Sesampainya Bai Jia di lantai tujuh, dia menatap punggung seorang laki-laki paruh baya dengan rambut panjang yang diikat cemol ke atas. “Guru?”Laki-laki tersebut berbalik, membuatnya berhadapan langsung dengan Bai Jia. Seutas senyum pun orang itu berikan kepada Bai Jia.Min Cun, dia lah Dewa Pedang yang harus dilawan oleh Bai Jia di tingkat tujuh Pagoda Sembilan Naga. Semua kemampuan yang ada di tingkat-tingkat sebelumnya seperti ketahanan fisik, kejelian, teknik dan ilmu pedang, serta strategi akan diuji bersamaan di sini.“Jadi, di tingkat ini, aku harus melawan Guru?”Min Cun mengangkat sebelah ujung bibirnya. Lalu, tanpa aba-aba dia langsung menyerang Bai Jia dengan pedangnya. Bai Jia reflek mencabut pedang dari tempatnya untuk kemudian melawan Min Cun. Sekalipun itu gurunya, Bai Jia bertekad bahwa ia tidak akan melunak.Dentingan pedang keduanya mengisi seluruh ruangan lantai tujuh. Sudah beberapa kali Bai Jia menang melawan Min Cun saat latihan, jadi pasti kali ini dia juga b
Jarak Antara Yuan Zi dan Pedang Surga semakin terkikis. Yuan Zi sudah pasrah jika harus mati sekarang. Yuan Zi menahan napas dan menutup matanya. Di dalam gelap itu dia menanti ujung besi merobek kulitnya. Namun, sudah sejak beberapa detik lalu pedang itu meluncur ke arahnya, Yuan Zi masih tidak merasakan apapun.“Apakah mati tidak terasa menyakitkan seperti ini? kenapa aku tidak merasakan apa-apa?” batin Yuan Zi.Penasaran, akhirnya Yuan Zi memberanikan diri untuk membuka mata. Betapa terkejutnya dia, ketika membuka mata didapatinya Pedang Surga hanya berputar-putar di depan dadanya.Bai Jia, dia menahan laju pedangnya dari jauh. Dia menahan diri untuk tidak membunuh Yuan Zi.Yuan Zi kembali mengatur napasnya. Namun, kali kini kakinya terasa lemas hingga membuatnya berlutut. Bai Jia menarik pedangnya kembali ke tangannya. Lalu, dia masukkan pedang tersebut ke dalam wadahnya.“Sepertinya aku sudah kalah,
“Kakak Yuan Zi!” panggil Bai Jia, “Guru Min Cun dan Guru Wei Qi, mereka ke mana?” tanyanya.“Mereka pergi ke suatu tempat dan tidak akan kembali untuk sementara waktu,” jawab Yuan Zi.“Ke mana?” tanya Bai Jia lagi, “Kak, guru terluka, apa beliau akan baik-baik saja?”“Tenang saja! ada Dewa Weiqi bersama guru.” Yuan Zi berjalan mendahului Bai Jia. Pergerakannya itupun diikuti oleh si yang lebih muda.“Hari ini beristirahatlah, Bai Jia, besok ikut denganku berkeliling Wuxia!”“Baik, Kak.”---Kehadiran Bai Jia dan Yuan Zi di salah satu daerah di Wuxia pagi ini menyita perhatian banyak orang. Jika biasanya orang akan terfokus pada kharisma Yuan Zi, maka kali ini fokus mereka tertumpu pada sosok yang mengiringinya. Berbeda dari Yuan Zi yang terlihat sangat berwibawa dengan kelembutan serta senyum ramahnya, Bai Jia justru terlihat lebih dingin, misterius, dan menakutkan. “Kak, kenapa semua orang menatapku seperti itu?” tanya Bai Jia dengan cukup bingung.Yuan Zi sekilas menoleh ke
Di salah satu kamar sebuah penginapan, Bai Jia tengah mengikat pakaiannya. Sesuai dengan rencananya siang tadi, malam ini dia akan memberi pelajaran kepada orang-orang Diyu.Di atas meja kamar Bai Jia saat ini terdapat dua topeng yang berbeda. Satu adalah topeng besi pemberian Yuan Zi, sedangkan yang satu adalah topeng berbahan kulit berwarna hitam sewarna dengan pakaiannya.Bai Jia mengambil topeng hitam itu dan memakainya. Lalu, dia keluar melalui jendela penginapan. Tidak lupa, Bai Jia juga membawa Pedang Surga bersamanya.Kaki Bai Jia berpindah dari satu atap ke atap bangunan yang lain hingga akhirnya ia tiba di dermaga. Persis seperti yang dikatakan Yuan Zi, orang-orang Diyu yang siang tadi ditemuinya di rumah makan, saat ini sedang membawa barang-barang naik ke kapal mereka.Dari penuturan Yuan Zi sebelumnya, sejak Diyu menjalin kerja sama dengan Wuxia, orang-orang Diyu sering seenaknya keluar masuk Wuxia untuk mengambil bahan pangan demi memenuhi kebutuhan pasukan Diyu selama p
Bai Jia serius dengan yang dikatakan sebelumnya. Sehingga, begitu matahari terbit dia sudah berada di atas perahu meninggalkan Wuxia.Dia mengikuti perkataan Yuan Zi. Hanya mengikuti aliran sungai ke hilir dan Bai Jia akan menemukan pegunungan Qi. Di balik pegunung itulah Lembah Qi berada.Bai Jia menatap seruling di tangannya. Beberapa waktu tadi Yuan Zi memberikan seruling itu kepadanya.“Aku tidak bisa menemanimu, jadi bawalah seruling ini untuk dijadikan teman!” ucap Yuan Zi saat tadi melepas Bai jia di dermaga.Bai Jia mengangkat serulingnya dan mencoba untuk memainkannya. Tidak lama, suara seruling pun mulai mengalun indah memecah keheningan pagi yang masih begitu dingin. Memerlukan waktu dua hari bagi Bai Jia untuk bisa sampai di Pegunungan Qi. “Ini pasti pertemuan aliran sungai yang dimaksud Kak Yuan Zi, dan di depan sana ... itu pasti Pegunungan Qi.”Bai Jia membawa perahunya mendekat ke sisi ekor pegunungan tersebut dan kemudian menepikannya. Setelahnya, dia mendaki ke atas
Bai Jia membalik lembaran demi lembaran kitab iblis dan menemukan lukisan simbol yang sama persis seperti yang ada di dahi Lin Yi. “Ini ....”“Tanda yang sama dengan yang ada di dahiku,” sahut Lin Yi, “junxie-ku, simbol dari gudang senjata neraka.” Simbol trisula yang juga mirip dengan bentuk api dengan tiga ujung runcing mengarah ke atas dan satu ujung runcing mengarah ke bawah itu dipandangi oleh Bai Jia. Dia sungguh tidak asing dengan simbol tersebut, seperti telah lebih dulu melihatnya sebelum bertemu dengan Lin Yi.“Simbol ini hanya bisa didapat oleh seseorang dengan ilmu bela diri tingkat tinggi, dan untuk mendapatkannya harus mengorbankan tenaga dalam yang besar. Bahkan, bisa-bisa sampai mengorbankan nyawa sendiri,” jelas Lin Yi.“Jadi, karena itu Kakak membutuhkan Kakak ipar untuk membantu mendapatkan cambuk petir?”Lin Yi dan Xiao Jiang saling menatap. “Iya, dan itu adalah kebodohanku yang sangat kusesali.”Xiao Jiang menggeleng sembari mengusap lengan suaminya. Dia ingin s
Bai Jia dan Lin Yi menyatukan energi mereka dan memulai meditasi. Kedua jiwa itu meninggalkan jasad masing-masing dan mulai berlatih jurus dari kitab iblis di dalam alam spiritual. Batin yang terhubung menjadikan mereka dapat berkomunikasi. “Perhatikan dengan baik, Bai Jia!” perintah Lin Yi.Tanpa banyak bicara, Lin Yi segera menggerakkan tubuhnya. Dia menunjukkan gerakan jurus yang ada di dalam kitab iblis. Hal itu diamati dengan seksama oleh Bai Jia. Dia tidak mau melewatkan detil sekecil apapun.Lin Yi hanya sekali memberi contoh dan setelahnya meminta Bai Jia untuk langsung mencobanya sendiri. Bai Jia terus mengulangi gerakannya sampai ia benar-benar menguasai jurus dari kitab iblis tersebut. Jurus yang saat ini Bai Jia pelajari merupakan dasar baginya untuk bisa menjadi pemegang kunci junxie-ku. Namun, seperti yang dikatakan oleh Lin Yi sebelumnya, Junxie-ku tidak semudah itu bisa didapatkan. Untuk bisa memiliki dan membuka gudang senjata neraka, seseorang harus berkonsentras
“Guru?”Belum sempat Bai Jia memahami apa yang terjadi, tiba-tiba dia sudah ditarik pergi ke sisi lain yang berbeda oleh energi spiritual. Saat ini Bai Jia berada di sebuah desa yang cukup suram. Di sana dia melihat perempuan serta pengawal yang tadi di istana Diyu. “Tunggu!” ucap perempuan itu pada pengawalnya.“Iya, Ratu, ada apa?”“Ikut aku!”Ratu mengajak pengawalnya ke tempat yang sedikit sepi. Tanpa mengatakan apapun, perempuan yang disebut ratu itupun membuka kain yang menutupi anaknya.Sang Ratu terlihat oleh Bai Jia tengah berkonsentrasi menggunakan tenaga dalamnya. Dia arahkan telunjuknya ke dahi lalu ke dada anak yang ada dalam gendongannya. Dia gerakkan jari tersebut seolah tengah menuliskan sesuatu. Lalu, ia pukulkan telapak tangannya ke dada si anak.DEG!Anak kecil itu pingsan. Bersamaan dengan hal tersebut, keluar darah dari ujung mulut sang ratu.“Ratu! a