Saat ini Tommy sudah tiba di rumah. Dia sudah bisa menebak bahwa Juanita tidak akan ada di rumah. Tatapannya terpaku pada layar laptop yang menayangkan raut terkejut Juanita. Dia menikmati raut terkejut perempuan itu dengan sudut bibir terangkat ke atas.Meski saran menjadikan Juanita manajer di perusahaan ini bukan merupakan idenya, dia juga merupakan salah satu yang tahu tahu tentang hal ini. Kantor tempat Juanita bekerja adalah salah satu perusahaan Smith. Dia memang berniat meminta Juanita untuk bekerja di sana, tetapi bukan menjadi manajer.Selain itu, dia pernah beberapa kali memberi tahu Juanita dan ditolak oleh perempuan itu. Hingga akhirnya Tommy kehabisan akal untuk membujuk perempuan itu. Yang membuat Tommy tidak menyangka adalah Smith tahu bahwa akhir-akhir ini Juanita mendapat kesulitan dari kantornya yang dulu. Oleh karena itu, dia mengajukan ide untuk meminta perempuan itu bekerja di perusahaannya.Sebenarnya Tommy merupakan orang yang sangat tegas terkait hal pekerjaan.
Juanita mendongak dan melirik jam tangannya. Dia baru menyadari ternyata sudah begitu larut.“Baik, saya lihat dokumen terakhir dulu baru pulang,” jawab Juanita yang tidak terbiasa menunda pekerjaan.Dia sempat berpikir bagaimana kembali ke rumah di saat sudah begitu larut, ternyata di depan pintu keluar sudah berhenti sebuah mobil yang tadi mengantarnya ke kantor.“Bu, mobil ini akan menjadi mobil pribadi Ibu. Datang dan pulang kerja akan ada yang mengantar Ibu,” ujar asisten tersebut dengan sabar. Semua orang bersikap sangat sopan dan menghargai Juanita.Perempuan itu terdiam dan mendadak merasa aneh diperlakukan seperti itu. Dia tidak terbiasa dan hanya bisa tersenyum paksa sambil berkata, “Kalau begitu maaf sudah merepotkan kalian.”Selama perjalanan pulang, Juanita masih merasa dia sedang bermimpi. Kenapa ada keberuntungan yang begitu indah? Dia tidak hanya memiliki pekerjaan dengan fasilitas bagus. Bahkan jabatannya juga sangat tinggi.Mobilnya berhenti di depan vila dan Juanita
Keesokan harinya, Juanita terbangun oleh suara jam alarm. Setelah bersih-bersih dan mengganti pakaian, dia mengambil tas tangannya dan turun ke bawah. Juanita duduk di ruang tamu sambil lanjut membaca dokumen yang belum dia selesaikan.Sudah banyak dokumen terkait pemasaran dari perusahaan yang dia baca. Keningnya berkerut semakin dalam sambil bergumam sendiri dalam hati. Dia tidak mengerti apa yang dipikirkan oleh departemen pemasaran. Baginya, kinerja orang-orang tersebut sangat tidak bagus. Tidak akan bisa menarik perhatian kaum perempuan jika teknik pemasarannya seperti itu.Juanita merasa produk perusahaannya sangat bagus sekali. Produknya pantas bersaing dengan produk ternama di negara ini. Akan tetapi, teknik pemasaran barang tersebut tidak begitu difokuskan. Selain itu, penamaan produk juga sangat buruk sekali. Bisa-bisanya produk tersebut diberi nama “Menawan”. Sungguh sangat ketinggalan zaman sekali!Juanita merasa jika dirinya melihat produk tersebut di pasaran, dia akan men
Nanda mengikuti Juanita dari belakang dan mereka masuk ke dalam gedung secara bersama-sama. Hendri mencoba menahannya, tetapi langkah Nanda sudah sangat jauh.Sekuriti yang berdiri di samping pintu masuk tampak ingat dengan wajah Juanita. Kedatangannya kemarin sungguh sangat formal sekali dan memberikan kesan yang cukup dalam pada ketua sekuriti. Dari sana dia menebak bahwa jabatan Juanita pasti sangat penting dan merupakan salah satu petinggi di kantor.Wajah jengah Juanita terlihat begitu jelas dan membuat ketua sekuriti bisa menebak apa yang terjadi. Dengan cepat dia menghampiri perempuan itu dan membantu Juanita mencegat Nanda. Melihat lelaki asing yang menghalanginya membuat Nanda semakin emosi.“Kamu siapa? Kenapa menghalangiku?! Minggir!”“Ibu, mohon maaf sekali. Ibu mengganggu sistem pekerjaan kami di sini,” ujar sekuriti tersebut dengan raut wajah tegas.“Aku mempengaruhi apa?! Kenapa? Memangnya gedung kalian nggak mengizinkan orang lain masuk?!” balas Nanda dengan suara menin
Hendri menemani Nanda masuk ke kantor dan keduanya terkejut dengan kemewahan kantor tersebut. Meski keduanya juga berasal dari orang kaya, tetapi perusahaan mereka tidak dibuat dengan begitu mewah seperti kantor ini.Setelah menyampaikan maksud mereka pada resepsionis, mereka dibawa ke ruangan HRD. Nanda masuk ke ruang wawancara dan Hendri menunggunya di luar. Perempuan itu lumayan percaya diri karena pendidikannya yang bagus serta pengalamannya yang banyak.Meski pengalaman tersebut mengandalkan hubungan pihak dalam, setidaknya HRD yang melihatnya akan merasa tertarik. Setelah HRD menanyakan beberapa pertanyaan, untungnya Nanda sudah mencari tahu sebelum datang. Oleh karena itu, proses wawancara kali ini bisa terbilang cukup lancar dan dia dengan cepat lolos dari tahap wawancara.“Selamat, kamu lolos tahap wawancara,” ujar manajer HRD tersebut, Wanda. Dia menjabat tangan Nanda dan memberikan selamat.Setelah mendapatkan pekerjaan tersebut, Nanda merasa sangat bahagia sekali. Pekerjaan
Wanda bangkit berdiri dan berkata, “Bu, ini wakil supervisor yang baru datang, namanya Nanda.”“Kenapa saya nggak tahu ada orang ini?” tanya Juanita dengan raut wajah dingin.Wanda tidak tahu kenapa Juanita bisa bersikap begitu dingin dan terlihat tidak senang. Namun dengan cepat dia menjelaskan, “Dia hari ini baru wawancara dan besok baru resmi bekerja. Saya pikir dia ikut rapat biar bisa semakin mengenal kantor kita.”Nanda tampak pucat pasi. Dia dari awal sudah menebak kalau Juanita bekerja di gedung ini, tetapi dia tidak menyangka kalau perempuan itu adalah atasannya!Juanita menatapnya dingin kemudian melirik Wanda dengan sorot tidak senang. Wanda dibuat tercengang dan bingung dengan kesalahan apa yang sudah dia perbuat. Setelah itu Juanita bertanya, “Wanda, dalam keadaan normal, seorang petinggi penting di kantor yang masuk harus melewati persetujuan dari manajer utama, bukan?”Wanda terdiam dan langsung mengangguk sambil menjawab, “Benar, itu prosedur umumnya.”Dia menebak seper
Semua orang kembali duduk dengan tenang di ruang rapat. Karena kemunculan Nanda tadi, keadaan di sekitar mereka menjadi sangat tegang. Meski Nanda sudah pergi, akan tetapi rasa kesal dalam hati Juanita belum berkurang. Dia menatap Wanda dengan sedikit tajam.Wanda sudah menyadari kesalahannya karena memasukkan orang yang sembarangan seperti Nanda ke kantor mereka. Keringat dingin membanjiri punggungnya ketika dihadapkan pada sorot tajam Juanita.“Eum … Bu, saya akan minta uang ganti ruginya,” ujar Wanda sambil bergegas keluar dari ruang rapat.Juanita diam memandangi punggung Wanda yang menjauh dan hilang dari pandangannya. Setelah itu dia berkata, “Sudah, rapat dimulai.”Juanita mengumumkan beberapa perubahan peraturan di kantor dan menjelaskannya pada semua petinggi di kantor. Semua orang tampak sangat menyetujui peraturan terbaru tersebut.Di waktu yang sama, Wanda berhasil mengejar Nanda dan mencegat perempuan itu.“Apa yang mau kamu lakukan? Aku sudah bilang nggak mau kerja!” seru
Juanita terkejut ketika mendengar hal itu. Dia spontan menatap Hendri, tapi dia mendapati ekspresi Hendri tidak banyak berubah. Seolah-olah Hendri telah mengetahui segalanya.Ekspresi Juanita masih tampak kaget, Hendri malah berbisik, “Jangan bicara lagi, ikut aku pulang.”Usai berkata, Hendri langsung menarik tangan Juanita dengan paksa dan membawanya pergi dari sini.“Lepaskan aku.” Juanita berusaha melepaskan diri, tapi semua upayanya sia-sia.Juanita melihat punggung Hendri, tiba-tiba dia mengerutkan keningnya sendiri, dengan ekspresi serius di wajahnya.Pada saat ini, para petinggi di perusahaan sudah mulai beroperasi dan bekerja sesuai dengan rencana Juanita.Dengan mengikuti saran Juanita, rangkaian kosmetik yang baru diluncurkan perusahaan mereka resmi diberi nama Beauty Series. Produk juga mulai dipromosikan melalui berbagai saluran di dalam negeri.Beberapa hari kemudian, kepala departemen operasi mengajukan proposal untuk mengontrak artis dengan bayaran mahal untuk menjadi d