Melihat raut wajah Tanya yang sudah berubah keruh membuat Ruben semakin gusar. Tanya berpengaruh pada keuntungan keluarganya dan dia tidak ingin menyinggung perempuan itu.“Shella, ayo minta maaf,” pinta Ruben dengan wajah menggelap.Dia menepis tangan lelaki itu dan berkata, “Jangan harap! Aku nggak akan mungkin minta maaf sama dia!”Melihat itu , Ruben tidak bisa menahan emosinya lagi. Dia melayangkan dua tamparan keras di wajah perempuan itu. Suara nyaring serta rasa perih di pipi Shella membuatnya tersadar apa yang terjadi. Dia terdiam di tempat dan menatap Ruben tidak percaya.“Ruben, kamu berani memukulku? Kamu nggak pernah galak denganku, tapi hari ini justru menamparku?!”Rasa menyesal menghampiri Ruben setelah dia melayangkan tamparan di pipi Shella. Sesaat kemudian dia menjawab, “Hari ini kamu melakukan kesalahan dan aku harus menghukummu.”Shella menyentuh wajahnya dengan mata yang dipenuhi air mata.Tanya tidak ada niat untuk melihat drama sepasang kekasih itu dan hanya mel
Setelah itu Tanya terlihat dengan santai memutuskan untuk tetap tinggal dan makan malam di sana. Di meja makan, perempuan itu terlihat berbincang panjang lebar dengan Tommy. Sedangkan Juanita justru tidak bisa masuk dalam obrolan tersebut.Dari awal Tanya bahkan membicarakan tentang pekerjaan. Setelah itu mereka mulai membahas masa lalu. Semua hal itu tidak akan bisa dimengerti oleh Juanita. Mendengar Tanya membahas hal memalukan Tommy ketika kecil, Juanita mendadak merasa hatinya perih.Dari awal dia memang hanya orang asing saja. Semua masa lalu lelaki itu tidak ada dirinya di dalam sana. Dia juga tidak ada kesempatan untuk hadir di masa depan Tommy.Beberapa kali dia hendak pergi dari meja makan, tetapi Tanya tampak menahannya dengan sengaja. Meski Ingga tidak begitu suka dengan Tanya, sikap bocah tersebut terlihat lebih tenang. Dia hanya sibuk bermain dan mengabaikan perempuan itu.Makan malam kali ini terasa begitu sulit dilewati bagi Juanita. Setelah selesai, dia segera bangkit d
Keesokan harinya, Juanita kembali ke rumah setelah mengantarkan Ingga ke sekolah. Dulu dia harus ke kantor, sehingga dia sudah terbiasa dengan kegiatan seperti itu. Mendadak dia harus kembali mengangguk dan merasa sedikit tidak terbiasa.Perempuan itu duduk di sofa dan dia merasa sangat bosan. Tidak tahu apa yang harus dia rencanakan untuk ke depannya nanti. Mendadak suara deringan ponsel menyadarkannya. Dia melihat layar yang tertera nomor asing.“Halo, dengan Bu Juanita?” tanya perempuan di seberang telepon.Juanita ragu sejenak dan dengan pelan menjawab, “Benar, dengan siapa ini?”“Begini, Bu Juanita, saya dari sebuah perusahaan kosmetik dan ingin mengundang Ibu datang ke wawancara kantor kami. Kalau lolos, maka Ibu akan menjadi manajer di perusahaan kami,” terang perempuan itu.Kening Juanita berkerut dan tiba-tiba merasa kalau orang tersebut sedang membohonginya.“Eum … maaf, saya rasa saya masih belum memerlukan. Terima kasih,” tolak Juanita.Namun ternyata orang tersebut bisa me
Saat ini Tommy sudah tiba di rumah. Dia sudah bisa menebak bahwa Juanita tidak akan ada di rumah. Tatapannya terpaku pada layar laptop yang menayangkan raut terkejut Juanita. Dia menikmati raut terkejut perempuan itu dengan sudut bibir terangkat ke atas.Meski saran menjadikan Juanita manajer di perusahaan ini bukan merupakan idenya, dia juga merupakan salah satu yang tahu tahu tentang hal ini. Kantor tempat Juanita bekerja adalah salah satu perusahaan Smith. Dia memang berniat meminta Juanita untuk bekerja di sana, tetapi bukan menjadi manajer.Selain itu, dia pernah beberapa kali memberi tahu Juanita dan ditolak oleh perempuan itu. Hingga akhirnya Tommy kehabisan akal untuk membujuk perempuan itu. Yang membuat Tommy tidak menyangka adalah Smith tahu bahwa akhir-akhir ini Juanita mendapat kesulitan dari kantornya yang dulu. Oleh karena itu, dia mengajukan ide untuk meminta perempuan itu bekerja di perusahaannya.Sebenarnya Tommy merupakan orang yang sangat tegas terkait hal pekerjaan.
Juanita mendongak dan melirik jam tangannya. Dia baru menyadari ternyata sudah begitu larut.“Baik, saya lihat dokumen terakhir dulu baru pulang,” jawab Juanita yang tidak terbiasa menunda pekerjaan.Dia sempat berpikir bagaimana kembali ke rumah di saat sudah begitu larut, ternyata di depan pintu keluar sudah berhenti sebuah mobil yang tadi mengantarnya ke kantor.“Bu, mobil ini akan menjadi mobil pribadi Ibu. Datang dan pulang kerja akan ada yang mengantar Ibu,” ujar asisten tersebut dengan sabar. Semua orang bersikap sangat sopan dan menghargai Juanita.Perempuan itu terdiam dan mendadak merasa aneh diperlakukan seperti itu. Dia tidak terbiasa dan hanya bisa tersenyum paksa sambil berkata, “Kalau begitu maaf sudah merepotkan kalian.”Selama perjalanan pulang, Juanita masih merasa dia sedang bermimpi. Kenapa ada keberuntungan yang begitu indah? Dia tidak hanya memiliki pekerjaan dengan fasilitas bagus. Bahkan jabatannya juga sangat tinggi.Mobilnya berhenti di depan vila dan Juanita
Keesokan harinya, Juanita terbangun oleh suara jam alarm. Setelah bersih-bersih dan mengganti pakaian, dia mengambil tas tangannya dan turun ke bawah. Juanita duduk di ruang tamu sambil lanjut membaca dokumen yang belum dia selesaikan.Sudah banyak dokumen terkait pemasaran dari perusahaan yang dia baca. Keningnya berkerut semakin dalam sambil bergumam sendiri dalam hati. Dia tidak mengerti apa yang dipikirkan oleh departemen pemasaran. Baginya, kinerja orang-orang tersebut sangat tidak bagus. Tidak akan bisa menarik perhatian kaum perempuan jika teknik pemasarannya seperti itu.Juanita merasa produk perusahaannya sangat bagus sekali. Produknya pantas bersaing dengan produk ternama di negara ini. Akan tetapi, teknik pemasaran barang tersebut tidak begitu difokuskan. Selain itu, penamaan produk juga sangat buruk sekali. Bisa-bisanya produk tersebut diberi nama “Menawan”. Sungguh sangat ketinggalan zaman sekali!Juanita merasa jika dirinya melihat produk tersebut di pasaran, dia akan men
Nanda mengikuti Juanita dari belakang dan mereka masuk ke dalam gedung secara bersama-sama. Hendri mencoba menahannya, tetapi langkah Nanda sudah sangat jauh.Sekuriti yang berdiri di samping pintu masuk tampak ingat dengan wajah Juanita. Kedatangannya kemarin sungguh sangat formal sekali dan memberikan kesan yang cukup dalam pada ketua sekuriti. Dari sana dia menebak bahwa jabatan Juanita pasti sangat penting dan merupakan salah satu petinggi di kantor.Wajah jengah Juanita terlihat begitu jelas dan membuat ketua sekuriti bisa menebak apa yang terjadi. Dengan cepat dia menghampiri perempuan itu dan membantu Juanita mencegat Nanda. Melihat lelaki asing yang menghalanginya membuat Nanda semakin emosi.“Kamu siapa? Kenapa menghalangiku?! Minggir!”“Ibu, mohon maaf sekali. Ibu mengganggu sistem pekerjaan kami di sini,” ujar sekuriti tersebut dengan raut wajah tegas.“Aku mempengaruhi apa?! Kenapa? Memangnya gedung kalian nggak mengizinkan orang lain masuk?!” balas Nanda dengan suara menin
Hendri menemani Nanda masuk ke kantor dan keduanya terkejut dengan kemewahan kantor tersebut. Meski keduanya juga berasal dari orang kaya, tetapi perusahaan mereka tidak dibuat dengan begitu mewah seperti kantor ini.Setelah menyampaikan maksud mereka pada resepsionis, mereka dibawa ke ruangan HRD. Nanda masuk ke ruang wawancara dan Hendri menunggunya di luar. Perempuan itu lumayan percaya diri karena pendidikannya yang bagus serta pengalamannya yang banyak.Meski pengalaman tersebut mengandalkan hubungan pihak dalam, setidaknya HRD yang melihatnya akan merasa tertarik. Setelah HRD menanyakan beberapa pertanyaan, untungnya Nanda sudah mencari tahu sebelum datang. Oleh karena itu, proses wawancara kali ini bisa terbilang cukup lancar dan dia dengan cepat lolos dari tahap wawancara.“Selamat, kamu lolos tahap wawancara,” ujar manajer HRD tersebut, Wanda. Dia menjabat tangan Nanda dan memberikan selamat.Setelah mendapatkan pekerjaan tersebut, Nanda merasa sangat bahagia sekali. Pekerjaan