Sejak awal Jerry mungkin sudah mengira Juanita akan menolaknya. Oleh karena itu, dia lanjut berkata tanpa ragu-ragu, “Juan, aku tahu kamu mungkin nggak ingin bertemu denganku. Tapi masalah ini ada hubungannya dengan mamamu. Aku benar-benar ingin bicara baik-baik denganmu.”Juanita spontan mengerutkan keningnya ketika mendengar perkataan Jerry. Dia memang tidak ingin bertemu dengan Jerry. Akan tetapi, jika masalah ini ada hubungannya dengan Marlin, mau tidak mau Juanita harus pergi ke sana.“Baiklah, aku harap kamu mengatakan yang sebenarnya,” kata Juanita dengan wajah dingin. Setelah membuat janji dengan Jerry, dia pun langsung menutup telepon.Begitu sampai di tempat yang telah dijanjikan, Juanita langsung melihat Jerry yang duduk di dekat jendela. Padahal mereka baru bertemu belum lama, tapi Jerry terlihat jauh berbeda hari ini. Dia terlihat lebih kuyu, ada lebih banyak uban di kepalanya dibandingkan sebelumnya.Tidak peduli betapa kerasnya hati Juanita, tetap saja ada perasaan tidak
Juanita memelototi Jerry dengan marah. Dia awalnya berpikir Jerry setidaknya akan merasa bersalah pada dirinya. Tidak disangka setelah sekian lama, Jerry masih sama seperti dulu, sama sekali tidak akan mempertimbangkan perasaan orang lain.Jelas-jelas demi keuntungannya sendiri, tapi Jerry bisa mengatakannya dengan begitu enak didengar, seolah-olah yang dia lakukan murni demi kebaikan Juanita sendiri. Juanita merasa Jerry sungguh menganggapnya seperti orang bodoh yang bisa dipermainkan dengan mudah. Apakah Jerry juga berharap Juanita akan berterima kasih padanya karena melakukan ini?“Kamu sangat nggak tahu malu, Jerry!” kata Juanita dengan marah.Juanita mengambil tas di kursi sebelahnya dan hendak pergi. Semakin lama dia melihat Jerry hanya akan membuatnya merasa mual.Begitu melihat Juanita hendak pergi, Jerry jelas terlihat panik. Dia segera mengejar Juanita dan meraih tangannya, lalu memohon dengan sungguh-sungguh, “Juan, bagaimanapun kamu adalah putriku. Apakah kamu nggak bisa se
“Aduh!” Jerry sama sekali tidak siap. Dia langsung berseru sambil meringis kesakitan.Juanita menatap ekspresi Jerry yang kesakitan. Pada saat Jerry sepenuhnya tenggelam dalam kesakitan, Juanita akhirnya berhasil melepaskan diri dari tangan pria itu. Kemudian, dia segera melarikan diri.“Juanita, berhenti kamu!” Begitu melihat Juanita melarikan diri, Jerry berdiri di tempat dan berteriak marah.Namun, karena Juanita sudah bisa pergi, dia tidak mungkin melihat ke belakang lagi. Meskipun Jerry terus berteriak di belakangnya, dia tetap berpura-pura tidak mendengarnya.Jerry masih ingin melangkahkan kakinya untuk mengejar Juanita. Namun, rasa sakit di kakinya membuatnya tidak mungkin untuk berjalan. Dia hanya bisa melihat Juanita berlari semakin jauh.Pada akhirnya, masih ada perasaan tidak terima di dalam hati Jerry. Setelah susah payah akhirnya dia berhasil menipu Juanita untuk keluar kali ini. Jika dia ingin menyuruh Juanita keluar lagi kelak, Juanita pasti akan lebih waspada. Kemungkin
Begitu mendengar dokter setuju, Juanita akhirnya merasa sedikit lebih lega. Namun sesaat kemudian, dia menyadari ada masalah lain di hadapannya. Karena sebelumnya rumahnya diam-diam dipasang CCTV, Juanita pun pindah ke vila Tommy.Kalau di rumahnya sendiri tidak apa-apa, tapi sekarang dia tinggal di rumah Tommy. Kalau dia membawa ibunya pindah ke sana, sepertinya akan sangat merepotkan Tommy.Setelah mempertimbangkan hal itu sejenak, Juanita memutuskan untuk menelepon Tommy. Pria itu segera mengangkat telepon. Suara magnetis pria itu datang dari ujung telepon yang lain, “Halo.”“Halo, Tom. Ada sesuatu yang ingin aku diskusikan denganmu,” kata Juanita dengan kurang yakin.Tommy mengangkat alisnya dan bertanya, “Hmm? Ada apa?”“Aku ingin bawa mamaku keluar dari rumah sakit. Boleh nggak mamaku tinggal di rumahmu untuk sementara? Kamu nggak perlu khawatir. Begitu aku sudah temukan tempat tinggal baru, aku pasti akan pindah secepatnya, nggak akan ganggu kamu,” kata Juanita dengan sangat gel
“Sialan ....” Juanita melontarkan satu kata itu dengan suara pelan. Meskipun dia terus memaksakan dirinya untuk tetap sadar, dia tetap tidak bisa melawan kekuatan obatnya. Sesaat kemudian, dia pingsan dan telungkup di atas meja.Nanda berjalan mendekat, lalu mengulurkan tangannya dan mencoba mendorong Juanita. Kepala Juanita jatuh ke sisi lainnya, sama sekali tidak memberikan respons.Setelah melihat Juanita tidak memiliki tenaga untuk melawan, senyum penuh kemenangan seketika merekah di wajah Nanda. Dia menoleh ke arah Santi dan berkata dengan nada ingin meminta pujian, “Bagaimana? Kali ini ideku bagus, kan?”Santi juga tersenyum lebar, dia pasti sangat puas dengan hasil kali ini, “Iya, memang Nanda yang paling pintar.”Santi tidak sengaja melihat ke arah Jerry. Dia pun melihat sorot mata Jerry sedikit rumit, ekspresi wajahnya juga tampak sedikit berat. Hanya dengan melihat sekilas, dia pun tahu apa yang ada di pikiran Jerry. Dia langsung mendengus, “Ada apa? Merasa nggak tega?”Jerry
“Siapa pihak yang berperkara itu?” Jacky meletakkan penanya, tiba-tiba sikapnya menjadi serius. Dia ingin tahu masalah ini dengan jelas.Si pengacara berpikir sejenak, lalu segera menjawab, “Kontraknya sudah dirobek. Tapi waktu dia menandatanganinya, aku letakkan kertas di bawahnya, seharusnya masih meninggalkan jejak.”Usai berkata, pengacara itu mengeluarkan selembar kertas putih dari tasnya. Mereka berdua spontan melihat kertas itu dari dekat dan menemukan dua kata yang agak buram di atasnya.Juanita Sandoro.Jacky membacanya kata per kata. Selesai membaca, dia tampak sangat terkejut. Bagaimana mungkin dia?Karena saking terkejutnya, Jacky cepat-cepat menarik lengan baju pengacara itu dan bertanya dengan suara keras, “Sebenarnya apa yang terjadi?”Setelah melihat ekspresi panik di wajah Jacky, meskipun pengacara itu sedikit bingung, dia tetap segera menjawab, “Jadi begini, ada orang yang minta aku pergi ke sana untuk mengesahkan dokumen. Tapi di tengah proses, mereka membius seorang
Pintu vila mewah itu perlahan tertutup. Jerry hanya bisa bisa mengerutkan kening sambil melihat Juanita yang diangkat pengawal. Posisi seperti itu pasti akan membuat Juanita merasa sangat tidak nyaman.Mungkin karena Jerry menjual Juanita dengan cara seperti ini, saat ini Jerry merasa sedikit bersalah. Terlebih lagi, Juanita adalah darah dagingnya.Jerry berjalan ke depan untuk berdiskusi dengan Andre, “Pak Andre, nggak perlu repotkan orang Pak Andre. Biar saya sendiri yang gendong dia masuk.”Andre baru saja menyimpan nomor telepon Nanda ke ponselnya. Setelah mendengar perkataan Jerry, dia hanya melihat Jerry sekilas dan berkata, “Terserah kamu.”Lagi pula, Andre sama sekali tidak peduli dengan Juanita. Kalau bukan karena pamannya sudah menjadi seperti itu, mana mungkin dia akan berusaha keras untuk mencari istri?Tepat saat ini, mobil Tommy juga telah tiba. Begitu melihat pintu besi yang tertutup, dia langsung menabrak pintu itu hingga terbuka. Suara ‘bang’ yang keras mengagetkan sem
Setelah mendengar pertanyaan Andre, Tommy hanya mendengus sinis, dia sama sekali tidak berniat menjawab.Keluarga Setiawan yang lebih dulu menyentuh orangnya, Tommy masih belum membuat perhitungan dengan mereka, tapi Andre yang kesal?Tommy berjalan ke mobilnya sambil menggendong Juanita tanpa melihat ke yang lain. Dia memasukkan Juanita ke dalam mobil dengan pelan-pelan. Sikap penuh kasih sayang seperti itu membuat Nanda yang melihatnya seketika mulai cemburu.Sialan! Sebenarnya apa yang menarik dari Juanita hingga Tommy rela melakukan semua itu untuknya?!Setelah melihat Tommy sudah berjalan ke mobilnya, Andre mengira kalau pria itu akan pergi. Dia segera mengejar dan berkata, “Tommy, kamu pria bukan, sih? Kamu mau pergi begitu saja?”Tommy awalnya juga tidak berencana melepaskan Andre dengan begitu saja. Begitu mendengar perkataan Andre, dia segera memutar badannya. Pada saat yang sama, terdengar suara klakson di luar. Kemudian, mobil-mobil mewah satu per satu berhenti di depan gerb