Keesokan harinya, Juanita terbangun oleh suara jam alarm. Setelah bersih-bersih dan mengganti pakaian, dia mengambil tas tangannya dan turun ke bawah. Juanita duduk di ruang tamu sambil lanjut membaca dokumen yang belum dia selesaikan.Sudah banyak dokumen terkait pemasaran dari perusahaan yang dia baca. Keningnya berkerut semakin dalam sambil bergumam sendiri dalam hati. Dia tidak mengerti apa yang dipikirkan oleh departemen pemasaran. Baginya, kinerja orang-orang tersebut sangat tidak bagus. Tidak akan bisa menarik perhatian kaum perempuan jika teknik pemasarannya seperti itu.Juanita merasa produk perusahaannya sangat bagus sekali. Produknya pantas bersaing dengan produk ternama di negara ini. Akan tetapi, teknik pemasaran barang tersebut tidak begitu difokuskan. Selain itu, penamaan produk juga sangat buruk sekali. Bisa-bisanya produk tersebut diberi nama “Menawan”. Sungguh sangat ketinggalan zaman sekali!Juanita merasa jika dirinya melihat produk tersebut di pasaran, dia akan men
Nanda mengikuti Juanita dari belakang dan mereka masuk ke dalam gedung secara bersama-sama. Hendri mencoba menahannya, tetapi langkah Nanda sudah sangat jauh.Sekuriti yang berdiri di samping pintu masuk tampak ingat dengan wajah Juanita. Kedatangannya kemarin sungguh sangat formal sekali dan memberikan kesan yang cukup dalam pada ketua sekuriti. Dari sana dia menebak bahwa jabatan Juanita pasti sangat penting dan merupakan salah satu petinggi di kantor.Wajah jengah Juanita terlihat begitu jelas dan membuat ketua sekuriti bisa menebak apa yang terjadi. Dengan cepat dia menghampiri perempuan itu dan membantu Juanita mencegat Nanda. Melihat lelaki asing yang menghalanginya membuat Nanda semakin emosi.“Kamu siapa? Kenapa menghalangiku?! Minggir!”“Ibu, mohon maaf sekali. Ibu mengganggu sistem pekerjaan kami di sini,” ujar sekuriti tersebut dengan raut wajah tegas.“Aku mempengaruhi apa?! Kenapa? Memangnya gedung kalian nggak mengizinkan orang lain masuk?!” balas Nanda dengan suara menin
Hendri menemani Nanda masuk ke kantor dan keduanya terkejut dengan kemewahan kantor tersebut. Meski keduanya juga berasal dari orang kaya, tetapi perusahaan mereka tidak dibuat dengan begitu mewah seperti kantor ini.Setelah menyampaikan maksud mereka pada resepsionis, mereka dibawa ke ruangan HRD. Nanda masuk ke ruang wawancara dan Hendri menunggunya di luar. Perempuan itu lumayan percaya diri karena pendidikannya yang bagus serta pengalamannya yang banyak.Meski pengalaman tersebut mengandalkan hubungan pihak dalam, setidaknya HRD yang melihatnya akan merasa tertarik. Setelah HRD menanyakan beberapa pertanyaan, untungnya Nanda sudah mencari tahu sebelum datang. Oleh karena itu, proses wawancara kali ini bisa terbilang cukup lancar dan dia dengan cepat lolos dari tahap wawancara.“Selamat, kamu lolos tahap wawancara,” ujar manajer HRD tersebut, Wanda. Dia menjabat tangan Nanda dan memberikan selamat.Setelah mendapatkan pekerjaan tersebut, Nanda merasa sangat bahagia sekali. Pekerjaan
Wanda bangkit berdiri dan berkata, “Bu, ini wakil supervisor yang baru datang, namanya Nanda.”“Kenapa saya nggak tahu ada orang ini?” tanya Juanita dengan raut wajah dingin.Wanda tidak tahu kenapa Juanita bisa bersikap begitu dingin dan terlihat tidak senang. Namun dengan cepat dia menjelaskan, “Dia hari ini baru wawancara dan besok baru resmi bekerja. Saya pikir dia ikut rapat biar bisa semakin mengenal kantor kita.”Nanda tampak pucat pasi. Dia dari awal sudah menebak kalau Juanita bekerja di gedung ini, tetapi dia tidak menyangka kalau perempuan itu adalah atasannya!Juanita menatapnya dingin kemudian melirik Wanda dengan sorot tidak senang. Wanda dibuat tercengang dan bingung dengan kesalahan apa yang sudah dia perbuat. Setelah itu Juanita bertanya, “Wanda, dalam keadaan normal, seorang petinggi penting di kantor yang masuk harus melewati persetujuan dari manajer utama, bukan?”Wanda terdiam dan langsung mengangguk sambil menjawab, “Benar, itu prosedur umumnya.”Dia menebak seper
Semua orang kembali duduk dengan tenang di ruang rapat. Karena kemunculan Nanda tadi, keadaan di sekitar mereka menjadi sangat tegang. Meski Nanda sudah pergi, akan tetapi rasa kesal dalam hati Juanita belum berkurang. Dia menatap Wanda dengan sedikit tajam.Wanda sudah menyadari kesalahannya karena memasukkan orang yang sembarangan seperti Nanda ke kantor mereka. Keringat dingin membanjiri punggungnya ketika dihadapkan pada sorot tajam Juanita.“Eum … Bu, saya akan minta uang ganti ruginya,” ujar Wanda sambil bergegas keluar dari ruang rapat.Juanita diam memandangi punggung Wanda yang menjauh dan hilang dari pandangannya. Setelah itu dia berkata, “Sudah, rapat dimulai.”Juanita mengumumkan beberapa perubahan peraturan di kantor dan menjelaskannya pada semua petinggi di kantor. Semua orang tampak sangat menyetujui peraturan terbaru tersebut.Di waktu yang sama, Wanda berhasil mengejar Nanda dan mencegat perempuan itu.“Apa yang mau kamu lakukan? Aku sudah bilang nggak mau kerja!” seru
Juanita terkejut ketika mendengar hal itu. Dia spontan menatap Hendri, tapi dia mendapati ekspresi Hendri tidak banyak berubah. Seolah-olah Hendri telah mengetahui segalanya.Ekspresi Juanita masih tampak kaget, Hendri malah berbisik, “Jangan bicara lagi, ikut aku pulang.”Usai berkata, Hendri langsung menarik tangan Juanita dengan paksa dan membawanya pergi dari sini.“Lepaskan aku.” Juanita berusaha melepaskan diri, tapi semua upayanya sia-sia.Juanita melihat punggung Hendri, tiba-tiba dia mengerutkan keningnya sendiri, dengan ekspresi serius di wajahnya.Pada saat ini, para petinggi di perusahaan sudah mulai beroperasi dan bekerja sesuai dengan rencana Juanita.Dengan mengikuti saran Juanita, rangkaian kosmetik yang baru diluncurkan perusahaan mereka resmi diberi nama Beauty Series. Produk juga mulai dipromosikan melalui berbagai saluran di dalam negeri.Beberapa hari kemudian, kepala departemen operasi mengajukan proposal untuk mengontrak artis dengan bayaran mahal untuk menjadi d
Sejak awal Jerry mungkin sudah mengira Juanita akan menolaknya. Oleh karena itu, dia lanjut berkata tanpa ragu-ragu, “Juan, aku tahu kamu mungkin nggak ingin bertemu denganku. Tapi masalah ini ada hubungannya dengan mamamu. Aku benar-benar ingin bicara baik-baik denganmu.”Juanita spontan mengerutkan keningnya ketika mendengar perkataan Jerry. Dia memang tidak ingin bertemu dengan Jerry. Akan tetapi, jika masalah ini ada hubungannya dengan Marlin, mau tidak mau Juanita harus pergi ke sana.“Baiklah, aku harap kamu mengatakan yang sebenarnya,” kata Juanita dengan wajah dingin. Setelah membuat janji dengan Jerry, dia pun langsung menutup telepon.Begitu sampai di tempat yang telah dijanjikan, Juanita langsung melihat Jerry yang duduk di dekat jendela. Padahal mereka baru bertemu belum lama, tapi Jerry terlihat jauh berbeda hari ini. Dia terlihat lebih kuyu, ada lebih banyak uban di kepalanya dibandingkan sebelumnya.Tidak peduli betapa kerasnya hati Juanita, tetap saja ada perasaan tidak
Juanita memelototi Jerry dengan marah. Dia awalnya berpikir Jerry setidaknya akan merasa bersalah pada dirinya. Tidak disangka setelah sekian lama, Jerry masih sama seperti dulu, sama sekali tidak akan mempertimbangkan perasaan orang lain.Jelas-jelas demi keuntungannya sendiri, tapi Jerry bisa mengatakannya dengan begitu enak didengar, seolah-olah yang dia lakukan murni demi kebaikan Juanita sendiri. Juanita merasa Jerry sungguh menganggapnya seperti orang bodoh yang bisa dipermainkan dengan mudah. Apakah Jerry juga berharap Juanita akan berterima kasih padanya karena melakukan ini?“Kamu sangat nggak tahu malu, Jerry!” kata Juanita dengan marah.Juanita mengambil tas di kursi sebelahnya dan hendak pergi. Semakin lama dia melihat Jerry hanya akan membuatnya merasa mual.Begitu melihat Juanita hendak pergi, Jerry jelas terlihat panik. Dia segera mengejar Juanita dan meraih tangannya, lalu memohon dengan sungguh-sungguh, “Juan, bagaimanapun kamu adalah putriku. Apakah kamu nggak bisa se
Setelah Tommy selesai bicara, Juanita yang merasa bersalah menunduk. Hati Tommy melunak saat melihat sikap Juanita, tetapi Tommy harus menegaskan beberapa hal kepada Juanita. Bagaimanapun, Tommy tidak ingin mengalami hal yang menakutkan seperti ini lagi.Tommy berujar, "Juanita, waktu itu aku benar-benar nggak menyangka kamu berani bersembunyi dariku. Apa kamu tahu aku takut sekali nggak bisa menemukanmu?"Juanita yang merasa bersalah sama sekali tidak berbicara. Tommy tertawa dan melanjutkan ucapannya, "Setelah menemukanmu, aku masih merasa kesal kepadamu karena kamu nggak percaya aku bisa menyelesaikan masalah ini, kamu bahkan berniat meninggalkanku. Jadi, sekalipun aku tahu keberadaanmu, aku juga sengaja nggak mencarimu. Aku mau kamu tahu apa yang kurasakan supaya kelak kamu nggak berani meninggalkanku lagi."Kelak Juanita tidak akan meninggalkan Tommy lagi. Juanita yang merasa sedih memeluk Tommy dengan erat. Dia tahu kali ini dirinya telah membuat Tommy ketakutan. Setelah melihat
Keluarga Saloza masih merasa kesal setelah meninggalkan lokasi pernikahan. Kenapa pernikahannya bisa berakhir seperti ini? Jelas-jelas, semuanya berjalan dengan lancar dan Tanya hampir menjadi menantu Keluarga Ador. Namun, pengantin wanitanya malah menjadi orang lain dalam sekejap.Di luar lokasi pernikahan, ekspresi Tommy tampak lembut. Apalagi, dia sedang menggendong Juanita yang memakai gaun pengantin. Juanita memukul punggung Tommy sembari berkata, "Turunkan aku dulu."Tommy menuruti perkataan Juanita, sepertinya dia khawatir Juanita merasa tidak nyaman karena sedang hamil. Juanita bertanya, "Apa kita akan pergi sekarang? Bagaimana dengan keluargamu dan Keluarga Saloza?" Juanita khawatir masalah ini akan memengaruhi Tommy.Tommy malah mengalihkan topik pembicaraan, "Apa tadi kamu terkejut?"Juanita mengatupkan bibirnya dan tidak menanggapi ucapan Tommy. Sewaktu menyadari keberadaannya, jantung Juanita berdegup kencang. Namun ... kapan Tommy mulai merencanakan semua ini?Tommy melir
Pernikahan menjadi kacau sehingga tidak bisa dilanjutkan lagi. Para tamu mulai heboh karena tidak menyangka pernikahan bisa berakhir seperti ini. Kejadian hari ini telah mempermalukan kedua keluarga, jadi pengurus rumah segera bertindak dan menyuruh para pengawal untuk mengantar semua tamu keluar. Dengan demikian, kedua keluarga bisa menyelesaikan masalah hari ini.Akhirnya, hanya tersisa anggota dari kedua keluarga di lokasi pernikahan. Juanita yang tidak tahu harus berbuat apa merasa sangat panik. Hanya saja, Juanita tahu sekarang dia tidak boleh pergi. Dia harus menemani Tommy untuk menghadapi semua permasalahan, apalagi sekarang Tommy berada di sisinya.Keberadaan Tommy sudah cukup memberi Juanita rasa aman. Jadi, Juanita hanya panik sesaat, lalu dia berusaha menenangkan dirinya.Aula yang awalnya dipenuhi orang-orang seketika menjadi sunyi setelah para tamu lainnya pergi. Anggota Keluarga Saloza tidak menyangka Tommy akan bertindak seperti ini dan mempermalukan mereka. Semua anggo
Tommy tersenyum ketika mendengar jawaban Juanita. Tommy tahu Juanita pasti bersedia menikahinya. Tommy dan Juanita telah mengalami banyak rintangan, sekarang akhirnya mereka bisa menikah. Tommy tidak mungkin melepaskan kesempatan yang begitu bagus.Semua tamu merasa sangat senang melihat pasangan mempelai yang berdiri di atas panggung, kecuali Ruben. Dia terus mengamati Juanita dan merasa ada yang tidak beres, terutama saat Juanita bersuara. Ruben pernah bertemu dengan Tanya. Meskipun mereka jarang berhubungan, Ruben bisa mengenali suara Tanya.Tadi, suara wanita itu memang sangat mirip dengan Tanya, tetapi Ruben merasa wanita itu bukan Tanya. Sebenarnya, Ruben ingin mengekspos mereka. Hanya saja, Ruben tidak terlalu yakin sehingga tidak berani bertindak gegabah. Kemudian, pendeta berucap, "Selanjutnya, saatnya sepasang mempelai bertukar cincin."Juanita gemetaran begitu mendengar suara pendeta. Hanya tinggal selangkah lagi, Juanita akan menjadi istri Tommy secara sah dan anaknya bisa
Di dalam aula, Tommy berdiri di depan pendeta sembari menunggu pengantinnya dengan sabar. Di bawah tatapan serius orang-orang, pintu akhirnya dibuka, lalu disusul oleh sosok cantik yang berjalan masuk. Wajah wanita itu ditutup oleh kerudung, jadi mereka tidak bisa melihat parasnya. Sementara itu, gaun yang pas badan membuat si pengantin tampak sangat menawan."Wow, pengantinnya cantik sekali!""Benar, mereka memang serasi!"Para tamu mulai memuji sembari bertepuk tangan. Pada saat yang sama, banyak kelopak bunga yang berjatuhan.Ketika mendengar suara-suara itu, Juanita sungguh terkejut. Dia tidak menduga hasilnya akan menjadi seperti ini.Tangan Juanita terkepal erat. Dia tidak bisa menahan perasaan gugup ini. Sebuah pemikiran yang tidak pernah ada bahkan tiba-tiba muncul dalam benaknya, yaitu melarikan diri dari tempat ini.Orang yang berjalan di samping Juanita merasakan keanehan ini. Dia pun berbisik, "Demi masa depan anakmu, kamu harus terus berjalan."Juanita merasa dirinya sedan
Beberapa saat kemudian, mobil akhirnya tiba di suatu tempat. Juanita pun dibawa turun oleh kedua pengawal itu.Juanita tidak berteriak-teriak lagi sekarang. Dia berusaha untuk tenang meskipun merasa sangat takut. Kini, banyak adegan penculikan dan pemerkosaan yang terlintas di benaknya.Entah sudah berapa kali Juanita hampir mengalami peristiwa seperti itu. Makin dipikirkan, dia merasa makin getir.Namun, yang menyambutnya bukanlah suara galak pria. Juanita seperti dibawa ke suatu tempat, lalu mendengar suara beberapa orang wanita."Bawa dia masuk," perintah seorang wanita dengan tegas. Kemudian, Juanita pun dibawa masuk oleh kedua wanita.Setelah melewati tirai, kedua wanita itu mengulurkan tangan dan membantu Juanita melepaskan baju. Juanita sontak panik. Dia berteriak, "Apa yang kalian lakukan? Aku bisa menuntut kalian kalau macam-macam!"Kedua wanita itu tidak berbicara, melainkan terus membantu Juanita melepaskan pakaiannya. Mana mungkin Juanita membiarkannya begitu saja, dia pun
Meskipun berpikir demikian, para wanita muda itu tidak memiliki latar belakang seperti Tanya. Jadi, mereka tidak bisa menjadi istri dari pria terhebat di Kota Andara. Mereka hanya bisa menjadi saksi dari pernikahan ini. Bagaimanapun, ini sudah merupakan suatu kehormatan bagi mereka.Saat ini, Tanya yang berada di kamar rias menggigit bibirnya karena tidak bisa mengontrol perasaannya. Kalau bukan karena harus menjaga citranya yang lemah lembut, dia pasti sudah melompat dan berlari kegirangan, lalu memberi tahu semua orang di dunia ini bahwa dirinya akan menjadi istri Tommy.Ruben dan Yolanda juga berada di kamar rias. Ketika melihat wajah cantik Tanya, Yolanda pun memuji, "Cantik sekali, kamu sudah pasti pengantin tercantik di dunia ini."Tanya pun menunduk sembari tersenyum manis. Melihat ini, Ruben segera memuji, "Siapa yang tidak jatuh cinta melihat kecantikan Nona Besar Keluarga Saloza?"Tanya menjadi besar kepala karena terus dipuji. Wanita mana yang tidak senang saat dipuji oleh p
Mendengar ini, terlihat keraguan pada ekspresi Harfi. Dia memang mengkhawatirkan Juanita, tetapi pekerjaannya sangat banyak belakangan ini. Memang agak repot baginya kalau harus datang ke rumah sakit setiap hari."Tapi, Kak ...." Harfi menggaruk kepalanya, tidak langsung menyetujui perkataan Juanita.Juanita tentu tahu bahwa Harfi agak sibuk belakangan ini. Itu sebabnya, dia menasihati, "Kamu sangat sibuk akhir-akhir ini. Aku benar-benar nggak enak hati kalau kamu terus datang.""Baiklah, untuk sementara waktu ini, aku nggak akan datang setiap hari. Tapi, kalau ada masalah, kamu harus menghubungiku," ujar Harfi sambil menatap Juanita dengan serius.Harfi khawatir Juanita tidak ingin dirinya cemas sehingga menutupi semuanya darinya. Mendengar ini, Juanita segera mengangguk dan mengiakan....."Telepon saja aku kalau ada masalah. Aku sudah menyewa perawat untukmu. Kamu cukup beristirahat dengan baik. Nah, kubelikan makanan karena takut kamu nggak cocok dengan makanan rumah sakit," ucap Y
"Ya, ya, aku bersumpah. Kalau aku memberi tahu Tommy, aku akan menjadi impoten. Sudah puas?" tanya Yosef sembari menatap Juanita.Kalau tidak sedang kesakitan, Juanita pasti akan merasa lucu mendengarnya. Namun, di situasi seperti ini, dia benar-benar tidak bisa tertawa. Juanita hanya menggigit bibirnya sambil berkata dengan serius, "Terima kasih."Yosef merasa agak malu melihat Juanita yang mengucapkan terima kasih dengan begitu tulus. Benar-benar bodoh, Tommy jelas-jelas sudah tahu semuanya. Dia tidak perlu menutupi apa pun dari pria ini.Yosef merasa lega melihat Juanita yang sudah lebih tenang. Namun, begitu teringat pada sumpahnya barusan, dia seketika merasa sangat getir. Entah dosa apa yang telah diperbuatnya sampai terlibat hal seperti ini.Sesudah melakukan pemeriksaan, Yosef pun menghela napas lega. Kondisi Juanita tidak separah yang dibayangkannya. Bagaimanapun, Tommy terdengar sangat panik saat meneleponnya barusan. Juanita baik-baik saja.Juanita yang berbaring di ranjang