan terakhir di gedung ini. Jika Riana tidak menemukan mereka, maka dia harus pergi ke gedung lain. Wanita itu menarik napas panjang, kemungkinannya 50:50, jika benar ini ruangan tempat Paul dan Randu sembunyi, maka dia selamat. Tapi, jika ruangan ini berisi orang-orang Lost.... Habislah Riana! Kemudian wanita itu mengetuk pintu."Paul! Kau d

  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Fakta Tentang Martin

    Beku, Riana hanya berdiri mematung di depan pintu, dengan senjata api yang mengacung tepat di hadapan kepala Randu. Pemuda itu baru saja membuka mata, menatap sang Ibu dengan pandangan sendu. Martin bertepuk tangan gembira seolah tujuannya sudah tercapai. Pria yang pernah menjadi rekannya itu tersenyum begitu lebar. "Aku tidak tahu bahwa ikatan batin kalian sekuat ini!" Pekiknya senang, "yang membuatku sangat senang kau tahu, Riana? Adalah, bahwa kau datang sendiri ke sini dengan senang hati tanpa aku perlu repot-repot menyusun rencana untuk memancingmu datang." Jelas Martin menyeringai. Riana hanya menatap pria itu datar tanpa minat. "Apa kau tahu apa yang membuatmu menjadi pengecut, Martin? Kenyataan bahwa kau selalu melibatkan orang-orang terdekatku hanya untuk memancingku." Balas Riana datar. Senyum Martin pudar, seiring dengan Riana yang melangkah maju semakin dekat. Wanita itu tetap mengacungkan senjatanya, namun kali ini dia arahkan pada Martin. “Maju selangkah lagi, kulub

  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Harinya

    Angin dingin berhembus, menerbangkan jaket yang Randu kenakan tanpa dikancing itu, motornya kencang membelah jalanan. Malam yang semakin larut, hanya tinggal beberapa kendaraan saja. Pikiran Randu bercabang, banyak sekali pertanyaan yang bersarang. Setelah Martin datang untuk kedua kalinya, dan mengatakan fakta lain yang lebih mengejutkan, Randu tidak bisa berpikir jernih sekarang. Sebelum Martin benar-benar pergi, Randu mengejar pria itu. Menarik tangannya hingga dia berbalik menghadap Randu. "Kau tidak mungkin ayah kandungku!" Sentak Randu. Martin memiringkan kepala, "Aku harus dapat kepercayaanmu? Fakta bahwa kau putraku itu sudah cukup." "BERHENTI!!" Randu berteriak. "Berhenti mempermainkan hidupku. Apa yang kau mau? Sebenarnya apa tujuanmu?!" Martin hanya tersenyum. "Kembalilah pada Ayahmu, putraku." Randu tidak bisa berhenti memikirkan itu. Dalam hati dia memaki orang yang mengaku sebagai Ayah kandungnya. Kenapa harus Martin? Kenapa? Laki-laki itu bajingan, dia buka

  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Ayah Kandung

    “Bagaimana kau tahu tempat ini?” tanya Riana terkejut. Bagaimana Riana tidak terkejut. Sekalipun Riana tidak pernah mengatakan perihal tempat ini kepada siapa pun kecuali rekan-rekannya yang ikut bersamanya. Markas yang Riana dirikan, berada di tempat terpencil sekaligus tersembunyi. Sengaja ia memilih tempat ini, karena lebih memungkinkan bersembunyi. Selain tempat, keamanan juga Riana terapkan cukup ketat. Lalu, tiba-tiba Claire datang, tanpa pemberitahuan, setelah bertahun-tahun lamanya.Sebagai tamu, kenapa Claire tidak datang ke rumahnya? Kenapa dia tahu tempat ini? Apa tujuannya?Prasangka-prasangka buruk kembali berkelebatan di benak Riana. "Bagaimana kau bisa masuk? Aku tidak pernah memberitahumu tentang ini. Darimana kau tahu?" Riana bertanya betubi-tubi."Maaf, Riana. Aku lancang datang ke tempat persembunyianmu. Tapi, aku tahu tempat ini setelah mengikuti putraku."“Apa?!” Riana membelalak.“Saat itu, aku datang ke rumahmu. Ingin menyapa, melihat putraku. Tapi, aku tid

  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Orang tua Kandung

    Segurat ingatan masa lalu menyeruak dipikiran Riana. Mungkin pula itu sebab Martin mendendam padanya.Padahal saat dulu, Riana sering kali mengajak keluar dari tempat itu bersamanya, melepas belenggu yang mengikat. Menjalani kehidupan biasa. Layaknya orang-orang.Sayangnya, Martin selalu menolak mentah-mentah. Berdalih bahwa tempat itu sudah seperti rumah baginya. Tidak ada tempat bagi orang-orang sepeti mereka di luar sana.Setelah berhasil melepaskan diri, kini Riana harus kembali ditarik ke dalam belenggu menyesakkan, yang membuat hidupnya selama ini tidak bebas. Padahal, perjuangan Riana agar bisa lepas tidaklah main-main.Masa lalu itu menghancurkan segalanya. Mungkin Riana harus rela melepaskan Gean. Mungkin pula pria itu tidak sudi untuk melihatnya lagi.Riana menekuk kakinya, menunduk menenggelamkan wajah dikedua lipatan tangan. Menangis terisak dalam diam.Jika mencintai ternyata sesulit dan sesakit ini. Riana ingin memutar waktu, kembali pada masa itu. Memilih menetap di san

  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Masa Lalu 2: Pemberontakan Riana

    Riana merapikan barang miliknya yang tersimpan rapi di camp khusus anggota. Memasukkanya dalam sebuah kardus besar. Wanita itu bersungguh-sungguh atas ucapannya. Keluar dari tempat ini adalah salah satu tujuan Riana sejak dulu. Bukan, bukan hanya karena Gean. Gean hanya salah satu alasan terbesar Riana untuk pergi dari tempat ini. Riana mencintai Gean, sangat mencintainya. Selama beberapa tahun mereka menjalin hubungan, Riana tidak pernah mengungkap identitas aslinya pada sang kekasih. Ia tidak ingin kekasihnya itu mengetahuinya sekarang. Bagaimanapun, Riana tidak siap jika ia harus kehilangan Gean. Selain itu, alasan penting Riana adalah, karena ia sudah muak dengan semuanya. Organisasi ini begitu mengekang, membelenggu hidupnya. Ia terikat oleh perintah misi yang mengharuskannya merenggut sesuatu yag berharga dari orang lain. Senyum, tawa, teman, keluarga, harta, bahkan nyawa mereka. Membuat Riana selalu dirundung perasaan bersalah, yang kian hari semakin menggunung. Menyesakk

  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Masa Lalu 1: Riana Gagal Misi

    Jakarta, 28 tahun yang lalu. Tiga mobil van berhenti di depan sebuah gedung megah. Prajurit berseragam khusus yang memiliki lambang bunga aster kecil di dada kirinya keluar secara bertahap.Mereka bersenjata lengkap. Beberapa berjaga di luar, mengambil posisi siap menyerang. Beberapa lagi masuk menyerbu dengan cara masuk mengendap-endap. Ini misi pertama mereka yang dilakukan secara berkelompok.Mereka segera berpercar setelah berhasil masuk, mencari target. Riana dan Martin adalah anggota pengepung dalam. Keduanya pun segera memisahkan diri setelah yang lain berpencar. Mereka menuju ruang bawah tanah. Sebelumnya mereka diberi peta gedung yang memiliki banyak ruang ini. Salah satu target bisa saja berada di ruang bawah tanah, yang sengaja mereka bangun untuk bertransaksi dengan para penjual pasar hitam. Ya, gedung megah ini adalah tempat transaksi bagi para penjual dan pembeli pasar hitam. Banyak dari mereka adalah orang berpengaruh, sebagian lagi hanya terjebak dan sulit keluar

  • Ibuku Bukan Wanita Biasa    Pembunuh

    Baru saja mobil mereka memasuki pekarangan rumah, pandangan mata Riana langsung tertuju pada sebuah mobil yang terparkir tak jauh dari sana. Wanita itu segera melompat turun, sadar bahwa suaminya sudah kembali dari luar kota. Tapi, ini belum genap sehari, kenapa Gean sudah kembali? Gegas Riana memasuki rumah, namun langkahnya terhenti di ambang pintu. Gean tidak sendirian, melainkan ada tiga orang lainnya di sana. Riana tertegun dengan kehadiran Martin di rumahnya. Laki-laki itu duduk pertumpang kaki, bersandar pada sofa. Wajahnya begitu cerah dengan senyum yang mengembang sempurna. Rona bahagia begitu terpancar, menunjukkan kepuasaan di sana. "Sedang apa kau di sini?" Riana bertanya dengan geraman tertahan, kedua tangannya mengepal erat. "Menunjukkan kebenaran," jawabnya santai. Riana melirik Gean yang masih fokus pada sebuah kamera, wanita itu membelalak. Riana berlari mendekat, dia duduk bersimpuh di samping kaki sang suami. "Mas." Riana memanggil Gean yang masih bergeming,

DMCA.com Protection Status