Share

Penyerangan yang Gagal

Author: Nooraya
last update Last Updated: 2024-05-03 14:39:17

Di sela waktu istirahatnya dari sesi latihan, Bai Jia menyelinap keluar dari Pagoda Sembilan Naga. Dia diam-diam mengikuti dan mengamati rombongan Hou Cun yang saat ini sudah tiba di pusat kota Wuxia.

Amarah di dalam diri Bai Jia kembali membuncah. Dia tidak sadar sudah meremas kuat pedang di genggamannya. Energi iblis di dalam dirinya meronta ingin keluar.

Bai Jia dengan cadar yang menutupi sebagian wajahnya itupun lantas melangkahkan kaki mendekat ke rombonngan Diyu. Namun, secara tidak terduga seseorang menarik Bai Jia dari belakang dan membawanya pergi dari sana.

Bai Jia tidak tahu siapa yang menariknya. Sampai setelah cukup jauh dari rombongan orang-orang Diyu, mereka berhenti dan akhirnya dia tahu bahwa yang menariknya adalah Yuan Zi.

“Kak Yuan Zi!” protes Bai Jia dengan nada tinggi.

“Apa yang akan kau lakukan, Bai Jia?” tanya Yuan Zi dengan nada tidak kalah tinggi.

“Kak, mereka ... orang-orang itu, mereka iblis Diyu!”

“Lalu, kenapa kalau mereka iblis Diyu?”

“Kak! me—”

Belum sa
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Muhammad Kusman
mantap thor ceritanya, lanjut
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Iblis Suci Pemilik Pedang Surga    Kehendak Langit

    Seusai pertemuan di aula istana Wuxia, Min Cun disapa dan sempat berbincang sebentar dengan Hou Cun. Tidak ada sesuatu yang penting dalam perbincangan itu, Hou Cun hanya mengungkapkan rasa beruntungnya bisa bertemu langsung dengan Dewa Pedang Maha Tahu yang terkenal. Min Cun tidak tertarik untuk berbincang lebih lama dengan Hou Cun. Dia memotong ucapan Hou Cun dan berpamitan setelah beberapa kalimat terlontar dari mulut sang raja Diyu. “Maaf, saya sedang terburu-buru, mohon Raja Diyu tidak tersinggung dan memaklumi!” ucap Min Cun cukup sopan.“Oh, tidak-tidak, saya tidak akan terseinggung,” kata Hou Cun, “saya paham bahwa Dewa Pedang pasti memiliki banyak urusan penting, saya yang seharusnya minta maaf karena sudah menyita waktu Anda.” Keduanya saling menundukkan kepala sebagai bentuk penghormatan. Lalu, tanpa banyak bicara Min Cun melenggang meninggalkan Hou Cun dan Dou Yin. “Cih! sombong sekali!” komentar Dou Yin.“Dia pendekar hebat, pantas jika sombong,” respon Hou Cun. Meski

    Last Updated : 2024-05-05
  • Iblis Suci Pemilik Pedang Surga    Inilah Aku, Sang Iblis Suci

    Selama ini tidak ada yang tahu dari mana asal Bai Jia. Bahkan, Tao Jin pun tidak mengetahuinya.Belasan tahun lalu, di pagi hari yang dingin dan berkabut, Tao Jin mendapati putra dan menantunya tergeletak di depan gerbang perguruan setelah sebelumnya mereka berpamitan untuk menuju perbatasan Shengren. Menantu Tao Jin yang merupakan ibu dari Yue Er sudah dalam keadaan tidak bernyawa, sementara sang putra yang merupakan ketua Lotus putih, dia masih memiliki sedikit kesadaran.“A—yah, ja—ga a-a-nak ini!”Hanya kalimat itu yang sempat terucap dari mulut putra Tao Jin. Setelahnya, ketua Lotus Putih itupun menghembuskan napas terakhirnya.Tao Jin menggendong Balita laki-laki yang ada di dekat tubuh sang putra. Sama sekali tidak ada tanda-tanda membahayakan, dia justru tidak bisa merasakan adanya energi murni di dalam diri bocah kecil itu.Tidak ada yang aneh, Tao Jin hanya berpikir bahwa Bai Jia mungkin hanya anak biasa dari orang tua biasa. Atau, bisa dibilang Bai Jia mungkin lahir bukan

    Last Updated : 2024-05-06
  • Iblis Suci Pemilik Pedang Surga    Di Depan Pintu Gerbang

    Di saat Hou Cun sudah akan melepaskan kekuatannya untuk menghancurkan gerbang milik Pagoda Sembilan Naga, tiba tiba terdengar suara yang menginterupsi tindakannya. “Hey, iblis keparat!”Suara itu berasal dari seorang pendekar dengan pedang besarnya yang kini mengarah ke arah Hou Cun. Pedang itu terayun dengan sasarannya adalah leher sang Raja Diyu.“Hiya!”Hou Cun dengan santai mendongakkan kepalanya hingga ke belakang. Begitu mudah bagi Hou Cun menghindari serangan tersebut. Pendekar yang baru menguasai beberapa jurus pedang seperti itu bukanlah tandingan sang raja iblis. Hou Cun hanya dengan satu tangan kosonganya bahkan sudah bisa menghalau serangan pedang pendekar manapun. Melihat rajanya diserang, Dou Yin tidak tinggal diam. Dia mengerahkan anak buahnya untuk menyerang pendekar tadi. Namun, karena hal tersebut, kini situasi jadi sedikit tidak terkondisikan.Sekarang tidak hanya satu pendekar saja yang melawan orang-orang Diyu. Beberapa pendekar lainnya yang ada di sana juga ja

    Last Updated : 2024-05-07
  • Iblis Suci Pemilik Pedang Surga    Samar

    “Jadi, Dewa Pedang adalah pemilik dari Pagoda Sembilan Naga?” tanya Hou Cun kepada Dewa Pedang saat mereka sama-sama sudah berdiri di depan Pagoda.“Bukan, Pagoda Sembilan Naga adalah milik Wuxia,” jawab Dewa Pedang, “saya hanyalah orang yang diberi mandat oleh leluhur untuk menjaganya.”Hou Cun hanya mengangguk-angguk sebagai tanggapan. Setelah itu dia melangkah maju. Kakinya sudah akan menapak pada anak tangga pagoda ketika tiba-tiba pergerakannya ditahan oleh Min Cun.“Pagoda Sembilan Naga tidak boleh dimasuki sembarangan orang.”Hou Cun menahan napasnya; menarik kembali kakinya; dan menutup mata. Dia berusaha untuk menahan amarah. Menurutnya, belum waktunya ia berurusan dengan Dewa Pedang Maha Tahu.Batin Hou Cun berucap, “Akan tiba saatnya di mana kau kukalahkan dan pagodamu ini rata dengan tanah.”Hou Cun kembali membuka matanya dengan mimik muka yang sudah berubah. Dia berbalik dan menatap Dewa Pedang dengan senyuman terukir di wajah.“Maaf atas kelancangan saya, Dewa Pedang!”

    Last Updated : 2024-05-08
  • Iblis Suci Pemilik Pedang Surga    Keluar Paviliun

    Suara teriakan Bai Jia terdengar hingga ke sudut-sudut Paviliun Utara. Namun, hal itu tidak bisa didengar oleh mereka yang ada di luar paviliun tersebut. Murid-murid Paviliun Sembilan Naga yang lain hanya dapat melihat cahaya terang di atas atap Paviliun Utara. Mereka selalu takjub sekaligus merinding setiap kali melihatnya. “Aku selalu merasakan perasaan aneh setiap Paviliun Utara menyala terang seperti itu,” ucap salah seorang murid Pagoda Sembilan Naga.“Benar, aku juga merasakan hal yang sama, seperti ... entahlah, rasanya campur aduk, ada perasaan sedih tapi bersamaan dengan itu juga ada rasa takut dan marah,” sahut murid yang lain. Semua orang setuju dengan pernyataan itu. Meskipun Paviliun Utara telah dilindungi, tapi dampak dari kedahsyatan energi murni Pedang Surga dan kekuatan iblis Bai Jia tetap saja bisa dirasa.“HA ... A ...!” Teriakan Bai Jia terdengar begitu menyakitkan. Min Cun baru saja melepas satu ikatan yang menyegel energi Bai Jia. Hampir sama seperti sebelum

    Last Updated : 2024-05-10
  • Iblis Suci Pemilik Pedang Surga    Tingkat 1-3

    Setelah satu tahun berada di paviliun tanpa pernah keluar sekalipun, akhirnya kini tiba waktu di mana Bai Jia berdiri di depan pintu Pagoda Sembilan Naga. Hanya tinggal satu langkah lagi dan ia bisa keluar ke dunia persilatan. JEGLEK!Pintu pagoda terbuka, sekarang giliran Bai Jia yang akan menghadapi ujian. Lantai dasar pagoda menjadi tingkat pertama yang harus Bai Jia lalui. Di sini Bai Jia akan diuji mengenai pemahaman dasar dari kitab dharma yang ada di perguruan mereka. Walau waktu Bai Jia berada di perguruan masih bisa dibilang sebentar, akan tetapi dia jauh lebih sering menghafal kitab daripada murid-murid lainnya yang sudah lebih dulu ada di perguruan.Bai Jia hafal dengan cukup lancar. Dia sampaikan kepada guru yang mengujinya semua yang terdapat dalam kitab, tanpa ada kesalahan serta kekurangan.Guru itupun merasa puas. “Bagus, Bai Jia! kuharap kamu tidak hanya sekedar menghafalnya di kepala, tetapi juga mengamalkannya dengan hati.”“Baik, Guru.”“Sekarang, silakan kamu me

    Last Updated : 2024-05-11
  • Iblis Suci Pemilik Pedang Surga    Tingkat Empat, Bidadari Pembawa Pedang

    Setibanya Bai Jia di lantai empat Pagoda Sembilan Naga, dia melihat seseorang tengah memainkan kecapi. Suara kecapi yang dihasilkan dari petikan jari orang itu mengalun dengan sangat indah. Menggema di ruangan tersebut dan masuk dengan sangat sopan ke telinga Bai Jia.“Cantik.”Pujian itu tidak hanya untuk musik yang dihasilkan, akan tetapi juga untuk yang memainkannya. Seorang perempuan cantik yang kecantikannya tidak bisa dideskripsikan oleh Bai Jia.Gaun merah muda bermotifkan bunga yang membalut kulit putih dan rambut hitam panjang yang terurai dengan sedikit pernak-pernik giok, serta wajah tirus dengan hidung, bibir, dan mata yang proporsional.Apa yang Bai Jia lihat saat ini mengingatkannya pada hari pertama kali dirinya sampai di Ibu Kota Wuxia. Saat itu dari kejauhan dia melihat bagian atas Pagoda Sembilan Naga yang tertutup kabut putih, membuatnya seolah terhubung dengan langit.Setelah melihat ini semua, sekarang Bai Jia semakin penasaran apakah Pagoda Sembilan Naga sungguh

    Last Updated : 2024-05-12
  • Iblis Suci Pemilik Pedang Surga    Tingkat Lima, Cambuk Petir

    Bai Jia tiba di lantai lima Pagoda Sembilan Naga dan menemukan seorang pria tampan dengan rambut putih panjang terurai sedang duduk sambil mengelap sebuah pedang. Penampilan si pria semakin terlihat elok dengan pakaian yang senada dengan warna rambutnya. Terdapat sebuah tanda merah di dahi pria indah itu, dan Bai Jia merasa tidak asing dengan tanda tersebut. Namun, ia tidak yakin di mana pernah melihatnya.Pria di hadapan Bai Jia saat ini terlihat sedang membersihkan pedang yang sebenarnya sudah tampak sangat mengkilat. Hal itu memunculkan sebuah spekulasi di kepala Bai Jia, bahwa kemungkinan besar setelah ini ia akan kembali bertarung pedang.“Jadi, bagaimana di lantai empat?” tanya laki-laki berambut putih tersebut.Bai Jia tidak tahu ‘bagaimana’ seperti apa yang dimaksud. Cukup ragu Bai Jia menjawab, “Nona Xiao Jiang, beliau terluka setelah semalaman bertarung pedang.” Pada akhirnya Bai Jia memilih kalimat itu sebagai jawab

    Last Updated : 2024-05-13

Latest chapter

  • Iblis Suci Pemilik Pedang Surga    Mini Story-15 Semoga Hidup Baik

    Begitu masuk ke dalam air, Wen Lai tidak melihat Li Jun bersamanya. Dia tidak menemukan Li Jun ikut masuk ke dalam air.Mengetahui hal itu, Wen Lai pun langsung naik ke permukaan untuk mencarinya. Namun, begitu sampai di permukaan, dia justru terkejut karena yang ada di sekelilingnya kini sudah bukan lagi taman atau bangunan-bangunan di Sungai Jingsan. Sisi kanan dan kiri sungai sekarang ialah hutan-hutan lebat. “Ini ... di mana?”—Wen Lai bingung.“Pangeran!” Panggilan itu mengejutkan Wen Lai hingga membuatnya seketika menoleh ke sumber suara. Ternyata, orang-orang yang memanggilnya tadi adalah orang selatan yang merupakan pengikut keluarganya.“Pangeran! itu pangeran Wen Lai! cepat bantu pangeran naik!”“Aku tidak sedang bermimpi, aku sadar sepenuhnya, aku ... aku ada di Diyu?”Setelah kurang lebih dua minggu berada di dunia lain, pada akhirnya Wen Lai dapat kembali ke Diyu. Dia akhirnya dapat bernapas lega mengetahui ayah, anggota keluarganya, dan para pengikut setia mereka selama

  • Iblis Suci Pemilik Pedang Surga    Kembali dengan Takdir Masing-masing

    Setelah kematian kakeknya, Li Jun beraktivitas sebagaimana biasanya. Pergi bekerja dan sekolah seperti sebelum-sebelumnya. Hal yang sama juga dilakukan oleh Wen Lai. Dia kembali bekerja di kedai nenek An yang baru saja selesai direnovasi. Hanya saja, meskipun demikian Wen Lai tetap dapat melihat kesedihan yang begitu dalam di sorot mata Li Jun. Wen Lai tahu bahwa pemuda itu sebenarnya hanya sedang berusaha tegar di depannya. “Terima kasih untuk hari ini, Wen Lai!” ucap nenek An.“Aku juga berterima kasih, Nenek! ... kalau begitu, aku pulang dulu.”“Iya, hati-hati!”Hari pertama kedai mie nenek An buka, pelanggan sudah langsung banyak yang datang. Sehingga, sebelum matahari terbenam, mie mereka sudah habis dan Wen Lai bisa pulang lebih awal. Wen Lai senang melihat perubahan yang terjadi pada kedai nenek An. Kedai itu kini sudah jauh lebih bagus dan ramai dari pertama kali ia ke sana. Wen Lai bersyukur untuk itu.Karena pulang lebih awal, Wen Lai lantas memutuskan untuk pulang jalan

  • Iblis Suci Pemilik Pedang Surga    Mini Story-13 Melewatkan Kesempatan (Lagi)

    Setelah puas mencoba berbagai macam wahana permainan, akhirnya sebagai penutup liburan mereka, Li Jun membawa Wen Lai ke pantai. “Ini!”—Li Jun memberikan minuman kaleng kepada Wen Lai. Dia kemudian ikut duduk di atas pasir di samping Wen Lai. Mereka menikmati pemandangan matahari terbenam dalam diam.“Terima kasih, Li Jun!” ucap Wen Lai mengusir hening di antara keduanya. “Hem?”“Terima kasih sudah mengajakku berlibur! aku ... untuk sejenak merasa bebanku hilang,” jelas Wen Lai, “dunia tanpa perang dan perebutan tahta ternyata sangat menenangkan dan menyenangkan.”Li Jun tertawa kecil. “Sebenarnya, kesenangan yang baru kau rasakan hari ini hanyalah sebagian kecil dari kehidupan utuh di dunia. Tidak selamanya perang itu berwujud saling serang di medan perang dengan menggunakan pedang. Asal kau tahu, Wen Lai, sebenarnya peperangan di sini jauh lebih kejam dan kotor.”Wen Lai menatap Li Jun bingung. Dia mas

  • Iblis Suci Pemilik Pedang Surga    Mini Story-12 Mulai Nyaman

    Di sore ketika Li Jun masih mengantar makanan ke tempat pelanggan. Wen Lai tidak sengaja menjatuhkan gelas minuman bekas pelanggan.Hal itu mengejutkan semua orang yang ada di dalam kedai, tidak terkecuali nenek An. Sang nenek yang awalnya sibuk di tempat memasak, karena panik akhirnya menghampiri Wen Lai. “Wen Lai, ada apa? kau baik-baik saja?” tanya nenek An.Wen Lai yang awalnya mematung menatap arah sungai akhirnya memutus pandangannya ketika mengetahui nenek An membantunya membersihkan pecahan kaca gelas. “Nenek, jangan! biar aku saja, jangan sampai tangan nenek terluka!”“Kau baik-baik saja, Wen Lai?” tanya nenek An lagi.“Iya, Nek, aku baik-baik saja, tadi tanganku sedikit licin.”Wen Lai membuat alasan sebisanya. Dia lantas memungut pecahan gelas sambil kembali melihat ke arah sungai.Cahaya itu masih keluar dari dalam sungai. Cahaya yang tadi membuatnya terkejut sampai tidak sengaja me

  • Iblis Suci Pemilik Pedang Surga    Mini Story-11 Inovasi

    “Jadi, uang yang kau gunakan untuk potong rambut adalah hasil dari kau bekerja di kedai mie?” tanya Li Jun yang kemudian diangguki oleh Wen Lai.“Kenapa?”“Apa?”“Potong rambut. Kenapa?”Pangeran Diyu itu menaikkan kedua bahunya—“Tidak ada alasan khusus, aku hanya ingin melakukannya,” jelasnya, “ternyata, ucapanmu tentang trend rambut pendek lebih bagus dan disukai itu benar, kata bibi di tempat potong rambut, aku semakin tampan dengan rambut pendek,” lanjut Wen Lai dengan senyuman senang penuh percaya diri.“Cih!” cibir Li Jun.Li Jun masih tidak percaya, hari ini Wen Lai cukup mengejutkannya. Di satu sisi dia senang Wen Lai tidak kesulitan berada di dunianya. Namun, di sisi lain, entah kenapa dia justru merasa khawatir.“Hah! kenapa aku jadi merasa menyesal sudah mengajarinya?” ucap Li Jun dalam hati.Li Jun mencoba abai pada perasaannya. Dia memakan mie yang dibawa oleh Wen Lai dari kedai Nenek An.Mata Li Jun melotot saat bumbu mie itu pertama kali menyapa lidahnya. “Woah!” seruny

  • Iblis Suci Pemilik Pedang Surga    Mini Story-10 Penampilan Baru

    Melihat toko penyedia jasa potong rambut, Wen Lai jadi berpikir untuk memotong rambutnya. Namun, setelah mengingat ucapan Li Jun bahwa segala sesuatu di dunia ini membutuhkan uang dan saat ini dia tidak memilikinya, Wen Lai akhirnya tidak jadi masuk ke ‘barber shop’.Tidak apa jadi pusat perhatian banyak orang. Pikirnya, dia juga tidak akan selamanya berada di dunia ini. “Apa yang kalian lakukan? ... tolong!”Teriakan dari seorang perempuan tua menyapa pendengaran Wen Lai. Seorang nenek sedang dirampok di salah satu gang sepi.Wen Lai tentu saja tidak bisa membiarkan hal itu terjadi begitu saja di depan matanya. Merampok perempun tua adalah tindakan seorang pengecut. Jika ada orang yang hanya melihat dan membiarkan itu terjadi, maka dia lebih pengecut dari seorang pengecut. Wen Lai mengambil beberapa kerikil dari tepi jalan lalu melemparnya pada dua penjambret tersebut. Kerikil-kerikil itu mengenai kepala mereka dan membuat me

  • Iblis Suci Pemilik Pedang Surga    Mini Story-9 Belajar Hal Baru

    Setelah memastikan kakeknya sudah tidur, Li Jun naik ke lantai dua. Dia menghampiri Wen Lai yang saat ini duduk di depan kamar. “Kakek sudah tidur?” tanya Wen Lai saat pemuda itu mendudukkan diri di sampingnya.Li Jun menyahut, “Hem!” Dia kemudian memberi Wen Lai minuman kaleng yang dibelinya saat perjalanan pulang tadi. Mata Wen Lai menatap bingung kaleng tersebut. “Ini hanya sari buah, bukan alkohol.”Apapun itu, Wen Lai tidak paham. Dia hanya menerima dan mengikuti tindakan Li Jun, membuka dan minum sesuatu dari kaleng tersebut.Setelah sesaat merasa takjub dengan rasa minuman kaleng, Wen Lai pun kembali fokus pada Li Jun. Matanya bergerak gelisah—“Maaf!” ucap Wen Lai pada akhirnya.Satu sudut bibir Li Jun terangkat. “Sudahlah, lupakan saja! kau hanya tidak tahu.”“Apa kejadian seperti ini sebelumnya sering terjadi?” tanya Wen Lai setelahnya.“Iya, sangat sering, sebelum pikun ka

  • Iblis Suci Pemilik Pedang Surga    Mini Story-8 Hilang

    “Dasar anak-anak nakal! kalian tidak takut dapat tuah, ha? sana pergi!” usir penjaga museum istana.Cahaya yang menerangi wajah Li Jun dan Wen Lai beberapa waktu lalu ialah cahaya senter milik dua penjaga yang sedang berpatroli. Para penjaga memergoki mereka saat berada di depan pintu aula utama.“Terima kasih, Pak!” teriak Li Jun dengan tidak tahu diri. “Hah! beruntung kita ketahuan, jadi tidak perlu repot mengendap-endap dan melompat pagar,” terangnya, “sekarang ayo kita pulang, Wen Lai!” “Hem!” sahut Wen Lai seadanya. Dia masih penasaran dengan energi yang ia rasakan tadi. “Apa energi tadi yang disebut sebagai energi kutukan?” tebaknya dalam batin.KRUCUK~“Oho~ apa kau lapar, Pangeran?”—Li Jun merangkul Wen Lai—“tenang saja! setelah ini akan kumasakkan makan malam yang enak dan banyak untukmu, sebagai bentuk terima kasih karena tadi sudah membantuku.”Sejujurnya, Wen Lai malu mengakui dirinya kelaparan. Namun, perutnya sudah

  • Iblis Suci Pemilik Pedang Surga    Mini Story-7 Museum Istana

    “Wen Lai?” ucap Li Jun dalam hati. Dia terkejut melihat Wen Lai bisa ada di sana. Di saat Wen Lai akan maju menghadapi para berandal yang mengejarnya tadi, Li Jun segera menahan lengan sang pangeran Diyu. Pada awalnya dia ingin menahan Wen Lai agar tidak menghajar mereka. Namun, pada akhirnya .... “Santai saja! mereka hanya anak-anak biasa, jangan gunakan kekuatan iblismu!” Wen Lai memahaminya—“Baiklah!” “Kurang ajar! siapa, kau, brengsek?” “Minggirlah! jangan ikut campur!” “Aku?” sahut Wen Lai, “aku orang yang akan menghajar kalian.” Pernyataan Wen Lai itupun ditertawakan oleh anak-anak berandal. “Jangan bercanda, bocah aneh! yang ada, kau akan babak belur di tangan kami. Maju!” Tujuh orang maju menyerang Wen Lai. Dari posisi dan gerakan mereka, Wen Lai memprediksi siapa di antara mereka yang akan datang lebih cepat untuk mendekatinya.

DMCA.com Protection Status