Ketika keduanya pulang, matahari sudah terbenam. Begitu masuk, Juanita seketika melihat seorang wanita di dalam. Wanita itu sedang duduk di sofa dengan tenang. Lampu dan TV di ruang tamu pun menyala.Begitu mendengar suara pintu terbuka, wanita itu menoleh dan menatap Juanita lekat-lekat. Saat ini, Juanita pun mengamatinya dengan saksama.Wanita ini tampak menawan dan cantik. Karena mengenakan pakaian pendek, pahanya yang ramping dan putih terpampang dengan jelas. Terusan merah yang dikenakannya pun memperlihatkan tubuhnya yang seksi dengan sempurna. Sementara itu, matanya yang tajam membuatnya tampak berkarisma.Meskipun tidak bisa dikatakan sebagai yang tercantik, Juanita yakin bahwa wanita ini termasuk salah satu wanita cantik di kota ini. Bahkan, karismanya jelas adalah sesuatu yang tidak bisa diremehkan oleh orang biasa."Kamu ...." Juanita tertegun sejenak sebelum bersuara untuk bertanya.Sebelum selesai bertanya, Tommy yang berdiri di samping dan menatap dengan tidak percaya son
Setelah Serafina pergi, Juanita merasa kalut. Bagaimanapun, Serafina adalah Nona Besar Keluarga Ador. Serafina memang tidak bersikap sinis kepadanya, tetapi ada kesenjangan status di antara Juanita dan Serafina. Mungkin ... Serafina juga diam-diam tidak menerima Juanita.Selain itu, pasti banyak anggota Keluarga Ador yang menghadiri pesta penyambutan tersebut. Jika Juanita datang ke pesta itu, bukankah itu sama saja dengan menghadiri acara Keluarga Ador? Juanita tahu jelas Keluarga Ador tidak menerima keberadaannya. Jadi, dia merasa takut.Saat memikirkan hal ini, Juanita merasa pusing. Bahkan, dia berniat untuk menghindar. Kalau dia tidak pergi ... mungkin masalahnya tidak akan begitu runyam."Kenapa? Kamu takut?" tanya Tommy. Dia yang berdiri di samping terus mengamati ekspresi Juanita yang tampak bimbang.Setelah ragu-ragu sejenak, Juanita mengangguk dan menyahut, "Um ..."Tommy merasa sedih saat melihat ekspresi Juanita yang cemas. Tommy tahu anggota Keluarga Ador tidak menerima Ju
Keesokan harinya, Juanita pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Marlin setelah mengantar Jingga ke sekolah."Ma," panggil Juanita. Dia meletakkan buah dan suplemen yang dibelinya di rak rumah sakit.Melihat Juanita datang, Marlin pun berhenti menyulam. Belakangan ini, Marlin merasa bosan di rumah sakit sehingga dia menyuruh Juanita untuk membeli alat sulam untuknya. Marlin mengeluh, "Kenapa kamu membawa begitu banyak barang? Aku pun nggak sempat makan kalau begitu banyak, yang kemarin kamu beli juga belum habis dimakan.""Nggak apa-apa. Kalau begitu, simpan dulu. Kamu pelan-pelan habiskan saja," ucap Juanita seraya tersenyum.Juanita baru datang hari ini karena ada waktu luang. Jika nanti dia sibuk dengan urusan perusahaan, entah kapan lagi Juanita bisa datang. Jadi, Juanita membeli lebih banyak persediaan."Hari ini kamu nggak ke kantor?" tanya Marlin. Mungkin karena dia sudah lama tidak melihat putrinya. Sebelumnya, Marlin terus memperhatikan masalah yang menimpa perusahaan Juanita da
Mungkin pemikiran seperti ini sangat tidak bermoral. Namun, melihat kondisi Marlin yang kesulitan sekarang, Juanita merasa kesal. Sementara itu, Santi dan Nanda malah hidup begitu bebas. Marlin benar-benar menderita."Oke, aku tahu. Terima kasih," ucap Juanita. Dia sudah mendapatkan informasi yang diinginkannya, jadi dia hendak pergi. Juanita berpamitan, "Kalau nggak ada masalah lain lagi, aku pergi dulu."Selesai bicara, Juanita langsung berdiri. Namun, Hendri langsung meraih pergelangan tangan Juanita dan berujar, "Tunggu dulu."Juanita berbalik dan memelototi Hendri. Sekarang, Juanita adalah istri Tommy. Tidak semestinya Hendri menggandeng tangan Juanita di depan umum seperti ini.Hendri tahu dia terlalu gegabah sehingga langsung menarik tangannya. Hendri menggaruk kepala sembari berkata, "Aku mau traktir kamu makan malam."Juanita menggeleng dan menyahut, "Nggak usah. Aku mau menjemput Ingga, dia akan pulang sekolah sebentar lagi."Selesai bicara, Juanita langsung meninggalkan kafe
Setelah selesai makan, Serafina mengantar Juanita dan Jingga pulang dengan mengendarai mobilnya."Maaf sudah membuat Kakak repot," ucap Juanita sesudah sampai di rumah. Kemudian, Juanita menarik lengan Jingga dan berkata, "Ingga, cepat pamitan sama Tante."Sekarang, Jingga sangat menyukai Serafina. Dia melambaikan tangan kepada Serafina dan berujar dengan antusias, "Sampai jumpa, Tante."Serafina mengangguk dan berucap dengan datar, "Sampai jumpa." Sesudah itu, mobil Serafina pun melaju pergi.Juanita baru merasa lega saat melihat mobil Serafina yang menjauh. Sebenarnya, Juanita merasa sangat gugup ketika Serafina mengajaknya bertemu. Bagaimanapun, Juanita tahu seperti apa sikap anggota Keluarga Ador kepadanya. Jadi, Juanita tidak berharap Serafina bisa bersikap ramah kepadanya.Namun, setelah pertemuan kali ini, Juanita merasa seharusnya Serafina adalah orang yang lebih mudah didekati di antara semua anggota Keluarga Ador.Juanita tidak tahu bahwa setelah Serafina pulang, Soraya berta
Di perjalanan, karena sudah menunggu cukup lama di ruang tamu, Jingga yang merasa penasaran pun bertanya, "Ma, Pa, tadi kalian sedang apa di dalam kamar? Kenapa lama banget? Kenapa Mama juga dandan ulang?"Begitu mengingat adegan barusan, wajah Juanita tak kuasa terasa panas lagi saking malunya. Dia berkata dengan tergagap, "Nggak apa-apa ...."Sementara itu, Tommy terlihat sangat gembira. Dia menoleh ke arah putranya sambil berkata, "Jingga, kamu akan paham setelah dewasa nanti."Juanita yang merasa malu segera memukul suaminya, lalu berkata, "Kenapa kamu membahas hal ini dengan anak kecil?""Memangnya apa yang kukatakan? Aku nggak mengatakan apa-apa," ucap Tommy dengan ekspresi tak bersalah. Tommy sangat jarang terlihat kekanak-kanakan seperti ini. Akan tetapi, Juanita malah menganggapnya agak lucu."Sudahlah. Aku nggak mau bicara denganmu lagi," ujar Juanita sambil mengerucutkan bibirnya perlahan. Wanita itu menunjukkan sisi manjanya.Lokasi perjamuan diadakan di sebuah hotel. Denga
Perjamuan telah dimulai. Ketika orang-orang melewati Tommy, mereka akan berhenti untuk mengobrol sejenak. Belakangan ini, Tommy sibuk dengan urusan perusahaan dan jarang muncul di perjamuan. Selain itu, dia memang tidak suka menangani acara seperti ini. Namun, kali ini Serafina telah kembali. Tommy harus datang untuk menghargai kakaknya.Sementara itu, ketika melihat Tommy di sini, kebanyakan orang merasa bahwa ini adalah kesempatan langka. Jadi, mereka pun berebut untuk mengobrol dengan Tommy. Hari ini adalah perjamuan yang diadakan untuk Serafina sehingga Tommy merasa tidak enak untuk menolak orang lain. Kalaupun tidak bersedia, dia tetap harus bersikap ramah."Aku agak sibuk hari ini. Apa kamu bisa menunggu sendiri di sini?" tanya Tommy sambil menepuk bahu Juanita.Wanita itu menjawab sambil tersenyum, "Nggak apa-apa. Pergilah."Juanita bukan orang yang tidak logis. Dia mengerti bahwa Tommy harus bersikap ramah di acara seperti ini. Itu sebabnya, tidak masalah kalau Tommy terlalu si
Juanita tertegun sejenak. Dia jelas-jelas sudah mengingatkan Jingga untuk tidak berkeliaran. Apalagi, putranya juga begitu nurut. Bagaimana mungkin dia akan pergi?Juanita memutuskan untuk melupakan hal tersebut. Yang terpenting sekarang adalah mencari tahu ke mana Jingga pergi. Tak lama kemudian, Juanita segera berkata, "Kalau begitu, apa kamu tahu dia pergi ke arah mana?"Pelayan itu berpikir sejenak sebelum berkata secara perlahan, "Sepertinya ke sebelah sana."Juanita makin kebingungan setelah melihat ke arah yang ditunjukkan oleh si pelayan. Mungkinkah Jingga kebelet pipis?"Oke, terima kasih," ucap Juanita. Kemudian, dia bergegas ke arah yang ditunjuk oleh pelayan barusan. Juanita terus berjalan mengikuti arah yang disampaikan. Tempat ini adalah sebuah lorong panjang dan dia tidak tahu apa yang ada di ujung."Maaf, apa kamu melihat seorang anak kecil?" tanya Juanita sambil menarik lengan seorang pelayan yang lewat. Sayangnya, pelayan itu malah menggeleng"Maaf sudah mengganggu. T