"Bu Aminah, lihat Ibu dan istri saya gak?" tanya Agus pagi itu."Loh, Ibu dan istrimu masih belum juga ketemu?" tanya Bu Aminah."Iya, Bu, dari kemarin sore masih juga belum ketemu, padahal saya udah mencari kemana-mana."Setelah itu Agus kembali melaporkan pada RT RW setempat, kemarin laporannya tidak langsung ditanggapi karena mereka menghilang baru beberapa jam. Setelah itu Pak RT dan Pak RW langsung mengerahkan para warga untuk membantu mencari keberadaan Bu Lisna juga menantu perempuannya. Setelah lama mencari hingga sore hari, Bu Lisna dan menantunya itu masih juga belum ditemukan. Bahkan warga sekitar tak menyadari saat mereka pergi."Semua pakaian istri saya hilang, sementara di kamar Ibu saya berantakan, tempat perhiasannya hilang, lalu celengannya pecah," ujar Agus.Dari penuturan lelaki berusia 30 tahun itu Pak RT dan para warga menyimpulkan bahwa Netti kabur, tapi sebelumnya ia menghilangkan Bu Lisna terlebih dahulu.Tiba-tiba seorang lelaki berlari terbirit-birit dengan
Miranda menyuguhkan secangkir kopi susu untuk Rudi, sementara Rudi terus menatap ke arah bagian tubuhnya yang menonjol."Aku itu sebenarnya nyesel, loh, nikah sama Ferdi," ucap Miranda sembari menyandarkan kepala di bahu Rudi."Ke..kenapa nyesel? Dia udah mapan, loh, hidup kamu sekarang sudah enak.""Dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya sampai-sampai aku sering merasa kesepian.""Andai saja dulu kamu menikah sama aku, ya. Aku gak mungkin membiarkan istri secantik kamu merasa kesepian. Tiap malam pasti aku dekap hangat.""Iya, Rud, aku nyesel, padahal kamu sama Mas Ferdi masih gantengan kamu, terus kamu juga perhatian, pengertian, dan romantis."Naluri kelelakian Rudi semakin meronta-ronta saat Miranda terus memuji sembari mengelus-elus wajahnya. Wajah Rudi semakin menegang saat Miranda mendekatkan dadanya, keduanya saling bertatapan, lalu Rudi langsung memiringkan wajahnya.Namun, tiba-tiba aksi mereka terhenti saat ponsel Rudi berdering, betapa terkejutnya ia saat melihat satu pangg
"Jadi apa yang mau lo ceritain?" tanya Faridz."Akhir-akhir ini istri gue terlihat gak menarik. Dia jarang dandan dan selalu dasteran. Tiap ketemu pasti dia beraroma minyak telon.""Sebenarnya ada banyak alasan mengapa istri lo seperti itu.""Maksud lo?""Dia kan baru aja ngelahirin, dia pasti sibuk ngurus bayinya. Ngomong-ngomong lo punya pembantu atau lo suka bantuin kerjaan istri lo gak?""Gue gak punya pembantu, bantuin istri kadang-kadang kalau lagi mood," jawab Rudi."Gue waktu istri gue baru melahirkan belum mampu membayar pembantu, jadi gue dan nyokap gue yang ngurus dia. Selama dua minggu dia benar-benar gak boleh mengerjakan apapun kecuali mengurus bayinya.""Wah, yang bener?""Iya, udah dibantu aja istri gue masih suka nangis, katanya dia kesulitan menyusui, terus kesulitan ngurus bayi kami, malah dia juga sempet demam karena tiap malam begadang, padahal gue dan nyokap sering gantian ngurus bayi kami."Rudi terhenyak mendengar penuturan Faridz, karena ia membiarkan istrinya
Ketika Rudi tengah mencuci pakaian, Bu Aminah kembali ke kamar untuk menanyakan dimana letak warung sayur, karena di dapur tak ada bahan makanan sama sekali. Bu Aminah terhenyak saat melihat menantunya terus menangis."Sebenarnya kamu kenapa terus menangis seperti itu?" tanya Bu Aminah."Aku cuma sakit kepala, Bu.""Bohong!"Anisa tak bisa lagi membohongi ibu mertuanya, ia langsung memberikan ponselnya pada Bu Aminah. Wanita berusia 50 tahun itu langsung terhenyak saat melihat chat dari Miranda.[Anisa, kamu harus tahu bahwa Rudi sudah bosan denganmu, kamu itu kucel, gak menarik lagi. Aku akan bercerai dengan Ferdi lalu menikah dengan Rudi.][Asal kamu tahu, ibunya Rudi sudah setuju dengan pernikahan kami, mereka itu cuma pura-pura baik padamu karena kasihan soalnya kamu kan yatim piatu.][Aku sarankan kamu kabur aja, kasihan Rudi yang pura-pura mencintaimu karena kasihan. Bahkan Tante Aminah juga bilang kalau dia sudah bosan pura-pura suka sama kamu, soalnya dia gak mau menyakiti yat
"Sudahlah, Nis, kamu percaya saja sama Rudi, semoga saja dia sudah berubah," ucap Bu Aminah.Anisa mengangguk lalu kembali beristirahat karena kepalanya terasa semakin sakit."Kening kamu masih panas, kamu harus banyak istirahat." Bu Aminah memegangi kening Anisa."Maafkan Nisa ya, Bu, karena sudah merepotkan Ibu.""Gak apa-apa, asalkan kamu menuruti semua ucapan ibu, itu saja sudah cukup."Dalam hatinya, Anisa bertekad untuk segera sembuh, ia benar-benar tak tega melihat ibu mertuanya kerepotan mengurus bayinya juga mengerjakan semua tugasnya. Sementara itu Rudi tengah berada di perjalanan. Tiba-tiba motornya mogok, Rudi lalu melayangkan pandangan untuk mencari bengkel terdekat."Mungkin semua ini gara-gara aku berbohong pada istri juga ibuku," gerutunya sembari mendorong motornya.Tiba-tiba dua orang lelaki bertubuh tinggi besar menghadangnya dan berniat untuk membegalnya. Di tempat yang berbeda, Bu Aminah tiba-tiba merasa panik dan terus memikirkan Rudi, sementara menantu dan cucun
"Kembalikan ponsel Rudi, Bu." Lelaki yang hanya mengenakan handuk itu memelas."Berisik! Cepetan masuk terus ganti pakaian, biar gak telat!" bentak Bu Aminah sembari membulatkan matanya.Rudi tak berani lagi menjawab lalu bergegas masuk ke kamar. Sementara Bu Aminah akhirnya bisa membuka kunci layar ponsel Rudi dengan memasukan tanda lahir putranya itu. Bu Aminah langsung terhenyak saat membuka pesan dari Miranda, wanita gatal itu rupanya mengirimkan foto dirinya yang hanya mengenakan lingerie."Ada apa, Bu? Kok kayak kaget gitu?" tanya Anisa."Itu temennya si Rudi, ngirim video bok*p," ujar Bu Aminah sembari menghapus foto-foto Miranda, bahkan ia juga langsung memblockir nomornya.Dirinya sengaja merahasiakan semua itu karena tak mau menantunya semakin tertekan lalu kembali sakit. "Siapa, Bu? Mas Faridz?" Anisa kembali bertanya."Bukan, entah siapa namanya tadi.""Sinikan ponselku." Rudi yang telah berpakaian rapi langsung merebut kembali ponselnya."Ayo cepetan antar ibu pulang!" B
Miranda terhenyak saat dua orang preman itu mendekatinya, dilayangkan pandangan ke seluruh taman, tak ada siapapun disana. Miranda memang mencari taman yang sepi untuk menenangkan diri. Namun, ia tak menyangka kalau dirinya akan bertemu dengan dua lelaki berkepala botak bertubuh tinggi besar itu."Ayo sayang, ikut abang!" ucap mereka sembari menatap Miranda dengan penuh napsu."Memangnya kalian tidak tahu saya?" Miranda mencoba untuk tenang dan mendapatkan sebuah ide jahat."Memangnya kamu siapa, Cantik?""Saya cuma saran aja, nih, daripada kalian berbuat macam-macam sama saya, kalian akan masuk penjara meski kalian kabur ke lubang semut sekalipun, karena suami saya seorang mafia."Dua orang preman itu langsung terdiam dan saling bertatapan."Kami sedang galau karena dipecat dari pekerjaan, makanya kami harus menikmati lo untuk menghilangkan kegalauan kami hahahahahaha..." Mereka tertawa sembari menatap Miranda dengan tatapan tajam bagaikan dua ekor singa yang hendak memangsa buruanny
Rudi dan Miranda tampak terhenyak saat melihat kedatangan Ferdi. Tubuh keduanya bergetar hebat membayangkan hal buruk yang akan terjadi. "Kalian sedang apa disana?"tanya Ferdi yang langsung turun dari mobilnya saat melihat istrinya yang berlumuran got."Tadi Miranda nyaris dibegal, terus gue tolongin, tapi sialnya kami malah dijorokin ke got oleh pembegal itu." Rudi mencoba membohongi Ferdi."Kok motor lo gak ikut dibegal juga? Padahal lumayan loh itu motor sport keluaran terbaru," ujar Ferdi sembari menunjuk motornya yang tergeletak begitu saja di tepi got."Iya, tadi keburu ada warga yang mengejar mereka.""Oh, gue kira lu lagi bonceng Miranda lalu terperosok ke got." Wajah Miranda dan Rudi langsung menegang."Hahahahha gue cuma becanda," lanjut Ferdi dengan wajah santai hingga membuat Rudi dan Miranda menghela napas lega."Ya, tapi kalau lo ketahuan ngedeketin istri gue sih gak apa-apa, paling gue langsung ambil istri lo."Rudi langsung terhenyak mendengar ucapan Ferdi, ia teringat
Sri mengetuk pintu kamar Ferdi setelah yakin semua orang telah meluncur jauh meninggalkan rumah itu."Iya, Sri, ada apa?" tanya Ferdi sembari membuka pintu kamarnya.Tiba-tiba Ferdi terbelalak saat melihat Sri yang hanya mengenakan lingerie, bahkan ia juga membawa flogger dan borgol milik Ferdi yang dulu ia gunakan untuk menyiksa Miranda."Kenapa semua barang itu ada padamu? Bukankah dulu aku telah menyuruhmu untuk membuangnya?""Den Ferdi pasti sudah lama tidak main game, aku mau kok memenuhi fantasi Den Ferdi," ujarnya sembari membusungkan dada dan berpose menantang.Seketika Ferdi langsung meremas kepalanya sendiri yang tiba-tiba terasa sakit, bayangan saat dirinya mencari kepuasan terhadap Miranda dengan cara menyiksanya kembali muncul."Sri! Sebenarnya apa yang kamu lakukan," ucapnya dengan gigi yang menggemeretak, sementara api emosi membuncah dalam dada."Aku tahu kok, Den Ferdi gak berani melampiaskan fantasi liar Den Ferdi sama Non Anisa, karena Den Ferdi gak bisa melihat ora
Bab 39"Buka pintunya, Nett!" Rudi menggedor pintu rumah kontrakannya, sementara Netti langsung tidur dan tak memperdulikan teriakan suaminya."Netttti!" Rudi terus berteriak hingga tenggorokannya sakit."Nettti! Aku mau ke toilet, aduh gak kuat!" Rudi terus menggedor pintu sembari berteriak memanggil nama Netti, tapi istrinya itu sudah merasa muak untuk melihat wajah suaminya. Seandainya ia masih memiliki orangtua, ia pasti sudah kabur ke rumah orangtuanya."Gak dibukain pintu, ya, Mas?" tanya ibu-ibu yang tak sengaja lewat."Iya, Bu, istri saya baperan.""Istrinya yang baperan atau Mas Rudinya yang jelalatan?"Mendengar itu wajah Rudi seketika memerah karena malu, gegas ia menuju motornya lalu tancap gas menuju rumah orangtuanya."Ngapain kamu kesini?" tanya Bu Aminah saat melihat kedatangan putranya yang tampak lesu."Netti gak bukain aku pintu, Bu.""Loh, kenapa? Pasti kamu bikin ulah lagi?""Sebenarnya aku ketahuan selingkuh.""Astaghfirullah, Rud, kamu kok gak ada kapoknya." Bu
#38"Ngapain sih, Sri? Akhir-akhir ini kamu kok kayak cacing kepanasan gitu!" bentak Ferdi dengan wajah masam."Saya sudah menganggap Den Ferdi seperti saudara saya sendiri, apalagi kedua orangtua Den Ferdi sangat baik sama saya.""Ya sudah kalau gitu, tapi jujur saja saya gak nyaman saat kamu memegang-megang pundak saya.""Saya minta maaf, Den, kalau gitu silahkan diminum kopinya."Ferdi langsung meraih secangkir kopi yang Sri buat, lalu menyeruputnya. "Ngapain kamu masih berdiri disana! Cepetan masuk!" bentaknya dengan wajah masam.Namun, tiba-tiba Ferdi menguap dan merasa sangat mengantuk, hingga tiba-tiba ia terkulai lemas di sofa. Senyum Sri langsung mengembang, lalu ia langsung mendekati Ferdi."Bangun, Den," bisiknya sembari menggoyangkan pinggang Ferdi.Namun, Ferdi tak juga bangun. Lalu Sri menaruh sebelah tangan Ferdi di lehernya dan berniat untuk memapahnya."Ngapain kamu?" tanya Anisa yang keluar dari kamarnya karena berniat mengambil air."Itu, Non, Den Ferdi tiba-tiba p
Bab 37"Jenn, apa kamu sudah berkeluarga?" tanya Rudi pada karyawati baru di tempat kerjanya saat mereka tengah makan siang."Jujur saja saya janda, Pak.""Wanita secantik kamu, bagaimana bisa jadi janda?" Rudi mulai mengeluarkan gombalan mautnya."Suami saya itu anak mami, dia gak punya pendirian, dia selalu mendengarkan ucapan ibunya yang toxic, sementara ibunya seolah merasa tersaingi dengan kehadiran saya.""Kamu belum kenal sama ibu saya. Ibu saya itu mertua idaman para menantu, dia itu selalu memperlakukan semua menantunya dengan penuh kasih sayang.""Wah, beruntung banget istri Pak Rudi.""Tapi sebaik-baiknya ibu saya, istri saya malah lebih memilih cowok kaya hingga akhirnya sekarang saya menduda.""Oh, jadi Pak Rudi duda?""Iya, Jenn, makanya saya mau fokus dengan pekerjaan saya. Semoga saja saya terpilih dalam menjadi manager.""Semoga saja Pak Rudi bisa mengalahkan Bu Yuri dan terpilih jadi manager.""Iya, Aamiin."Sejak saat itu Rudi dan Jenny dekat, bahkan Rudi sering men
Bab 36"Cepetan ganti pakaian atau saya pecat kamu!" bentak Ferdi."Maaf, Den, tadi saya salah ambil seragam, sepertinya ini seragam waktu saya pertama kali bekerja di rumah ini," ujarnya sembari duduk di samping Ferdi lalu memijat lembut bahunya."Jangan kurang ajar, kamu, mau saya pecat?!""Badan Den Ferdi pasti masih sakit-sakit setelah dicambuk oleh Miranda, mau saya pijitin? Pijatan saya enak, loh.""Hentikan, Sri!" Ferdi mendorong tubuh Sri hingga terjengkang ke lantai."Saya bekerja sama Den Ferdi sudah sangat lama, jadi saya sudah menganggap Den Ferdi seperti saudara sendiri." Ia tertunduk dengan mata berkaca-kaca."Ya sudah kalau begitu maafkan saya, sekarang kamu boleh keluar."Setelah itu Sri bergegas keluar dengan wajah kecewa.Sementara itu Anisa dan Bu Elina telah kembali."Makasih ya, Mih, udah nganter aku ke dokter.""Iya, Sayang, sama-sama."Tiba-tiba Anisa terhenyak saat melihat Sri yang baru keluar dari kamarnya dengan mengenakan pakaian sangat ketat, terlebih Sri l
Bab 35"Mas, bangun!" Netti menggoyang-goyangkan tubuh Rudi."I...ya, Nett, ada apa? Mau tambah?" tanya Rudi sembari mengucek kedua matanya."Mas tadi mengigau memanggil-manggil nama Anisa padahal ini malam pertama kita," ujar Netti dengan wajah ditekuk."Tadi aku bermimpi Anisa dan Ferdi dikejar penjahat, aku udah gak cinta lagi sama Anisa, aku cuma khawatir sebatas kakak atau teman, apalagi dia ibu dari anakku.""Oh, gitu, kita berdoa aja semoga Anisa dan keluarganya dilindungi oleh Allah.""Aamiin." Rudi menyahut lalu kembali melingkarkan tangannya di pinggang ramping Netti.Setelah itu Netti kembali membaringkan tubuhnya di samping Rudi.Beberapa jam kemudian, Rudi mengigau dan kembali menyebut nama Anisa."Nisa... Nisa...!" teriaknya sembari tersentak dan membuka mata secara spontan, ia kembali terhenyak karena sejak tadi Netti memperhatikannya."Aku harap kamu bisa melupakan masa lalu kamu!""Maafkan mas ya Nett." Rudi memelas sembari menggenggam jemari Netti."Sudahlah, aku mau
Bab 34Berkat bantuan Sri, Jatmiko dan komplotannya juga Miranda menyelinap masuk ke rumah itu dengan mengenakan penutup wajah, karena mereka tahu banyak CCTV disana.Setibanya di sebuah kamar, ia langsung membekap mulut Anisa dan Ferdi dengan obat bius lalu meringkusnya setelah itu membawa keduanya ke ruang tengah."Bangun!" bentak Miranda sembari menyiramkan air ke wajah Ferdi dan Anisa hingga keduanya kembali ke alam sadar.Ferdi langsung terhenyak saat melihat Miranda yang tengah memegangi cambuk bersama Jatmiko juga dua lelaki bertubuh tinggi besar."Apa yang kalian inginkan?" tanya Ferdi dengan wajah geram.Sementara Anisa tampak tercengang saat melihat Sri berada diantara mereka."Ayo kita melakukan permainan yang biasa kita mainkan," ujar Miranda sembari menghantamkan cambuk ke tubuh Ferdi yang telanjang dada."Aaaaaaaargh!" Ferdi mengerang hingga membuat Anisa berteriak histeris."Hentikan Mir!" teriak Anisa."Ini belum sebanding dengan apa yang dia lakukan padaku!" bentak Mi
Anisa tampak bercucuran air mata, ia sangat kecewa karena ternyata suaminya memiliki kelainan. Ia juga khawatir memiliki nasib seperti Miranda yang menjadi budak nafsu Ferdi. Gegas ia masukan pakaiannya ke dalam koper, ia berniat untuk kabur dari rumah itu."Non Anisa!" Sri mengetuk pintu.Anisa segera membuka pintu kamarnya sembari mengusap air mata."Non mau kemana?""Saya mau pergi dari rumah ini.""Sebenarnya saya takut nanti Den Ferdi akan marah jika Non Anisa pergi, tapi saya juga merasa kasihan kalau wanita sebaik Non Anisa mengalami nasib seperti Non Miranda.""Separah apa penyiksaan yang dilakukan Ferdi pada Miranda?""Tapi Non Anisa janji ya jangan bawa-bawa saya.""Oke, saya janji.""Non Miranda wajah dan badannya sampai dupenuhi lebam, ya namanya juga dicambuk dan disundut rokok, saya sering disuruh mengompres lukanya makanya saya tahu semuanya.""Disundut rokok?" Anisa bergidik ngeri saat membayangkannya."Iya, sebenernya saya benci sama Non Miranda karena sudah merebut M
"Sayang, Bintang sudah tidur?" tanya Ferdi saat Anisa menyusui bayinya yang berusia 6 bulan."Belum, sabar, ya." Anisa tersenyum sembari melirik suaminya yang sejak tadi terus meremas jemarinya.Beberapa saat kemudian Bintang berhenti menyusu, tapi matanya tak juga terpejam, ia malah menatap Ferdi lalu sesekali tersenyum."Sini, Bintang Ferdinan, biar papa gendong," ujarnya sembari memangku bayi menggemaskan itu."Main ganti nama sembarangan." Anisa mencebik lalu tertawa."Ganti aja namanya jadi Bintang Ferdinand, gak usah Bintang Prayoga, soalnya sekarang dia anakku," ucap Ferdi sembari menimangnya dengan lembut sehingga Bintang seketika memejamkan matanya."Tidur loh dia, Mas, apa Mas terbiasa menimang bayi? Soalnya dia tampak sangat nyaman berada di pangkuan Mas?" tanya Anisa lirih."Ini yang pertama kalinya." Ferdi menyahut dengan lirih lalu menidurkan Bintang yang telah terlelap ke tempat tidur bayi yang terletak tidak jauh di tempat tidur mereka. Setelah itu keduanya duduk di te