Xiu Min terbangun dari meditasinya ketika merasakan pergerakan muridnya yang tersedak karena air mulai masuk ke dalam tenggorokannya. Setelah ia melihat ke yang lainnya, rupanya hal yang sama juga terjadi pada mereka.
Xiu Min merasa murid-muridnya sudah tidak mampu bertahan lebih lama lagi. Dia sedikit naik ke permukaan untuk melihat keadaan di atas air.Untunglah saat ini di atas sana langit sudah cerah tidak tertutup asap seperti sebelumnya.“Sepertinya asap penyatuan sudah menghilang,” batin Xiu Min. Lalu, dia pun menarik satu muridnya tadi untuk ikut naik bersamanya ke permukaan.“Huah!”—Xiu Min dan seorang muridnya itu meraup oksigen sebanyak-banyaknya. UHUK! UHUK! UHUK!“Tarik naik yang lainnya!” perintah Xiu Min setelahnya.“Baik, Ketua!”Hal yang sama saat ini juga tengah dilakukan oleh orang-orang di Perguruan Krisan Api, Perguruan Bunga Persik, dan juga perguruan lainnya.~Beberapa hari sebelum jatuhnya Wuxia~Sejak Bai Jia melihat sering ada kilatan aneh di langit Diyu, yang mana hanya dia yang bisa melihatnya, Bai Jia memiliki firasat bahwa tabir penutup itu mungkin akan hilang dalam waktu dekat. Benar saja, beberapa hari kemudian ketika Bai Jia tengah menunggu surat dari Wei Qi di sungai, dia sungguh menyaksikan tabir itu menghilang di beberapa sisi.Kejadian tersebut persis seperti apa yang pernah terjadi dulu di zaman ayahnya. Dia masih ingat perkataan Min Cun yang menyebut bahwa dulu Lei Cun saat akan menyelinap keluar-masuk Diyu, dia akan menunggu di tempat yang sama sampai pintu tabir terbuka. Hal itu menunjukkan bahwa tabir penutup Diyu mungkin hanya akan terbuka di waktu tertentu dan di tempat tertentu juga.Bai Jia melompat dari bebatuan ke seberang sungai, ke wilayah tanpa tuan. Kemudian, dia melanjutkan langkahnya semakin menjauh dari Diyu, hingga akhirnya Bai Jia keluar dari hutan dan melihat perkampungan.“Ah, jadi seperti ini ayahku d
~Tiga hari menuju gerhana matahari~Xiu Min dan pendekar lainnya sudah seharian ini bertahan di perguruan Mudan dari serangan para pengikut Rouku. Rombongan keluarga kerajaan Hua pun juga sudah berada di sana sejak siang tadi.“Ketua, mereka meninggalkan perguruan kita!” ucap salah seorang pendekar.“Setelah kesetanan berusaha menerobos masuk perguruan kita, lalu tiba-tiba mereka pergi begitu saja?”“Mereka itu boneka Rouku, sudah pasti perginya mereka ada hubungannya dengan Rouku.”“Ah, aku jadi cemas, kira-kira apa kali ini yang akan dilakukan Rouku?”Mendengar perbincangan para pendekar, Xiu Min pun ikut menimpali. “Agenda besar Rouku bukanlah kita, agenda besarnya adalah membangkitkan raja iblis dari alam bawah, dan menurut Ketua Wei Qi, hari yang telah ditentukan sudah sangat dekat.”Xiu Min menatap langit malam yang saat ini cukup terang oleh bulan purnama. “Dia pasti tengah bersiap untuk hari itu,” lanjut Xiu Min.Benar apa yang dikatakan oleh Xiu Min, saat ini Rouku memang t
Pertempuran Rouku dan pasukan yang dipimpin oleh Dou Yin telah berlangsung cukup lama. Dou Yin tidak menduga jika satu Rouku bisa menghadapi pasukannya dan bahkan membuat mereka kuwalahan.Prajurit-prajurit Diyu mengeluarkan tali dari Junxie-ku dan melemparnya pada Rouku. Mereka memutari Rouku dan saling menyilang untuk mengikat Rouku dengan tali tersebut. Sementara itu, seorang prajurit lainnya melompat ke atas kepala Rouku sembari mengeluarkan tombak yang juga berasal dari Junxie-ku. Dia mengayunkan tombak tersebut ke belakang, membuat ancang-ancang sebelum menancapkannya di kepala Rouku. Namun, sebelum semua itu terjadi ....“HUA!”Rouku mengerahkan tenaga dalamnya dan menciptakan gelombang energi besar yang membuat pasukan Diyu terpental karenanya. BRUK!Anak-anak buah Dou Yin terkapar, dan hal serupa terus berlanjut hingga hari berganti. Hingga pasukan Dou Yin tumbang di satu hari sebelum gerhana matahari terjadi.Sekalipun pasukan Diyu dikenal sebagai pasukan iblis, tetapi me
~Sehari sebelum pertempuran Rouku~Yi Lin bersama dengan Xiu Min dan beberapa pendekar dari Mudan menuju Istana Hua Sheng. Sesampainya di sana mereka terkejut karena ternyata semua orang yang menjadi pengikut Rouku tengah berkumpul di alun-alun untuk ritual.“Jadi, untuk alasan ini mereka tadi tiba-tiba pergi?”Tidak lama kemudian, beberapa orang yang berada di barisan paling belakang ritual tersebut berdiri dan mengeluarkan pedang mereka untuk menyerang Xiu Min dan lainnya.“Biar kulindungi Ratu, kalian halau mereka dan bantu kami untuk bisa mencapai istana Yue Er!”“Baik, Ketua!”Anak-anak buah Xiu Min pun mulai maju bertarung dengan para pengikut Rouku. Sementara itu, Xiu Min menggandeng Yi Lin dan menariknya pergi dari sana.“Maaf, Ratu, tolong bimbing saya menuju istana kediaman Nona Yue Er!”Yi Lin mengangguk—“Hem!”Meskipun Xiu Min dan Yi Lin tetap harus menghadapi beberapa orang yang menghalangi jalan mereka. Namun, dengan kemampuan Xiu Min, mereka akhirnya bisa sampai di kama
“Yue Er!” sebut Bai Jia dan Rouku bersamaan.Rouku amat sangat syok mendapati Yue Er muncul di hadapannya. Dia belum membangkitkan raja iblis, akan tetapi Yue Er sudah bisa menghampirinya seperti sedia kala.“I-ini sungguh kau, Yue Er?”“Ini aku, Kakak Rouku,” jawab Yue Er sangat lugas, “kenapa, Kakak? kamu bingung aku bisa terlihat normal seperti sedia kala dan tidak lagi menjadi mayat hidup?”“Yue Er ....”Rouku berjalan mendekati Yue Er dan berusaha menyentuh pipinya. Namun, belum sampai tangan itu menyentuh kulit wajahnya, Yue Er sudah lebih dulu mengeluarkan seruling laba-laba pembunuh miliknya untuk menghalangi dan menjauhkan tangan Rouku.“Jauhkan tanganmu dariku, Kak! kau masih ingat aku pernah berkata bahwa mereka yang bergabung dengan para iblis adalah orang-orang yang paling menjijikkan?”“Y-Yue—”“Apa yang kau lakukan di sini, Kak?”—Yue Er bisa merasakan energi iblis yang besar mengua
JLEB!Bai Jia melesakkan Pedang Surga ke punggung Rouku hingga pedang itu sampai menembus dada Yue Er. Jiwa Houcun dan semua energi iblis yang bersarang di tubuh Rouku keluar dan kemudian lenyap.Darah keluar dari mulut Rouku, pun dengan Yue Er. Tangan Rouku perlahan naik dan menyentuh punggung Yue Er. Dia membalas pelukan Yue Er sambil meneteskan air mata. “Kau adalah saudara pertama yang kumiliki, Kak. Karenamu, aku merasa aman dan tidak pernah takut pada apapun. Terima kasih sudah menjagaku dan melakukan semuanya untukku! sekarang, mari kita sama-sama tinggalkan dunia ini!”Rouku tidak bisa berkata apapun lagi. Dunianya kini sudah berhenti. Bahkan sampai kapanpun, cintanya pada Yue Er tidak akan pernah terbalas. Tangan Rouku sudah jatuh terkulai. Melihat hal itu, Bai Jia segera menarik pedangnya.CRUSH!BRUK!Tidak lama kemudian tubuh Rouku dan Yue Er jatuh dan tergeletak di tanah. Yue Er menatap langit dan tersenyum saat melihat langit sudah kembali terang.Bai Jia dengan tegopo
Setelah berhasil mengalahkan Rouku, Bai Jia langsung kembali ke Istana Diyu. Dia menyerahkan sepenuhnya pemakaman Yue Er dan Rouku kepada Xiu Min. Setibanya di Istana Diyu, Bai Jia langsung masuk ke kamarnya dengan tetap membawa Pedang Surga di tangannya. Saat itu Bai Jia hanya berpesan pada Fei Yi bahwa ia akan pergi ke suatu tempat untuk memulihkan diri dan akan kembali setelah keadaannya lebih baik. Bai Jia tidak memberi tahu Fei Yi ke mana dia akan pergi. Dia tidak mau Fei Yi atau orang lain tiba-tiba menyusulnya. Dan, di sini lah Bai Jia sekarang berada, di gua tempat pertama kali ia menemukan pedang surga. Setelah satu pekan melakukan meditasi untuk menetralkan kembali kekuatannya, kini keadaan Bai Jia sudah jauh lebih baik. Namun, karena energinya terus bentrok dengan energi pedang surga, Bai Jia jadi harus memilih kekuatan mana yang akan ia pertahankan.
“Aku ingin menjadikanmu raja.”Rencana Wei Qi seketika membuat hari Bai Jia yang terik tiba-tiba diliputi oleh gemuruh. “Gu-Guru jangan bercanda!”“Aku serius, Bai Jia. Jika kau menjadi raja, maka tidak akan ada yang bisa menentang. Kedua keluarga tidak mungkin berpikir untuk melawan pendekar yang memiliki restu langit. Mereka akan mundur dan perang saudara bisa dihindari lalu kita bisa menata kembali Wuxia untuk menjadi lebih baik,” jelas Wei Qi.“Tapi—”Ucapan Bai Jia terhenti ketika tangan sang guru terangkat dan pandangannya teralihkan ke tempat lain. Rupanya, ada salah satu murid Pagoda Sembilan Naga yang menghampiri mereka.“Maaf mengganggu, Guru!” “Ada apa?”“Putri Mahkota Bao Yu ingin bertemu dengan Guru.”Wei Qi dan Bai Jia sama-sama terkejut mengetahuinya. Bersamaan dengan itu, Bao Yu menampakkan dirinya dan berjalan menghampiri mereka.“Oh,”—Wei Qi seketika berdiri dan langsung mem
Begitu masuk ke dalam air, Wen Lai tidak melihat Li Jun bersamanya. Dia tidak menemukan Li Jun ikut masuk ke dalam air.Mengetahui hal itu, Wen Lai pun langsung naik ke permukaan untuk mencarinya. Namun, begitu sampai di permukaan, dia justru terkejut karena yang ada di sekelilingnya kini sudah bukan lagi taman atau bangunan-bangunan di Sungai Jingsan. Sisi kanan dan kiri sungai sekarang ialah hutan-hutan lebat. “Ini ... di mana?”—Wen Lai bingung.“Pangeran!” Panggilan itu mengejutkan Wen Lai hingga membuatnya seketika menoleh ke sumber suara. Ternyata, orang-orang yang memanggilnya tadi adalah orang selatan yang merupakan pengikut keluarganya.“Pangeran! itu pangeran Wen Lai! cepat bantu pangeran naik!”“Aku tidak sedang bermimpi, aku sadar sepenuhnya, aku ... aku ada di Diyu?”Setelah kurang lebih dua minggu berada di dunia lain, pada akhirnya Wen Lai dapat kembali ke Diyu. Dia akhirnya dapat bernapas lega mengetahui ayah, anggota keluarganya, dan para pengikut setia mereka selama
Setelah kematian kakeknya, Li Jun beraktivitas sebagaimana biasanya. Pergi bekerja dan sekolah seperti sebelum-sebelumnya. Hal yang sama juga dilakukan oleh Wen Lai. Dia kembali bekerja di kedai nenek An yang baru saja selesai direnovasi. Hanya saja, meskipun demikian Wen Lai tetap dapat melihat kesedihan yang begitu dalam di sorot mata Li Jun. Wen Lai tahu bahwa pemuda itu sebenarnya hanya sedang berusaha tegar di depannya. “Terima kasih untuk hari ini, Wen Lai!” ucap nenek An.“Aku juga berterima kasih, Nenek! ... kalau begitu, aku pulang dulu.”“Iya, hati-hati!”Hari pertama kedai mie nenek An buka, pelanggan sudah langsung banyak yang datang. Sehingga, sebelum matahari terbenam, mie mereka sudah habis dan Wen Lai bisa pulang lebih awal. Wen Lai senang melihat perubahan yang terjadi pada kedai nenek An. Kedai itu kini sudah jauh lebih bagus dan ramai dari pertama kali ia ke sana. Wen Lai bersyukur untuk itu.Karena pulang lebih awal, Wen Lai lantas memutuskan untuk pulang jalan
Setelah puas mencoba berbagai macam wahana permainan, akhirnya sebagai penutup liburan mereka, Li Jun membawa Wen Lai ke pantai. “Ini!”—Li Jun memberikan minuman kaleng kepada Wen Lai. Dia kemudian ikut duduk di atas pasir di samping Wen Lai. Mereka menikmati pemandangan matahari terbenam dalam diam.“Terima kasih, Li Jun!” ucap Wen Lai mengusir hening di antara keduanya. “Hem?”“Terima kasih sudah mengajakku berlibur! aku ... untuk sejenak merasa bebanku hilang,” jelas Wen Lai, “dunia tanpa perang dan perebutan tahta ternyata sangat menenangkan dan menyenangkan.”Li Jun tertawa kecil. “Sebenarnya, kesenangan yang baru kau rasakan hari ini hanyalah sebagian kecil dari kehidupan utuh di dunia. Tidak selamanya perang itu berwujud saling serang di medan perang dengan menggunakan pedang. Asal kau tahu, Wen Lai, sebenarnya peperangan di sini jauh lebih kejam dan kotor.”Wen Lai menatap Li Jun bingung. Dia mas
Di sore ketika Li Jun masih mengantar makanan ke tempat pelanggan. Wen Lai tidak sengaja menjatuhkan gelas minuman bekas pelanggan.Hal itu mengejutkan semua orang yang ada di dalam kedai, tidak terkecuali nenek An. Sang nenek yang awalnya sibuk di tempat memasak, karena panik akhirnya menghampiri Wen Lai. “Wen Lai, ada apa? kau baik-baik saja?” tanya nenek An.Wen Lai yang awalnya mematung menatap arah sungai akhirnya memutus pandangannya ketika mengetahui nenek An membantunya membersihkan pecahan kaca gelas. “Nenek, jangan! biar aku saja, jangan sampai tangan nenek terluka!”“Kau baik-baik saja, Wen Lai?” tanya nenek An lagi.“Iya, Nek, aku baik-baik saja, tadi tanganku sedikit licin.”Wen Lai membuat alasan sebisanya. Dia lantas memungut pecahan gelas sambil kembali melihat ke arah sungai.Cahaya itu masih keluar dari dalam sungai. Cahaya yang tadi membuatnya terkejut sampai tidak sengaja me
“Jadi, uang yang kau gunakan untuk potong rambut adalah hasil dari kau bekerja di kedai mie?” tanya Li Jun yang kemudian diangguki oleh Wen Lai.“Kenapa?”“Apa?”“Potong rambut. Kenapa?”Pangeran Diyu itu menaikkan kedua bahunya—“Tidak ada alasan khusus, aku hanya ingin melakukannya,” jelasnya, “ternyata, ucapanmu tentang trend rambut pendek lebih bagus dan disukai itu benar, kata bibi di tempat potong rambut, aku semakin tampan dengan rambut pendek,” lanjut Wen Lai dengan senyuman senang penuh percaya diri.“Cih!” cibir Li Jun.Li Jun masih tidak percaya, hari ini Wen Lai cukup mengejutkannya. Di satu sisi dia senang Wen Lai tidak kesulitan berada di dunianya. Namun, di sisi lain, entah kenapa dia justru merasa khawatir.“Hah! kenapa aku jadi merasa menyesal sudah mengajarinya?” ucap Li Jun dalam hati.Li Jun mencoba abai pada perasaannya. Dia memakan mie yang dibawa oleh Wen Lai dari kedai Nenek An.Mata Li Jun melotot saat bumbu mie itu pertama kali menyapa lidahnya. “Woah!” seruny
Melihat toko penyedia jasa potong rambut, Wen Lai jadi berpikir untuk memotong rambutnya. Namun, setelah mengingat ucapan Li Jun bahwa segala sesuatu di dunia ini membutuhkan uang dan saat ini dia tidak memilikinya, Wen Lai akhirnya tidak jadi masuk ke ‘barber shop’.Tidak apa jadi pusat perhatian banyak orang. Pikirnya, dia juga tidak akan selamanya berada di dunia ini. “Apa yang kalian lakukan? ... tolong!”Teriakan dari seorang perempuan tua menyapa pendengaran Wen Lai. Seorang nenek sedang dirampok di salah satu gang sepi.Wen Lai tentu saja tidak bisa membiarkan hal itu terjadi begitu saja di depan matanya. Merampok perempun tua adalah tindakan seorang pengecut. Jika ada orang yang hanya melihat dan membiarkan itu terjadi, maka dia lebih pengecut dari seorang pengecut. Wen Lai mengambil beberapa kerikil dari tepi jalan lalu melemparnya pada dua penjambret tersebut. Kerikil-kerikil itu mengenai kepala mereka dan membuat me
Setelah memastikan kakeknya sudah tidur, Li Jun naik ke lantai dua. Dia menghampiri Wen Lai yang saat ini duduk di depan kamar. “Kakek sudah tidur?” tanya Wen Lai saat pemuda itu mendudukkan diri di sampingnya.Li Jun menyahut, “Hem!” Dia kemudian memberi Wen Lai minuman kaleng yang dibelinya saat perjalanan pulang tadi. Mata Wen Lai menatap bingung kaleng tersebut. “Ini hanya sari buah, bukan alkohol.”Apapun itu, Wen Lai tidak paham. Dia hanya menerima dan mengikuti tindakan Li Jun, membuka dan minum sesuatu dari kaleng tersebut.Setelah sesaat merasa takjub dengan rasa minuman kaleng, Wen Lai pun kembali fokus pada Li Jun. Matanya bergerak gelisah—“Maaf!” ucap Wen Lai pada akhirnya.Satu sudut bibir Li Jun terangkat. “Sudahlah, lupakan saja! kau hanya tidak tahu.”“Apa kejadian seperti ini sebelumnya sering terjadi?” tanya Wen Lai setelahnya.“Iya, sangat sering, sebelum pikun ka
“Dasar anak-anak nakal! kalian tidak takut dapat tuah, ha? sana pergi!” usir penjaga museum istana.Cahaya yang menerangi wajah Li Jun dan Wen Lai beberapa waktu lalu ialah cahaya senter milik dua penjaga yang sedang berpatroli. Para penjaga memergoki mereka saat berada di depan pintu aula utama.“Terima kasih, Pak!” teriak Li Jun dengan tidak tahu diri. “Hah! beruntung kita ketahuan, jadi tidak perlu repot mengendap-endap dan melompat pagar,” terangnya, “sekarang ayo kita pulang, Wen Lai!” “Hem!” sahut Wen Lai seadanya. Dia masih penasaran dengan energi yang ia rasakan tadi. “Apa energi tadi yang disebut sebagai energi kutukan?” tebaknya dalam batin.KRUCUK~“Oho~ apa kau lapar, Pangeran?”—Li Jun merangkul Wen Lai—“tenang saja! setelah ini akan kumasakkan makan malam yang enak dan banyak untukmu, sebagai bentuk terima kasih karena tadi sudah membantuku.”Sejujurnya, Wen Lai malu mengakui dirinya kelaparan. Namun, perutnya sudah
“Wen Lai?” ucap Li Jun dalam hati. Dia terkejut melihat Wen Lai bisa ada di sana. Di saat Wen Lai akan maju menghadapi para berandal yang mengejarnya tadi, Li Jun segera menahan lengan sang pangeran Diyu. Pada awalnya dia ingin menahan Wen Lai agar tidak menghajar mereka. Namun, pada akhirnya .... “Santai saja! mereka hanya anak-anak biasa, jangan gunakan kekuatan iblismu!” Wen Lai memahaminya—“Baiklah!” “Kurang ajar! siapa, kau, brengsek?” “Minggirlah! jangan ikut campur!” “Aku?” sahut Wen Lai, “aku orang yang akan menghajar kalian.” Pernyataan Wen Lai itupun ditertawakan oleh anak-anak berandal. “Jangan bercanda, bocah aneh! yang ada, kau akan babak belur di tangan kami. Maju!” Tujuh orang maju menyerang Wen Lai. Dari posisi dan gerakan mereka, Wen Lai memprediksi siapa di antara mereka yang akan datang lebih cepat untuk mendekatinya.