Home / Romansa / Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa / 27. Stok ASI Selama Seminggu

Share

27. Stok ASI Selama Seminggu

Author: prasidafai
last update Last Updated: 2025-02-18 18:20:10

“Aku tidak akan mengulanginya, Sydney. Pergi dan lakukan tugasmu.” Suara Morgan terdengar dingin, nyaris tanpa emosi.

Sydney memejamkan mata erat. Seakan dengan begitu, dunia yang sedang menghimpitnya bisa menghilang.

Namun, kenyataannya udara di sekitar Sydney masih sesak, napasnya masih terasa berat, dan pria di depannya masih berdiri dengan mata tajam seperti belati yang siap menikamnya kapan saja.

Tanpa berkata apa-apa, Sydney bangkit dari ranjang dengan tubuh yang masih gemetar. Wanita itu merapikan bajunya yang kusut, lalu berjalan tertatih menuju kamar si kembar.

Tidak ada satu kata pun yang keluar dari bibirnya, tetapi isakan kecil yang tertahan masih terdengar di ruangan itu.

Morgan hanya menatap Sydney dengan wajah datar tidak peduli.

Tangisan bayi masih terdengar dari pengeras suara. Sydney mengikuti suara itu dengan langkah limbung, menuju kamar si kembar.

Sydney mendorong pintu kamar si kembar dan mendapati dua bayi mungil itu terbaring di dalam boks mereka. Jade m
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
nayara Huwaida
ya elah di usirkan,bukanya diam² aja susun rencana malah cari masalah
goodnovel comment avatar
Ellea Neor
tuh kan diusir jadinya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   28. Anjing Buas yang Lepas

    "Kau tidak akan berkata apa-apa?" Morgan menatap Sydney dengan tajam, seolah ingin mengorek setiap reaksi dari wanita itu. Namun, Sydney tetap diam. Wanita itu menggigit bibirnya yang sudah terluka sejak tadi, lalu perlahan menundukkan kepala. Tidak ada gunanya berdebat. Tidak ada gunanya menangis di depan pria yang sudah memutuskan untuk membuangnya. Sydney hanya menggeleng pelan. Tanpa menunggu tanggapan, pria itu berbalik dan melangkah pergi, meninggalkan Sydney sendirian di bawah langit yang mulai gelap. Saat itulah, Sydney justru merasakan sesuatu yang begitu menusuk di dalam dadanya. Dia sudah tahu sejak awal bahwa dirinya hanya sementara di sini. Bahwa waktunya bersama si kembar tidak akan bertahan selamanya. Namun, mengapa rasanya seperti ini? Mengapa saat perpisahan ada di depan mata, hati Sydney justru semakin tertambat pada mereka? Sydney menatap ke arah jendela kamar bayi di lantai atas. Jade dan Jane mungkin sedang terlelap sekarang, tidak tahu bahwa wanita yang s

    Last Updated : 2025-02-18
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   29. Menyiram Makam Isaac

    Anak buah Morgan yang duduk di kursi kemudi, menoleh ke arah Sydney dari kaca spion. "Kita berangkat sekarang?” Sydney mengangguk pelan, lalu mobil melaju menjauh dari mansion yang selama ini menjadi tempat Sydney bernaung. Sydney menggigit bibir, menahan sesuatu yang mendesak di dada. Lalu mengeluarkan ponsel dari dalam tas. Setidaknya untuk yang terakhir kali, Sydney harus berpamitan pada Morgan walaupun hanya melalui pesan, "Aku sudah tidak ada di rumah. Tuan bisa pulang ke mansion, Jade dan Jane sedang menunggu." Pesan terkirim. Sydney menunggu beberapa saat. Namun, tanda centang masih menunjukkan warna abu-abu. Sydney menghela napas. Mobil berhenti beberapa jam kemudian. Pria di kursi kemudi melirik Sydney lagi dari spion. "Sebelum kami menurunkanmu, ada sesuatu yang harus kau tanda tangani." Sydney mengernyit. Pria di sebelah Sydney membuka map hitam, mengeluarkan selembar kertas, lalu menyodorkannya pada wanita itu. Sydney menerima itu dan membacanya dalam hati, ‘Perj

    Last Updated : 2025-02-18
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   30. Menyedihkan!

    Hujan mulai turun, menyisakan dentingan rintik di atas aspal yang basah. Sydney masih berdiri di depan gerbang rumah Lucas, meski tubuhnya sudah menggigil. Pakaian Sydney pun basah kuyup, rambutnya menempel di wajah, dan ujung jemarinya mati rasa. ‘Aku tidak akan pergi tanpa barang-barang Isaac,’ batin Sydney. Ben, satpam yang tadi mengusirnya, masih berjaga di pos. Sesekali dia melirik ke arah Sydney dengan tatapan jengah, tetapi Sydney tetap tak bergerak. "Lihatlah dirimu," ucap Ben dengan nada mengejek. "Bahkan setelah diusir, kau tetap berdiri di sini. Menyedihkan!" Sydney menatap Ben dengan mata tajam. Ben mendengkus, lalu kembali ke dalam pos satpam, membiarkan wanita itu berdiri dalam dingin yang menusuk. Malam semakin larut. Sydney sudah tidak bisa merasakan dingin lagi, mungkin tubuhnya mulai mati rasa. Setiap mobil yang masuk atau keluar membuat jantung Sydney berdegup kencang. Matanya terus mencari sosok Lucas di balik kaca mobil yang melintas. Namun, pria i

    Last Updated : 2025-02-19
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   31. Calon Mertua Lucas

    "Kumohon, Sayang. Biarkan kami membantu," mohon Ghina, suaranya terdengar serak. Sydney menatap Ghina sambil menghela napas supaya air matanya tidak jatuh. Jemarinya yang ramping mengetik sesuatu di ponsel, lalu memperlihatkannya kepada sang bibi. "Aku tidak bisa menerima ini. Ini terlalu berlebihan." Ghina menggeleng, wajahnya penuh keputusasaan. "Sayang, kau tidak bisa terus seperti ini. Kau masih muda, masa depanmu panjang, dan kau harus menghadapi utang ini sendirian. Biarkan kami membantumu!" Sydney tetap diam. Pikirannya berkecamuk. Sydney menghargai niat baik Ghina dan Fred, tetapi menjual rumah pernikahan mereka hanya demi dirinya? Itu bukan solusi yang bisa Sydney terima begitu saja. Air mata mulai menggenang di mata Ghina. "Tante tidak ingin kau menanggung semua ini sendirian, Sayang," ucap Ghina lirih. "Tante tidak bisa tenang melihatmu seperti ini. Kau kehilangan Isaac, kehilangan segalanya, dan sekarang kau harus menanggung utang Lucas! Itu sangat tidak adil, Sayan

    Last Updated : 2025-02-19
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   32. Emosi yang Mendominasi

    "K-kau mau ikut, Sydney?" Fred tampak terkejut, suaranya sedikit bergetar saat melontarkan pertanyaan itu. Tatapannya sekilas melirik Ghina, seakan meminta bantuan. Sementara Ghina tengah menggenggam tas tangannya lebih erat, berharap bisa meluruhkan keresahannya dengan melakukan itu. Sydney tak menjawab. Dia hanya berdiri tegak, matanya menatap lekat keduanya. "Kami kira kau belum siap mengurus perusahaan," sambung Ghina cepat, berusaha mengendalikan situasi. "Kau masih sangat emosional. Sementara keputusan yang diambil saat emosi sedang mendominasi biasanya kurang baik." Sydney mengangkat salah satu alisnya. Ghina secara tidak langsung baru saja mengatakan bahwa mental Sydney sedang tidak stabil. Walaupun itu fakta, Sydney tidak suka mendengarnya. Ghina menarik napas, lalu menambahkan, "Kau tenang saja, Sayang. Dewan Direksi tahu kalau kau adalah ahli waris yang sah. Mereka bisa menunggu hingga kamu siap." Sydney masih diam, tetapi ekspresinya tak berubah. Ghina melirik Fre

    Last Updated : 2025-02-19
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   33. Puluhan Ibu Susu

    “Dia sedang di dalam salon, melakukan perombakan total,” lapor Ronald, salah satu anak buah Morgan yang bertugas mengikuti Sydney dengan datar. “Potong rambut, perawatan kulit, manikur, pedikur.” Morgan duduk di kursi besar dalam ruang kerja, satu tangan memegang gelas kristal berisi whiskey, sementara tatapannya mengarah ke jendela besar yang memperlihatkan halaman depan mansion. “Sendirian?” tanya Morgan sambil mengangkat salah satu alis. “Ya, Tuan. Dia langsung masuk ke dalam tanpa banyak bicara. Hanya menunjukkan pesan di ponselnya untuk memberi instruksi kepada staf salon.” Morgan menghela napas pelan. “Lanjutkan,” perintah Morgan. Ada jeda singkat sebelum Ronald melanjutkan laporan. “Saya juga menemukan sesuatu yang aneh tentang Sydney Agency,” sahut Ronald di seberang telepon terdengar lebih hati-hati. “Aneh seperti apa?” tanya Morgan, mendengarkan lebih serius “Saya mendapatkan dokumen dari kantor notaris yang menyatakan bahwa perusahaan sedang dalam proses pergantia

    Last Updated : 2025-02-20
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   34. Alasan Privasi Sialan!

    “Temukan secepatnya! Kita tidak mungkin bergantung pada satu orang,” perintah Morgan tegas. “Hubungi dokter untuk berjaga-jaga!” Morgan menggeram, rahangnya mengeras menahan frustasi. Jade dan Jane masih menangis, suara mereka semakin serak. Layla menunduk, begitu juga para pelayan lainnya. Tidak ada yang berani menjawab kecuali pria-pria berbadan besar yang merupakan anak buah Morgan. “Baik, Tuan!” sahut mereka hampir serempak. Tanpa berkata apa-apa lagi, Morgan berbalik, keluar dari kamar si kembar, dan melangkah ke kamarnya sendiri. Begitu pintu tertutup, pandangannya langsung tertuju pada benda kusut di atas meja. Morgan menatap kertas lusuh itu dengan rahang mengeras. Jemarinya mengusap bagian yang sudah hampir robek, bekas diremas dan diluruskan berulang kali. Undangan pernikahan Vienna dan Lucas Morgan menatap tulisan itu, pikirannya melayang ke beberapa waktu lalu. Sydney sangat tertarik dengan undangan ini. Bahkan, terobsesi. “Kau pergi melihat isi komputerku dan ru

    Last Updated : 2025-02-20
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   35. Dua Penculik Bejat

    Beberapa menit sebelumnya …. “Apa Anda ingin mencoba warna lipstik lain, Nona?” Sydney menatap bayangan dirinya di cermin besar salon. Rambut panjang cokelatnya yang dulu kusam dan tidak terawat kini telah tertata rapi dengan model butterfly cut. Kukunya yang biasanya pendek dan polos kini telah dihias rapi dengan warna nude yang elegan. Kulit wajahnya tampak lebih sehat, lembap, dan bercahaya setelah perawatan intensif selama beberapa jam. Sydney menggeleng pelan sebagai jawaban atas pertanyaan pegawai salon. “Baik, semuanya sudah selesai.” Pegawai itu tersenyum ramah. “Saya akan membantu Anda ke kasir.” Sydney berdiri, mengambil tas tangannya, lalu berjalan ke meja kasir. Beberapa wanita yang juga sedang melakukan perawatan di salon menoleh ke arahnya, terkejut melihat betapa cantiknya Sydney setelah transformasi ini. Setelah menyelesaikan pembayaran di Aurelia Beauty House, Sydney melangkah keluar. Udara sore yang sejuk menyambut wanita itu. Sydney berdiri di trot

    Last Updated : 2025-02-20

Latest chapter

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   166. Aku, Ibu Menyusui!

    “Kalian mendiskriminasiku,” protes Timothy, satu-satunya orang di antara mereka yang tidak bisa berbahasa isyarat.Timothy mencondongkan tubuh dan berbisik, “Apa yang kalian bicarakan? Sudah 10 menit kalian terus berinteraksi memakai bahasa isyarat. Aku merasa seperti patung.”Sydney tersenyum sambil menoleh. Dia mengetik sesuatu di ponselnya.“Maaf, Tim. Chester sedang membahas tentang kehadiran Vienna sebagai saksi, dan—tentu saja—tentang rasa jengkelnya pada Lucas.”Rasanya, Timothy masih seperti adik kecilnya yang dulu. Hanya sekarang pria itu lebih tinggi darinya.Timothy mengangkat kedua alis. Kemudian dia mengangguk-angguk pelan.Sementara Chester mengedikkan bahu dan melihat ke depan sambil menyilangkan tangan di depan dada.“Aku berniat meninju Lucas,” tukas Chester tanpa menoleh. “Kau akan melakukan apa padanya, Tim?”Timothy terkekeh. “Melihatmu. Aku tidak jago bela diri, Kak.”Chester sempat

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   165. Patut Dikasihani!

    “Apa kau benar-benar harus pergi sekarang?” tanya Sydney sambil menggerakan tangan. Hari di mana Morgan harus pergi cukup lama akhirnya tiba. Pria itu menghentikan langkahnya di depan pintu mansion. Angin pagi yang berembus pelan mengibaskan helaian rambutnya, sementara mata Sydney sudah berkaca-kaca. Sudah beberapa lama Sydney bersama Morgan, dia baru merasa kehilangan setelah pria itu berniat dinas panjang. Morgan menoleh dan melangkah mendekat. Dia mendekatkan wajahnya dan menatap mata Sydney dari jarak dekat. Pria itu mengangkat tangan dan mengusap pelan air mata yang mulai turun di pipi kekasihnya. “Dengar aku baik-baik,” bisik Morgan lembut. “Kau baru boleh pergi keluar sendiri setelah pengadilan resmi menjatuhkan hukuman untuk Bella, Vienna, dan Lucas. Mengerti?” Sydney mengangguk, cepat-cepat menghapus air mata yang tersisa dengan punggung tangan. Wanita itu tampak marah pada dirinya sendiri karena terlalu lemah. Morgan mendekatkan bibirnya ke telinga Sydney. “Aku jug

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   164. Ada yang Ingin Kukatakan

    Lucas melangkah keluar dari mansion Morgan dengan langkah berat dan bahunya jatuh. Dia mengepalkan tangan erat-erat, seperti hendak meninju siapa pun yang berani menghiburnya saat itu.Udara pagi yang dingin menusuk tulang, tetapi amarah di dalam diri Lucas lebih membakar dari apa pun.Setelah Lucas menghilang di balik pintu utama, Ken berdeham.“Jika ini semua untuk membalas dendam Sydney,” ucap Ken membuka obrolan sambil menyilangkan kaki dan melirik Morgan, “mengapa kau memberi mereka jalan untuk kabur?”Morgan menyesap kopinya perlahan. Asap tipis mengepul dari permukaan cairan pekat itu.“Akan lebih menyenangkan jika mereka kalah karena rasa putus asanya setelah terluka cukup parah,” jawab Morgan sambil menaruh cangkir di atas meja. “Aku ingin melihat mereka kejang-kejang sebelum mati.”Ken tertawa kecil. Bukan tawa lepas, melainkan semacam menahan geli yang menggelitik perutnya.Dia seperti sedang menyaksikan sebua

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   163. Untuk Siapa Lagi?

    “Kau melakukan itu untukku?” tanya Sydney seraya menaikkan kedua alis dan membentuk bahasa isyarat dengan kedua tangannya. Sydney merasa tenggorokanya kering, dan matanya belum beranjak dari milik Morgan—berusaha mencari jawaban lain, jika memang ada. Morgan mengangguk pelan. “Untuk siapa lagi?” tanya Morgan datar. “Dia mengganggumu dan hampir melukaimu. Aku tidak akan bisa memaafkannya. Lalu aku hanya memberinya kesempatan untuk bertemu dengan Bella. Kedua wanita itu berkomplotan.” Sydney menyipitkan mata, tubuhnya seketika kaku. “Berkomplotan?” tanya Sydney mengulang ucapan Morgan sambil menggerakan tangan perlahan. “Apa maksudmu mereka bekerja sama dalam kasus pemerkosaan itu?” “Ya,” jawab Morgan tanpa ragu. “Bella butuh pelampiasan. Olive butuh pelindung. Mereka memanfaatkan satu sama lain seperti memperdagangkan bencana. Apa kau marah padaku?” Seketika, dunia dalam kepala Sy

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   162. Itu Hal Mudah

    "Saya butuh waktu untuk berpikir beberapa menit." Suara Lucas akhirnya pecah di antara deru napas beratnya.Tangan Lucas yang masih menggenggam kemudi, kini mulai gemetar. Di luar sana, malam begitu hening. Namun di dadanya, badai bergemuruh tanpa henti.Terdengar tawa Morgan dari seberang telepon, nyaring dan penuh ejekan.“Mengapa jadi kau yang perlu waktu untuk berpikir?” tanya Morgan penuh sarkas. “Kau yang membutuhkanku, Lucas. Jika tidak mau, silakan pergi dan jangan mengotori pemandangan dimansion-ku.”Lucas menutup mata sejenak. Dia mengangkat tangan dan menyugar rambutnya ke belakang, menahan agar kepalanya tidak meledak karena frustrasi.Seluruh tubuh Lucas terasa seperti terbakar oleh amarah dan kekalahan sekaligus.Selama ini, Lucas pikir proyek pengawalan eksklusif itu adalah peluang besar. Kerja sama dengan Morgan akan membuat nama Zahlee Entertainment dan Monarch Legal Group naik kelas.‘Sejak awal Tuan Morgan memang hanya ingin menjebakku dan Vienna,’ ucap Lucas dalam

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   161. 'Menteri Perdagangan'

    Setelah berita beralih ke topik lain, Sydney melangkah cepat menuju ruang kerja Morgan. Dia meninggalkan Layla yang masih terpaku di sana.Namun, ada dua anak buah yang berjaga di depan ruang kerjanya. Saat melihat Sydney mendekat, keduanya membungkuk hormat.“Maaf, Nona. Tuan Morgan sedang mengadakan rapat daring dengan Menteri Perdagangan,” ujar salah satunya memberi tahu.Sydney menautkan alisnya, padahal ada banyak hal yang ingin di tanyakan.Wanita itu mengetik cepat di layar ponsel, lalu memperlihatkannya pada mereka berdua.“Beri tahu Morgan jika aku menunggu di kamarku.”“Akan kami sampaikan, Nona.” Salah satu dari mereka mengangguk.Sydney tidak berkata apa-apa lagi. Dia mencengkram ponsel dengan erat saat berjalan menjauh dengan langkah yang semakin cepat.Sesampainya di kamar, Sydney langsung menjatuhkan diri ke atas ranjang. Rambut panjangnya menjuntai ke sisi wajah, menutupi ekspresi muram yang mulai mengendap di sana.Sydney menarik napas panjang, lalu membuka portal ber

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   160. Tanganmu Bau Darah

    "Apa yang baru saja kulakukan ...." desah Bella lirih dan suaranya bergetar. Begitu pula dengan tangannya yang gemetar. Pistol yang masih mengepul itu jatuh dari genggamannya dan menghantam lantai dengan dentingan logam yang keras. Pandangan Bella mengabur dan napasnya tercekat. Di hadapannya, tubuh Olive terbujur kaku di lantai kafe. Darah mengalir dari dada wanita itu, membentuk genangan yang perlahan meluas. Yang membuat Bella ketakutan, mata Olive masih terbuka dan menatapnya penuh amarah. Sunyi mendadak mengurung ruangan. “P-Pembunuh! Dia membunuhnya!” teriak seseorang di sudut ruangan. Teriakan itu membangunkan semua orang dari keterpakuan mereka. Beberapa pengunjung memekik, sebagian lainnya merunduk ketakutan. Bella menoleh cepat dengan wajah yang memucat. Bola matanya bergerak liar, seperti rusa yang terjebak dalam jerat. Wanita itu berbalik. Dengan sorot mata penuh amarah, Bella menatap tajam kedua pengawalnya yang berdiri di belakangnya tanpa melakukan apa-apa. “B

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   159. Menyelamatkanku?!

    “Pergilah!” geram Bella dengan wajah memerah. “Kau sudah cukup beruntung masih selamat dari amukan Morgan. Jangan mencari masalah denganku!”Alih-alih mundur atau gentar, Olive justru menanggapi dengan tawa lebar, keras, dan penuh ejekan.Suaranya menggema di dalam kafe, membuat beberapa pasang mata yang semula hanya mengintip mulai terang-terangan menoleh.“Jangan seperti itu pada teman lamamu, Veronica,” ujar Olive berpura-pura sedih sambil memegang dadanya.Bella mengernyitkan dahi. Olive tidak biasanya memanggil Bella dengan nama panggung.“Veronica Pillpel kecil yang menggemaskan dan polos,” lanjut Olive sambil menyenderkan tubuh ke sandaran kursi, matanya bersinar penuh kemenangan.“Kau ingat? Kita sudah berteman sejak aku menemukan bakat luar biasamu di usia 17 tahun. Ya ampun, betapa cepat waktu berlalu.” Olive mengibaskan rambutnya ke belakang.Genggaman Bella pada gelas es kop

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   158. Hancur Bersama

    Bella menyandarkan punggungnya di kursi belakang mobil. Dia menatap layar ponsel tanpa benar-benar membaca apa pun. Wanita itu hanya menggulir layar ponsel ke atas dan ke bawah.Nina, sang manajer, baru saja membuka pintu mobil.“Kau mau beristirahat di mana?” tanya Nina sembari melirik ke arah kursi penumpang.“Bawa aku ke kafe,” desah Bella tanpa menoleh. “Aku butuh es kopi.”Tanpa bertanya lagi, Nina masuk ke kursi kemudi dan langsung menyalakan mesin. Mobil melaju perlahan menjauh dari lokasi syuting.Beberapa menit kemudian, mobil mereka berhenti di depan Pop Cafe, sebuah tempat kecil yang sering mereka datangi untuk kabur sejenak dari hiruk-pikuk dunia selebriti.“Kau ingin pesan apa? Yang biasa?” tanya Nina sambil menoleh ke belakang, bersiap keluar.Bella menghela napas panjang, kemudian melihat sekeliling. Keramaian kafe itu seperti magnet baginya kali ini.“Aku akan ikut kau turun,” jawab Bella sambil merapikan rambut dan memeriksa riasannya di spion tengah.Nina menaikkan k

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status