Home / Urban / Ibu Super (Aku bisa Tanpamu, Mas!) / Pernikahan Kedua Suamiku.

Share

Pernikahan Kedua Suamiku.

Author: Yuniartinoor
last update Last Updated: 2021-09-11 08:16:23

Tiga hari setelah mertuaku pulang ke kampung, Mas Satya benar-benar menikah dengan Rena. Penghulu datang dan menikahkan mereka di kontrakan Rena yang hanya berjarak beberapa kamar kontrakan saja dari tempat tinggalku.

Perasaanku? Jangan ditanya, sakitnya Masya Allah tapi aku tetap hadir dan menyaksikan akad antara Mas Satya dan Rena. Sementara anak-anak dititipkan pada Mbak Ivi, aku tidak mau jika Brama ataupun Cantika menyaksikan pernikahan ayah mereka dengan wanita lain.

Sebelum akad dimulai Mas Satya beberapa kali melihatku. Pertama kali tergambar jelas ekspresi kaget di wajahnya. Mungkin dia tidak menyangka jika aku akan menghadiri pernikahan sekaligus pengkhian*tan yang Mas Satya lakukan padaku.

"Sah? Sah?" tanya penghulu.

"Saaaah!" seru para saksi.

Aku segera keluar meninggalkan kontrakan Rena seraya mengucap "Bismillah". Mulai hari ini, aku akan memulai kehidupan baruku. Mejadi Gina yang kuat, single Mom yang akan membesarkan kedua buah hatiku menjadi anak-anak yang sukses dan hebat.

Mereka menikah siri, tanpa rasa bersalah atau minimal malu dengan lingkungan sekitar. Sebaliknya Rena terlihat bangga menjadi istri siri Mas Satya. Kupingnya seolah tuli dan biasa saja dengan gunjing*n para tetangga.

"Mbak Gina, yang sabar ya," ucap salah seorang tetangga. 

Aku hanya bisa mengangguk dan tersenyum dibalik hancurnya palung hatiku yang paling dalam. Banyak yang berempati tapi ya sudahlah, ini semua bagian takdir Allah yang harus tetap kulalui.

Bersyukur disaat aku begitu down, anak-anak sangat anteng. Mereka tidak rewel dan juga tidak menanyakan ayahnya. Semoga mereka cepat terbiasa hidup hanya bertiga denganku.

"Kamu wanita tegar, Mbak. Perempuan lain mana ada yang mau menghadiri pernikahan ke-dua suaminya," puji Mbak Ivi.

"Aku tidak sekuat itu, Mbak Ivi. Semuanya aku lakukan demi anak-anak," elakku.

"Mbak Gina ingat nggak waktu hamil cantika aku pernah mau cerita tentang Mas Satya dan Rena?"

"Iya, aku menolak karena takut kepikiran, stres dan mengganggu kehamilan," jawabku.

"Sebenarnya malam itu ada supervisor di pabrik yang berulang tahun, Mas Satya dan Rena mabuk parah jadi pulang dibonceng Mas Galih bertiga. Motor Mas Satya dititip di kafe, bahaya juga kalau sedang mab*k bawa motor," terang Mbak Ivi.

"Pantas saja malam itu aku sudah melihat motor Mas Galih terparkir di depan kontrakannya sementara motor Mas Satya tidak ada di sekitar kontrakan," batinku.

"Mas Galih mengira jika Mas Satya sudah pulang ke rumah, Mbak. Maaf ... gara-gara itu juga Mas Galih jadi merasa bersalah sama Mbak Gina," jelas Mbak Ivi.

"Mbak Ivi dan Mas Galih gak usah merasa bersalah, semuanya sudah takdir. Aku tidak menyalahkan siapapun, ini sudah jalan-Nya. Sekarang aku hanya berharap, aku dan anak-anak kuat agar bisa menjalani kehidupan yang lebih baik kedepannya," jawabku.

"Di pabrik juga Rena tidak sungkan menunjukan perasaannya pada Mas Satya. Orang yang gak tahu mengira mereka sudah suami istri. Sebagai teman Mas Galih juga sudah mengingatkan Mas Satya agar tidak bermain api tapi Mas Satya tidak terima dan malah menjauhi Mas Galih," papar Mbak Ivi.

"Saat syet*n sedang menguasai seseorang tidak mudah untuk kita mengingatkan. Kita pasti salah dimata mereka karena mereka sudah tidak menggunakan akal sehat lagi. Makasih, Mbak Ivi sudah mau dititipin anak-anak. Maaf merepotkan," pungkasku.

"Sama-sama, Mbak Gina. Jangan sungkan selama bisa bantu aku sama Mas Galih pasti bantu Mbak. Sebagai sesama orang rantau aku sangat merasakan bagaimana berada jauh dari keluarga."

Apa yang Mbak Ivi ceritakan sedikit banyak membuat aku merenung. Namun, semuanya tetap saja percuma karena tidak akan mengembalikan keutuhan rumahtanggaku yang sudah di ujung tanduk. 

Alhamdulillah, masih ada Mbak Ivi dan Mas Galih yang begitu baik dan mau menganggap aku dan anak-anak seperti keluarganya sendiri. Rasa sedihku sedikit terobati, aku tak sendiri, Allah masih mengirim orang-orang terbaik untuk menjadi malaikat penolongku.

*****

Setiap hari aku menguatkan hati, berusaha tegar menyaksikan suamiku bersama istri mudanya yang hanya berjarak beberapa kamar dari kamar kontrakanku. Meskipun sudah tak nyaman aku kasih mengizinkan Mas Satya datang kekontrakan mengajak Brama dan cantika bermain. 

Baik secara agama ataupun secara hukum aku dan Mas Satya memang belum bercerai, tak ada masalah jika kapanpun dia mau menemuiku dan anak-anak. Namun, tetap saja rasa tidak nyaman itu secara alamiah aku rasakan karena kini Mas Satya bukan hanya suamiku tapi suami Rena juga.

Anak sekecil Brama dan Cantika memang belum faham dengan apa yang terjadi antara aku dan Mas Satya. Aku tidak ingin merusak kebahagiaan mereka, berdosa juga jika aku melarang seorang ayah ingin bertemu anak-anaknya. Selama Mas Satya bersedia membahagiakan kedua buah hati kami aku tidak akan melarang mereka bertemu.

Aku sudah tidak mengharap lagi nafkah materi ataupun nafkan batin dari Mas Satya. Dengan modal seadanya aku kembali berjualan camilan homemade yang kujual via aplikasi seperti yang kulakukan saat mengandung Cantika.

Biarpun dengan untung yang tak seberapa yang penting aku punya penghasilan. Hasilnya sebagian untuk makan dan sebagian ditabung untuk bayar kontrakan. Jika Mas Satya memberi uang aku akan simpan untuk anak-anak dan jika tidak aku tidak akan meminta padanya.

Selain dijual online camilan jualanku juga dititip ke Mas Galih dan Mas Ammar. Beberapa orang tetangga juga suka dan berlangganan camilan jualanku. Pentol pedas, ceker lumer dan cireng isi ayam pedas adalah yang paling laris manis.

Saat anak-anak tidur pulas aku membuat stok camilan untuk jualan. Jika pesanan banyak aku jadi tidak keteteran, tinggal mengolah sebentar karena bahan-bahan stok sudah siap dan aku tinggal memberi bumbu hanya beberapa menit saja.

Setiap malam, setiap sujudku, aku berdoa agar bisa sukses dan terlepas dari keterpurukan ini . Semoga nanti bisa punya modal untuk berjualan barang-barang lain yang stoknya awet dan tidak basi. Jujur saja konsekuensi berjualan makanan jika tidak laku ya stok dimakan dan harus cari modal lagi, bukan tidak bersyukur tapi bagiku saat ini mencari modal cukup sulit.

Berbeda jika kita berjualan barang, kita tidak akan khawatir saat barang tidak terjual. Pertama barang tidak akan basi, kedua selama barang masih ada kita tidak perlu memikirkan modal lagi. Barang tidak terjual biasanya bisa ditukar barang lain pada distributor barang sesuai perjanjian awal.

Aku percaya Allah memberiku cobaan seindah ini karena aku mampu melewati semuanya. Aku juga yakin jika Allah akan memberi jalan kemudahan untukku bangkit dari keterpurukan. 

Pintu kebahagiaan sudah Allah siapkan untukku dan anak-anak. Saat aku dan anak-anakku bisa berbahagia, tertawa bersama melewati hari-hari yang indah. Terlepas dari segala penderitaan dan bisa melupakan masa-masa sulit yang pernah kita lalui.

Related chapters

  • Ibu Super (Aku bisa Tanpamu, Mas!)   Berpura-pura

    Berterima kasih pada pemerintah yang telah membebaskan biaya pendidikan dasar 9 tahun. Aku sama sekali tidak kesulitan saat harus menyekolahkan Brama. Tanpa Mas Satya aku bisa, Aku diberi kelancaran dan kemudahan untuk mengurus semuanya.Karena Brama sekolah di Sekolah Dasar Negeri, aku tidak perlu memikirkan biaya bulanan, uang pandaftaran dan uang untuk pembangunan. Aku hanya perlu membeli seragam, tas, sepatu dan alat-alat tulis saja. Buku-buku bacaan dan buku pelajaran gratis nanti akan disediakan sekolah.Brama sangat bahagia, melihat lingkungan sekolah membuatnya tidak sabar untuk segara memulai tahun ajaran baru."Bu, nanti Rama sekolah diantar ayah ya?" tanya Brama."Insya Allah, kalau ayah tidak sibuk ya ... Ayah kan kerja kadang saat shift pagi jam 6 kan ayah sudah harus sampai di tempat kerja," terangku."Ya ... padahal di TV kan gitu, Bu. Rama suka lihat kalau sekolah hari pertama itu biasanya siswa baru pada diantar ayahnya," rengek Br

    Last Updated : 2021-09-11
  • Ibu Super (Aku bisa Tanpamu, Mas!)   Ketahuan

    Sehebat apapun sekarang Mas Satya berpura-pura, sekuat tenaga aku menutup mulutku untuk tidak berbicara tapi aku tidak dapat menutup mulut dan mata orang-orang di sekitar kontrakan.Belum sehari datang ke tempatku, Bapak tidak sengaja mendengar obrolan tetangga tentang pernikahan Mas Satya untuk yang ke-dua kali. Sepulang dari warung bersama Brama, dari raut muka bapak sudah terbaca jika ada yang tidak beres."Kenapa kamu diam saja, Nak? Kenapa tidak pulang saja ke kampung? Bapak dan mama masih sanggup membiayai kamu dan anak-anak," ujar bapak."Gina baik-baik saja, Pak. Lagi pula Mas Satya tidak menceraikan Gina, Gina masih istrinya masa harus pergi begitu saja, Pak." sahutku."Keterlaluan, istri baru melahirkan dia menikah lagi. Bapak tidak akan diam, bapak tidak ridho. Kalau begini caranya sama saja dia menyakit*mu perlahan, sudah menikah lagi itu perempyan kenapa juga harus tinggal dekat sini? Pokoknya Satya harus mencer*ikanmu kalau dia tidak m

    Last Updated : 2021-09-15
  • Ibu Super (Aku bisa Tanpamu, Mas!)   POV Satya

    Namaku Satya Anggara, sudah tiga tahun aku merantau di kota bersama istriku Gina dan anak laki-lakiku Brama. Meskipun kami hidup mengontrak, kami tetap bertahan karena aku dan istriku bertekad untuk merubah nasib.Orangtua kami di kampung semuanya petani tak ada salahnya jika aku dan istri ingin bekerja di bidang lain untuk memperbaiki perekonomian keluarga kearah yang lebih baik.Pekerjaanku hanya sebagai karyawan pabrik biasa di sebuah perusahaan elektronik yang bekerja sama denga perusahaan milik orang China. Dengan ketekunan dan keuletanku selama beberapa tahun sedikit demi sedikit gajiku meningkat. Tidak hanya bisa memenuhi kebutuhan keluarga tapi juga bisa memberi uang jajan untuk kedua orangtua kami setiap bulan.Tahun ketiga ini Alhamdulillah, naik jabatan. Aku sudah tidak mengawasi lagi bagian gudang tapi pindah ke gedung utama sebagai staff. Dengan naiknya jabatan ini berarti naik juga

    Last Updated : 2021-10-19
  • Ibu Super (Aku bisa Tanpamu, Mas!)   POV Rena

    Aku hanya seorang gadis kampung Misk*n yang ingin merubah nasib keluargaku. Aku anak yatim, bapak sudah meninggal 4 tahun lalu. Sebagai anak sulung aku harus lebih bekerja keras agar bisa membantu ibu membiayai ketiga adikku.Berbekal ijazah SMA aku nekad pergi ke kota, meski menjadi seorang karyawan pabrik akan kujalani yang terpenting aku dapat uang halal untuk menafkahi keluargaku.Dengan bekal seadanya aku menyewa sebuah kamar kontrakan untuk tinggal selama bekerja di kota. Jujur saja aku harus banyak berhemat karena uang bekalku yang pas-pasan. Rizki anak sholeha, saat sedang beres-beres pakaian seseorang datang memberikan nasi berkat."Assalamuallaikum!" ucap seorang laki-laki yang menurutku, sangat tampan.Aku muncul dari dalam rumah kontrakan saat mendengar ia mengucapkan salam."Maaf, Mbak ini ada nasi berkat." Dia memberik

    Last Updated : 2021-10-19
  • Ibu Super (Aku bisa Tanpamu, Mas!)   Kangen Ibunya bukan Anaknya

    Setelah tahun ajaran baru dimulai kegiatanku cukup sibuk karena dari jam 7 sampai jam 10 pagi harus standby menunggu Brama di Sekolah. Waktu berjualan sedikit terpangkas, aku hanya bisa berjualan dari siang sampai Maghrib saja. Dengan berkurangnya waktu jualan berkurang juga penghasilanku.Selesai shalat Shubuh aku menyempatkan mengolah stok jualan yang ada di lemari es."Assalamualaikum!""Walaikumsallam," jawabku.Begitu jelas jika yang mengucapkan salam adalah Mas Satya, aku segera mencuci tangan yang penuh dengan adonan tepung lalu membuka kunci pintu."Brama sudah bangun?" tanya Mas Satya."Barusan, tidur lagi. Setelah shalat Shubuh kelihatannya Brama masih mengantuk," jawabku."Ini uang gajianku bulan ini, seadanya. Terserah mau kamu pakai buat apa. Sudah kubagi u

    Last Updated : 2021-10-22
  • Ibu Super (Aku bisa Tanpamu, Mas!)   Pemberian Mertua

    Ya Amupun, Mbak kenapa bawa galon sama gas sendiri? Ini berat, sini aku bantu!" tawar Mas Ammar.Mas Ammar menghampiriku saat beristirahat di dekat teras tetangga."Gak usah, Mas. Sekarang aku sudah biasa, kok," tolakku.Mas Ammar tidak menghiraukan penolakanku, dia langsung mengangkat galon di pundaknya dan menjinjing tabung gas milikku di tangan kanannya."Mbak, mbak Gina itu perempuan jangan maksain ngangkat-ngangkat begini. Ini gas sama galon berat, loh! Di kontrakan kan banyak cowok, minta tolong saja daripada nanti pinggang Mbak kecengklak! Kalau mbak sakit siapa yang nanti jaga anak-anak?" cerocos Mas Ammar."Tabung gasnya biar aku saja yang bawa, Mas!" pintaku."Tidak usah, Mbak jalan duluan saja nanti Cantika keburu nangis."Tanpa sadar aku mengikuti perintah Mas Ammar unt

    Last Updated : 2021-10-22
  • Ibu Super (Aku bisa Tanpamu, Mas!)   Aku Ingin Kembali Padamu, Gin!

    Tak terasa sudah lebih empat bulan aku berjuang sendiri, usia Cantika sudah setengah tahun. Cantika sudah mulai tengkurap dan mengangkat kepalanya sedikit-sedikit.Alhamdulillah baik Brama ataupun cantika tidak pernah kehilangan ayahnya. Selama ini Brama hanya mengira ayahnya tak pernah di rumah karena bekerja shift malam.Kuperhatikan perut Rena juga semakin membesar. Seperti saat aku mengandung Cantika dulu, Mas Satya juga begitu memanjakan Rena. Setiap pagi aku melihat Mas Satya menyapu, mengepel dan menjemur pakaian. Bahkan sekarang Mas Satya juga yang berbelanja sayuran."Kok belanjanya berdua, Mas? Romantis sekali Mas Satya mau mengantar istrinya belanja," kata ibu pedagang sayur.Mas Satya tersenyum mungkin dia bingung harus menjawab apa."Ceu Minah ini gak tahu ya? apan istrinya Mas Satya aya dua, nu kolot mah balanja nyalira nu n

    Last Updated : 2021-10-22
  • Ibu Super (Aku bisa Tanpamu, Mas!)   Kerinduan Bramma Pada Ayahnya

    Setelah satu semester aku tak lagi menunggui Brama di sekolah, pagi-pagi biasanya Brama diantar Mas Ammar atau diantar Mas Galih bersama dengan Reva. Aku akan menjemputnya setelah wali kelas Brama mengirim pesan 15 menit sebelum anak-anak bubar.Firasatku memang sudah tidak enak sejak Brama berangkat tadi pagi. Jam 9 pagi saat aku dan Mbak Ivi membungkus barang-barang orderan customer. Mas Ammar datang menggendong Brama dengan pakaian berlumuran darah. Aku yang panik langsung berlari dan memeluk Brama yang masih dalam gendongan Mas Ammar."Brama kenapa, Mas?" tanyaku panik."Maaf, Bu kami yang salah," jawab Guru olahraga Brama yang mengikuti dari belakang Mas Ammar.Mbak Ivi membantu menggantikan pakaian olahraga Brama yang penuh darah sementara aku mengobrol bersama Guru olahraga Brama dan Mas Ammar."Waktu sedang berolahraga salah seora

    Last Updated : 2021-10-23

Latest chapter

  • Ibu Super (Aku bisa Tanpamu, Mas!)   Kasulitan yang diciptakan Sendiri

    Kesulitan telah Mas Satya buat sendiri, meskipun aku tidak benar-benar melarangnya menemui anak-anak dia malu sendiri dengan kelakuannya.Menurut bodyguard yang menjaga Cantika di Sekolah, beberapa kali mas Satya datang ke sekolah, meminta izin untuk bertemu dengan Cantika. Setelah penjaga Cantika meminta izin padaku via telepon mas Satya diizinkan berbicara dan memeluk Cantika beberapa menit sebelum Cantika pulang ke rumah.Sama halnya dengan Cantika, mas Satya juga datang ke sekolah Bramma. Bramma yang sudah SMP dan tidak didampingi bodyguard seperti Cantika, membuat Mas Satya lebih leluasa bertemu, mengobrol bahkan memeluk Bramma lebih lama.Bramma yang beranjak dewasa tak berani jujur padaku jika Mas Satya sering menemuinya di sekolah. Aku mengetahuinya dari orang-orang Mas Ammar. Mungkin Bramma takut aku melarangnya bertemu Mas Satya.Sebagai seorang anak Bramma

  • Ibu Super (Aku bisa Tanpamu, Mas!)   Ternyata ....

    Aku berusaha merebut Cantika dari dekapan Mas Satya, sambil menangis aku merebut Cantika ayahnya."Cantika milikku!" Mas Satya mendorongku sampai jatuh kelantai.Mas Amar yang emosi tak kuasa lagi menahan amarahnya. Dia mengambil paksa Cantika lalu menghant*m wajah Mas Satya sekali. Cantika yang ketakutan menangis lalu berlari kearah Bramma, gadis kecilku mendekap tubuh abangnya dengan gemetar.Hampir saja orang-orang suruhan Mas Ammar juga ikut memuk*li Mas Satya tapi aku mencegahnya. Ada orang tua Mas Satya, ada anak-anak juga. Bagaimana psikoligis mereka jika melihat anak dan ayah mereka dipuk*li? Aku tak pernah mau ini terjadi, dari awal perceraian aku selalu menjaga agar semuanya baik-baik saja. Meskipun tersakiti aku tetap memberi maaf tapi jika akhirnya begini aku juga tidak akan diam."Ayo Rama, bawa adiknya ke mobil sebelum ayah kalian tambah emosi!" titah Ibunya Mas Satya."Iya,

  • Ibu Super (Aku bisa Tanpamu, Mas!)   Cantika Ditemukan

    Ada kabar dari kepolisian katanya Cantika dibawa keluar kota. CCTV di sebuah statsiun kereta api menunjukan anak berciri-ciri seperti cantika melintas sekitar 3 hari yang lalu.Tangisku pecah, aku takut terjadi sesuatu pada anakku. Bagaimana kalau anakaku diculik dan dijadikan peng*mis seperti yang kulihat di TV atau bahkan lebih buruk ... sekarang kan sedang viral yang jual beli organ tubuh. Semoga Cantika baik-baik saja, semoga Allah selalu melindungi anak-anakku dimanapun mereka berada."Sudahlah jangan menangis, setidaknya kita sudah punya petunjuk untuk mencari Cantika. Terus berdoa, polisi dan orang-orang suruhanku tidak akan berhenti sampai Cantika ditemukan," ujar Mas Ammar."Statsiun itu ... kita bisa berangkat ke kampung Mas Satya menggunakan kereta dari statsiun itu. Mas Satya kemana? Sudah berapa hari aku tidak melihatnya." Tiba-tiba saja aku curiga pada Mas Satya." Kamu curiga pada Satya?" ta

  • Ibu Super (Aku bisa Tanpamu, Mas!)   Pencarian Hari ke-2

    "Cantika ... pulanglah, Nak! Ibu, ayah, kakek, nenek, adik dan semuanya menunggumu. Ibu sangat menyayangimu, ibu tidak bisa jika harus tanpamu," lirihku dalam doa ... Aku benar-benar merasa tidak tenang, setiap beberapa menit aku menelpon Mas Ammar, Mas Galih dan Bramma secara bergiliran untuk menanyakan apakah mereka sudah menemukan Cantika atau belum? Perasaanku benar-benar tak karuan jiwaku terasa melayang entah kemana? Namun, aku tak bisa terus begini ada Gaza yang juga membutuhkanku. Aku menghampiri Gaza yang berada di kamar mama lalu meng-asihi Gaza. Aku terlalu tenggelam meratapi Cantika dan hampir saja mengabaikan si bungsu. "Maafkan ibu ya, Nak. Ibu sedih sekali sampai mengabaikan Gaza, ibu takut kehilangan kakak Cantika," bisikku, sambil menciumi kening Gaza yang sedang meny*su. "Jangan egois, anakmu bukan hanya Cantika. Bramma dan Gaza juga butuh kamu, kamu harus kuat!" ujar Mama.

  • Ibu Super (Aku bisa Tanpamu, Mas!)   Hilangnya Cantika

    Jangan lupa tinggalkan jejak dengan follow, subscribe, rate dan tap love. Terima kasih.Hari ini ada meeting dengan beberapa orang reseller di ruko, aku terlambat menjemput Cantika hampir seperempat jam. Di usia Cantika yang ke tiga tahun aku sengaja memasukannya pre-school agar dia banyak teman dan tidak jenuh di rumah terus.Kakiku lemas saat Security penjaga sekolah mengatakan sudah tidak ada lagi siswa di dalam sekolah. Cantika ke mana?"Maaf, Bu Cantika sendiri yang menhampiri orang yang menjemputnya. Dia langsung berlari keluar gerbang lalu memeluk laki-laki bertopi itu," jelas security yang berjaga."Bagaimana ciri-ciri orang itu? Dia bawa mobil atau motor?" selidikku."Aku tidak terlalu memperhatikan, hanya fokus dia bertopi soalnya dia berdiri di seberang sana," tunjuk security.Aku tidak bisa diam saja, diantar security menemui guru dan kepala se

  • Ibu Super (Aku bisa Tanpamu, Mas!)   Dilema

    "Kenapa kalian begitu ingin aku bekerja di tempat orang Arab itu? Apa pekerjaanku di toko tidak benar? Aku nyaman disini bersama kalian, teman-teman yang bagiku sudah seperti keluarga," rengek Mas Satya.Jujur sebenarnya aku dan Mas Ammar juga tak tega, semua bukan semata-mata nasihat bapak tapi memang pekerjaaan di tempat Mas Fahad gajinya lumayan."Mas jangan salah faham, aku dan Gina ingin Mas Satya maju. Coba saja dulu, nanti kalau gak lolos seleksi Mas boleh kerja lagi disini," bujuk Mas Ammar."Mas ingat, ada Maryam yang butuh banyak biaya. Di kantor Mas Fahad banyak fasilitas dan tunjangan yang nanti bisa dimanfaatkan, bekerja denganku mau sampai kapan? Aku tidak bisa memberikan banyak, Mas," terangku."Fahad adik iparku, Mas jangan khawatir dia orang baik. Aku akan menitipkan Mas pada Fahad jika memang nanti lolos seleksi," jelas Mas Ammar.Mas Satya termenung, lalu berjalan kearah

  • Ibu Super (Aku bisa Tanpamu, Mas!)   Kebersamaan

    Aku tahu sebagai Bapakku, bapak pasti sangat sakit hati dengan apa yang pernah mas Satya lakukan padaku.Aku dan Mas Ammar akhirnya hanya saling melempar pandangan, bingung harus menempatkan mas Satya dimana? Karena hanya dua pekerjaan yang kita miliki di toko dan di gerai parfume milik Mas Ammar.________Pucuk dicinta ulam pun tiba,saat aku dan Mas Ammar bingung untuk mempekerjakan Mas Satya dimana? Mas Fahad datang menengok Gaza. Bukan suatu kebetulan, aku percaya jika semua ini adalah takdir yang sudah diatur oleh Allah.Mas Fahad membutuhkan kan beberapa orang sopir untuk bekerja di kantornya. Kantor tempat mas Fahad bekerja memang bagian dari pemerintahan, tidak mudah orang bisa bekerja di sana.Meskipun melalui beberapa tahapan tes aku dan Mas Ammar akan membujuk mas Satya untuk melamar di tempat Mas Fahad, bukan semata-mata menjauhkannya dari keluarga kami. Nam

  • Ibu Super (Aku bisa Tanpamu, Mas!)   Kehancuran Satya

    PoV SatyaHari dimana saat Maryam dilahirkan adalah saat terberat dihidupku. Rena merasakan mulas begitu hebat tapi tak kunjung melahirkan, sampai akhirnya Dokter memutuskan untuk memilih jalan operasi karena kondisi Rena tidak mungkin untuk melahirkan secara normal. Rena cukup lama tak sadarkan diri hingga tak mungkin bisa mengejan.Tangisan pertama Maryam tidak memberikan sedikitpun senyuman di bibir mungil Rena. Rena seperti lupa segalanya tatapannya kosong, yang ia ingat hanya kebenc*annya pada Gina. Rena hanya mengoceh menyebut nama Gina setelah itu histeris.Sempat terbesit dibenakku, tentang sebuah "karma". Aku pergi menemui Gina, meminta maaf atas nama Rena. Gina memaafkan semuanya dan Alhamdulillah Gina dan Ammar berbaik hati untuk

  • Ibu Super (Aku bisa Tanpamu, Mas!)   Tampan Kombinasi

    Aduh maaf sekali, Nak Ammar, jadi ngabring (banyak orang) begini. Tadinya cuma mama sama bapak yang mau pergi tapi ini 2 ponakan Gina maksa ingin ikut, maklum mereka dari kecil belum pernah pergi ke kota," ucap Mama."Tdak apa-apa, Mah. Di sini kan ada banyak kamar lagi pula jarang-jarang kan Cantika dan Bramma bertemu saudara, biar mereka kenal satu sama lain," jawab Mas Ammar."Apa kabar, Ibu besan? Lihat! Cucu kita tampan sekali," ujar Mama mertua."Alhamdulillah kabar kami semua baik, Aduuhh ... cucu nenek kasepnya ( gantengnya) mirip sekali dengan Nak Ammar," puji mama."Ish! Lihat atuh, neneknya juga kan cantik-cantik. Sudah pasti cucunya ganteng," potong mama mertua.Seperti biasa saat berkunjung mama dan bapak pasti membawa hasil panen. Bermacam-macam sayuran dan buah-buahan, satu yang tak pernah Mama lupa adalah lompong atau bata

DMCA.com Protection Status