Di perjalanan, karena sudah menunggu cukup lama di ruang tamu, Jingga yang merasa penasaran pun bertanya, "Ma, Pa, tadi kalian sedang apa di dalam kamar? Kenapa lama banget? Kenapa Mama juga dandan ulang?"Begitu mengingat adegan barusan, wajah Juanita tak kuasa terasa panas lagi saking malunya. Dia berkata dengan tergagap, "Nggak apa-apa ...."Sementara itu, Tommy terlihat sangat gembira. Dia menoleh ke arah putranya sambil berkata, "Jingga, kamu akan paham setelah dewasa nanti."Juanita yang merasa malu segera memukul suaminya, lalu berkata, "Kenapa kamu membahas hal ini dengan anak kecil?""Memangnya apa yang kukatakan? Aku nggak mengatakan apa-apa," ucap Tommy dengan ekspresi tak bersalah. Tommy sangat jarang terlihat kekanak-kanakan seperti ini. Akan tetapi, Juanita malah menganggapnya agak lucu."Sudahlah. Aku nggak mau bicara denganmu lagi," ujar Juanita sambil mengerucutkan bibirnya perlahan. Wanita itu menunjukkan sisi manjanya.Lokasi perjamuan diadakan di sebuah hotel. Denga
Perjamuan telah dimulai. Ketika orang-orang melewati Tommy, mereka akan berhenti untuk mengobrol sejenak. Belakangan ini, Tommy sibuk dengan urusan perusahaan dan jarang muncul di perjamuan. Selain itu, dia memang tidak suka menangani acara seperti ini. Namun, kali ini Serafina telah kembali. Tommy harus datang untuk menghargai kakaknya.Sementara itu, ketika melihat Tommy di sini, kebanyakan orang merasa bahwa ini adalah kesempatan langka. Jadi, mereka pun berebut untuk mengobrol dengan Tommy. Hari ini adalah perjamuan yang diadakan untuk Serafina sehingga Tommy merasa tidak enak untuk menolak orang lain. Kalaupun tidak bersedia, dia tetap harus bersikap ramah."Aku agak sibuk hari ini. Apa kamu bisa menunggu sendiri di sini?" tanya Tommy sambil menepuk bahu Juanita.Wanita itu menjawab sambil tersenyum, "Nggak apa-apa. Pergilah."Juanita bukan orang yang tidak logis. Dia mengerti bahwa Tommy harus bersikap ramah di acara seperti ini. Itu sebabnya, tidak masalah kalau Tommy terlalu si
Juanita tertegun sejenak. Dia jelas-jelas sudah mengingatkan Jingga untuk tidak berkeliaran. Apalagi, putranya juga begitu nurut. Bagaimana mungkin dia akan pergi?Juanita memutuskan untuk melupakan hal tersebut. Yang terpenting sekarang adalah mencari tahu ke mana Jingga pergi. Tak lama kemudian, Juanita segera berkata, "Kalau begitu, apa kamu tahu dia pergi ke arah mana?"Pelayan itu berpikir sejenak sebelum berkata secara perlahan, "Sepertinya ke sebelah sana."Juanita makin kebingungan setelah melihat ke arah yang ditunjukkan oleh si pelayan. Mungkinkah Jingga kebelet pipis?"Oke, terima kasih," ucap Juanita. Kemudian, dia bergegas ke arah yang ditunjuk oleh pelayan barusan. Juanita terus berjalan mengikuti arah yang disampaikan. Tempat ini adalah sebuah lorong panjang dan dia tidak tahu apa yang ada di ujung."Maaf, apa kamu melihat seorang anak kecil?" tanya Juanita sambil menarik lengan seorang pelayan yang lewat. Sayangnya, pelayan itu malah menggeleng"Maaf sudah mengganggu. T
Pria itu melambaikan tangannya, lalu memerintahkan orang di belakangnya, "Sudahlah. Kalian bawa anaknya keluar dulu."Beberapa bawahannya mengangguk patuh, lalu menarik Jingga dan bersiap untuk membawanya pergi. Tatapan Jingga tampak ketakutan. Dia ingin kabur dari orang-orang ini karena melihat bahwa ibunya terjebak dalam bahaya. Namun, Jingga hanyalah seorang anak kecil. Dia sama sekali tidak mampu melawan mereka sehingga akhirnya tetap dibawa keluar secara paksa.Sebelum dibawa pergi, Jingga mendengar pria di belakangnya berkata, "Jaga baik-baik anak itu. Jangan sampai dia merusak rencana kita.""Oke." Bawahannya tampak mengangguk, tetapi sebenarnya mereka tidak terlalu memedulikan perkataan pria itu.Bagaimanapun ... Jingga hanya seorang anak kecil. Mereka tidak merasa bahwa anak sekecil itu mampu menimbulkan masalah besar. Sebaliknya, beberapa orang itu merasa bahwa si pria sudah terlalu khawatir.Meskipun memiliki pemikiran seperti itu, para bawahan itu tidak berani menunjukkanny
Sementara itu, adegan yang mencekam tengah terjadi di dalam kamar. Meskipun pria itu berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan pakaian Juanita, usahanya selalu dihalangi oleh perlawanan keras wanita itu. Awalnya, pria itu masih cukup sabar. Namun, kini dia telah kehilangan kesabaran."Dasar jalang! Sebaiknya kamu lebih nurut!" maki si pria.Lantaran ditimpa oleh pria itu, air mata Juanita telah mulai mengalir. Dia tidak akan membiarkan hal ini terjadi .... Apalagi ... masih ada anak Tommy di dalam perutnya. Sebelumnya, posisi janinnya tidak stabil karena beberapa hal. Jika terjadi hal semacam ini, anaknya mungkin tidak bisa selamat.Setiap kalinya ... Juanita selalu dijebak seperti ini. Kenapa dia tidak pernah belajar dari pengalaman? Juanita pun menyalahkan dirinya sendiri di dalam hati. Dia tidak boleh membiarkan orang-orang itu berhasil menghancurkannya, juga tidak boleh kehilangan anak yang didapatkannya dengan susah payah."Kamu ... lepaskan aku!" Mungkin karena efek obat yang tidak
Begitu pintu terbuka, Tommy tidak menyangka dirinya akan menyaksikan kejadian semengerikan ini. Seluruh tubuh dan wajah Juanita berlumuran darah. Gaun yang hari ini Juanita kenakan dengan anggun sedari tadi telah dirobek. Saat ini, rambutnya juga sangat berantakan.Ketika Tommy melihat Juanita, Juanita tampak seperti akan melompat ke bawah. Sementara itu, pria yang ada di depan Juanita sedang berjalan ke arah Juanita sembari berteriak marah, "Dasar wanita nggak tahu diri! Bisa menjadi kekasihku adalah keberuntunganmu. Kamu malah berani menolak? Sudah bosan hidup, ya?"Juanita menoleh ke belakang dan berencana untuk melompat ke bawah. Bagaimanapun juga, dia tidak akan membiarkan pria ini melecehkan dirinya. Juanita meletakkan satu tangannya di atas perut. Jika dirinya melompat, bayi yang ada di dalam kandungannya tidak akan lahir ke dunia ini. Buah cintanya dengan Tommy pun akan lenyap begitu saja. Juanita menatap pria itu dengan tajam. Dia merasa enggan dan marah. Ketika pria itu meny
Sesudah sekelompok orang terus mencari, mereka akhirnya menemukan Jingga di sebuah gudang. Ketika Jacky melihatnya, dia sedang bersandar di samping kardus-kardus. Karena gudang ini tertutup, Jingga yang kekurangan oksigen pun jatuh pingsan.Hati Jacky seketika menegang melihatnya. Untung saja, Tommy tidak melihat secara langsung. Kondisi Juanita saja sudah termasuk menyedihkan barusan. Kalau Tommy melihat Jingga seperti ini, mungkin bosnya akan langsung menghancurkan tempat ini.Jacky berjongkok sambil menepuk-nepuk wajah Jingga. Dia memanggil, "Ingga? Ingga?" Ketika melihat Jingga kehilangan kesadarannya, dia buru-buru menggendongnya.Pada saat yang sama, polisi juga sudah tiba. "Pak Jacky," sapa polisi sambil menghampiri Jacky. Karena Jacky sering membantu Tommy menghubungi mereka, jadi para polisi pun mengenalnya.Barusan, ada orang yang menelepon polisi sehingga mereka buru-buru kemari. Setibanya di sini, orang yang terlibat malah sudah pergi. Beberapa polisi tetap berada di tempat
Sesudah bersandar sesaat di pelukan Tommy, Juanita mengantuk lagi. Dia bergumam, "Tommy, aku lelah sekali ...."Melihat wajah Juanita yang pucat, hati Tommy seketika merasa sakit. Dia jelas-jelas ingin melindungi Juanita, tetapi kenapa wanita ini terus berada dalam bahaya?Meskipun orang-orang takut padanya, Tommy malah merasa dirinya sungguh tidak berguna sekarang. Dia bahkan tidak sanggup melindungi wanita yang dicintainya, suami macam apa dia?"Juan, maaf .... Kamu lagi-lagi terluka karena aku," ucap Tommy dengan suara agak rendah. Pria yang selalu bersikap tangguh malah tampak agak sedih sekarang.Juanita merasa agak asing terhadap Tommy yang seperti ini. Namun, dia tahu Tommy menjadi seperti ini karena dirinya.Hati Juanita seketika melunak. Dia mengangkat tangan untuk mengelus rambut Tommy, lalu berkata, "Tommy, kamu nggak salah. Aku yang kurang hati-hati. Lagi pula, nggak mungkin kamu menemaniku setiap saat."Tommy memeluk Juanita dengan makin erat. Setelah meletakkan dagunya di