Share

35. Dua Penculik Bejat

Penulis: prasidafai
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-20 22:22:28

Beberapa menit sebelumnya ….

“Apa Anda ingin mencoba warna lipstik lain, Nona?”

Sydney menatap bayangan dirinya di cermin besar salon. Rambut panjang cokelatnya yang dulu kusam dan tidak terawat kini telah tertata rapi dengan model butterfly cut.

Kukunya yang biasanya pendek dan polos kini telah dihias rapi dengan warna nude yang elegan. Kulit wajahnya tampak lebih sehat, lembap, dan bercahaya setelah perawatan intensif selama beberapa jam.

Sydney menggeleng pelan sebagai jawaban atas pertanyaan pegawai salon.

“Baik, semuanya sudah selesai.” Pegawai itu tersenyum ramah. “Saya akan membantu Anda ke kasir.”

Sydney berdiri, mengambil tas tangannya, lalu berjalan ke meja kasir.

Beberapa wanita yang juga sedang melakukan perawatan di salon menoleh ke arahnya, terkejut melihat betapa cantiknya Sydney setelah transformasi ini.

Setelah menyelesaikan pembayaran di Aurelia Beauty House, Sydney melangkah keluar. Udara sore yang sejuk menyambut wanita itu.

Sydney berdiri di trot
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   36. Bad Girl

    Kesadaran Sydney perlahan kembali. Kelopak matanya terasa berat saat dia membuka mata untuk membiarkan cahaya redup menyelinap masuk. Sekilas, semuanya tampak kabur. Kepala Sydney masih berdenyut, dan tubuhnya terasa lemas. Namun, ada sesuatu yang lebih mengusik pikirannya dibanding rasa sakit itu. Seseorang ada di sana. Di sudut ruangan, duduk di kursi dekat tempat tidur. Morgan menatap Sydney dalam diam. Tatapan pria itu gelap dan tajam. Sydney langsung menegakkan tubuhnya. Pusing menghantam kepalanya seketika, tapi Sydney mengabaikannya. Pandangannya menyapu ruangan. ‘Ini … rumah orang tuaku,’ batin Sydney. Sydney menoleh ke arah nakas. Tidak ada apa-apa di sana selain lampu tidur dan segelas air putih. Dia mencari-cari sesuatu di sekitar tempat tidur, lalu di bawah bantal. Kosong. Morgan akhirnya bersuara. “Kau mencari apa?” Sydney mengangkat tangan, membentuk gerakan seperti sedang memegang telepon dan menempelkannya ke telinga. Morgan menatap Sydney sebentar sebelum ber

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-21
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   37. Paket Hadiah

    Sydney tersentak Wajahnya memanas, dan detik berikutnya, dia segera mendorong dada Morgan dengan sekuat tenaga. Pria itu mundur selangkah, nyaris tertawa ketika melihat ekspresi terguncang di wajah Sydney. Namun, sebelum Morgan sempat bersuara, Sydney sudah melompat turun dari meja, kemudian berlari ke kamar mandi tanpa menoleh. Morgan menggeleng kecil, sudut bibirnya masih melengkung. Sydney selalu berhasil menghiburnya, bahkan dalam situasi seperti ini. Pria itu menoleh ke arah pintu kamar mandi yang baru saja ditutup rapat. Suara gemericik air terdengar dari dalam, dan Morgan tetap bisa membayangkan seperti apa wajah merah padam Sydney saat ini. “Padahal saat menyusui Jade dan Jane, dia tidak menutupi bagian dadanya sama sekali walaupun ada aku.” Morgan berucap pelan, setengah berbicara pada dirinya sendiri. “Kau membuatku pusing, Sydney.” Tok! Tok! Tok! Senyum Morgan memudar ketika suara ketukan di pintu terdengar. Seketika kewaspadaan pria itu meningkat. Pintu kamar terbu

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-22
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   38. Kau Membuatnya Marah

    "Angkat saja, pakai pengeras suara. Aku akan merekamnya untuk berjaga-jaga," tukas Lucas tegang, tetapi dia mulai membuka ponselnya untuk merekam. Vienna menatap Lucas dengan rahang mengeras, kedua tangan mengepal di sisi tubuhnya. Dia menarik napas pendek dan tidak beraturan saat menatap ponsel berlumuran darah yang masih berdering di dalam kotak. Vienna menelan ludah. Jarinya bergetar saat menyentuh layar dan menekan tombol jawab. Seketika, suara pria di seberang telepon terdengar. Dalam, dingin, dan tanpa ekspresi. "Ini semua karena kamu, Vienna Zahlee.” “A-apa maksudnya?!” tanya Vienna dengan suara gemetar. “Kau tahu namaku?” “Dua pemilik ponsel ini bernasib tragis karena menerima pekerjaan darimu untuk menculik dan membunuh seseorang.” Pria di seberang telepon bicara lagi. Vienna membuka mulut, ingin membalas perkataan pria itu. Namun, dia kehilangan kata-katanya. “Ini peringatan pertama!” tukas pria itu dengan tegas. “Jika kau dan kedua orang tuamu masih mengganggunya, p

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-23
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   39. ASI Sydney Masih Melimpah

    Sydney baru saja selesai berganti pakaian setelah memompa ASI ketika Morgan mengetuk pintu kamarnya. Wanita itu menoleh, lalu mengernyit heran saat pria itu bersandar santai di ambang pintu dengan tangan terselip di saku celana. "Ayo makan," ajak Morgan dengan wajah datar. Sydney menatap Morgan sesaat sebelum menggeleng pelan. Dia meraih ponselnya di atas meja rias dan mulai mengetik. "Aku sedang tidak nafsu makan." Kepala Sydney masih terasa berat walaupun sudah lebih baik sejak beberapa menit lalu. Bayangan-bayangan mengerikan dan bisikan-bisikan sesat sedang merajai pikirannya. Morgan memperhatikan Sydney beberapa detik sebelum menghela napas. "Kau harus makan, Sydney. Atau setidaknya biarkan aku memasak sesuatu untukmu." Sydney mengangkat alis. Dia tidak menyangka Morgan bisa memasak. Di mansionnya, pria itu punya banyak pelayan yang mengerjakan seluruh keperluan Morgan. Melihat tatapan penasaran wanita itu, Morgan tersenyum tipis. "Tertarik?" Sydney berpikir sejenak, lal

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-24
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   40. Sebenarnya Kau Siapa?

    "Kau seharusnya membakar buku resep bodoh itu." Sydney menegang. Jari-jarinya yang hendak memotong steak terhenti di udara. Wanita itu mendongak. Dia mencari jawaban di wajah Morgan, tetapi pria itu hanya menatap Sydney dengan sorot mata dingin. Sydney mengetik di ponselnya, lalu mendorong layar itu ke hadapan Morgan. "Aku membuatnya dengan susah payah." Morgan mendengkus. Dia duduk di kursi hadapan Sydney, lalu menatap wanita itu tanpa berkedip. "Kau makan saja dan dengarkan aku,” perintah Morgan seperti akan berbicara sesuatu yang serius. Sydney menimbang sejenak sebelum akhirnya menurut. Dia membawa sepotong daging kecil ke mulutnya dan mengunyah pelan. Saat rasa itu memenuhi lidah Sydney, matanya sedikit membesar. Sydney tidak menyangka, tetapi steak buatan Morgan ternyata sangat lezat. Dengan bumbu meresap sempurna dan teksturnya pas. Perpaduan rasa gurih dan sedikit manis di lidahnya membuat wanita itu terkesima dengan kemampuan pria itu. Morgan menangkap ekspresi itu

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-24
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   41. Zahlee Entertainment

    Sydney menelan ludah. Sebenarnya dia tidak siap mendengar jawaban Morgan. Namun, Sydney tahu Morgan bukan tipe pria yang akan berbicara sembarangan. Jika Morgan mengatakan sesuatu, itu berarti dia memiliki bukti yang kuat. Sydney mengangkat ponsel dengan tangan gemetar, bersiap mengetik pertanyaan, tetapi Morgan mendahuluinya. "Ronald," panggil Morgan. Ronald yang sejak tadi berdiri tak jauh dari mereka segera melangkah mendekat. Seolah sudah tahu apa yang Morgan inginkan, Ronald menyerahkan ponselnya kepada Morgan. Morgan menerima perangkat itu dan, tanpa ragu, memutar layar ke arah Sydney. “Menurutmu mereka sedang apa?” Morgan menyodorkan ponselnya tepat di depan wajah Sydney. Layarnya menyala terang, menampilkan sesuatu yang langsung membuat dada wanita itu mengencang. Di dalam ruangan yang tampak seperti restoran mewah, terlihat Ghina dan Fred tengah duduk berhadapan dengan beberapa pria berkemeja rapi. Salah satunya adalah pengacara pribadi Keluarga Zahlee, sementara lainn

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-24
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   42. Bayaran Kebaikan

    Mobil berhenti tepat di depan sebuah firma hukum besar di pusat kota Highvale. Morgan membuka pintu, bersiap turun, tetapi sebuah tangan kecil menahan pergelangannya. Sydney menatap Morgan dengan sorot mata tegas, meski jemarinya gemetar. Dengan cepat, Sydney mengetik di ponselnya. "Biar aku saja yang turun dan bicara." Morgan membaca pesan itu sekilas, lalu mendongak menatap Sydney. Rahang pria itu mengeras dan tatapan matanya gelap, tidak setuju. "Tidak," tolak Morgan dingin. "Aku akan turun." Ronald, yang duduk di depan, mengamati mereka dari kaca spion sebelum akhirnya berujar, "Maaf, Tuan. Bagaimana kalau saya yang turun bersama Sydney? Tuan harus menghadiri rapat dengan para petinggi Poseidon Exports 10 menit lagi." Morgan mendengkus, lalu melirik jam tangannya. "Ah, sial!" Dia sempat berpikir sejenak, tetapi begitu tatapannya kembali jatuh pada wajah Sydney yang penuh tekad, keputusan pria itu bulat. "Mereka bisa menungguku," sahut Morgan tegas, sebelum menarik tangan S

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-25
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   43. Bajingan Sombong

    Morgan menyeringai, matanya menyipit penuh ejekan. "Orang sepertimu tidak pantas tahu siapa aku." Fred mengepalkan tangan, wajahnya memerah. "Bajingan sombong!" bentak Fred. Morgan tetap berdiri santai, kedua tangannya terselip di dalam saku celana. "Bajingan serakah, mengambil hak keponakannya sendiri,” balas Morgan menghina. “Setelah ini apa yang akan kau ambil? Harga dirinya? Atau kau ingin menghancurkan Sydney sepenuhnya?" Wajah Fred semakin gelap. Pria paruh baya itu kehilangan kesabaran, dan dalam sekejap, tinjunya melayang ke arah Morgan. Namun, Morgan hanya menggeser tubuh sedikit dan dengan mudah menangkap pergelangan tangan Fred di udara. Cengkeramannya begitu kuat hingga Fred mengerang pelan. "Jangan sampai aku membalas ini," tukas Morgan penuh ancaman. "Tulang rapuh dan tubuh tuamu tidak akan mampu menyeimbangi kekuatanku." Fred mendesis, berusaha menar

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-25

Bab terbaru

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   57. Dua Pasang Bola Mata Bening

    Sydney menghela napas panjang, mata wanita itu menatap lurus ke arah Morgan yang berdiri tegak di hadapannya. Pria itu tidak mengatakan apa pun, tetapi dari sorot matanya yang kelam dan tajam, Sydney tahu Morgan tidak menerima penolakan. Sydney baru akan mengangkat tangan untuk memberi isyarat ketika suara langkah kaki mendekat dari arah mansion. Sosok Layla muncul sambil mendorong dua kereta bayi kembar yang di dalamnya ada Jade dan Jane. Sydney tersentak. Mata wanita itu refleks berkaca-kaca saat melihat si kembar yang tampak lebih besar dibanding terakhir kali Sydney melihat mereka. Pipi mereka lebih berisi, rambut mereka mulai tumbuh lebih tebal, dan mata mereka yang bening kini menatapnya penuh rasa ingin tahu. Layla berhenti beberapa langkah di depan mereka. Bibirnya bergetar, jelas Layla juga menahan perasaan yang membuncah. Namun, tatapan tajam Morgan membuatnya mengurungkan niat untuk bicara lebih dulu. Morgan melirik Sydney dan berkata pelan, "Lihat mata mereka, Sydney.

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   56. Palung Mariana

    "Siap, Tuan," sahut Ronald tanpa ragu. Morgan hanya mengangguk, sementara Sydney duduk membeku di sampingnya. Perutnya terasa mual, bukan karena guncangan mobil, tetapi karena dinginnya keputusan Morgan. Seakan nyawa orang lain tidak lebih dari pion dalam permainan catur yang bisa dia singkirkan kapan saja. Sydney menelan ludah, lalu menarik napas panjang untuk menenangkan diri. Namun, semakin lama dia berada di dekat Morgan, semakin sulit baginya untuk mengabaikan kenyataan bahwa pria ini hidup di dunia yang berbeda dengannya. Dia tidak bisa. Dia tidak ingin terjebak lebih dalam. Sydney menarik napas dalam, lalu mengangkat tangannya. “Berhenti. Aku ingin turun.” Tatapan tajam Morgan segera tertuju pada Sydney. Dia seperti sedang menilai seberapa jauh keberanian Sydney untuk menantangnya. Sydney kembali mengisyaratkan, lebih tegas kali ini. “Hentikan mobilnya!” Morgan menghela napas pelan sebelum mencondongkan tubuhnya, mendekat hingga wajah mereka hanya berjarak beberapa se

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   55. Pria Penuh Bahaya yang Menenangkan

    Suara alarm mobil berbunyi bersahutan, menciptakan kepanikan di sekitar mereka. Sydney masih bisa merasakan jantungnya berdetak tidak beraturan. Getaran hebat dari ledakan tadi masih terasa di tanah tempat mereka tiarap. Dengan napas memburu, Sydney menoleh ke belakang, memastikan Morgan masih sadarkan diri. Pandangannya langsung bertemu dengan mata pria itu, yang meskipun tampak sedikit kacau, tetap terjaga dan penuh kewaspadaan. ‘Morgan?’ panggil Sydney dalam hati, walaupun sadar Morgan tidak akan bisa mendengarnya. Morgan mengerjapkan mata, seakan baru menyadari bahwa Sydney sedang menatapnya dengan khawatir. Napas Morgan berat, tetapi dia tidak menunjukkan tanda-tanda kesakitan yang parah. Tanpa mengatakan apa pun, Morgan mengangkat tubuhnya dan membimbing Sydney untuk duduk di sebelahnya sambil mengatur napas. “Duduk,” pinta Morgan. Sydney mengikuti arahan Morgan. Morgan menghela napas panjang sebelum menatap Sydney dalam-dalam. “Kau tidak terluka?” Sydney menggeleng cepa

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   54. Apa Lagi, Sydney?!

    Sydney menatap Morgan lekat-lekat. Sorot mata pria itu berubah sekilas, ada sesuatu di sana, sebuah kenangan yang mungkin tidak ingin dia ungkapkan. Namun, alih-alih menjelaskan, Morgan justru bangkit dari ranjang. Pria itu menarik kemeja yang tadi dia lepaskan, mengenakannya kembali dengan satu tarikan lengan, lalu mulai mengancingkannya satu per satu tidak terjadi apa-apa. Sydney mengernyitkan dahi. “Apa artinya?” tanya Sydney dengan bahasa isyarat. Dengan tenang, Morgan meraih jas yang tadi tergeletak di lantai dan menyampirkannya di lengan. “Tidak ada arti khusus,” sahut Morgan ringan. “Lupakan saja.” Sydney menyipitkan mata, tidak puas dengan jawaban itu. Tatapan mata wanita seolah bertanya, ‘Kau pikir aku akan percaya begitu saja?’ Morgan menghindari tatapan itu. Setelah memastikan penampilannya rapi seperti sebelumnya, dia melirik ke arah Sydney. “Ayo keluar. Dokter bilang kau sudah boleh pulang setelah sadar,” ajak Morgan sebelum Sydney bisa menginterogasinya lebih jau

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   53. Jurang Kematian

    “Ambilkan peralatan medis dan beberapa obat antiseptik.” Morgan menatap perawat di ambang pintu dengan nada yang tak bisa dibantah. Wanita itu mengangguk cepat sebelum bergegas pergi. Sydney tetap diam di ranjang, jemarinya saling meremas di atas pangkuan. Wajah wanita itu masih pucat, tetapi matanya kini lebih hidup. Morgan mendekati Sydney, satu tangan bertumpu di sandaran ranjang. Dia sedikit membungkuk untuk menyamakan posisi wajah dengan Sydney yang tengah duduk di sana. “Kau yang akan mengobati lukaku,” tukas Morgan. Sydney mendongak, alisnya berkerut. Bibirnya sedikit terbuka, seakan ingin menolak, tetapi tak ada suara yang keluar. “Aku hanya mau diobati olehmu.” Morgan tidak memberi Sydney kesempatan untuk protes. Sebelum Sydney sempat menolak, perawat kembali datang dengan membawa kotak medis kecil dan meletakkannya di meja samping. Setelah itu, perawat pergi begitu saja. Sydney menelan ludah, lalu meraih kotak itu dengan ragu. Ketika Sydney mempersiapakan beberapa p

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   52. Kau Pantas Tinggal di Nerakaku

    “Sial!” Morgan mengumpat tertahan. Sydney pingsan dalam dekapannya. Napas wanita itu lemah dan tubuhnya terasa dingin. Morgan bisa merasakan betapa rapuh wanita dalam pelukannya itu. Tanpa berpikir panjang, Morgan menggeser lengannya agar lebih stabil, lalu mengangkat Sydney ke dalam gendongan. Pria itu melangkah cepat keluar dari toilet, melewati koridor yang masih sepi. Saat Morgan baru saja tiba di ujung koridor, Ronald muncul dengan napas memburu. Wajahnya penuh kepanikan. “Tuan! Ikuti saya! Kita keluar lewat jalur darurat,” ujar Ronald cepat sedikit terengah. Morgan hanya mengangguk. Dia tidak punya waktu untuk bertanya lebih jauh. Yang penting sekarang adalah membawa Sydney keluar dari tempat ini secepat mungkin. Ronald memimpin jalan, membimbing Morgan menuju sebuah pintu yang tidak mencolok di sisi gedung. Pintu itu langsung terhubung ke tangga darurat. “Kita akan keluar dari sini,” ucap Ronald sembari membuka pintu dengan hati-hati. Morgan masih menggendong Sydney de

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   51. Rival Bisnis Kental

    Suara dering ponsel memecah fokus Morgan yang masih menatap layar GPS. Pria itu mengerutkan kening saat melihat nama pemanggilnya, salah satu anak buah yang bertugas di luar area pesta. Firasat Morgan buruk karena anak buahnya tidak mungkin menelepon langsung jika tidak ada sesuatu yang genting. Morgan menerima panggilan dengan cepat. “Ada apa?” “Tuan Morgan, kita ada masalah besar!” “Apa?!” tanya Morgan tajam. “Edgar Selgardo. Dia tahu keberadaanmu. Orang-orangnya sudah mulai bergerak,” jawab anak buah Morgan. Morgan mendadak menegang. Rahang pria itu mengeras dan dia mencengkeram ponsel lebih erat. Edgar Selgardo adalah rival bisnis ilegalnya yang terkenal nekat dan keji. Keluarga Alfonzo yang pernah mengganggu mereka beberapa waktu lalu, tidak ada apa-apanya. “Sialan! Bagaimana bajingan itu bisa menemukan diriku di tempat ini?!” geram Morgan pelan. Edgar berkali-kali mencoba menjatuhkan Morgan, bahkan tidak segan menggunakan cara kotor untuk mencapai tujuannya. Be

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   50. Sekretaris Pribadi Lucas

    “Apa Tuan ingin saya mengikuti mereka?” Ronald mencondongkan tubuhnya, bersiap menerima perintah. Tatapan anak buah Morgan itu juga tertuju pada Lucas yang menarik tangan Sydney dengan paksa. Alih-alih menjawab, Morgan mengambil ponselnya dan membuka sebuah aplikasi. Beberapa detik kemudian, layar menampilkan titik merah yang bergerak pelan menjauh dari aula pesta. “Aku sudah memasang GPS di gelang kaki Sydney tanpa sepengetahuannya,” ucap Morgan datar. Ronald melirik layar ponsel itu, matanya membulat sesaat sebelum dia menahan diri untuk tidak mengomentari betapa cerdik bosnya itu. “Baik, Tuan,” jawab Ronald sambil menundukkan kepala hormat. Morgan memandangi layar ponselnya. Titik merah itu terus bergerak menuju koridor belakang dekat area toilet, menjauhi pusat acara. Namun, meskipun Morgan bisa mengetahui lokasi Sydney, dia tidak bisa melihat apa yang terjadi di sana. Dan itu membuat Morgan tidak tenang. *** Di koridor yang sepi, Lucas menghentikan langkahnya begitu mer

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   49. Nyatanya, Kau Selalu Gagal!

    “Kau boleh menganggap seperti itu.” Tulisan itu muncul di layar ponsel Sydney, ditunjukkan tepat di hadapan Vienna yang membacanya dengan mata yang semakin berkilat marah. Vienna mengepalkan tangan di balik gaunnya yang mewah. Sydney, wanita bisu yang seharusnya terbuang, selalu punya sesuatu yang Vienna inginkan. Jika bukan status, maka perhatian orang-orang di sekitarnya. Dan sekarang? Bahkan Nirina tampak begitu dekat dengan wanita itu. “Aku tidak berpikir sampai sana tadi.” Timothy menyahut polos, matanya berbinar seakan baru saja menemukan sebuah fakta menarik. “Tapi memang wajar saja. Kak Sydney dan Nona Nirina itu teman semasa sekolah. Pantas kalian akrab sekali, Kak!” Sydney tersenyum kecil pada Timothy, wajah penuh kasih sayang yang membuat Vienna semakin mendidih. Dia tahu Sydney tidak melakukan apa pun untuk merebut simpati orang-orang, tetapi tetap mendapatkannya. Dan itu, membuat Vienna semakin membenci wanita itu. “Kau boleh pergi, Tim.” Vienna mengangkat dagu den

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status