Share

33. Puluhan Ibu Susu

Author: prasidafai
last update Last Updated: 2025-02-20 17:06:45

“Dia sedang di dalam salon, melakukan perombakan total,” lapor Ronald, salah satu anak buah Morgan yang bertugas mengikuti Sydney dengan datar. “Potong rambut, perawatan kulit, manikur, pedikur.”

Morgan duduk di kursi besar dalam ruang kerja, satu tangan memegang gelas kristal berisi whiskey, sementara tatapannya mengarah ke jendela besar yang memperlihatkan halaman depan mansion.

“Sendirian?” tanya Morgan sambil mengangkat salah satu alis.

“Ya, Tuan. Dia langsung masuk ke dalam tanpa banyak bicara. Hanya menunjukkan pesan di ponselnya untuk memberi instruksi kepada staf salon.”

Morgan menghela napas pelan.

“Lanjutkan,” perintah Morgan.

Ada jeda singkat sebelum Ronald melanjutkan laporan.

“Saya juga menemukan sesuatu yang aneh tentang Sydney Agency,” sahut Ronald di seberang telepon terdengar lebih hati-hati.

“Aneh seperti apa?” tanya Morgan, mendengarkan lebih serius

“Saya mendapatkan dokumen dari kantor notaris yang menyatakan bahwa perusahaan sedang dalam proses pergantia
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ellea Neor
cie yang udah mulai jatuh cintrong
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   34. Alasan Privasi Sialan!

    “Temukan secepatnya! Kita tidak mungkin bergantung pada satu orang,” perintah Morgan tegas. “Hubungi dokter untuk berjaga-jaga!” Morgan menggeram, rahangnya mengeras menahan frustasi. Jade dan Jane masih menangis, suara mereka semakin serak. Layla menunduk, begitu juga para pelayan lainnya. Tidak ada yang berani menjawab kecuali pria-pria berbadan besar yang merupakan anak buah Morgan. “Baik, Tuan!” sahut mereka hampir serempak. Tanpa berkata apa-apa lagi, Morgan berbalik, keluar dari kamar si kembar, dan melangkah ke kamarnya sendiri. Begitu pintu tertutup, pandangannya langsung tertuju pada benda kusut di atas meja. Morgan menatap kertas lusuh itu dengan rahang mengeras. Jemarinya mengusap bagian yang sudah hampir robek, bekas diremas dan diluruskan berulang kali. Undangan pernikahan Vienna dan Lucas Morgan menatap tulisan itu, pikirannya melayang ke beberapa waktu lalu. Sydney sangat tertarik dengan undangan ini. Bahkan, terobsesi. “Kau pergi melihat isi komputerku dan ru

    Last Updated : 2025-02-20
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   35. Dua Penculik Bejat

    Beberapa menit sebelumnya …. “Apa Anda ingin mencoba warna lipstik lain, Nona?” Sydney menatap bayangan dirinya di cermin besar salon. Rambut panjang cokelatnya yang dulu kusam dan tidak terawat kini telah tertata rapi dengan model butterfly cut. Kukunya yang biasanya pendek dan polos kini telah dihias rapi dengan warna nude yang elegan. Kulit wajahnya tampak lebih sehat, lembap, dan bercahaya setelah perawatan intensif selama beberapa jam. Sydney menggeleng pelan sebagai jawaban atas pertanyaan pegawai salon. “Baik, semuanya sudah selesai.” Pegawai itu tersenyum ramah. “Saya akan membantu Anda ke kasir.” Sydney berdiri, mengambil tas tangannya, lalu berjalan ke meja kasir. Beberapa wanita yang juga sedang melakukan perawatan di salon menoleh ke arahnya, terkejut melihat betapa cantiknya Sydney setelah transformasi ini. Setelah menyelesaikan pembayaran di Aurelia Beauty House, Sydney melangkah keluar. Udara sore yang sejuk menyambut wanita itu. Sydney berdiri di trot

    Last Updated : 2025-02-20
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   36. Bad Girl

    Kesadaran Sydney perlahan kembali. Kelopak matanya terasa berat saat dia membuka mata untuk membiarkan cahaya redup menyelinap masuk. Sekilas, semuanya tampak kabur. Kepala Sydney masih berdenyut, dan tubuhnya terasa lemas. Namun, ada sesuatu yang lebih mengusik pikirannya dibanding rasa sakit itu. Seseorang ada di sana. Di sudut ruangan, duduk di kursi dekat tempat tidur. Morgan menatap Sydney dalam diam. Tatapan pria itu gelap dan tajam. Sydney langsung menegakkan tubuhnya. Pusing menghantam kepalanya seketika, tapi Sydney mengabaikannya. Pandangannya menyapu ruangan. ‘Ini … rumah orang tuaku,’ batin Sydney. Sydney menoleh ke arah nakas. Tidak ada apa-apa di sana selain lampu tidur dan segelas air putih. Dia mencari-cari sesuatu di sekitar tempat tidur, lalu di bawah bantal. Kosong. Morgan akhirnya bersuara. “Kau mencari apa?” Sydney mengangkat tangan, membentuk gerakan seperti sedang memegang telepon dan menempelkannya ke telinga. Morgan menatap Sydney sebentar sebelum ber

    Last Updated : 2025-02-21
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   37. Paket Hadiah

    Sydney tersentak Wajahnya memanas, dan detik berikutnya, dia segera mendorong dada Morgan dengan sekuat tenaga. Pria itu mundur selangkah, nyaris tertawa ketika melihat ekspresi terguncang di wajah Sydney. Namun, sebelum Morgan sempat bersuara, Sydney sudah melompat turun dari meja, kemudian berlari ke kamar mandi tanpa menoleh. Morgan menggeleng kecil, sudut bibirnya masih melengkung. Sydney selalu berhasil menghiburnya, bahkan dalam situasi seperti ini. Pria itu menoleh ke arah pintu kamar mandi yang baru saja ditutup rapat. Suara gemericik air terdengar dari dalam, dan Morgan tetap bisa membayangkan seperti apa wajah merah padam Sydney saat ini. “Padahal saat menyusui Jade dan Jane, dia tidak menutupi bagian dadanya sama sekali walaupun ada aku.” Morgan berucap pelan, setengah berbicara pada dirinya sendiri. “Kau membuatku pusing, Sydney.” Tok! Tok! Tok! Senyum Morgan memudar ketika suara ketukan di pintu terdengar. Seketika kewaspadaan pria itu meningkat. Pintu kamar terbu

    Last Updated : 2025-02-22
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   38. Kau Membuatnya Marah

    "Angkat saja, pakai pengeras suara. Aku akan merekamnya untuk berjaga-jaga," tukas Lucas tegang, tetapi dia mulai membuka ponselnya untuk merekam. Vienna menatap Lucas dengan rahang mengeras, kedua tangan mengepal di sisi tubuhnya. Dia menarik napas pendek dan tidak beraturan saat menatap ponsel berlumuran darah yang masih berdering di dalam kotak. Vienna menelan ludah. Jarinya bergetar saat menyentuh layar dan menekan tombol jawab. Seketika, suara pria di seberang telepon terdengar. Dalam, dingin, dan tanpa ekspresi. "Ini semua karena kamu, Vienna Zahlee.” “A-apa maksudnya?!” tanya Vienna dengan suara gemetar. “Kau tahu namaku?” “Dua pemilik ponsel ini bernasib tragis karena menerima pekerjaan darimu untuk menculik dan membunuh seseorang.” Pria di seberang telepon bicara lagi. Vienna membuka mulut, ingin membalas perkataan pria itu. Namun, dia kehilangan kata-katanya. “Ini peringatan pertama!” tukas pria itu dengan tegas. “Jika kau dan kedua orang tuamu masih mengganggunya, p

    Last Updated : 2025-02-23
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   39. ASI Sydney Masih Melimpah

    Sydney baru saja selesai berganti pakaian setelah memompa ASI ketika Morgan mengetuk pintu kamarnya. Wanita itu menoleh, lalu mengernyit heran saat pria itu bersandar santai di ambang pintu dengan tangan terselip di saku celana. "Ayo makan," ajak Morgan dengan wajah datar. Sydney menatap Morgan sesaat sebelum menggeleng pelan. Dia meraih ponselnya di atas meja rias dan mulai mengetik. "Aku sedang tidak nafsu makan." Kepala Sydney masih terasa berat walaupun sudah lebih baik sejak beberapa menit lalu. Bayangan-bayangan mengerikan dan bisikan-bisikan sesat sedang merajai pikirannya. Morgan memperhatikan Sydney beberapa detik sebelum menghela napas. "Kau harus makan, Sydney. Atau setidaknya biarkan aku memasak sesuatu untukmu." Sydney mengangkat alis. Dia tidak menyangka Morgan bisa memasak. Di mansionnya, pria itu punya banyak pelayan yang mengerjakan seluruh keperluan Morgan. Melihat tatapan penasaran wanita itu, Morgan tersenyum tipis. "Tertarik?" Sydney berpikir sejenak, lal

    Last Updated : 2025-02-24
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   40. Sebenarnya Kau Siapa?

    "Kau seharusnya membakar buku resep bodoh itu." Sydney menegang. Jari-jarinya yang hendak memotong steak terhenti di udara. Wanita itu mendongak. Dia mencari jawaban di wajah Morgan, tetapi pria itu hanya menatap Sydney dengan sorot mata dingin. Sydney mengetik di ponselnya, lalu mendorong layar itu ke hadapan Morgan. "Aku membuatnya dengan susah payah." Morgan mendengkus. Dia duduk di kursi hadapan Sydney, lalu menatap wanita itu tanpa berkedip. "Kau makan saja dan dengarkan aku,” perintah Morgan seperti akan berbicara sesuatu yang serius. Sydney menimbang sejenak sebelum akhirnya menurut. Dia membawa sepotong daging kecil ke mulutnya dan mengunyah pelan. Saat rasa itu memenuhi lidah Sydney, matanya sedikit membesar. Sydney tidak menyangka, tetapi steak buatan Morgan ternyata sangat lezat. Dengan bumbu meresap sempurna dan teksturnya pas. Perpaduan rasa gurih dan sedikit manis di lidahnya membuat wanita itu terkesima dengan kemampuan pria itu. Morgan menangkap ekspresi itu

    Last Updated : 2025-02-24
  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   41. Zahlee Entertainment

    Sydney menelan ludah. Sebenarnya dia tidak siap mendengar jawaban Morgan. Namun, Sydney tahu Morgan bukan tipe pria yang akan berbicara sembarangan. Jika Morgan mengatakan sesuatu, itu berarti dia memiliki bukti yang kuat. Sydney mengangkat ponsel dengan tangan gemetar, bersiap mengetik pertanyaan, tetapi Morgan mendahuluinya. "Ronald," panggil Morgan. Ronald yang sejak tadi berdiri tak jauh dari mereka segera melangkah mendekat. Seolah sudah tahu apa yang Morgan inginkan, Ronald menyerahkan ponselnya kepada Morgan. Morgan menerima perangkat itu dan, tanpa ragu, memutar layar ke arah Sydney. “Menurutmu mereka sedang apa?” Morgan menyodorkan ponselnya tepat di depan wajah Sydney. Layarnya menyala terang, menampilkan sesuatu yang langsung membuat dada wanita itu mengencang. Di dalam ruangan yang tampak seperti restoran mewah, terlihat Ghina dan Fred tengah duduk berhadapan dengan beberapa pria berkemeja rapi. Salah satunya adalah pengacara pribadi Keluarga Zahlee, sementara lainn

    Last Updated : 2025-02-24

Latest chapter

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   166. Aku, Ibu Menyusui!

    “Kalian mendiskriminasiku,” protes Timothy, satu-satunya orang di antara mereka yang tidak bisa berbahasa isyarat.Timothy mencondongkan tubuh dan berbisik, “Apa yang kalian bicarakan? Sudah 10 menit kalian terus berinteraksi memakai bahasa isyarat. Aku merasa seperti patung.”Sydney tersenyum sambil menoleh. Dia mengetik sesuatu di ponselnya.“Maaf, Tim. Chester sedang membahas tentang kehadiran Vienna sebagai saksi, dan—tentu saja—tentang rasa jengkelnya pada Lucas.”Rasanya, Timothy masih seperti adik kecilnya yang dulu. Hanya sekarang pria itu lebih tinggi darinya.Timothy mengangkat kedua alis. Kemudian dia mengangguk-angguk pelan.Sementara Chester mengedikkan bahu dan melihat ke depan sambil menyilangkan tangan di depan dada.“Aku berniat meninju Lucas,” tukas Chester tanpa menoleh. “Kau akan melakukan apa padanya, Tim?”Timothy terkekeh. “Melihatmu. Aku tidak jago bela diri, Kak.”Chester sempat

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   165. Patut Dikasihani!

    “Apa kau benar-benar harus pergi sekarang?” tanya Sydney sambil menggerakan tangan. Hari di mana Morgan harus pergi cukup lama akhirnya tiba. Pria itu menghentikan langkahnya di depan pintu mansion. Angin pagi yang berembus pelan mengibaskan helaian rambutnya, sementara mata Sydney sudah berkaca-kaca. Sudah beberapa lama Sydney bersama Morgan, dia baru merasa kehilangan setelah pria itu berniat dinas panjang. Morgan menoleh dan melangkah mendekat. Dia mendekatkan wajahnya dan menatap mata Sydney dari jarak dekat. Pria itu mengangkat tangan dan mengusap pelan air mata yang mulai turun di pipi kekasihnya. “Dengar aku baik-baik,” bisik Morgan lembut. “Kau baru boleh pergi keluar sendiri setelah pengadilan resmi menjatuhkan hukuman untuk Bella, Vienna, dan Lucas. Mengerti?” Sydney mengangguk, cepat-cepat menghapus air mata yang tersisa dengan punggung tangan. Wanita itu tampak marah pada dirinya sendiri karena terlalu lemah. Morgan mendekatkan bibirnya ke telinga Sydney. “Aku jug

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   164. Ada yang Ingin Kukatakan

    Lucas melangkah keluar dari mansion Morgan dengan langkah berat dan bahunya jatuh. Dia mengepalkan tangan erat-erat, seperti hendak meninju siapa pun yang berani menghiburnya saat itu.Udara pagi yang dingin menusuk tulang, tetapi amarah di dalam diri Lucas lebih membakar dari apa pun.Setelah Lucas menghilang di balik pintu utama, Ken berdeham.“Jika ini semua untuk membalas dendam Sydney,” ucap Ken membuka obrolan sambil menyilangkan kaki dan melirik Morgan, “mengapa kau memberi mereka jalan untuk kabur?”Morgan menyesap kopinya perlahan. Asap tipis mengepul dari permukaan cairan pekat itu.“Akan lebih menyenangkan jika mereka kalah karena rasa putus asanya setelah terluka cukup parah,” jawab Morgan sambil menaruh cangkir di atas meja. “Aku ingin melihat mereka kejang-kejang sebelum mati.”Ken tertawa kecil. Bukan tawa lepas, melainkan semacam menahan geli yang menggelitik perutnya.Dia seperti sedang menyaksikan sebua

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   163. Untuk Siapa Lagi?

    “Kau melakukan itu untukku?” tanya Sydney seraya menaikkan kedua alis dan membentuk bahasa isyarat dengan kedua tangannya. Sydney merasa tenggorokanya kering, dan matanya belum beranjak dari milik Morgan—berusaha mencari jawaban lain, jika memang ada. Morgan mengangguk pelan. “Untuk siapa lagi?” tanya Morgan datar. “Dia mengganggumu dan hampir melukaimu. Aku tidak akan bisa memaafkannya. Lalu aku hanya memberinya kesempatan untuk bertemu dengan Bella. Kedua wanita itu berkomplotan.” Sydney menyipitkan mata, tubuhnya seketika kaku. “Berkomplotan?” tanya Sydney mengulang ucapan Morgan sambil menggerakan tangan perlahan. “Apa maksudmu mereka bekerja sama dalam kasus pemerkosaan itu?” “Ya,” jawab Morgan tanpa ragu. “Bella butuh pelampiasan. Olive butuh pelindung. Mereka memanfaatkan satu sama lain seperti memperdagangkan bencana. Apa kau marah padaku?” Seketika, dunia dalam kepala Sy

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   162. Itu Hal Mudah

    "Saya butuh waktu untuk berpikir beberapa menit." Suara Lucas akhirnya pecah di antara deru napas beratnya.Tangan Lucas yang masih menggenggam kemudi, kini mulai gemetar. Di luar sana, malam begitu hening. Namun di dadanya, badai bergemuruh tanpa henti.Terdengar tawa Morgan dari seberang telepon, nyaring dan penuh ejekan.“Mengapa jadi kau yang perlu waktu untuk berpikir?” tanya Morgan penuh sarkas. “Kau yang membutuhkanku, Lucas. Jika tidak mau, silakan pergi dan jangan mengotori pemandangan dimansion-ku.”Lucas menutup mata sejenak. Dia mengangkat tangan dan menyugar rambutnya ke belakang, menahan agar kepalanya tidak meledak karena frustrasi.Seluruh tubuh Lucas terasa seperti terbakar oleh amarah dan kekalahan sekaligus.Selama ini, Lucas pikir proyek pengawalan eksklusif itu adalah peluang besar. Kerja sama dengan Morgan akan membuat nama Zahlee Entertainment dan Monarch Legal Group naik kelas.‘Sejak awal Tuan Morgan memang hanya ingin menjebakku dan Vienna,’ ucap Lucas dalam

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   161. 'Menteri Perdagangan'

    Setelah berita beralih ke topik lain, Sydney melangkah cepat menuju ruang kerja Morgan. Dia meninggalkan Layla yang masih terpaku di sana.Namun, ada dua anak buah yang berjaga di depan ruang kerjanya. Saat melihat Sydney mendekat, keduanya membungkuk hormat.“Maaf, Nona. Tuan Morgan sedang mengadakan rapat daring dengan Menteri Perdagangan,” ujar salah satunya memberi tahu.Sydney menautkan alisnya, padahal ada banyak hal yang ingin di tanyakan.Wanita itu mengetik cepat di layar ponsel, lalu memperlihatkannya pada mereka berdua.“Beri tahu Morgan jika aku menunggu di kamarku.”“Akan kami sampaikan, Nona.” Salah satu dari mereka mengangguk.Sydney tidak berkata apa-apa lagi. Dia mencengkram ponsel dengan erat saat berjalan menjauh dengan langkah yang semakin cepat.Sesampainya di kamar, Sydney langsung menjatuhkan diri ke atas ranjang. Rambut panjangnya menjuntai ke sisi wajah, menutupi ekspresi muram yang mulai mengendap di sana.Sydney menarik napas panjang, lalu membuka portal ber

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   160. Tanganmu Bau Darah

    "Apa yang baru saja kulakukan ...." desah Bella lirih dan suaranya bergetar. Begitu pula dengan tangannya yang gemetar. Pistol yang masih mengepul itu jatuh dari genggamannya dan menghantam lantai dengan dentingan logam yang keras. Pandangan Bella mengabur dan napasnya tercekat. Di hadapannya, tubuh Olive terbujur kaku di lantai kafe. Darah mengalir dari dada wanita itu, membentuk genangan yang perlahan meluas. Yang membuat Bella ketakutan, mata Olive masih terbuka dan menatapnya penuh amarah. Sunyi mendadak mengurung ruangan. “P-Pembunuh! Dia membunuhnya!” teriak seseorang di sudut ruangan. Teriakan itu membangunkan semua orang dari keterpakuan mereka. Beberapa pengunjung memekik, sebagian lainnya merunduk ketakutan. Bella menoleh cepat dengan wajah yang memucat. Bola matanya bergerak liar, seperti rusa yang terjebak dalam jerat. Wanita itu berbalik. Dengan sorot mata penuh amarah, Bella menatap tajam kedua pengawalnya yang berdiri di belakangnya tanpa melakukan apa-apa. “B

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   159. Menyelamatkanku?!

    “Pergilah!” geram Bella dengan wajah memerah. “Kau sudah cukup beruntung masih selamat dari amukan Morgan. Jangan mencari masalah denganku!”Alih-alih mundur atau gentar, Olive justru menanggapi dengan tawa lebar, keras, dan penuh ejekan.Suaranya menggema di dalam kafe, membuat beberapa pasang mata yang semula hanya mengintip mulai terang-terangan menoleh.“Jangan seperti itu pada teman lamamu, Veronica,” ujar Olive berpura-pura sedih sambil memegang dadanya.Bella mengernyitkan dahi. Olive tidak biasanya memanggil Bella dengan nama panggung.“Veronica Pillpel kecil yang menggemaskan dan polos,” lanjut Olive sambil menyenderkan tubuh ke sandaran kursi, matanya bersinar penuh kemenangan.“Kau ingat? Kita sudah berteman sejak aku menemukan bakat luar biasamu di usia 17 tahun. Ya ampun, betapa cepat waktu berlalu.” Olive mengibaskan rambutnya ke belakang.Genggaman Bella pada gelas es kop

  • Ibu Susu Bisu Bayi Kembar Tuan Penguasa   158. Hancur Bersama

    Bella menyandarkan punggungnya di kursi belakang mobil. Dia menatap layar ponsel tanpa benar-benar membaca apa pun. Wanita itu hanya menggulir layar ponsel ke atas dan ke bawah.Nina, sang manajer, baru saja membuka pintu mobil.“Kau mau beristirahat di mana?” tanya Nina sembari melirik ke arah kursi penumpang.“Bawa aku ke kafe,” desah Bella tanpa menoleh. “Aku butuh es kopi.”Tanpa bertanya lagi, Nina masuk ke kursi kemudi dan langsung menyalakan mesin. Mobil melaju perlahan menjauh dari lokasi syuting.Beberapa menit kemudian, mobil mereka berhenti di depan Pop Cafe, sebuah tempat kecil yang sering mereka datangi untuk kabur sejenak dari hiruk-pikuk dunia selebriti.“Kau ingin pesan apa? Yang biasa?” tanya Nina sambil menoleh ke belakang, bersiap keluar.Bella menghela napas panjang, kemudian melihat sekeliling. Keramaian kafe itu seperti magnet baginya kali ini.“Aku akan ikut kau turun,” jawab Bella sambil merapikan rambut dan memeriksa riasannya di spion tengah.Nina menaikkan k

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status