Home / Young Adult / Ibu Muda Anak Mas Duda / Antara Tugas dan Hati

Share

Antara Tugas dan Hati

Author: Ocki yunita
last update Huling Na-update: 2024-11-27 20:55:08

Tak terasa, cahaya pagi mulai menerangi ruangan melalui celah jendela.

Naya terbangun dengan tubuh yang sedikit lelah.

Mungkin karena pekerjaan barunya, ia merasa lebih capek dibanding sebelumnya ketika hanya mengurus Chelly?

Dengan hati-hati, Naya mendekati box bayi, di mana Chelly masih tidur nyenyak. "Cantik banget, pasti kayak ibunya," gumam Naya sambil tersenyum.

Setelah itu, Naya pergi untuk membersihkan diri. Setelah selesai, ia melangkah kembali menuju box bayi untuk memastikan Chelly masih tidur.

"Mumpung masih tidur, aku ke kamar Raka dulu," pikir Naya.

Di kamar Raka, ia mulai membereskan semuanya, menyiapkan pakaian kerja Raka, serta kebutuhan lainnya.

"Pa-pagi, Pak!" Naya merasa gugup melihat Raka yang keluar dari kamar mandi dengan rambut basah, hanya mengenakan handuk.

"Pagi," jawab Raka singkat.

"Baju sudah saya siapkan di ruang ganti, Pak!" Naya melapor.

"Hmm," jawab Raka sambil melewati Naya. Tiba-tiba, ia berhenti. "Oh ya, jangan lupa tugas kamu, bawakan saya makan siang nanti. Saya mau masakan kamu, bukan yang lain!"

"Baik, Pak!" jawab Naya dengan senyum.

Setelah memastikan semua sudah siap, Naya keluar kamar dan melangkah ke arah ruangan lain untuk memeriksa Chelly. Namun, saat ia melangkah mundur, ia menabrak sesuatu.

"Aduh, keras banget... Eh!" Naya mengusap kepalanya, lalu mendongak.

la terkejut melihat siapa yang ia tabrak.

"Hati-hati, Nona!" Suara pria itu terdengar lembut, tetapi dalam.

"Oh, maaf!" jawab Naya, canggung.

Pria kekar dengan tubuh tegap itu tersenyum padanya. Naya, terpana oleh penampilan pria itu, yang tampaknya sangat berotot dan tampan. Namun, ia segera sadar bahwa pria itu dan teman-temannya adalah bodyguard di rumah Raka!

"Kalian bodyguard di sini?" tanya Naya, masih bingung.

"Ya, kami yang akan menjaga setelah ini!" jawab salah satu bodyguard, sementara pria yang menabraknya tersenyum lagi.

"Oh...." Naya hanya bisa mengangguk, masih merasa canggung.

Tak lama, Naya pun pamit.

Dia menenteng kotak makanannya dengan langkah cepat menuju kantor Raka Wijaya.

Tapi siapa sangka, pagi ini ia sudah dibuat kesal?

Pasalnya, meski tahu ada makanan yang diantar oleh wanita bernama Maria, Raka tetap memintanya membawa masakan.

Tanpa disadari, bodyguard di sudut ruangan memperhatikan Naya. "Tunggu, Nona. Jangan dibuang kotak makanan itu mubazir kalau di buang!" katanya ketika melihat Naya hendak melempar makanan ke tempat sampah.

"Apa?" Naya menoleh tajam, tapi wajah Endra yang murah senyum sedikit meluluhkan emosinya.

***

 "Luar biasa, Nona. Makananmu sangat enak. Sayang sekali kalau dibuang!" 

Melihat pria di depannya makan dengan lahap, Naya tersipu.

Ia merasa diapresiasi. "Terima kasih. Kalau suka, habiskan."

"Salam kenal. Saya Endra. Kamu baru di sini?" Endra tersenyum, menjabat tangan Naya.

"Benar. Aku Naya, pengasuh Chelly, anak Pak Raka," jawab Naya.

Setelah percakapan singkat itu, Naya kembali masuk ke rumah.

Malam harinya, Naya baru bisa bersantai sejenak setelah Chelly tertidur. Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama. Mbak Yuni datang memberi kabar, "Naya, Pak Raka sudah pulang dari perusahaan."

"Kenapa cepat sekali?" gumam Naya. Ia menyiapkan diri menyambut majikannya.

"Selamat malam, Pak. Mau makan atau mandi dulu? Air hangat akan segera saya siapkan," sapa Naya sopan.

Namun, Raka menatapnya dengan wajah masam. "Di mana makanan yang aku minta?"

Hah?

"Pak, saya sudah ke kantor tadi, tapi melihat Maria sudah mengantarkan makanan, saya merasa tak perlu masuk." Naya mencoba menjelaskan.

Tapi, wajah Raka semakin dingin! "Kamu pekerja, Naya. Tugasmu adalah mengikuti perintahku, terlepas dari siapa pun yang ada di sekitarku. Kalau aku minta, kamu harus datang!"

"Pak, saya sudah masak sepenuh hati. Tapi kalau akhirnya tidak dimakan, saya berikan saja pada orang lain daripada dibuang."

Mendengar jawaban itu, Raka mencengkeram pergelangan tangan Naya. "Ikut saya!"

Naya ditarik ke kamar mandi, matanya membelalak saat Raka mendorongnya ke arah bathtub yang sudah terisi air dingin karena belum diberi air panas.

"Pak, apa yang Anda lakukan?" seru Naya, panik.

Namun, Raka malah membuka kancing bajunya dengan tenang. "Hukuman atas kelalaianmu adalah memandikan saya malam ini."

Kaugnay na kabanata

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Degupan Aneh

    Naya terkesiap. Ia memalingkan wajah saat Raka turun ke dalam bak. "Pak, saya tidak bisa—""Sabuni saya sampai bersih," perintah Raka tegas.Hah?Sepertinya, ia salah sangka!Meski demikian, tangan Naya gemetar saat mencoba menuruti perintah itu. Suasana sunyi di antara mereka hanya diisi suara air yang bergerak.Satu hal yang pasti.Setelah kejadian malam itu, keesokan harinya Naya lebih berhati-hati. Bahkan saat dia hendak mengantar makanan, Mbak Yuni memperhatikan dua kotak bekal yang dibawa Naya."Kenapa dua, Naya?" tanya Mbak Yuni."Satu buat saya, Mbak," jawab Naya sambil berlalu, menyembunyikan niat sebenarnya: kotak satunya untuk Endra.***Untuk kedua kalinya, Naya Savira memasuki kantor mewah milik Raka Wijaya. Kali ini, ia tidak langsung menuju ruang kerja majikannya, melainkan ke ruang istirahat karyawan, tempat Endra, bodyguard setia Raka, sedang bersantai.“Kak Endra, ini bekal makan siang untukmu. Jangan lupa makan, ya,” kata Naya sambil menyerahkan kotak makan.Endra

    Huling Na-update : 2024-12-09
  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Peran Ambigu

    Naya Savira melirik jam dinding di ruang gym mewah milik Raka Wijaya.Sudah hampir setengah jam mereka berdua berkutat dengan alat latihan.Keringat membasahi tubuh keduanya, tapi suasana terasa semakin panas bukan karena olahraga, melainkan jarak di antara mereka yang kian menipis. "Pegang yang erat, Naya," kata Raka dengan suara tenang, meskipun napasnya sedikit tersengal. "Iya, Pak," jawab Naya, tapi pikirannya mulai kacau. Dada Raka yang berotot dan berkilat karena keringat terlalu dekat. Ia berusaha mengalihkan pandangan, tapi setiap gerakan membuat situasi semakin canggung. Namun, alat olahraga yang mereka gunakan mendadak macet. Untuk membenahinya, Raka harus membungkuk, membuat posisinya semakin mendekati Naya. Tiba-tiba, Naya merasa ada beban ringan di pundaknya. "Pak, jangan bersandar di saya!" protes Naya dengan nada tertahan. "Sebentar saja, Naya. Saya hanya butuh istirahat sebentar," ujar Raka sambil menutup matanya sejenak. Naya mencoba tenang, tapi perasaannya cam

    Huling Na-update : 2024-12-10
  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Perasaan Yang Tak Pasti

    Naya Savira berdiri tegak di depan Raka Wijaya, siap menjalankan tugasnya sesuai dengan perjanjian mereka. Namun, suasana terasa sedikit tidak nyaman ketika Raka kembali meminta Naya untuk melayani beberapa hal yang sedikit melampaui batas."Ingatt, kita cuma kontrak satu tahun, Pak! Dan tidak ada kontak fisik!" Naya menegaskan, menyilangkan tangannya di dada, takut Raka akan melangkah lebih jauh.Raka hanya mengangkat alisnya, tersenyum canggung, "Siapa yang mau melakukan kontak fisik denganmu, Naya? Benar-benar pikiranmu itu aneh sekali."Setelah melemparkan jas dan kemejanya, Raka melangkah ke kamar mandi, sementara Naya dengan sigap mengambil pakaian yang dibuangnya. Begitu selesai, Raka tiba-tiba meminta untuk tidur bersamanya di kamar yang sama dengan Chelly, putri kecilnya."Aku mau tidur bareng kalian malam ini," ujar Raka tanpa ragu.Naya merasa heran, "Pak, kenapa harus tidur di sini? Bukankah ada kamar Anda sendiri?"D

    Huling Na-update : 2024-12-10
  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Bertepuk sebelah tangan

    Setelah Naya pergi ke kamarnya, Raka Wijaya membawa Maria ke ruang kerjanya. Maria duduk dengan anggun di sofa, sementara Raka berdiri memandang keluar jendela. Ada sesuatu yang terasa aneh di dalam dirinya. Kehadiran Maria kembali ke dalam hidupnya seperti membuka luka lama yang belum sembuh. Ia tahu, meskipun ia berusaha menghindari masa lalu, kenyataannya masa lalu tidak akan pernah benar-benar hilang. "Aku hanya ingin memastikan satu hal, Raka," kata Maria dengan nada serius. "Apa kau benar-benar sudah melupakanku?" Raka Wijaya menghela napas panjang, membelakangi Maria. "Maria, aku tidak punya waktu untuk membahas masa lalu. Aku punya tanggung jawab lain sekarang." Maria mendekat, menyentuh bahunya dengan lembut. "Kita punya sejarah, Raka. Apa kau bisa benar-benar mengabaikannya begitu saja?" Maria menyadari bahwa Raka tampak tidak nyaman. Dengan langkah perlahan, ia mendekat dan duduk di meja kerja Raka. "Kau tahu, Raka," katanya, suaranya lebih lembut, "aku tahu kita t

    Huling Na-update : 2024-12-10
  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Jejak Masa Lalu yang Mengusik

    Sementara itu, Naya kembali ke dapur untuk menyiapkan makanan kecil. Langit malam yang gelap seakan menambah kesunyian yang memenuhi rumah. Tidak ada suara lain selain suara detakan jam dan desisan air mendidih di atas kompor. Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki mendekat, dan Mbak Yuni, kepala pelayan rumah, muncul di ambang pintu dapur. Wajahnya tampak cemas, dan ia berjalan dengan cepat menuju meja tempat Naya berdiri. "Naya," kata Mbak Yuni, suaranya rendah dan penuh perhatian. "Ada yang tidak beres. Maria tadi... dia tampak begitu bertekad. Hati-hati dengan dia." Naya menatap Mbak Yuni dengan terkejut. "Apa maksud Mbak Yuni?" Mbak Yuni mendekat, menurunkan suaranya lebih pelan. "Aku tahu, kau mungkin tidak ingin mencampuri urusan pribadi mereka, tapi aku rasa Maria tidak datang hanya untuk berbicara tentang masa lalu. Ada sesuatu yang lebih, dan itu mungkin bisa mempengaruhi hidupmu, Naya." Naya terdiam, memandang Mbak Yuni dengan penuh keraguan. Maria yang da

    Huling Na-update : 2024-12-13
  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Batasan yang Tersentuh

    Di dapur, Naya sibuk menyiapkan sarapan. Yuni, ketua pelayan, memerhatikannya dengan senyum penuh arti. “Semalam tidur nyenyak, Naya?” tanya Yuni. Naya hampir menjatuhkan sendok di tangannya. “Ah, iya, Mbak. Kenapa tanya gitu?” “Cuma penasaran. Soalnya tadi pagi aku lihat kamu keluar dari kamar Pak Raka,” jawab Yuni sambil tertawa kecil. “Mbak Yuni, jangan bikin gosip! Saya pingsan di sofa, terus dipindahin ke kamar. Itu saja,” jawab Naya buru-buru, wajahnya memerah. “Oh, jadi gitu ceritanya. Hmm, hati-hati, Naya. Kalau terlalu sering dekat sama Pak Raka, nanti jatuh cinta, lho,” goda Yuni. Naya menghela napas. Ia tahu bekerja di rumah keluarga Wijaya tidak pernah mudah. Apalagi, sekarang Maria Merta, mantan kekasih Raka, kembali muncul di kehidupannya. Naya menggelengkan kepala. Dicobanya fokus. Terlebih, dia harus mengantar makan siang untuk Raka di kantornya. Tapi siapa sangka, ia bertemu dengan Maria di lobi, yang sedang menunggu Raka dengan senyum anggun? “

    Huling Na-update : 2024-12-13
  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Sentuhan yang Tidak Diinginkan

    Di rumah, Chelly berlari ke arah Naya dengan ceria. “Kak Naya, Papa bilang Kak Naya mau jadi mama baruku, ya?”“Chelly! Siapa yang bilang begitu?” tanya Naya panik.“Papa! Dia bilang Kak Naya cantik, baik, dan cocok jadi mama,” jawab Chelly polos.Di belakangnya, Raka berdiri sambil menyeringai. “Apa masalahnya, Naya? Kamu tidak keberatan, kan, berpura-pura untuk sementara?”Naya tahu hidupnya baru saja menjadi lebih rumit.Chelly melompat ke pelukan Naya, tertawa riang seolah pernyataannya bukan sesuatu yang besar. Namun, bagi Naya, kalimat polos itu membuat jantungnya berdebar. Ia menatap Raka dengan tatapan tajam, mencoba membaca maksud dari senyum menyebalkan di wajah pria itu.“Pak Raka, saya di sini hanya untuk bekerja. Jangan buat lelucon seperti itu, apalagi di depan Chelly,” ucap Naya, menahan nada suaranya agar tidak terdengar terlalu emosional.Raka mendekat, m

    Huling Na-update : 2024-12-13
  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Harapan Yang Meredup

    Di luar ruang itu, Naya berjalan tergesa-gesa, matanya mencari-cari sesuatu yang biasa ditemuinya. Namun, saat melihat meja Andres kosong, ia terkejut. “Kak Andres, makanannya ke mana?” Andres hanya memegang tangan Naya dan menariknya keluar dengan cepat. “Ikut saya, Nona!” kata Andres, tanpa menjelaskan apapun. Naya hanya mengikuti, masih kebingungan. “Ke mana, Kak?” Tak lama, Andres membawa Naya ke kamar mandi pria, yang semakin membuat Naya bingung dan khawatir. "Ada apa, Kak?" tanya Naya cemas. Tanpa bicara banyak, Andres mengeluarkan sebuah kalung liontin dari sakunya. "Aku ingin memberikannya padamu, Naya. Ini simbol sesuatu yang lebih serius," katanya, mata Andres penuh ketulusan. Naya terkejut. "Kalung? Tapi, Kak, ini terlalu cepat." Andres mengangguk, dengan senyum penuh keyakinan. "Aku sudah lama merasa nyaman denganmu, Naya. Aku ingin kamu jadi pacarku. Terima kasih

    Huling Na-update : 2024-12-14

Pinakabagong kabanata

  • Ibu Muda Anak Mas Duda    Di Antara Penolakan dan Hasrat

    Di ruang makan, Maria akhirnya memberanikan diri untuk mengungkapkan keinginannya tidur satu kamar dengan suaminya. Namun, Tommy masih belum sepenuhnya menerima Maria sebagai istrinya. Meski enggan, ia terpaksa mengizinkan Maria tidur di dalam kamarnya. Maria menatap Tommy dengan ragu. "Tommy… aku ingin tidur di kamarmu mulai malam ini." Tommy meletakkan sendoknya, menatap Maria dengan datar. "Kenapa tiba-tiba?" Maria menunduk sebentar sebelum menatap Tommy dengan penuh harap. "Karena aku ini istrimu. Bukankah wajar kalau suami istri tidur sekamar?" Tommy mendesah, menatapnya tajam. "Maria, aku belum siap menerima pernikahan ini sepenuhnya." Maria menggigit bibir, suaranya melemah. "Aku tahu… tapi aku ingin mencoba. Aku ingin menjalani pernikahan ini dengan baik." Tommy terdiam sejenak, lalu akhirnya menghela napas panjang. "Ters

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Resep Cinta di Dapur

    Saat Naya berkunjung ke rumah kakaknya, Tommy, ia memutuskan untuk mengajari Mauren cara memasak Mauren, yang berasal dari keluarga kaya, belum pernah memasak sendiri karena selama ini selalu dilayani oleh para pembantu Namun, setelah menikah dengan Tommy, seorang pria sederhana, ia merasa perlu belajar agar bisa mengurus rumah tangga dengan lebih baik Percakapan sebelum memasak Naya melihat Mauren duduk di meja makan, tampak ragu saat melihat berbagai bahan makanan di atas meja Naya "Oke, hari ini kita akan belajar masak Kamu pernah pegang pisau sebelumnya" Mauren tertawa kecil, lalu menggeleng "Aku pernah sih buat buka paket belanja online" Naya mengerutkan dahi "Mauren, itu beda Ya ampun, kamu benar-benar belum pernah masak sama sekali" Mauren "Serius, Nay Dulu di rumah, kalau lapar tinggal pesan atau minta ke pembantu Aku nggak pernah kepikiran buat masak sendiri"

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Harapan di Antara Luka

    Hati yang Terluka dan Kenyataan Pahit Kini hati Nabila terasa hancur. Orang yang selama ini ia sukai, Tommy, menikah dengan wanita lain. Saat mendengar berita pernikahan Tommy dengan Maria, ia tidak mampu menahan perih yang menusuk di dadanya. Sejak hari itu, Nabila memutuskan untuk berhenti mengantar makanan setiap pagi ke rumah Tommy, seperti yang biasa ia lakukan. Baginya, semua perhatian dan kebaikan yang ia curahkan hanya menjadi luka yang tak berbalas. Di sisi lain, Tommy mulai merasakan keganjilan dalam rutinitas paginya. Ia teringat akan Nabila wanita yang diam-diam ia cintai, meski keadaan memaksanya menikahi Mauren. Hatinya diliputi rasa bersalah. Tommy tahu, ia telah menyakiti perasaan Nabila. Kini, pemandangan Nabila membawa makanan ke rumahnya hanya tinggal kenangan yang terus menghantui pikirannya. Pagi itu, Naya, adik perempuan Tommy, datang berkunjung ke rumah kakaknya. Ia membawa ana

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Malam Pertama, Dua Hati yang Terkunci

    Pernikahan Tommy dan Maria Pernikahan sederhana antara Tommy dan Maria akhirnya terlaksana di KUA yang tidak jauh dari rumah Tommy. Banyak warga hadir sebagai saksi, meyakini bahwa pernikahan ini adalah bentuk tanggung jawab Tommy atas kehamilan Maria. Namun, hanya Maria yang tahu bahwa sebenarnya orang tuanya tidak merestui pernikahan ini. Maria, yang putus asa, berbohong kepada warga dengan mengatakan bahwa kedua orang tuanya menyetujui pernikahan tersebut. Pak Tono, yang dia mintai tolong sebagai wali nikah, sebenarnya hanyalah tetangganya yang diminta berpura-pura menjadi perwakilan keluarganya. Dengan raut wajah serius, Pak Tono tetap menjalankan perannya dengan tenang. Pak Tono: "Apakah kamu, Tommy, menerima Maria sebagai istrimu dengan mas kawin yang telah disepakati?" Tommy: "Ya, saya terima." Pak Tono mengalihkan pandangan kepada Maria. Pak Tono: "Apakah kamu,

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Drama di Atas Pagar

    Di depan rumah Tommy, suara Toa menggema keras, memanggil namanya berulang kali. Suara itu menggetarkan suasana sore yang tenang, membuat Tommy dan Maria yang sedang duduk di ruang tamu terkejut. "Suara Naya, adikku! Ngapain dia teriak-teriak pakai Toa segala?" gerutu Tommy sambil berdiri. Maria menatap Tommy bingung. "Kita keluar, lihat apa yang terjadi." Saat melangkah keluar, pemandangan yang mereka lihat benar-benar mengejutkan. Naya berdiri di atas tembok pagar rumah, memegang Toa dengan tangan kiri, sementara tangan kanannya menggenggam botol kecil berlabel racun tikus. "Naya, turun! Lu gila, ya?! Kalau jatuh gimana?" teriak Tommy, suaranya memantul tajam. Namun Naya balas berteriak, suaranya menggema melalui Toa. "Gue nggak mau tahu, kak! Kalau lu nggak nikahin Nona Maria, gue lompat dari sini dan minum racun ini!" Maria terbelalak, tak percaya dengan kegilaan yang dipertontonkan di depa

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Antara Nabila dan Maria: Drama Pant*t Palsu

    Malam itu, Raka memperhatikan istrinya, Naya, yang mondar-mandir di dalam kamar. Wajahnya tampak serius, seperti sedang memikirkan sesuatu yang sangat penting. "Hmm, sampai kapan aku harus nonton kamu mondar-mandir kayak ayunan, sih?" goda Raka sambil menyandarkan tubuhnya di ranjang. "Huh... Mas! Aku lagi mikirin cara supaya Kakak mau nikahin Nona Maria!" jawab Naya dengan kesal, berhenti sejenak lalu menatap suaminya. "Kalau Kakak nggak mau, jangan dipaksa dong," balas Raka santai. Naya langsung mengambil sandal dan melemparkannya ke arah Raka. Bugh! "Aduh! Kenapa nyalain aku lagi?" sergah Raka sambil mengusap kepalanya yang terkena sandal. Naya mendekat dan melotot tajam. "Jangan sampe Nona Maria ngalamin apa yang aku alamin dulu! Udah hamil tapi nggak dinikahin! Kamu lupa gimana dulu aku harus nangis-nangis nunggu kamu melamar?" "Yaelah, aku lagi yang disalahin

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Pelajaran Rasa dari Dapur dan Pasar

    Setelah Naya pulang bersama suaminya, Maria kini sendirian di rumah Tommy. Sambil menunggu pria itu pulang, ia duduk di ruang tamu, termenung. Hari ini, Maria bertekad untuk mencoba beradaptasi dengan kehidupan sederhana, jauh dari kemewahan yang biasa ia nikmati di rumah orang tuanya. Ia ingin memasak untuk Tommy sebagai bentuk terima kasih karena pria itu mengizinkannya tinggal sementara di rumahnya. Namun, Maria sadar bahwa ia sama sekali tidak bisa memasak. Akhirnya, ia memutuskan menelepon pembantu pribadinya yang masih bekerja di rumah keluarganya. "Bik!" Maria memanggil dengan nada mendesak. "Non, akhirnya Nona menghubungi Bibik! Ibu Nyonya sedang uring-uringan mencari Nona. Pulanglah, Non, jangan kabur lagi!" suara Bibik terdengar penuh kekhawatiran. "Aku lagi di vila teman, Bik. Bilang sama Mami kalau aku baik-baik saja dan nggak akan pulang sebelum Papi kasih restu untuk menikah dengan Tomm

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Misteri Maria dan Dosa Lama

    Hari Minggu yang Panjang Minggu pagi pukul 09.00, Naya membangunkan suaminya, Raka, yang masih terkapar di tempat tidur. Malam sebelumnya, Raka kelelahan setelah pertarungan "romantis" di ranjang bersama istrinya. "Katanya hari ini kamu mau nganter aku ke rumah kakakku. Ayo, cepat bangun!" tegur Naya sambil menarik selimut suaminya. "Nanti dulu, Sayang. Badanku masih lemas. Tenagaku belum terkumpul semua," balas Raka setengah mengeluh. "Dasar cowok lemah! Pokoknya aku nggak mau tahu. Hari ini kamu harus ngantar aku ke rumah kakakku!" Naga mendesak. Raka mencoba berdiplomasi. "Iya, aku janji nganter kamu. Tapi gimana kalau sebelum itu kita bertempur dulu lagi di tempat tidur?" Kesal, Naya langsung melemparkan bantal ke wajah Ethan. "Bugh!" "Kenapa sih, Mas, pikiranmu selalu ke situ terus? Lama-lama aku jahit tuh Arjuna!" bentak Naya dengan nada geram.

  • Ibu Muda Anak Mas Duda   Konflik di Pagi Hari

    Pagi Hari di Rumah TommyKetika pagi menjelang, Tommy bangun dari tidurnya dan keluar dari kamar. Ia mengira Maria sudah pindah ke kamar adiknya, tapi ternyata gadis itu masih tertidur di sofa ruang tamu. Tubuhnya meringkuk, terlihat nyaman di balik selimut tipis yang ia berikan semalam.Berinisiatif memindahkan Maria ke kasur tanpa membangunkannya, Tommy mendekat dan bersiap mengangkat tubuhnya. Namun, saat hendak menyentuh, matanya tak sengaja menangkap sesuatu yang membuatnya tertegun. Bukit kembar Maria terlihat menyembul di balik selimut, membuat tenggorokannya terasa kering."Gila nih cewek! Lepas baju tapi nggak diganti. Apa nggak malu kalau dilihat orang lain?" gumamnya sambil meneguk ludah.Tommy memutuskan mundur, berdiri kaku sambil membuang napas berat. Namun, sebelum ia benar-benar pergi, Maria tiba-tiba bergerak. Gadis itu kini duduk dengan mata masih terpejam, meracau sesuatu yang tidak jelas."Dia pikir masih di rumah mewa

I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status