"Angkat Stef ...."Lisa terus mencoba menghubungi Stefan. Namun, hingga saru jam menelepon, tetap tidak ada jawaban. Yang ada, sekarang, gawai lelaki itu malah mati."Lisa, mana calon suami kamu? Katanya kamu sudah dapat pengganti, kenapa sampai sekarang belum datang juga?" tanya Mama Lisa dengan sedikit marah."Lisa juga nggak tahu Ma. Kemarin, katanya, dia mau datang, tapi ternyata, sampai sekarang, Lisa tidak tahu keberadaannya," racau Lisa sambil menutup wajahnya.Wanita itu menangis tersedu-sedu. Dia menyesali kebodohannya yang begitu mudahnya terpesona oleh buaian Stefan. Namun, nasi telah menjadi bubur. Semua yang terjadi tidak bisa dia ulang. Kini, dia harus menghadapi para tamu. Dan memberi alasan yang tepat perihal ketidakhadiran Stefan."Kita jelasin apa adanya saja Ma. Pertunangan ini gagal, karena pihak lelaki membatalkannya secara sepihak. Kita umumkan di media, biar malu sekalian keluarga Kevin," putus Lisa."Tapi, Lis, bagaimana kalau mereka membaliknya? Mereka punya f
"Mya, kita tidur terpisah atau seranjang?" tanya Doni.Lelaki itu ingin Mya merasa nyaman dulu dengannya. Mya menatap wajah sendu suaminya. Dia tak tega menyuruh lelaki itu untuk tidur di sofa. Apalagi, sofa di hotel ini tidak cukup panjang untuk menampung tubuh Doni."Kamu boleh tidur di sini Mas. Rasanya, ranjang ini cukup besar untuk kita berdua," jawab Mya."Benar, ranjang ini terlalu besar. Bahkan cukup untuk kita guling-guling di sini," ucap Doni sambil mengedipkan matanya.Wajah Mya bersemu merah mendengar ucapan suaminya. Dia pernah menikah, tentu tahu apa yang dimaksud suaminya.Mya menata guling di tengah-tengah mereka. Wanita itu pun membaringkan tubuhnya. Jantung Mya berdetak kencang. Ini adalah pertama kalinya dia berinteraksi dengan lelaki lain selain mantan suaminya dulu.Tak jauh beda dengan Doni, lelaki itu pun tak bisa tidur. Meski dia tidak bisa melakukan malam pertama, paling tidak, dia bisa tidur sambil memeluk istrinya. Namun, sepertinya itu hanya angannya saja.
Setelah Mama Siska pergi, Doni menghela nafas panjang. "Tidak usah dipikirkan ucapan Mama. Kita jalani saja kehidupan kita," ucap Doni.Tak lama, terdengar suara ketukan dari luar. Doni yang mengira itu mamanya segera membuka pintu kamar."Tuan ini makanannya," kata seorang lelaki berseragam hotel."Tapi, saya tidak pesan makanan Mas," protes Doni."Mama Tuan yang pesan, katanya pengantin baru malas turun ke bawah," ucap lelaki itu menirukan perkataan sang mama.Doni akhirnya menyuruh OB menaruh makanan itu di nakas. Setelah lelaki itu keluar, Mya dan Doni pun makan bersama. Mereka makan dengan lahap karena hari sudah hampir siang. Apalagi Mya, yang masih menyusui tentu saja merasa kelaparan.Tak lama setelah makanan itu habis, Mya merasa ada yang tidak beres dengan tubuhnya. Dia tiba-tiba merasa kepanasan. Mya pun mengatur pendingin ruangan ke angka yang paling dingin. Tak jauh beda dengan Doni, lelaki itu pun demikian. Selain kepanasan, lelaki itu begitu ingin membawa Mya ke dalam
Doni menatap wajah sang istri yang tampak kelelahan. Wajar jika banyak lelaki yang menginginkan Mya. Istrinya ini, selain cantik, dia juga multitalenta. Bisa dia pastikan Richard menyesal 1000x karena telah mengkhianati Mya."Aku beruntung sekali bisa mendapatkanmu sayang. Percayalah, aku akan berusaha membahagiakanmu semampuku," bisik Doni.Lelaki itu pun ikut merebahkan tubuhnya di samping sang istri dan anaknya. Cukup lama mereka terlelap. Hingga suara lengkingan Devano mengagetkan mereka. Mya pun membuka mata kemudian menggendong bayi montok itu."Kenapa dia menangis?" tanya Doni sambil mengucek kedua matanya."Haus kali Mas," jawab Mya."Apa semua bayi seperti itu?" tanya Doni."Iya Mas. Bayi menangis bila haus, popoknya basah, atau kalau dia sedang sakit," terang Mya sambil mengeluarkan asetnya kemudian menyus*i sang putra.Doni meneguk salivanya. Tubuhnya menjadi panas dingin karena melihat Mya dengan santainya menyu*ui Devano. Doni pun menggaruk kepalanya yang tidak gatal, kem
"Sayang, sudah berapa kali Mas bilang, Mas tidak pernah menyesal menikahi kamu. Kamu dan Devano, kalian berdua adalah berlian yang harus segera diselamatkan sebelum diambil orang," rayu Doni.Ternyata laki-laki dingin ini pandai juga menggombal. Mya tersipu malu dibuatnya."Mas bisa aja," ucapnya dengan wajah bersemu merah.Doni menarik tubuh sang istri ke dalam pelukannya. Lelaki itu membelai rambut hitam istrinya. "Mas sangat bersyukur, bisa bertemu denganmu. Jangan pernah ragukan cinta Mas," bisiknya.Mya menarik tubuhnya. Dia ambil tangan suaminya, kemudian dia cium tangan itu. "Mya juga bersyukur bisa memiliki Mas. Di luaran sana, pasti banyak yang iri pada Mya karena bisa mendapatkan Mas," ucapnya.Pasangan pengantin baru itu pun saling memeluk. Mereka pun tidur dengan hati yang bahagia.Berbeda dengan kedua lelaki itu, yang satu pusing karena cintanya ditolak. Dan satu lagi pusing karena tidak diperbolehkan membawa putranya. Mereka berdua pulang dengan hati yang patah dan hancu
"Mas ... kamu kemari?" tanya Lisa dengan senyum semanis mungkin."Iya, aku ada perlu dengan kamu," sahut Kevin."Masuk Mas. Kebetulan, Mama baru saja selesai masak," ucapnya.Kevin hanya mengangguk kemudian masuk ke dalam. Dia duduk di ruang tamu rumah Lisa. Senyum sinis menghiasi wajahnya kala melihat foto-foto Lisa saat dia wisuda."Loh, Nak Kevin! Kapan datang?" tanya Mama Lisa yang bernama Dena itu."Barusan Tante, saya ingin bicara serius dengan Lisa dan juga Tante," jawabnya.Wanita paruh baya itu mengangguk kemudian duduk di hadapan Kevin. Tak lama, Lisa datang dengan membawa beberapa cemilan dan juga minuman."Diminum Mas," ucapnya.Kevin pun memgangguk. Setelah meneguk teh itu, dia lalu mengutarakan niatnya. "Lisa, aku memaafkanmu. Aku akan memberimu satu kesempatan lagi. Jika kamu masih terbukti berbuat hal yang bisa membuat nama baikku tercoreng, aku tidak akan segan-segan menendangmu tanpa ampun," tekan Kevin.Lisa tersenyum sumringah. Dia tidak menyangka kalau Kevin terny
"Kenapa? Mau protes? Tidak suka tinggal disini, kamu boleh pergi. Dengan senang hati Kevin akan mengabulkannya," sahut Mama Denisa.Lisa hanya menghentak-hentakkan kakinya sambil menuju kembali ke kamarnya. Dia ingin protes pada Kevin."Sayang, kenapa kamu tidak memanggil Bibi untuk membantuku membersihkan rumah ini. Aku nggak mungkin membersihkan semuanya sendiri Sayang," rengeknya."Kalau kamu ingin mencari Bibi ya udah kamu cari aja. Tapi nanti kamu bayar sendiri dengan uang bulanan yang aku beri untuk kamu," ucap Kevin."Ya sudah, baiklah. Lalu, kapan kamu akan mentransfer uangku?" tanya Lisa.Kevin tersenyum saat membayangkan wajah Lisa yang menahan marah saat melihat mbanking miliknya. "Kamu boleh check mbanking kamu sayang. Aku udah transfer," ucapnya.Dengan hati yang bahagia, wanita cantik itu pun langsung membuka mbankingnya. Matanya membola saat melihat jumlah uang yang ditransfer oleh suaminya. "Keviin, kenapa loe pelit banget," teriaknya.Di tempat lain, Kevin tertawa ter
"Sayang, kita makan di luar yuk," ajak Doni pada sang istri."Boleh Mas, tapi gimana dengan Devano?" tanya Mya."Kita titipin Mama," jawab sang suami yang langsung mengambil bayi montok itu kemudian membawanya ke kamar sang Mama.Tok tok tokCeklekMama Siska membuka pintu kamarnya. "Ada apa Don?" tanya sang mama.Doni menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Hehehe, Doni mau minta tolong sama Mama," ucapnya."Tolong apa?" tanya Mama Siska bingung."Hehehe, titip Devano. Aku ingin mengajak Mya makan malam sebentar. Stok asi ada di kamar," jawab Doni dengan senyum manis di bibirnya.Mama Siska tersenyum. Wanita paruh baya itu pun menggendong cucu tampannya. "Duh, anak ganteng ... ikut Oma yuk," ucapnya.Doni pun segera mencium kedua pipi sang mama. "Makasih banyak Ma," ucapnya.Lelaki tampan itu pun segera pergi menuju ke restoran Jepang favoritnya. Mya memakai dress hitam panjang tanpa lengan. Doni terus saja menggandeng tangan istrinya karena tak rela sang istri dilirik oleh lelaki lai