"Dania!!""Kak, apa Kakak di dalam?" tanya Dania seraya mengetuk pintu kamar tamu tang ditempati oleh Kezia."Ke, gimana ini?" tanya Devano kebingungan."Tenang sayang, kamu sembunyi saja di kamar mandi, biar aku yang buka pintu," kata kezia dengan santainya.Wanita itu pun memakai kembali pakaiannya kemudian merapikan kamarnya. Setelah semua rapi, Kezia pun membukakan pintu. Sengaja dia membuka pintu lebar-lebar supaya Dania bisa melihat ke dalam."Ada apa?" tanya Kezia ketus."Mmhh, tadi aku dengar suara berisik di kamarmu. Apa kak Devano ada di dalam? Soalnya, Kak Devano tidak ada di kamar," tanya Dania dengan mata yang menelisik isi kamar Kezia."Kamu bisa lihat sendiri kan, tidak ada Devano disini. Tadi itu aku sedang bicara dengan kekasihku," alasan Kezia.Tak mendapatkan bukti kecurigaannya, Dania pun kembali ke dalam kamarnya. Devano pun segera keluar dan masuk ke kamar."Mas, kamu darimana?" tanya Dania curiga."Dari luar sebentar," jawabnya singkat. "Hoaam, aku ngantuk." Lel
"Apakah yang kupikirkan ini benar Kak? kalau kamu ada hubungan khusus dengan wanita itu?"Hingga namanya dipanggil masuk kedalam ruang peiksa, Devano tak jua muncul. Dania pun akhirnya masuk ke dalam tanpa suaminya. Senyum dia paksakan saat dokter menyapanya."Ada keluhan Nyonya?" tanya dokter ber-name tag Silvia itu."Tidak ada Dok," jawab Dania singkat.Dokter itu pun mempersilahkan Dania berbaring di brangkar. Wanita paruh baya itu sedikit kaget saat mengetahui tekanan darah Dania yang tinggi."Ibu, tekanan ibu tinggi sekali. Apa ibu sedang ada masalah?" tanya dokter itu."Tidak Dok," jawab Dania yang tidak ingin masalah rumah tangganya diketahui orang lain."Kalau sampai minggu depan tensi Ibu masih tinggi, kami terpaksa harus mengeluarkan bayi Nyonya.," kata dokter itu.Dania hanya menganggukkan kepalanya. beberapa hari ini, dia terlalu stress sejak kedatangan wanita itu. Suaminya berubah 180°. Lelaki itu kini menjadi dingin dan suka lupa akan janjinya.Setelah mengambil obat, Dan
"Kak, Kakak tidak apa?" tanya Devano. Dengan sigap lelaki itu menggendong tubuh Dania. Devano membawa Dania ke apartemennya. Lelaki itu pun berteriak memanggil istrinya, "Sayang, ambilkan minyak angin." Hati Dania seolah teriris saat mendengar suaminya memanggil sayang pada wanita lain. Tak lama, Kezia pun datang dengan membawa apa yang diinginkan oleh suaminya. "Ini sayang!" Pandangan wanita itu pun beralih pada wanita yang tengah berbaring di sofanya. "Dia ... siapa?" tanya Kezia yang menatap sang suami curiga. "Tidak tahu sayang, tadi pas di lift dia tiba-tiba kesakitan." jawab Devano"Apa dia akan melahirkan?" tanya Kezia. "Aku juga tidak tahu sayang," jawab Devano. Setelah mendekatkan minyak angin di masker Dania, wanita itu membuka matanya. Dia tidak boleh pingsan beneran sebelum dia memberi hukuman untuk suami dan juga madunya. "Kakak tidak apa? Apa perlu saya antar ke rumah sakit? Mungkin sudah waktunya Kakak melahirkan," ucap Devano lembut. Dania menggelengkan
"Dok, ada pasien kecelakaan!" teriak perawat yang yang mendorong brankar Dania. Dania langsung dilarikan ke rumah sakit oleh warga sekitar saat itu juga. Dokter pun berlari dan memberikan Dania pertolongan pertama. Tanpa menunggu persetujuan keluarga pasien, dokter itu pun menandatangani surat persetujuan operasi untuk mengeluarkan bayi Dania yang masih hidup. Baginya, yang penting, mereka berdua selamat. Hampir dua jam operasi Dania. Namun dokter masih belum keluar. Tiada satu pun yang tahu kondisi wanita itu. Begitu selesai, dokter pun menyuruh perawat menaruh Dania di ruabg ICU begitu juga dengan bayinya. "Sus, tolong periksa barang bawaan pasien. Saya ingin menghubungi keluarganya.," ucap dokter itu pada perawat. Wanita cantik itu pun mengangguk dan menggeledah tas yang dibawa oleh lelaki yang menolong Dania tadi. "Tidak ada apa-apa Dok. Hanya handphone saja," ujar perawat itu sambil memberikan gawai Dania pada sang dokter. Lelaki tampan itu pun membuka handphone itu.
"A-anu Pa. Sebenarnya, kemarin itu, kami sempet ribut sedikit. Dan mungkin, saat ini, Dania sedang marah, makanya pergi dari rumah. Ini, Devano mau pulang kok. Mau cari Dania," jawab Devano gelagapan. Lelaki itu memilih jujur daripada berbohong tapi akhirnya berbuntut panjang. "Memangnya, kamu sekarang ada dimana?" tanya Sean, Papa Dania. "Hehehe di rumah teman Pa," bohong Devano. "Ya sudah, cari Dania sampai ketemu. Awas, kalau tidak ketemu, aku pecat kamu jadi mantu," ancam Sean. Lelaki paruh baya itu ingin tahu, seberapa besar kegigihan menantunya mencari sang istri. Devano mengingat-ingat saat terakhir kali dirinya bertemu dengan Dania di apartemen bersama Kezia beberapa hari kemarin. Lelaki itu berpikir kalau Dania pulang ke rumah mereka, atau mungkin ke rumah sakit sebab terakhir kali bertemu, istrinya itu terlihat mengalami kontraksi. "Apa kamu sudah melahirkan sayang? Tapi dimana?" gumamnya. Devano sudah sampai dirumahnya. Namun ternyata, Dania tidak pulang dan enta
"Untuk apa Papa menghubungiku lagi? Ah, kalau cuma untuk marah-marah, lebih baik jangan kuangkat saja. Dia tidak tahu saja kalau aku juga cemas memikirkan anaknya!" sungut Devano. Devano akhirnya memilih mematikan handphone-nya kemudian beristirahat. Besok, dia akan pergi ke luar kota untul mencari istrinya. Dia sudah mengaujukan cuti pada rumah sakit tadi. Setelah mencium sisa wangi istrinya yang tertinggal di bantal, lelaki itu pun terlelap. Keesokannya, Devano bangun pagi-pagi sekali. Dia membuat omelet dan juga roti sebagai sarapan untuknya. Dia harus mengisi tenaganya sebelum kembali mencari istrinya. Devano sudah siap melanjutkan perjalanan, dia akan mencari Dania ke kota lain. Berharap istrinya itu bisa dia temukan. Lelaki itu memulai dari kota K, dan mencari di rumah sakit yang paling dekat dengan apartemen Kezia. Dia yakin kalau Dania sudah melahirkan. Dan kemungkinan besar melahirkan di sekitar sini, karena hampir setiap rumah sakit di kota
"Sayang .... maafkan aku," lirih Devano. Devano meremas rambutnya tatkala mengetahui kenyataan jika anaknya telah meninggal karena kecelakaan yang dialami oleh Dania pasca pertemuan terakhir mereka di apartemen Kezia. Rasa bersalah menyerang hati Devano, apalagi sampai sekarang dia tak kunjung bertemu dengan Dania. Lelaki itu sampai melupakan istri keduanya karena terlalu sibuk mencari Dania. Hampir 2 minggu dia tidak pulang ke kota K. Setiap pulang kerja, lelaki itu selalu mencari istrinya hingga larut malam. Dia baru pulang ke rumah pukul 12 malam. Dan esoknya, dia harus pergi ke rumah sakit. Lelah tak dia rasakan. Yang dia pikirkan hanya Dania, Dania, dan Dania. Sementara itu, di kota K. Kezia sedang mengamuk karena sang suami tak kunjung pulang. Bahkan semua pesan yang dia kirim tak pernah dijawab. Begitu juga dengan panggilannya. Kesal dengan suaminya, wanita itu pun nekat mendatangi rumah sakit tempat sang suami bekerja. Dia tidak peduli jika statusnya yang menjadi istr
"Kantor Urusan Agama?!" gumam Devano dengan jantung yang berdegup kencang. Devano menelan salivanya, dengan tangan yang gemetar, lelaki itu membuka surat itu hingga dia bisa melihat kalau surat yang dia terima itu merupakan akta cerai dirinya dengan Dania. "Apa-apaan ini?!" tanya Devano pada dirinya sendiri. Devano meremas surat itu dengan tangan yang mengepal kuat hingga urat-uratnya keluar. Bagaimana tidak, surat itu tiba-tiba datang tanpa ada pembicaraan sebelumnya bahkan tandatangan Devano sudah terbubuh dengan rapi di sana padahal dia tidak merasa pernah menandatangani surat cerai tersebut. "Kapan aku menandatanganinya? Akta ini pasti palsu, atau ... mereka memalsukan tanda tanganku! Aku tidak boleh gegabah, aku harus menyelidikinya terlebih dahulu!" kata Devano. Lelaki yang sudah satu bulan tidak mendatangi istri keduanya yang tinggal di kota K itu mencari tahu mengenai keaslian akta cerai ini ke kantor urusan agama dan ternyat