Hendri menemani Nanda masuk ke kantor dan keduanya terkejut dengan kemewahan kantor tersebut. Meski keduanya juga berasal dari orang kaya, tetapi perusahaan mereka tidak dibuat dengan begitu mewah seperti kantor ini.Setelah menyampaikan maksud mereka pada resepsionis, mereka dibawa ke ruangan HRD. Nanda masuk ke ruang wawancara dan Hendri menunggunya di luar. Perempuan itu lumayan percaya diri karena pendidikannya yang bagus serta pengalamannya yang banyak.Meski pengalaman tersebut mengandalkan hubungan pihak dalam, setidaknya HRD yang melihatnya akan merasa tertarik. Setelah HRD menanyakan beberapa pertanyaan, untungnya Nanda sudah mencari tahu sebelum datang. Oleh karena itu, proses wawancara kali ini bisa terbilang cukup lancar dan dia dengan cepat lolos dari tahap wawancara.“Selamat, kamu lolos tahap wawancara,” ujar manajer HRD tersebut, Wanda. Dia menjabat tangan Nanda dan memberikan selamat.Setelah mendapatkan pekerjaan tersebut, Nanda merasa sangat bahagia sekali. Pekerjaan
Wanda bangkit berdiri dan berkata, “Bu, ini wakil supervisor yang baru datang, namanya Nanda.”“Kenapa saya nggak tahu ada orang ini?” tanya Juanita dengan raut wajah dingin.Wanda tidak tahu kenapa Juanita bisa bersikap begitu dingin dan terlihat tidak senang. Namun dengan cepat dia menjelaskan, “Dia hari ini baru wawancara dan besok baru resmi bekerja. Saya pikir dia ikut rapat biar bisa semakin mengenal kantor kita.”Nanda tampak pucat pasi. Dia dari awal sudah menebak kalau Juanita bekerja di gedung ini, tetapi dia tidak menyangka kalau perempuan itu adalah atasannya!Juanita menatapnya dingin kemudian melirik Wanda dengan sorot tidak senang. Wanda dibuat tercengang dan bingung dengan kesalahan apa yang sudah dia perbuat. Setelah itu Juanita bertanya, “Wanda, dalam keadaan normal, seorang petinggi penting di kantor yang masuk harus melewati persetujuan dari manajer utama, bukan?”Wanda terdiam dan langsung mengangguk sambil menjawab, “Benar, itu prosedur umumnya.”Dia menebak seper
Semua orang kembali duduk dengan tenang di ruang rapat. Karena kemunculan Nanda tadi, keadaan di sekitar mereka menjadi sangat tegang. Meski Nanda sudah pergi, akan tetapi rasa kesal dalam hati Juanita belum berkurang. Dia menatap Wanda dengan sedikit tajam.Wanda sudah menyadari kesalahannya karena memasukkan orang yang sembarangan seperti Nanda ke kantor mereka. Keringat dingin membanjiri punggungnya ketika dihadapkan pada sorot tajam Juanita.“Eum … Bu, saya akan minta uang ganti ruginya,” ujar Wanda sambil bergegas keluar dari ruang rapat.Juanita diam memandangi punggung Wanda yang menjauh dan hilang dari pandangannya. Setelah itu dia berkata, “Sudah, rapat dimulai.”Juanita mengumumkan beberapa perubahan peraturan di kantor dan menjelaskannya pada semua petinggi di kantor. Semua orang tampak sangat menyetujui peraturan terbaru tersebut.Di waktu yang sama, Wanda berhasil mengejar Nanda dan mencegat perempuan itu.“Apa yang mau kamu lakukan? Aku sudah bilang nggak mau kerja!” seru
Juanita terkejut ketika mendengar hal itu. Dia spontan menatap Hendri, tapi dia mendapati ekspresi Hendri tidak banyak berubah. Seolah-olah Hendri telah mengetahui segalanya.Ekspresi Juanita masih tampak kaget, Hendri malah berbisik, “Jangan bicara lagi, ikut aku pulang.”Usai berkata, Hendri langsung menarik tangan Juanita dengan paksa dan membawanya pergi dari sini.“Lepaskan aku.” Juanita berusaha melepaskan diri, tapi semua upayanya sia-sia.Juanita melihat punggung Hendri, tiba-tiba dia mengerutkan keningnya sendiri, dengan ekspresi serius di wajahnya.Pada saat ini, para petinggi di perusahaan sudah mulai beroperasi dan bekerja sesuai dengan rencana Juanita.Dengan mengikuti saran Juanita, rangkaian kosmetik yang baru diluncurkan perusahaan mereka resmi diberi nama Beauty Series. Produk juga mulai dipromosikan melalui berbagai saluran di dalam negeri.Beberapa hari kemudian, kepala departemen operasi mengajukan proposal untuk mengontrak artis dengan bayaran mahal untuk menjadi d
Sejak awal Jerry mungkin sudah mengira Juanita akan menolaknya. Oleh karena itu, dia lanjut berkata tanpa ragu-ragu, “Juan, aku tahu kamu mungkin nggak ingin bertemu denganku. Tapi masalah ini ada hubungannya dengan mamamu. Aku benar-benar ingin bicara baik-baik denganmu.”Juanita spontan mengerutkan keningnya ketika mendengar perkataan Jerry. Dia memang tidak ingin bertemu dengan Jerry. Akan tetapi, jika masalah ini ada hubungannya dengan Marlin, mau tidak mau Juanita harus pergi ke sana.“Baiklah, aku harap kamu mengatakan yang sebenarnya,” kata Juanita dengan wajah dingin. Setelah membuat janji dengan Jerry, dia pun langsung menutup telepon.Begitu sampai di tempat yang telah dijanjikan, Juanita langsung melihat Jerry yang duduk di dekat jendela. Padahal mereka baru bertemu belum lama, tapi Jerry terlihat jauh berbeda hari ini. Dia terlihat lebih kuyu, ada lebih banyak uban di kepalanya dibandingkan sebelumnya.Tidak peduli betapa kerasnya hati Juanita, tetap saja ada perasaan tidak
Juanita memelototi Jerry dengan marah. Dia awalnya berpikir Jerry setidaknya akan merasa bersalah pada dirinya. Tidak disangka setelah sekian lama, Jerry masih sama seperti dulu, sama sekali tidak akan mempertimbangkan perasaan orang lain.Jelas-jelas demi keuntungannya sendiri, tapi Jerry bisa mengatakannya dengan begitu enak didengar, seolah-olah yang dia lakukan murni demi kebaikan Juanita sendiri. Juanita merasa Jerry sungguh menganggapnya seperti orang bodoh yang bisa dipermainkan dengan mudah. Apakah Jerry juga berharap Juanita akan berterima kasih padanya karena melakukan ini?“Kamu sangat nggak tahu malu, Jerry!” kata Juanita dengan marah.Juanita mengambil tas di kursi sebelahnya dan hendak pergi. Semakin lama dia melihat Jerry hanya akan membuatnya merasa mual.Begitu melihat Juanita hendak pergi, Jerry jelas terlihat panik. Dia segera mengejar Juanita dan meraih tangannya, lalu memohon dengan sungguh-sungguh, “Juan, bagaimanapun kamu adalah putriku. Apakah kamu nggak bisa se
“Aduh!” Jerry sama sekali tidak siap. Dia langsung berseru sambil meringis kesakitan.Juanita menatap ekspresi Jerry yang kesakitan. Pada saat Jerry sepenuhnya tenggelam dalam kesakitan, Juanita akhirnya berhasil melepaskan diri dari tangan pria itu. Kemudian, dia segera melarikan diri.“Juanita, berhenti kamu!” Begitu melihat Juanita melarikan diri, Jerry berdiri di tempat dan berteriak marah.Namun, karena Juanita sudah bisa pergi, dia tidak mungkin melihat ke belakang lagi. Meskipun Jerry terus berteriak di belakangnya, dia tetap berpura-pura tidak mendengarnya.Jerry masih ingin melangkahkan kakinya untuk mengejar Juanita. Namun, rasa sakit di kakinya membuatnya tidak mungkin untuk berjalan. Dia hanya bisa melihat Juanita berlari semakin jauh.Pada akhirnya, masih ada perasaan tidak terima di dalam hati Jerry. Setelah susah payah akhirnya dia berhasil menipu Juanita untuk keluar kali ini. Jika dia ingin menyuruh Juanita keluar lagi kelak, Juanita pasti akan lebih waspada. Kemungkin
Begitu mendengar dokter setuju, Juanita akhirnya merasa sedikit lebih lega. Namun sesaat kemudian, dia menyadari ada masalah lain di hadapannya. Karena sebelumnya rumahnya diam-diam dipasang CCTV, Juanita pun pindah ke vila Tommy.Kalau di rumahnya sendiri tidak apa-apa, tapi sekarang dia tinggal di rumah Tommy. Kalau dia membawa ibunya pindah ke sana, sepertinya akan sangat merepotkan Tommy.Setelah mempertimbangkan hal itu sejenak, Juanita memutuskan untuk menelepon Tommy. Pria itu segera mengangkat telepon. Suara magnetis pria itu datang dari ujung telepon yang lain, “Halo.”“Halo, Tom. Ada sesuatu yang ingin aku diskusikan denganmu,” kata Juanita dengan kurang yakin.Tommy mengangkat alisnya dan bertanya, “Hmm? Ada apa?”“Aku ingin bawa mamaku keluar dari rumah sakit. Boleh nggak mamaku tinggal di rumahmu untuk sementara? Kamu nggak perlu khawatir. Begitu aku sudah temukan tempat tinggal baru, aku pasti akan pindah secepatnya, nggak akan ganggu kamu,” kata Juanita dengan sangat gel