Share

Ibu Super (Aku bisa Tanpamu, Mas!)
Ibu Super (Aku bisa Tanpamu, Mas!)
Penulis: Yuniartinoor

Permulaan

Penulis: Yuniartinoor
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-11 08:06:40

Aku adalah Istri sekaligus Ibu dari seorang anak laki-laki tampan bernama Brama. Namaku Gina, sekarang genap sudah 3 tahun aku ikut merantau bersama Mas Satya, suamiku. Sejak Brama berumur 4 tahun aku dan Mas Satya mengontrak sebuah rumah tak jauh dari tempatnya bekerja.

Mas Satya ingin merubah perekonomian keluarga, ia memilih pekerjaan lain selain bertani. Di kampung tempat kami tinggal pekerjaan cukup sulit karena itu aku dan Mas Satya tetap bertahan merantau meskipun bekerja sebagai karyawan pabrik biasa.

Sebuah perusahaan elektronik yang bekerja sama dengan perusahaan China menjadi tempat Mas Satya mencari nafkah, untukku dan Brama. Seiring berjalannya waktu gaji Mas Satya lumayan, tidak hanya cukup untuk kehidupan kami bertiga di rantau tapi juga bisa memberi sedikit untuk orangtua di kampung.

Tahun ketiga ini Mas Satya naik jabatan, dia sudah tidak mengawasi bagian gudang lagi. Mas Satya dipindahkan ke gedung utama sebagai staff. Dengan naiknya jabatan Mas Satya Insya Allah akan naik juga penghasilan keluarga kami perbulan.

Aku dan Mas Satya sepakat menambah momongan, kebetulan tahun ini Brama masuk Sekolah Dasar. Menurut kami berdua, sudah cukup usia untuk Brama jika memiliki seorang adik. Tanpa mengikuti program kehamilan Allah menganugerahkan rizki yang tak terhingga untuk keluargaku. Belum dua bulan melepas kontrasepsi aku dinyatakan hamil.

Kebahagiaan semakin bertambah untuk aku dan keluarga. Brama sangat senang dan begitu antusias saat mendengar akan memiliki seorang adik. Begitupun Mas Satya, suamiku semakin sayang dan perhatian padaku dan calon anak yang bersamayam di rahimku.

Mas Satya memang tipe suami idaman. Tetangga sekitar tempatku mengontrak saja iri melihatku. Sebagai suami Mas Satya mau membantu istri mengerjakan pekerjaan rumah dan tidak malu untuk mengerjakan pekerjaan seorang istri termasuk belanja ke warung, menyuapi Brama bahkan mencuci dan menjemur pakaian.

Mungkin aku adalah satu dari bebrapa wanita beruntung yang berjodoh dengan laki-laki baik seperti Mas Satya. Apalagi setelah kehamilan anak kedua ini, Mas Satya semakin memanjakanku. Pagi sekali ia bangun untuk beres-beres rumah, mencuci piring, pakaian dan menanak nasi. 

Saat Mas Satya membangunkanku untuk Shalat Shubuh semua perabotan rumah sudah kinclong, aku hanya tinggal memasak dan menyiapkan sarapan.

"Ya Ampun, Mas ... kenapa repot-repot ini semua tugasku. Nanti Mas di Pabrik ngantuk gara-gara kurang tidur," ocehku.

"Gak apa-apa, Sayang. Mas semalam tidur nyenyak sekali. Daripada melamun sebelum Shubuh, mendingan Mas beres-beres bantuin istri. Kamu kan lagi hamil, jangan kecapean! Kalau Mas bisa bantuin pekerjaan kamu, Mas senang!" cerocos Mas Satya.

Saking tidak mau merepotkan istri, siang hari Mas Satya memesankan makanan via aplikasi untukku dan Brama. Sore hari saat pulang bekerja bisanya suamiku juga membeli lauk siap makan entah dari warteg, pedagang kaki lima atau dari warung nasi dekat kontrakan.

Mas Satya memang simpel sekali, makannya tidak rewel makanan favoritnya hanya ayam goreng dan sambal goreng dadakan buatanku. Bahkan jika tidak ada lauk apapun di lemari es ia bisa lahap hanya makan nasi putih dengan lauk kerupuk dan kecap.

"Suami Soleh," kata tetangga Mas Satya "limited edition" hanya ada beberapa saja di dunia ini. Sekali lagi mereka bilang aku wanita paling beruntung. Sudah dapat suami tampan, baik, mapan, sayang keluarga lagi.

Aku mengakui itu, semuanya memang benar. Aku begitu beruntung karena itu aku tak berhenti bersyukur pada Allah karena telah dianugerahkan Suami seperti Mas Satya.

Menginjak kehamilan empat bulan, aku dan Mas Satya mengadakan tasyakuran. Orangtua kami dari kampung datang dan menginap di kontrakan. Mama dan papakku tidur bersama Brama sedangkan mertuaku disewakan sebuah kamar kontrakan kosong tak jauh dari rumah kontrakan kami.

Lingkungan tempat tinggalku memang tempat orang-orang rantau, banyak buruh pabrik mengontrak di sini. Kontrakannya macam-macam ada yang di sewa tahunan, bulanan, mingguan bahkan harian seperti yang Mas Satya sewakan untuk mertuaku.

Mas Satya menyewakan kamar hanya untuk dua hari saja, selama acara masak-masak sampai acara tasyakuran selesai. Hampir semua tetanggaku sama-sama orang rantau, kami merasa memiliki keluarga baru saat tinggal di deretan rumah kontrakan yang sama.

Alhamdulillah acara berjalan lancar, setelah pengajian selesai suamiku membagikan nasi box dan beberapa makanan pada tetangga yang tidak bisa menghadiri acara tasyakuran. Maklum rumah kontrakan kami tidak begitu luas hanya beberapa orang tetangga saja yang bisa hadir.

"Sudah kebagian semuanya, Nak?" tanya Ibu mertua pada suamiku.

"Sudah, Bu!" jawab Mas Satya.

"Tadi Mama lihat ada tetangga baru di kontrakan selisih dua deret dari sini. Kalau nasi box nya masih ada, kasih tetangga barunya, tadi dia lagi beres-beres," ujar mamaku. 

Kebetulan masih ada beberapa box nasi karena ibu mertua dan mamaku memasak lebih. Aku berniat mengantar nasi box tersebut tapi seperti biasa Mas Satya mengambil alih semuanya karena khawatir aku kecapean.

*****

Kata Mas Satya, tetangga baru kami masih sangat muda, lulusan SMA dan baru saja terjun ke dunia kerja. Namanya Rena, gadis muda pemberani yang hebat.

Aku suka kegigihannya, jika sedang off tak jarang aku mengajak Rena main ke kontrakanku untuk sekedar mengobrol atau menonton drama Korea.

Rena juga bekerja di perusahaan yang sama dengan Mas Satya, jika kebetulan bekerja satu shift tak jarang Rena pulang bersama Mas Satya. Mas Satya memang tidak tegaan, apalagi saat shift malam ... mana mungkin Mas Satya membiarkan Rena pulang berjalan kaki dari Pabrik ke kontrakan.

*****

Biasanya Mas Satya pulang jam sebelas malam, entah kenapa sudah lewat tengah malam ia belum pulang. Tidak ada pesan yang mengabarkan jika Mas Satya pulang terlambat. Aku mencoba menghubunginya beberapa kali tapi handphone Mas Satya tidak aktif.

Brama sudah tidur sejak jam 8 malam dan aku masih menunggu Mas Satya  pulang sampai di ruang tam. Aku baru ingat sore tadi Mas Satya dan Rena berangkat bersama karena malam ini bekerja dalam shift yang sama.

Aku sangat khawatir, tidak tenang jika suamiku belum pulang. Aku mencoba menghubungi Rena, siapa tahu Rena tahu kenapa Mas Satya malam ini pulang terlambat?

Beberapa kali aku mencoba menelepon Rena ... setali tiga uang dengan Mas Satya, handphone Rena juga tidak bisa di hubungi. Penasaran akupun memberanikan diri keluar rumah meskipun telah lewat jam 2 malam.

Aku berniat bertanya pada Mas Galih, tetanggaku yang juga bekerja di perusahaan yang sama dengan Mas Satya. Namun, aku urung bertanya karena kulihat motor Mas Galih sudah terparkir di depan rumah kontrakannya.

"Berarti Mas Galih sudah pulang," gumamku.

Aku berbalik badan dan berniat kembali ke rumah kontrakanku tapi tak tahu kenapa aku begitu penasaran untuk bertanya pada Rena. Aku kembali berbalik menyusuri beberapa pintu rumah kontrakan menuju kontrakan Rena.

Sepi ... sepertinya Rena sudah tidur. Saat berniat pulang dan tidak jadi mengetuk pintu aku tertegun. Aku menginjak sepatu milik Mas Satya yang berada tepat di depan pintu kontrakan Rena.

"Mas Satya! Kenapa sepatunya di sini? Di mana motornya?" Aku bergumam dalam hati.

Ada sesak yang tak bisa aku hindari, kepala mulai pusing, kakiku lemas dan pandanganku menghilang begitu saja ...

Bab terkait

  • Ibu Super (Aku bisa Tanpamu, Mas!)   Rumah Sakit

    Aku terbangun sudah berada di Rumah Sakit dengan jarum infus terpasang di salah satu tangan. Saat mengedarkan pandangan tak ada siapapun di sini, bahkan Mas Satya yang biasanya selalu ada di sampingku tidak ada.Air mataku luruh saat mengingat kejadian malam kemarin, kenapa Mas Satya berada di kontrakan Rena? Aku menggeleng sendiri, ngeri, dan tak mau membayangkan apa yang sebenarnya terjadi malam itu."Mbak, sudah sadar?" tanya Rena.Aku kaget sekali, "kenapa juga anak ini harus di sini?" gumamku.Aku membuang muka ke arah tembok, malas sekali rasanya jika harus melihat wajah Rena."Mas Satya kerja pagi, Mbak. Kebetulan Rena masuk malam jadi bisa menjaga Mbak di sini," terang Rena.Ya Allah tega sekali Mas Satya pergi bekerja padahal kondisiku seperti sekarang. Aku semakin tidak tenang memikirkan Brama, dengan siapa anakku di rumah jika Mas Satya bekerja?"Suster! Apa aku bisa pulang sore ini?" tanyaku pada seorang perawat yang datan

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-11
  • Ibu Super (Aku bisa Tanpamu, Mas!)   Mimpi Buruk

    Seperti sebuah mimpi buruk, semua tiba-tiba hancur saat keluargaku begitu bahagia dan dalam keadaan sangat baik-baik saja.Dalam kondisi hamil besar sekarang aku harus mengerjakan semua pekerjaan rumah sendiri. Tidak ada lagi suami baik hati yang biasanya rela bangun sangat pagi untuk membantu mengerjakan pekerjaan rumah. Tidak ada lagi tangan lembut yang membangunkan dan mengajakku Shalat Shubuh berjamaah.Seperti hidup sendiri, sekarang byang ku kandung. Rena sudah membuat Mas Satya begitu mabuk kepayang sampai lupa dengan janjinya saat mengucap akad denganku.Aku memang bukan wanita cerdas hanya wanita dari desa lulusan SMA. Namun, aku tahu bagaimana harus bersikap. Orangtua ataupun mertua tidak boleh tahu kondisi keluargaku sekarang. Mereka sudah tua jangan sampai nanti mereka sakit gara-gara memikirkan rumah tangga anaknya.Mas Satya masih suamiku, biar bagaimanapun aku harus tetap menjaga aib dan perbuatan jeleknyaagar tidak diketahui orang la

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-11
  • Ibu Super (Aku bisa Tanpamu, Mas!)   Semakin Terbuka

    "Setelah berpakaian nanti kita makan, Mas! Lauknya sudah matang," ajakku."Aku sudah makan di tempat Rena, kamu dan Brama makan saja berdua! Aku akan berangkat lebih awal, mau mengantar Rena dulu mengirim uang untuk ibunya," tegasnya.Apa! Makan di rumah Rena? Lalu ... aku susah-susah memasak untuk siapa? Mas Satya sudah semakin keterlaluan, dia sudah tidak bisa menghargai lagi aku sebagai istrinya.Iuh ... kelakuan Mas Satya lama-lama membuatku kesal.*****Lelah rasanya ditengah usia kandungan yang semakin hari semakin membesar sikap dan kelakuan Mas Satya benar-benar membuatku hancur. Harusnya kasih sayang dan kelembutan dari suami aku dapatkan lebih di saat-saat menjelang melahirkan.Ya Allah, cobaan ini begitu indah. Aku mencoba ikhlas walau kenyataannya sungguh menyakitkan.Aku tidak ingin bayi dalam kandunganku terdampak perasaan yang dialami ibunya sekarang aku berusaha lebih tenang.Kepulangan Mas Satya sudah tak kutun

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-11
  • Ibu Super (Aku bisa Tanpamu, Mas!)   Melahirkan Tanpa Suami

    Manusia memang hanya bisa berencana selebihnya memang benar sekali Tuhan yang menentukan. Menurut perhitungan Bidan tempat aku diperiksa perkiraan lahir besok tapi malam ini perutku sudah tidak enak.Aku tidak lantas pergi ke Bidan, sambil menunggu frekuensi mulas semakin sering aku membenahi barang-barang yang akan dibawa ke Bidan. Semua memang sudah dipersiapkan sejak jauh-jauh hari aku hanya memeriksa takutnya ada barang yang terlewat dan belum masuk tas.Sudah jam tiga pagi mulesnya semakin sering terpaksa Brama aku bangunkan. Khawatir jika ditinggalkan sendiri di kontrakan lagi pula aku akan sangat merasa tenang jika Brama tetap bersamaku.Di sekitar kontrakan jam tiga pagi memang mulai ramai. Ada yang sudah mencuci, beres-beres dan yang berjualan sudah berangkat ke pasar. Aku tidak was-was meskipun harus berangkat ke Bidan berdua bersama Brama karena sudah banyak orang beraktivitas."Kita mau ke Bidan, Bu? Tunggu Ibu duduk disini, Brama mau mi

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-11
  • Ibu Super (Aku bisa Tanpamu, Mas!)   Bertahan

    Sehari semalan aku menginap di Bidan, sampai mertuaku datang untuk menjemput. Untunglah Bu Bidan sangat baik, beliau tidak masalah saat belum ada keluargaku yang datang untuk menjemput dan menyelesaikan semua biaya persalinan.Ibu mertua juga sempat marah ketika tahu Mas Satya pergi keluar kota tanpa memberiku uang untuk biaya persalinan. Ibu marah dan menelepon Mas Satya agar men-transfer uang untuk persalinan. Ya ... semua karena aku dan si bayi baru bisa pulang dari Klinik Bersalin setelah semua biaya persalinan lunas.Sebenarnya bisa saja aku menceritakan semuanya pada mertuaku tapi aku tidak ingin mengadu. Biarlah orangtua Mas Satya juga nanti akan tahu sendiri bagaimana sikap anaknya sekarang.Orangtua Mas Satya sangat senang saat mendapati cucunya perempuan maklumlah Mas Satya anak mereka satu-satunya. Sejak pulang dari Bidan sampai di kontrakan Ibu senang sekali menimang si kecil. Saking senangnya Ibu hanya memberikannya padaku saat menyusu saja.

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-11
  • Ibu Super (Aku bisa Tanpamu, Mas!)   Pengkhianatan

    Tak kusangka Rena yang masih muda begitu nekad, memperkenalkan diri sebagai calon menantu pada Ibu dan Bapak mertuaku. Dia begitu gamblang dan berterus terang ingin menikah dengan Mas Satya meskipun harus jadi istri kedua.Mertuaku memang sudah mencium hubungan antara Mas Satya dan Rena tapi tak pernah menyangka jika Rena yang masih muda akan se-berani itu.Hanya berjarak beberapa meter saja dari ruang tamu ke kamar, terdengar perbincangan mereka. Sambil mengelap air mata aku mendekap kedua buah hatiku bersamaan. Perih sekali, aku merasa sangat tak berguna saat wanita lain menginginkan suamiku menjadi suaminya."Kamu sadar, Neng? Satya pria beristri jangan cari masalah!" ujar Bapak."Aku sadar, Pak. Aku tahu Mas Satya pria beristri tapi aku sayang Mas Satya," tegas Rena."Astagfirullah hal'adzim," batinku."Cari lelaki lain, kamu cantik ... di luar sana banyak laki-laki single, masa gak ada yang mau sama kamu?" cerocos mertuaku.Semak

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-11
  • Ibu Super (Aku bisa Tanpamu, Mas!)   Pernikahan Kedua Suamiku.

    Tiga hari setelah mertuaku pulang ke kampung, Mas Satya benar-benar menikah dengan Rena. Penghulu datang dan menikahkan mereka di kontrakan Rena yang hanya berjarak beberapa kamar kontrakan saja dari tempat tinggalku.Perasaanku? Jangan ditanya, sakitnya Masya Allah tapi aku tetap hadir dan menyaksikan akad antara Mas Satya dan Rena. Sementara anak-anak dititipkan pada Mbak Ivi, aku tidak mau jika Brama ataupun Cantika menyaksikan pernikahan ayah mereka dengan wanita lain.Sebelum akad dimulai Mas Satya beberapa kali melihatku. Pertama kali tergambar jelas ekspresi kaget di wajahnya. Mungkin dia tidak menyangka jika aku akan menghadiri pernikahan sekaligus pengkhian*tan yang Mas Satya lakukan padaku."Sah? Sah?" tanya penghulu."Saaaah!" seru para saksi.Aku segera keluar meninggalkan kontrakan Rena seraya mengucap "Bismillah". Mulai hari ini, aku akan memulai kehidupan baruku. Mejadi Gina yang kuat, single Mom yang akan membesarkan kedua buah hati

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-11
  • Ibu Super (Aku bisa Tanpamu, Mas!)   Berpura-pura

    Berterima kasih pada pemerintah yang telah membebaskan biaya pendidikan dasar 9 tahun. Aku sama sekali tidak kesulitan saat harus menyekolahkan Brama. Tanpa Mas Satya aku bisa, Aku diberi kelancaran dan kemudahan untuk mengurus semuanya.Karena Brama sekolah di Sekolah Dasar Negeri, aku tidak perlu memikirkan biaya bulanan, uang pandaftaran dan uang untuk pembangunan. Aku hanya perlu membeli seragam, tas, sepatu dan alat-alat tulis saja. Buku-buku bacaan dan buku pelajaran gratis nanti akan disediakan sekolah.Brama sangat bahagia, melihat lingkungan sekolah membuatnya tidak sabar untuk segara memulai tahun ajaran baru."Bu, nanti Rama sekolah diantar ayah ya?" tanya Brama."Insya Allah, kalau ayah tidak sibuk ya ... Ayah kan kerja kadang saat shift pagi jam 6 kan ayah sudah harus sampai di tempat kerja," terangku."Ya ... padahal di TV kan gitu, Bu. Rama suka lihat kalau sekolah hari pertama itu biasanya siswa baru pada diantar ayahnya," rengek Br

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-11

Bab terbaru

  • Ibu Super (Aku bisa Tanpamu, Mas!)   Kasulitan yang diciptakan Sendiri

    Kesulitan telah Mas Satya buat sendiri, meskipun aku tidak benar-benar melarangnya menemui anak-anak dia malu sendiri dengan kelakuannya.Menurut bodyguard yang menjaga Cantika di Sekolah, beberapa kali mas Satya datang ke sekolah, meminta izin untuk bertemu dengan Cantika. Setelah penjaga Cantika meminta izin padaku via telepon mas Satya diizinkan berbicara dan memeluk Cantika beberapa menit sebelum Cantika pulang ke rumah.Sama halnya dengan Cantika, mas Satya juga datang ke sekolah Bramma. Bramma yang sudah SMP dan tidak didampingi bodyguard seperti Cantika, membuat Mas Satya lebih leluasa bertemu, mengobrol bahkan memeluk Bramma lebih lama.Bramma yang beranjak dewasa tak berani jujur padaku jika Mas Satya sering menemuinya di sekolah. Aku mengetahuinya dari orang-orang Mas Ammar. Mungkin Bramma takut aku melarangnya bertemu Mas Satya.Sebagai seorang anak Bramma

  • Ibu Super (Aku bisa Tanpamu, Mas!)   Ternyata ....

    Aku berusaha merebut Cantika dari dekapan Mas Satya, sambil menangis aku merebut Cantika ayahnya."Cantika milikku!" Mas Satya mendorongku sampai jatuh kelantai.Mas Amar yang emosi tak kuasa lagi menahan amarahnya. Dia mengambil paksa Cantika lalu menghant*m wajah Mas Satya sekali. Cantika yang ketakutan menangis lalu berlari kearah Bramma, gadis kecilku mendekap tubuh abangnya dengan gemetar.Hampir saja orang-orang suruhan Mas Ammar juga ikut memuk*li Mas Satya tapi aku mencegahnya. Ada orang tua Mas Satya, ada anak-anak juga. Bagaimana psikoligis mereka jika melihat anak dan ayah mereka dipuk*li? Aku tak pernah mau ini terjadi, dari awal perceraian aku selalu menjaga agar semuanya baik-baik saja. Meskipun tersakiti aku tetap memberi maaf tapi jika akhirnya begini aku juga tidak akan diam."Ayo Rama, bawa adiknya ke mobil sebelum ayah kalian tambah emosi!" titah Ibunya Mas Satya."Iya,

  • Ibu Super (Aku bisa Tanpamu, Mas!)   Cantika Ditemukan

    Ada kabar dari kepolisian katanya Cantika dibawa keluar kota. CCTV di sebuah statsiun kereta api menunjukan anak berciri-ciri seperti cantika melintas sekitar 3 hari yang lalu.Tangisku pecah, aku takut terjadi sesuatu pada anakku. Bagaimana kalau anakaku diculik dan dijadikan peng*mis seperti yang kulihat di TV atau bahkan lebih buruk ... sekarang kan sedang viral yang jual beli organ tubuh. Semoga Cantika baik-baik saja, semoga Allah selalu melindungi anak-anakku dimanapun mereka berada."Sudahlah jangan menangis, setidaknya kita sudah punya petunjuk untuk mencari Cantika. Terus berdoa, polisi dan orang-orang suruhanku tidak akan berhenti sampai Cantika ditemukan," ujar Mas Ammar."Statsiun itu ... kita bisa berangkat ke kampung Mas Satya menggunakan kereta dari statsiun itu. Mas Satya kemana? Sudah berapa hari aku tidak melihatnya." Tiba-tiba saja aku curiga pada Mas Satya." Kamu curiga pada Satya?" ta

  • Ibu Super (Aku bisa Tanpamu, Mas!)   Pencarian Hari ke-2

    "Cantika ... pulanglah, Nak! Ibu, ayah, kakek, nenek, adik dan semuanya menunggumu. Ibu sangat menyayangimu, ibu tidak bisa jika harus tanpamu," lirihku dalam doa ... Aku benar-benar merasa tidak tenang, setiap beberapa menit aku menelpon Mas Ammar, Mas Galih dan Bramma secara bergiliran untuk menanyakan apakah mereka sudah menemukan Cantika atau belum? Perasaanku benar-benar tak karuan jiwaku terasa melayang entah kemana? Namun, aku tak bisa terus begini ada Gaza yang juga membutuhkanku. Aku menghampiri Gaza yang berada di kamar mama lalu meng-asihi Gaza. Aku terlalu tenggelam meratapi Cantika dan hampir saja mengabaikan si bungsu. "Maafkan ibu ya, Nak. Ibu sedih sekali sampai mengabaikan Gaza, ibu takut kehilangan kakak Cantika," bisikku, sambil menciumi kening Gaza yang sedang meny*su. "Jangan egois, anakmu bukan hanya Cantika. Bramma dan Gaza juga butuh kamu, kamu harus kuat!" ujar Mama.

  • Ibu Super (Aku bisa Tanpamu, Mas!)   Hilangnya Cantika

    Jangan lupa tinggalkan jejak dengan follow, subscribe, rate dan tap love. Terima kasih.Hari ini ada meeting dengan beberapa orang reseller di ruko, aku terlambat menjemput Cantika hampir seperempat jam. Di usia Cantika yang ke tiga tahun aku sengaja memasukannya pre-school agar dia banyak teman dan tidak jenuh di rumah terus.Kakiku lemas saat Security penjaga sekolah mengatakan sudah tidak ada lagi siswa di dalam sekolah. Cantika ke mana?"Maaf, Bu Cantika sendiri yang menhampiri orang yang menjemputnya. Dia langsung berlari keluar gerbang lalu memeluk laki-laki bertopi itu," jelas security yang berjaga."Bagaimana ciri-ciri orang itu? Dia bawa mobil atau motor?" selidikku."Aku tidak terlalu memperhatikan, hanya fokus dia bertopi soalnya dia berdiri di seberang sana," tunjuk security.Aku tidak bisa diam saja, diantar security menemui guru dan kepala se

  • Ibu Super (Aku bisa Tanpamu, Mas!)   Dilema

    "Kenapa kalian begitu ingin aku bekerja di tempat orang Arab itu? Apa pekerjaanku di toko tidak benar? Aku nyaman disini bersama kalian, teman-teman yang bagiku sudah seperti keluarga," rengek Mas Satya.Jujur sebenarnya aku dan Mas Ammar juga tak tega, semua bukan semata-mata nasihat bapak tapi memang pekerjaaan di tempat Mas Fahad gajinya lumayan."Mas jangan salah faham, aku dan Gina ingin Mas Satya maju. Coba saja dulu, nanti kalau gak lolos seleksi Mas boleh kerja lagi disini," bujuk Mas Ammar."Mas ingat, ada Maryam yang butuh banyak biaya. Di kantor Mas Fahad banyak fasilitas dan tunjangan yang nanti bisa dimanfaatkan, bekerja denganku mau sampai kapan? Aku tidak bisa memberikan banyak, Mas," terangku."Fahad adik iparku, Mas jangan khawatir dia orang baik. Aku akan menitipkan Mas pada Fahad jika memang nanti lolos seleksi," jelas Mas Ammar.Mas Satya termenung, lalu berjalan kearah

  • Ibu Super (Aku bisa Tanpamu, Mas!)   Kebersamaan

    Aku tahu sebagai Bapakku, bapak pasti sangat sakit hati dengan apa yang pernah mas Satya lakukan padaku.Aku dan Mas Ammar akhirnya hanya saling melempar pandangan, bingung harus menempatkan mas Satya dimana? Karena hanya dua pekerjaan yang kita miliki di toko dan di gerai parfume milik Mas Ammar.________Pucuk dicinta ulam pun tiba,saat aku dan Mas Ammar bingung untuk mempekerjakan Mas Satya dimana? Mas Fahad datang menengok Gaza. Bukan suatu kebetulan, aku percaya jika semua ini adalah takdir yang sudah diatur oleh Allah.Mas Fahad membutuhkan kan beberapa orang sopir untuk bekerja di kantornya. Kantor tempat mas Fahad bekerja memang bagian dari pemerintahan, tidak mudah orang bisa bekerja di sana.Meskipun melalui beberapa tahapan tes aku dan Mas Ammar akan membujuk mas Satya untuk melamar di tempat Mas Fahad, bukan semata-mata menjauhkannya dari keluarga kami. Nam

  • Ibu Super (Aku bisa Tanpamu, Mas!)   Kehancuran Satya

    PoV SatyaHari dimana saat Maryam dilahirkan adalah saat terberat dihidupku. Rena merasakan mulas begitu hebat tapi tak kunjung melahirkan, sampai akhirnya Dokter memutuskan untuk memilih jalan operasi karena kondisi Rena tidak mungkin untuk melahirkan secara normal. Rena cukup lama tak sadarkan diri hingga tak mungkin bisa mengejan.Tangisan pertama Maryam tidak memberikan sedikitpun senyuman di bibir mungil Rena. Rena seperti lupa segalanya tatapannya kosong, yang ia ingat hanya kebenc*annya pada Gina. Rena hanya mengoceh menyebut nama Gina setelah itu histeris.Sempat terbesit dibenakku, tentang sebuah "karma". Aku pergi menemui Gina, meminta maaf atas nama Rena. Gina memaafkan semuanya dan Alhamdulillah Gina dan Ammar berbaik hati untuk

  • Ibu Super (Aku bisa Tanpamu, Mas!)   Tampan Kombinasi

    Aduh maaf sekali, Nak Ammar, jadi ngabring (banyak orang) begini. Tadinya cuma mama sama bapak yang mau pergi tapi ini 2 ponakan Gina maksa ingin ikut, maklum mereka dari kecil belum pernah pergi ke kota," ucap Mama."Tdak apa-apa, Mah. Di sini kan ada banyak kamar lagi pula jarang-jarang kan Cantika dan Bramma bertemu saudara, biar mereka kenal satu sama lain," jawab Mas Ammar."Apa kabar, Ibu besan? Lihat! Cucu kita tampan sekali," ujar Mama mertua."Alhamdulillah kabar kami semua baik, Aduuhh ... cucu nenek kasepnya ( gantengnya) mirip sekali dengan Nak Ammar," puji mama."Ish! Lihat atuh, neneknya juga kan cantik-cantik. Sudah pasti cucunya ganteng," potong mama mertua.Seperti biasa saat berkunjung mama dan bapak pasti membawa hasil panen. Bermacam-macam sayuran dan buah-buahan, satu yang tak pernah Mama lupa adalah lompong atau bata

DMCA.com Protection Status