Share

ISTRIKU BOCAH
ISTRIKU BOCAH
Penulis: A.jay

Bab 1

Penulis: A.jay
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-08 18:29:51

"Gimana malam pertamanya, Dan?"

Dari dapur rumah mertuaku ini, bisa kudengar dengan jelas suamiku yang masih duduk dimeja makan bersama mamanya, tersedak.

Mungkin dia bingung mau cari alasan apa sama mamanya karena malam tadi tidak terjadi apa-apa diantara kami. Bagaimana mau terjadi apa-apa orang ngeliat aku aja kayaknya dia ogah. sudah melihat seperti taik cicak saja dia. Kadang bergidik, kadang meletin lidah. Persis lagi melototin najis.

Astaghfirullah!

"Masih aman."

"Maksudnya, Dan?" jelas sekali mama mertuaku penasaran dengan jawaban singkat anaknya.

"Masih segel."

Aku meneguk ludah. Rupanya selain menyamakan aku dengan taik cicak, suamiku juga menyamakan diriku dengan tutup galon Aqua?

"Hah? kenapa ga dibuka segelnya, sih Dan?" dari sini terdengar, suara mertuaku ingin mengintrogasi anak sulungnya yang sok kegantengan itu.

Ya,  bisa dimaklumi kalau mertuaku sedikit kepo dan usil tentang malam pertama anaknya. Karena katanya, beliau sudah sangat menginginkan cucu, tapi, ya...

gimana, ya, calon bapaknya aja belum siap. Aku mah sebenarnya pasrah aja, ehh!

"Geli, ma." suamiku menyahut dengan sangat ringan pertanyaan sang mama. Membuat ku menajamkan pendengaran, lagi dan lagi.

Gimana nggak, bukankah mereka sedang ghibah? ngomongin aku?

"Kenapa geli?"

What's? apa dia bilang barusan? geli dia bilang? memang nya ulet bulu?

"Masih bau kencur begitu."

Deg!!!

Perasaan aku wangi, cuma kalau didapur begini aja kadang bau bawang. Tapi kalo di kehidupan sehari hari aku wangi kok. Deodorant dan pewangi pakaian selalu menemani hari hariku. Bagaimana mungkin dia mengatakan aku bau kencur. Kayaknya dia perlu dites swab hidungnya biar penciuman tajam.

Aku melintir jemari dengan kaku, duh jadi pendengar yang setia sekaligus jadi bahan ghibah ternyata rasanya kayak gini ya?

Susah untuk dijelaskan pakai kata-kata.

Aku yang sedari bangun tidur belum mandi, memaksa diri untuk meninggalkan dapur dan berjalan cepat menuju kamar. Melewati dua orang  yang tengah membicarakan diriku sedari tadi.

"Tuh liat, tuh bocah nggak punya sopan santun. Gimana Mama bisa nyuruh aku bercocok tanam sama dia?"

Apalagi itu yang dibahas? bercocok tanam? memangnya aku tumbuh-tumbuhan? atau aku bibit unggul benih jagung hibrida? aku cuma manusia biasa yang memerlukan kasih sayang.

"Eh, ngomong apa sih?"

"Sabar, Daniel... sekarang dia sudah jadi tanggung jawab mu."

Mas Daniel menghela napas berat, seolah menikah dengan ku adalah kutukan Malin Kundang yang menyiksa diri nya.

****

"Pokoknya malam ini harus berhasil ya,

put."

"Insyaallah ya, ma."

Aku meraih dengan wajah pasrah lingerie seksi yang di ulurkan mertuaku sore ini. Saat Mas Daniel sedang sibuk memancing, mengisi waktu cuti dengan pekerjaan yang membosankan itu.

Padahal istri butuh kasih sayang di rumah, eh malah milih ngurusin pancing dan kail.

Parah!

Setelah menunggu beberapa jam, akhirnya malam mendebarkan pun tiba.

Aku buru-buru mengambil lingerie dari dalam lemari pakaian begitu Mas Daniel memasuki kamar mandi. Membasuh tubuhnya setelah dari aktivitas memancing yang membuat nya seperti lupa waktu dan lupa kalau dirumah punya istri.

Benarkah dia lupa? ah entah lah, rasanya akan lebih tepat, kalau aku menyebut diriku sebagai istri yang tak dianggap.

Menyedihkan bukan!

Menyadari pintu kamar mandi hampir terbuka, membuat jantung ku berolahraga dengan cepat, bagaimana tidak. Saat ini aku sudah memakai pakaian yang lebih parah dari penyanyi dangdut.

Duh, seharusnya aku lari bersembunyi, atau diam saja menunggu respon nya?

Sumpah aku nggak pede berhadapan kali ini. Ya Tuhan bantu aku.

"Astaga! Putri!" Mas Daniel berseru lantang dengan mata membulat sempurna begitu dirinya keluar dari kamar mandi.

Kalau dia terkejut, aku pun tak kalah terkejutnya, bagaimana tidak handuk nya ikut terjatuh saat dia berteriak barusan.

Ya, ampun mataku sudah ternoda sekarang, hilang semua kepolosan aku jadinya.

Kalau sudah begini apakah akan terjadi peperangan selanjutnya?

Sebenarnya kalau sudah basah harusnya sekalian nyebur ya, kan? tapi enggak tau deh ini nasib kami kedepannya gimana.

Jadi malam pertama nya nggak ya, kira-kira?

Dengan perasaan yang tak karuan dan hati yang makin deg-deg an, aku buru-buru memalingkan wajah dan membalikkan badan berharap Mas Daniel tak melihatku. Begitu melihat sesuatu yang berbeda dari dalam Mas Daniel.

Iya, sesuatu yang berbeda, tanpa aku jelaskan pun kalian sudah apa itu ya, kan?

Eh, tunggu-tunggu apa tindakan ku tepat? bukannya itu rezeki nomplok ya kalau kita melihat itu?

Ya salam, kok jadi galau begini sih? kira-kira dia lagi ngapain sih sekarang? intip dikit boleh?

Dengan hati berdebar aku sedikit memicingkan mata saat menoleh pada dirinya yang tampil apa adanya.

Iya.... ada apanya! Ya Allah, ini pertama kali nya aku melihat bentukan aneh seperti itu.

Awas... jangan traveling lagi otak aku ini!

"Jangan coba-coba balik badan! Atau...?"

Aku mendengus pelan, rasa nya dia yang salah, kok jadi dia yang marah, aneh bukan?

Siapa yang suruh dia jatuhin handuk, nggak ada kan?

Apa maksudnya .... Dia ngancam mau bikin aku hamil dan punya dedek bayi? Lah...kan memang itu tujuan awal ku. Eh, salah tujuan Mama mertuaku.

Aku mengurungkan niat untuk curi-curi pandang begitu kena semprot, serem juga dia kalau marah bikin naik bulu kuduk merinding.

"Sudah belum?"

"Belum, berdiri aja disitu!"

Loh, kok kayak main petak umpet? kalau begini ceritanya kapan main perang-perangan coba?

Aku berdiam diri cukup lama dengan posisi membelakangi suamiku, tak berani  menoleh takut diamuk, kalau ngamuknya dalam bentuk lain nggak apa-apa. Nah, kan kalau ngamuk beneran dan terjadi adu jotos, nggak mau... ogah ah, takut.....

"Sudah!"

Tuh, kan persis lagi main petak umpet?

Aku membalik badan pelan pelan

What's?

Ya ampun! Kenapa dia sudah pakai baju?

"Mas, kok kamu? Lidahku mendadak kayak keseleo

"Apaan?"

Aku menggeleng pelan

"Kamu tuh, ngapain pakai baju begitu? Beli dimana?" Suamiku memandangku dengan tatapan menyepelekan, padahal dalam hati siapa yang tau. Bisa jadi dia tergoda kan? Nyatanya tadi dia sampai salah tingkah begitu.

"Beli di---?

Ya Allah harus kah aku berkata jujur?

"Eh udah, nggak penting beli dimana?" Mas Daniel memotong cepat ucapan ku sebelum merebahkan diri diatas ranjang yang menjadi saksi sepasang pengantin baru cuma tidur bersama tanpa melakukan apa-apa.

"Mas, umur kamu kan sudah 35?" Aku menyusul dirinya berjalan menuju ranjang dengan langkah ragu.

"So!" Suamiku menaikkan sebelah alisnya seraya menarik selimut setelah tubuh gagahnya dibaringkan di tempat tidur berukuran king size ini.

"Kamu nggak pengen gitu punya?" Aku menjatuhkan diriku dibibir ranjang dengan canggung.

"Apa?"

"Baby!"

Mas Daniel tertawa lebar, gigi nya yang putih dan rapi membuatku resah dan meleleh.

"Belum ketemu calon ibu yang cocok."

Aku membelalakkan lebar lebar, menatapnya lekat-lekat.

Jadi, selama ini kamu menganggap aku apa Mas? Calon pembantu? Aku ini calon dari anak-anak mu Mas, calon ibu lebih tepatnya. Eh... apa jangan-jangan dia nggak normal ya?hmmmm, aneh nggak sih...

"Eh... udah lah yuk tidur! Udah malam"

"Langsung tidur gitu?"

"Iyalah, emang mau ngapain kamu?"

"Ya.....ngapain gitu kek."Aku membalas pertanyaan yang sebenarnya retorika sambil memilin jari yang kaku, takut salah sih sebenarnya.

"Bikin baby? Ngimpi?" Dia tergelak tanpa perasaan.

Sudah seperti jablay saja aku kan, padahal bukan aku yang pengen punya baby, tapi mama mertua. Tapi kenapa aku yang nyesek ditolak seperti ini?

"Satu lagi, ganti baju mu sana! Geli aku liatnya, ntar kalau masuk angin aku yang repot." Mas Daniel memperingatkan aku sebelum benar-benar tidur.

"Kenapa kamu yang repot mas?"

Mas Daniel berdecak sebal.

"Pake nanyak lagi! ya aku yang disalahin sama mama kalau kamu sakit, nanti dibilang suami nggak pinter jaga istri!"

Huh! Dasar, rupanya itu alasannya.

*********

Hai... bantu support dan follow ya para pembaca dan pemirsa. terimakasih

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Dapor Wiwit
bilang tai cicak aq ketawa sendri......
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
menarik nih ceritanya.. pengen follow akun sosmed nya tp ga ketemu :( boleh kasih tau gaa?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • ISTRIKU BOCAH   Bab 2

    "Putri, kenapa rambut mu? Kayak abis berantem." Pagi ini, aku menuruni anak tangga sebelum berjalan menuju dapur. Dihadang oleh pertanyaan dengan keheranan dari mama mertua cantik yang punya dua anak laki-laki dan salah satunya suamiku mas Daniel yang sombong itu."Gagal ma!" Aku menjawab lesu begitu sampai di undakan bawah."Kok, bisa! Apa lingerie kurang hot dan seksi?" Mama mertua ku yang sudah lebih dulu dibawah lantai dasar mengernyit kan dahi penuh keheranan.Aku menarik napas pelan dengan berat aku bertanya."Mama yakin, kalau Mas Daniel suka sama cewek?" Tanyaku lirih saat jarak mama mertua dengan tidak terlalu jauh."Yakin lah!" Tak ada keraguan ku temukan saat mama mertuaku menjawab. Jika sudah begini siapa yang salah?"Terus, kenapa Mas Daniel kayak jijik ya, Ma.. sama putri, apa putri jelek gitu?".Mama mertua menggeleng lantas menatap ku sendu."Siapa bilang kamu jelek?"Nggak ada sih yang bilang aku jelek,

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-08
  • ISTRIKU BOCAH   Bab 3

    Laper nggak?" Tanya Mas Daniel sambil melangkah menuju tempat mobil diparkir kan."Kenapa?""Mau ngajak kamu makan lah, masa iya mau ngajak kamu berantem."Dasar nyelekit!Kami pun meninggalkan area wisata dan memilih untuk makan mie ayam langganan suamiku. Katanya tempatnya terkenal enak, murah dan higienis. Ih.... tau aja si akang kalo aku laper.Nggak nyangka kalo orang kaya seperti Mas Daniel ini suka makan ditempat yang murah, ternyata perhitungan juga.Baru hendak memasuki warung mie ayam lesehan langganan suamiku, tatapan mata tajam dari beberapa orang gadis yang keluar dari warung mie ayam, membuatku tak nyaman."Aduh..... seleranya, ganteng sih....." Salah seorang diantara mereka nyeletuk sesaat setelah menatap sekilas pada ku dan Mas Daniel.Ya ampun... Apa mereka sedang menertawakan Mas Daniel karena menikah dengan ku yang miskin ini dan tak cantik seperti mereka."Kirain, habis mutusin kamu bakala

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-08
  • ISTRIKU BOCAH   Bab 4.

    "Serius nggak tertarik?" Aku menanggalkan rasa malu untuk sementara waktu saat berjalan mendekati dia. Laki-laki sombong yang bergelar suami yang kesannya selalu menganggap remeh diriku."Apa.... Aku kurang seksi, Mas?" Suara manja menggoda melengkapi aksi yang bahkan nggak pernah masuk di otak ku ini.Beneran, ini spontan saja.Mas Daniel menatapku sinis sambil bergidik ngeri, seperti ilfill melihatku yang memang agak lebay. Habisnya gimana lagi, dari pada aku tambah malu mending berbuat konyol sekalian."Buruan, sana pakai rok atau celana. Nggak ada bagus-bagus nya tau kayak gitu."Dasar jaim! Padahal keliatan banget dia lagi nahan diri buat nggak tergoda. Buktinya dia nggak berani lihat aku lama-lama.Aku pun mengambil celana tartan motif kotak untuk mengakhiri keadaan awkward."Tidur! Jangan bergadang, jangan main hape terus." Mas Daniel memperingatkan begitu aku menyusul menaiki ranjang dan berbaring disampingnya. Lelaki entah ba

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-08
  • ISTRIKU BOCAH   Bab 5.

    "Kamu akan tetap disini." Mas Daniel menahan tanganku dengan raut wajah yang tegas. Membuatku yang hampir saja menarik langkah, tapi tetap bertahan ditempat yang rasanya tak pantas buatku."Karen, berhentilah mengolok-olok apalagi mengejek dia, karena dia itu... Istriku!"Aku mendongak menatap Mas Daniel yang tengah berbicara pada si rambut pirang. Ada yang berdesir di dadaku ketika akhirnya, Mas Daniel mau mengakui status aku sebagai istri didepan gadis sombong itu.Ya ampun, kok jadi pengen joget-joget kayak film India,"Kau ... Jadikan aku ... Wanita yang kau pilih..."Romantis banget sih, serasa jadi wanita wanita yang di film Korea menyelamatkan pujaan hati nya.Tapi nggak mungkin lah aku melakukan hal kayak gitu, yang ada malah dikatain norak, kampungan!"Apa? Kamu seriusan suka sama bocah kampungan itu, Daniel?" Muka si banaspati, eh, salah, muka Karen berubah jadi semerah tomat busuk pas mendengar pengakuan Mas Daniel.Mas Dani

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-09
  • ISTRIKU BOCAH   Bab 6.

    "Drama murahan macam apa ini? Berani sekali kau menggoda istriku!" Gigi Mas Daniel bergemeretak dengan wajah yang terlihat semakin garang.Benarkah dia cemburu? Bukan kah dia bilang aku ini sama sekali nggak menarik?Kartu nama itu ku tatap sekilas, dan ternyata namanya Sebastian Gunawan."Aku pernah lihat kamu... Jalan dengan... Lita. Apa kalian sudah putus?" Tanyanya dengan mengejek. "Rasanya... belum ada sebulan ini aku melihat kalian berdua jalan bersama."Jadi laki-laki ini tau tentang Lita? mantan Mas Daniel.Mas Daniel diam. Berarti apa yang diungkapkan lelaki yang baru ku ketahui namanya Bastian ini, betul!"Ayo, Putri. Kita pulang sekarang."Aku menatap ragu Bastian sebelum kartu nama miliknya aku sambar dengan cepat dan aku masukkan kedalam tas jinjing kecil yang aku bawa."See you again." Bastian mengulas senyum sebelum aku dan Mas Daniel benar-benar berlalu jamuan makan malam orang-orang berkelas ini.Jujur s

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-09
  • ISTRIKU BOCAH   Bab 7

    Tanpa ingin tahunya bagaimana dia berekspresi selangkah, iseng ku simpan nomor ponsel milik cowok gondrong yang kini berambut cepak.Bukan karena aku ke gatalan loh,ya. Jujur, aku sedikit penasaran atas pengetahuan nya tentang hubungan suamiku dan Lita yang katanya masih hangat sekitar sebulan lalu. Lah, bukan kami sudah menikah? Jadi maksudnya Mas Daniel bermain dibelakang ku?Setelah tersimpan, aku mencoba menghubungi nomor kontak lelaki itu."Halo?" Suara Bastian memenuhi rongga telinga saat telepon kami bersambung."Aku butuh teman curhat." Aku menyahut dingin ucapannya."Wow, ini mbak kasir yang di jodohin sama cowok tajir mantan Lita itu kan?" Dari nada bicaranya, Bastian terdengar begitu yakin saat menerka siapa aku."Iya betul.""Ada masalah apa menelepon ku malam-malam begini, mbak kasir?"

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-10
  • ISTRIKU BOCAH   Bab 8.

    “Mas,turunin!” Aku berucap dengan melotot saat menatapnya yang terus memandang lurus ke depan.Mas Daniel cuek dan tetap membopongku sampai ke kamar. Orang yang melihat aksinya saat ini pasti mengira jika kami adalah pasangan serasi yang sedang kasmaran, bahkan dia menggunakan kaki kanannya saat mendorong pintu untuk membuka. Sudah seperti pengantin baru yang sedang dimabuk cinta bukan?Pun saat menutup pintu pasca kami masuk lagi ke kamar, dia pun mendorong dan memastikan pintu tertutup rapat dengan sebelah kakinya.Namun, gayanya yang membopong ala bridal style berakhir ketika kami sudah berdua saja dikamar ini. Tanpa kata-kata, dihempaskan nya tubuhku ke atas ranjang tanpa perasaan.“Aw!” Aku mengaduh sembari memegangi punggung ku. Meski tempat tidur ini empuk, rasanya nggak enak banget lah dihempaskan begitu.“Kasar banget, sih! Jadi cowok!” Aku mengomel kesal padanya yang sesuka hati melempar k

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-11
  • ISTRIKU BOCAH   Bab 9.

    Tampak sekali Mas Daniel tersulut emosi saat aku menyebut nama mantan kekasih yang mungkin saja berhubungan baik dengannya sampai sejauh ini. Apakah tuduhan ku benar. Jujur aku mengakui hatiku, bergemuruh saat mencoba menafsirkan ekspresi wajahnya. "Dan, ingat, kamu sudah punya istri. Jangan memberi celah pada wanita untuk memporak-porandakan nasib pernikahan kalian." Papa mertua terdengar bersuara. Membuat sesuatu yang ada disini terdiam. Pun begitu dengan Mas Daniel, dia terlihat seperti anak baik-baik yang enggan membantah perkataan orang tua. "Kamu perlu ingat satu hal. Kamu sudah mengambil tanggung jawab atas Putri saat mengucapkan ijab Kabul di depan penghulu, Daniel..." "Iya, pa." "Perkara kalian mau pindah kerumah baru atau tetap disini, papa membebaskan. Tergantung Putri saja." Ucapan papa mertua terdengar bijaksana. " Tapi menurut Mama, Putri lebih baik tinggal disini deh pa! Papa tau kan dari dulu Mama pengen

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-13

Bab terbaru

  • ISTRIKU BOCAH   Bab 34

    "Mas, kapan Mama sama Papa balik kejakarta?" Aku mengalihkan pembahasan saat merasa Mas Daniel terus-menerus tertarik membicarakan tentang hal yang tak jelas dan cenderung menjengkelkan hati."Katanya, sih, nunggu tiga atau empat harian lagi, nunggu Delon pulih," ungkapnya yang membuatku sedikit tenang dan gembira. Jujur, keberadaan Mama di rumahini sangat aku rindukan. Bagaimana tidak, bukankah beliau sosok ibu yang mengayomi?"Oh..."'Kenapa?""Tidak apa-apa kok? Syukurlah kalau keadaan Delon sudah mulai membaik."Mas Daniel mengangguk samar.Teringat masa kecil ku, aku merasa bersyukur karena aku tipe anak yang jarang sakit. Tak bisa di bayangkan jika aku yang hidup dalam garis kemiskinan sering sakit. Namun, Allah benar-benar Maha Adil. Dia tak kan menguji hambanya melebihi batas kemampuannya. Dan kini, aku pantas bersyukur karena melalui Dia, seorang suami tampan yang mencintai hadir melengkapi hidupku.Aku tertegun ketika Mas Daniel menepuk pundakku."Eh, eng-enggak," sahutku

  • ISTRIKU BOCAH   Bab 33

    "Aku tidak tahu kamu lagi bohong apa jujur soal perasaan kamu ke aku. Tapi terima kasih telah mengungkapnya, jadi aku tahu rasanya dicintai." Ucapku lirih ketika merasa hati ini mulai merasakan kenyamanan , meski kadang masih ragu tentang perasaan sebenarnya padaku.Sejurus kemudian, Mas Daniel menatapku sendu. Seolah ingin mematahkan pendapatku, pria berbibir tipis ini meraih tanganku dan menggengamnya erat."Aku janji sama kamu, akan kubuat kau bahagia selagi jantungku masih berdetak," ucapnya penuh keseriusan. Membuatku merasa tersanjung seperti di bawa terbang ke awang-awang."Kamu jadi lebih puitis akhir-akhir ini." Ucapku pelan dan langsung dibalas dengan senyuman manis suamiku."Tapi, makasih, ya. Jadi, walaupun akhirnya nanti harus kecewa, tapi setidaknya aku sudah tahu rasanya dicintai olehmu." Imbuhku lirih, saat hati mendadak didera perasaan waspada. Takut Mas Daniel hanya ingin mempermainkanku saat ini. Seperti yang sudah-sudah."

  • ISTRIKU BOCAH   Bab 32

    Aku tak mengerti apa alasan Mas Daniel mengajakku singgah ke ssbuah toko emas dan berlian disalah satu gerai mall elit ini."Mas, mau beli apa disitu?""Lehermu sepertinya bakalan indah kalau salah satu kalung melekat di sini."Aku yang tak pernah menyangka bakal di bawa ke tempat semewah ini, kelimpungan saat Mas Daniel menunjuk salah satu kalung pada etalase kaca di hadapan kami."Itu sepertinya cocok sama kamu." Sebuah kalung emas bertahtakan berlian dengan liontin berbentuk huruf P memang membuatku takjub saat menatap kecantikan dan keindahannya."Kamu menyukainya?" Pertanyaan Mas Daniel saat ini, benar-benar membuatku gugup. Wanita mana yang tak suka dengan perhiasaan? Mungkin ada, tapi rasanya sebagian besar menyukainya."Mbak, ambil yang ini, ya.""Baik, pak." Pelayan toko emas dengan cepat mengambil kalung cantik yang dimaksud suamiku."Coba pakai dulu," ujarnya setelah kalung itu berpindah tangan padaku."Ini...

  • ISTRIKU BOCAH   Bab 31

    "Maksud lu?" Alan menyorot tajam wajah sepupunya. Membuat Mas Daniel sedikit salah tingkah dibuatnya. Seperti aku, Alan pun tampaknya tak terlalu mengerti dengan ucapan Mas Daniel belum lama ini. "Lu bicara apa barusan?" Cecar Alan kemudian. Menanggapi pertanyaan Alan, Mas Daniel terlihat semakin gugup. Ada apa? "Ya ... ya almarhum papa lu pastinya berharap lu tobat dulu, lah, kalau mau ambil anak orang buat dijadikan istri." Kilahnya kemudian, namun tetap membuatku sedikit penasaran dengan ucapan yang dia lontarkan secara sungguh-sungguh beberapa saat yang lalu. "Apaan sih, gak jelas!" Cibir Alan sambil menyertakan tampang sinisnya. Alan kemudian mengalihkan pandangan padaku. "Ya sudah, Put. Aku pulang dulu, kalau ada apa-apa jangan sungkan buat telepon aku." Aku mengangguk kaku saat Alan menampilkan senyum manis ketika menampilkan senyum manis ketika menempelkan jempol dan kelingking yang biasa menjadi kode telepon, d

  • ISTRIKU BOCAH   Bab 30

    (POV Daniel)"Mas, aku turun dulu, ya ke dapur." Putri bersuara lembut, ah, tidak, lebih tepatnya sengau ketika meminta izin turun kedapur. Meninggakan aku yang masih duduk santai di sofa kamar sembari memainkan ponsel."Ya." Aku hanya menatap sekilas sebelum gadis belia itu turun dan melakukan aktivitas yang seperti sudah menjadi rutinitasnya.Pukul 06.00 wib aku masih berdiam diri disini, tersentak saat tiba-tiba ada yang menelepon.Nomor yang tidak dikenal yang aku tahu betul siapa orangnya menghubungi diriku lagi pagi ini.Kuangkat panggilan meski dengan gerakan malas."Mas, jangan bilang kalau kamu sudah benar-benar jatuh cinta, ya sama dia?"Suara yang dulu terdengar manis ditelinga, kini tak lagi sama.Kuakhiri panggilan tanpa menjawab. Berharap dia mengerti dengan keputusan yang sudah berulang kali aku sampaikan.Maaf, Lita... jika akhirnya aku ingkar janji. Tak semudah itu rupanya mempertahankan hati d

  • ISTRIKU BOCAH   Bab 29

    Melihatnya meraih ponsel, hatiku mendadak panas meski sebelumnya sempat menguatkan hati untuk tak terpengaruh dengan apa pun yang menyangkut Mas Daniel. "Iya, Ma?" Terlihat lelakiku menyapa saat mungkin sudah terhubung melalui sambungan telepon dengan lawan bicaranya. Oh, rupanya Mama yang menelepon sang anak, aku tak bisa mengerti kenapa ada rasa lega yang menjalar didada. Saat tahu jika ternyata Mama mertua yang menelepon, bukan Lita seperti yang kuperkirakan sebelumnya. Aku yang sedang melipat mukena, hanya memperhatikan dari jauh suamiku yang sedang bertelepon ria dengan Mamanya. Setelah beberapa saat menyapa sang Mama, terlihat Mas Daniel terdiam untuk waktu yang cukup lama. Mungkin saja dia tengah mendengar dan mencerna baik-baik petuah yang diberikan oleh wanita yang telah melahirkannya, aku tak tahu. "Apa!?" Jelas sekali Mas Daniel syok. Ah, ada apa ini sebenarnya? Kabar apa yang membuat dia jadi sedemikan terkejut? "Ja

  • ISTRIKU BOCAH   Bab 28

    "Sudahi omong kosong mu, Putri! Masuk sekarang!" Alan tampak menutup ponselnya dengan kaku saat sepupunya memberikan perintah serupa secara paksa kepadaku. Aku masih diam membatu, tak tertarik untuk langsung masuk dan mengikuti perintah suamiku tak berperasaan ini. "Aku bilang masuk!" Teriak Mas Daniel mengulang lagi titahnya yang tak juga kuindahkan meski berkali-kali dia berucap dengan nada marah. "Makasih ya," aku menatap Alan dengan perasaan mengharu biru sesaat sebelum menarik langkah masuk. Memenuhi perintah lelaki yang bergelar suami yang sayangnya tak pandai menjaga perasaanku apalagi memanusiakan diriku selayaknya istri. Alan mengangguk gugup ketika tatapan kami beradu. Dari sinar matanya, jelas sekali dia menaruh rasa iba dan prihatin atas apa yang menjadi takdirku. Memiliki suami yang bahkan menganggapku tak lebih dari objek yang bisa dia lepas dikala dia bosan. "Ingat, ada gue yang siap menghapus air matanya kalau kau

  • ISTRIKU BOCAH   Bab 27

    "Putri, kamu baik-baik saja kan sama Mas Daniel." Aku diam membeku saat Mama yang telah berpakaian rapi, memberikan wejangan padaku. "Mama sama Papa?" tanyaku bingung saat melihat kedua mertuakuseperti siap untuk pergi siang ini. "Mama sama Papa harus ke jogja, sayang. Delon sakit dan harus dirawat. Mama nggak tega," ungkap Mama mertua dengan mata berkaca-kaca. "Iya, Ma. Semoga semuanya baik-baik saja, ya." *** Sorenya Alan yang mungkin tak semat dikabari oleh Mama mertua datang dengan wajah ceria ketika bertandang. "Ma.... aku datang." Masuk ke ruang tamu, Alan berseru dengan lantang seperti biasanya. "Mama lagi ke jogja, Delon sakit dan harus di rawat." Sambil menuruni anak tangga aku menyampaikan apa yang rasanya perlu untuk disampaikan. "Oh... poor boy." Alan menunjukan simpati saat mendengar sepupunya dalam kondisi yang sedang tidak baik-baik saja. "Semoga saja lekas membaik, r

  • ISTRIKU BOCAH   Bab 26

    "Maaf ya, Bik. Aku janji cuma buat malam ini saja." Aku berucap canggung saat merasa tak enak hati karena mengganggu waktu istirahatnya malam ini. "Iya, Mbak." Aku mengedarkan pandangan. Menyadari hanya ada satu kasur bsa setinggi 20 cm dengan ukuran single size, membuatku ragu harus melakukan apa sekarang. "Mbak Putri, tidur diatas saja, biar bibik yang dibawah pakai karpet." Ya Tuhan, kenapa jadi aku makin merasa bersalah begini? "Biar aku saja yang tidur di karpet, Bik." Aku buru-buru memotong ucapan Bik Onah. Tak mau egois dengan mengesampingkan orang lain padahal aku yang menumpang. "Jangan!" "Tidak apa-apa, Bik. Aku dari kecil sudah biasa hidup susah." "Jangan Mbak, pokoknya jangan." "Putri!" Terdengar suara Mas Daniel dari balik pintu. Membuat pikiran ku jadi makin tak karuan dibuatnya. "Bagaimana itu, Mbak?" Bik Onah yang baru saja menggelar karpet bulu bermotif bunga, menatapku meminta p

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status