Share

Masuk Perangkap

Author: Ruimoraa
last update Last Updated: 2025-02-26 22:04:07

Di Selasa pagi, Budi tengah sibuk mengerjakan beberapa dokumen penting di ruang kerjanya. Sekretaris barunya, Diana, yang biasanya hanya menemaninya bekerja di kantor, akhir-akhir ini datang ke rumah Budi untuk membawakan beberapa dokumen penting untuk Budi tandatangani.

Sesampainya di depan pintu kerja Budi, dengan perlahan Diana memutar kenop pintu dan masuk ke dalamnya. Kaki jenjangnya perlahan melangkah dan sampai di depan meja Budi dengan senyum ramahnya. "Pak Budi, ini dokumennya ya. Seperti biasa saya bawa langsung ke rumah supaya nggak perlu repot-repot ke kantor."

Budi yang tengah sibuk berhenti sejenak dan melihat berkas yang Diana bawa. Tak lupa ia pun membalas senyuman manis Diana. "Ah, terima kasih, Diana. Kamu selalu siap siaga ya, haha. Bener-bener nggak nyangka kerja sama kamu bisa semudah ini."

Diana yang merasa puas dengan pujian itu, tersenyum lebih lebar dan sedikit mendekatkan dirinya pada Budi. Jemarinya bergerak perlahan dan mengelus tangan Budi dengan jemarinya yang lentik, suaranya kian melembut membuat Budi merinding tak karuan. "Saya senang bisa membantu. Oh ya pak, saya dengar... Ibu sedang di luar, ya?"

Budi sedikit bergeser dengan panik, segera ia menarik tangannya dan memasukkannya ke dalam saku celananya. Pandangannya ia alihkan pada jendela ruangan. "A-ahaha, iya..."

Tak ingin Budi mengabaikannya, Diana menarik dasi Budi dan membuat lelaki itu menatap dirinya. "Bapak kenapa? Kok keringetan begitu? Bapak sakit?" Diana bergerak semakin mendekat. Tangan kanannya menyentuh kening Budi, sedangkan tangan kirinya kini berada di paha lelaki itu.

"D-Diana... Tolong sedikit menjauh dari saya," mendengar Budi yang sepertinya sudah mulai terpancing olehnya, Diana tersenyum tipis dan semakin mendekat pada lelaki itu.

"Tapi pak, bapak kayanya panas dingin begini... Coba dikendurin sedikit ini dasinya, ah tidak, dibuka saja sedikit ya di bagian atas kemejanya, supaya bisa lebih lega," celoteh Diana seraya membuka kancing kemeja Budi satu persatu mulai dari atas. Tak peduli meskipun Budi menolak, perempuan itu tetap membuka kancing kemejanya.

"Tuh kan panas gini pak," ucap Diana setelah menyentuh dada Budi.

Seakan tak bisa lagi menahan godaan wanita cantik di hadapannya, serta nafsu yang kini mulai memuncak, Budi menarik pinggang ramping Diana dan membiarkan perempuan itu duduk di pangkuannya. Ia menatap Diana lekat-lekat lalu mulai memanfaatkan kesempatan dengan mulai mengelus paha perempuan itu. "Kamu yang sedari tadi terus mencoba menggoda saya, jadi sekarang kamu harus bertanggungjawab karena sudah membuat saya jadi seperti ini, Diana."

"A-apa maksudnya, pak??" Ucap Diana seakan tak mengerti. Ia menarik rambutnya ke samping, membuat leher putihnya kini terlihat lebih menarik bagi Budi.

".. Kamu pasti mengerti maksud saya." Tak menolak, Diana menerima apapun yang Budi lakukan padanya setelahnya.

Hari berganti menjadi sore, Sarah yang baru saja pulang dari hang out bersama teman-temannya kini duduk di sofa, mematikan ponselnya setelah membaca pesan yang mengatakan jika ibunya menginap di tempat temannya hari ini. Ia menyandarkan kepalanya di sandaran sofa lalu menghela napas lelah sebelum akhirnya melirik pada ruang kerja ayahnya yang tertutup.

Merasa mendengar suatu suara yang begitu kecil, Sarah berdiri dan berjalan menuju ruang kerja ayahnya. Sesampainya di depan pintu, Sarah mengetuk pintu dan memanggil ayahnya.

"Sarah?! O-oh iya sayang, sebentar!" Sahut Budi terdengar panik.

Sarah menempelkan kupingnya pada pintu dan mendengarkan suara ayah yang terasa sangat kecil dari dalam ruangan. "Ayo cepat dirapikan dulu."

Sarah mengernyitkan keningnya, merasa curiga dengan apa yang terjadi di dalam sana. Jujur saja, ia sudah menaruh curiga sejak beberapa hari ini pada sekretaris baru ayahnya.

Tak lama pintu terbuka, memperlihatkan sosok Budi yang tersenyum canggung menatap putrinya. "Kenapa, Sarah?"

Sarah melirik ke dalam ruangan, lebih tepatnya pada sekretaris ayahnya, Diana. "Kok gitu nanyanya? Ga suka aku ganggu ayah lagi sama Diana?" Tanya Sarah dengan ketus.

".. Kok kamu ngomongnya gitu sih, Sarah?"

"Emang bener, kan?" Cecar Sarah.

"Diana kan cuma bantuin kerjaan di kantor. Ini wajar, Sarah." elak Budi.

"Alah, udahlah. Pokoknya aku ga mau ya kalau hubungan ayah sama sekretaris itu melebihi hubungan antara atasan dan karyawan! Jangan sampe ayah ngulangin kesalahan ayah yang dulu dulu! Paham?! Aku sekarang mau keluar, males liat muka sekretaris nyebelin itu!" Hardik Sarah seraya melangkah keluar dari rumah, meninggalkan Budi yang masih nampak linglung di depan pintu.

Setelah kurang lebih 15 menit perjalanan menggunakan taksi online, Sarah tiba di cafe langganannya. Kepalanya terasa pusing tujuh keliling memikirkan berbagai masalah hidupnya. Rencana kuliahnya yang belum disetujui ayah karena perusahaan sedang dalam masa pemulihan, lelaki tampan dan kaya raya yang seharusnya bisa menjadi suaminya justru menikah dengan kakaknya, dan kini memikirkan kedekatan ayahnya dengan sekretaris barunya, apa yang terjadi jika ibunya mengetahui hal itu.

Sarah memejamkan matanya, memijat pelipisnya sembari berulang kali menghela napas lelah.

".. Hai? Sarah, ya?" Sapa seseorang, membuat Sarah membuka matanya dan menatap sosok itu.

"O-oh... Kak Saka? Kok ada di sini?" Tanya Sarah antusias.

"Habis ada meeting nih. Boleh saya duduk di sini?" Tak mungkin menolak, Sarah mengangguk mengiyakan perkataan Saka.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • ISTRI UNTUK TUAN SAKA    Jebakan Manis untuk Sarah

    Saka yang sudah berada di cafe itu sejak dua jam yang lalu kembali menyeruput kopi susu yang kini sudah mulai mendingin. Matanya kini terfokus pada sosok perempuan muda yang duduk sendirian tak jauh dari mejanya. Saka menyeringai pelan setelah melihat perempuan itu nampak seperti sedang tenggelam dalam pikirannya sendiri. Dengan langkah mantap, Saka berdiri dan berjalan menuju meja Sarah. Begitu tiba, ia berhenti sejenak, menatap Sarah yang sedang memejamkan matanya. ".. Hai? Sarah, ya?" Sapa Saka, membuat Sarah membuka matanya dan menatap sosok itu. "O-oh... Kak Saka? Kok ada di sini?" Tanya Sarah antusias. Ia segera menegakkan duduknya dan merapikan rambut yang dirasa kurang rapi. "Habis ada meeting nih. Boleh saya duduk di sini?" Tak mungkin menolak, Sarah mengangguk mengiyakan perkataan Saka. "Sendirian aja? Udah pesan makan?" Tanya Saka seraya meraih buku menu dan membukanya. Sarah tersenyum kecil lalu menggelengkan kepalanya dengan pelan. "Mba!" Panggil Saka pada sala

    Last Updated : 2025-02-28
  • ISTRI UNTUK TUAN SAKA    Merubah Penampilan

    Saka yang sudah rapi dengan setelan jas katornya melangkah menuruni anak tangga. Langkahnya sempat terhenti sesaat, dengan ekspresi datar, matanya menilai setiap sudut ruang tamu yang terlihat rapi. Namun, pandangannya terhenti pada Arum yang baru saja memasuk rumah. Ia mengenakan baju yang terlihat lebih sederhana dari biasanya, kaos polos dan celana jeans panjang yang sedikit pudar warnanya. Rambutnya yang biasanya tertata rapi sekarang hanya diikat seadanya.Saka melangkah mendekati Arum lalu menatap perempuan itu dengan tatapan tajam. Saka menghela napas, tak habis pikir dengan sosok Arum yang saat ini berdiri di hadapannya. “Dari mana kamu?" Tanya Saka dengan nada sedikit meninggi."Saya... Dari supermarket depan, tuan," jawab Arum takut-takut."Terus apa maksud kamu keluar dengan pakaian seperti ini?" Saka menunjuk apa yang sedang Arum kenakan dengan dagunya.Arum menunduk, memperhatikan setiap bagian dari pakaian yang ia kenakan. "Memangnya kenapa, tuan?" Tanya Arum bingung."K

    Last Updated : 2025-03-03
  • ISTRI UNTUK TUAN SAKA    Hadiah yang Membuka Mata Hati

    Keesokan harinya, Arum yang sedang memasak di dapur berhenti sejenak ketika mendengar suara pintu depan yang terbuka, ia mencuci tangannya lalu berjalan dengan cepat untuk melihat siapa yang datang. Langkahnya sempat terhenti sesaat ketika melihat sosok Saka yang datang bersama beberapa orang yang sepertinya adalah staf butik, mereka membawa beberapa kotak besar yang sepertinya berisi beberapa pasang pakaian. Arum melanjutkan langkahnya perlahan dan berdiri di belakang Saka. "Tuan..." Panggilnya dengan pelan, membuat lelaki tinggi di hadapannya menoleh menatapnya tanpa menjawab apapun. "Ini... Untuk apa, tuan?" Tanya Arum setelah lama diam. Matanya melirik kotak-kotak yang baru saja diletakkan di ruang tamu. "Kamu ga punya mata apa? Jelas-jelas itu baju, dan perempuan satu-satunya di rumah ini cuma kamu, ya ini buat kamu lah!" Celoteh Saka dengan nada sedikit dingin. "Semua baju ini... Buat saya??" Tanya Arum dengan mata berbinar, masih tak percaya rasanya. "Kamu punya kup

    Last Updated : 2025-03-03
  • ISTRI UNTUK TUAN SAKA    Perasaan yang Mulai Berbeda

    Arum sempat terkejut mendengar ajakan tak terduga dari Saka itu, dengan cemas ia menjawab dengan sedikit berbisik. "Tapi tuan, saya ga bisa dansa." Saka menatapnya, namun kali ini ada sesuatu yang berbeda di matanya, sesuatu yang tak bisa ia sembunyikan. "Ga masalah, kamu tinggal ikutin saya," jawabnya namun masih dengan nada dingin khas milik lelaki itu. Mereka berdua berjalan ke lantai dansa, di tengah kerumunan yang sedang menonton. Saka memegang tangan Arum dengan agak kuat, namun seiring berjalannya waktu, langkahnya semakin lembut. Arum yang semula canggung mulai merasa nyaman, walaupun masih terlihat sedikit kikuk. ".. Tuan, kenapa tuan mengajak saya berdansa?" Tanya Arum yang sedari tadi penasaran, membuat Saka kini meliriknya tak santai. "Ga usah kegeeran kamu. Saya ngajak kamu dansa, supaya orang-orang liat dan percaya kalau kita menikah bukan untuk tujuan lain," balas Saka ketus. "Tujuan... Lain?" Saka memutar mata malas setelah Arum membeo ucapannya. "Kenapa sih

    Last Updated : 2025-03-03
  • ISTRI UNTUK TUAN SAKA    Ketahuan

    "Hai, Nico!" Sapa Arum pada Nico yang sudah menunggunya di depan mobil, seperti biasa."Hai! Gimana hari ini? Ngebul ga kepalanya? Haha!" Ledek Nico yang mengetahui jika hari ini Arum mendapat kuis pada salah satu mata kuliah."Ngebul! Bisa ajak aku makan sesuatu yang manis, ga?" Mendengar itu Nico menatap Langit, berpikir sejenak."Hmm... Cokelat, brownies, donat, puding, ice cream, kue tart, macaron?" Tanya Nico berusaha menyebutkan semua makanan manis yang ia ketahui."Brownies sama es krim!" Sahut Arum dengan senyum yang mengembang."Oke, kita beli di toko kue langganan Saka aja, di sana juga ada jual ice cream, nanti aku ajak muter-muter dulu deh sebelum pulang, biar fresh lagi," tutur Nico seraya tersenyum, senang rasanya melihat Arum tersenyum seperti itu.Setelah mendapatkan anggukan persetujuan dari Arum, keduanya masuk ke dalam mobil dan segera melaju menuju toko kue yang selalu menjadi pilihan jika Saka sedang ingin makan brownies, camilan favoritnya.Mobil sampai di depan

    Last Updated : 2025-03-21
  • ISTRI UNTUK TUAN SAKA    Dalam Bahaya

    Pagi ini, langit tampak begitu cerah, suasana pagi terasa begitu sejuk menenangkan hati. Namun, berbeda dengan perasaan Arum yang kini justru sedang mendung. Suasana hatinya masih tak kunjung membaik sejak kejadian Saka dan Sarah.Arum keluar dari gudang setelah selesai bersiap-siap untuk pergi ke kampus. Namun sebelum berangkat, ia melangkahkan kakinya terlebih dahulu ke dapur untuk meminum segelas air. Matanya melirik ke arah Saka yang berlari ke arah dapur dengan panik, dengan setelan kantornya yang sedikit berantakan."Kamu ga masak?" Tanya Saka setelah sampai di hadapan Arum. Lelaki itu tengah berusaha mengatur deru napasnya sedikit terengah-engah.".. Engga," balas Arum masih saja ketus."Susu? Bahkan kamu ga bikinin saya susu?" Tanya Saka dengan keningnya yang mengerut, ada sedikit rasa kesal yang mulai terasa.Melihat Arum menggelengkan kepalanya, Saka menghela napas kesal lalu mengetuk-ngetuk meja dapur. "Yaudah air mana air? Cepet ambilin saya air!" Saka sedikit memelototi

    Last Updated : 2025-03-23
  • ISTRI UNTUK TUAN SAKA    Bantuan

    Saka berlari dengan napas terengah-engah, matanya kini penuh kekhawatiran. Nico yang berada di sampingnya, juga tak kalah panik, menggenggam ponsel di tangan dan masih mencoba untuk menghubungi Arum. Keduanya sudah berputar-putar di taman yang gelap, mencari-cari keberadaan Arum yang kini terasa hilang."Kok bisa dia dateng ke tempat yang sepi begini! Cari masalah aja bisanya!" Omel Saka di tengah langkahnya."Tenang, Sa! Kita Arum pelan-pelan, jangan panik dulu!" Ucap Nico, ada rasa cemas dari nada bicaranya.Mereka terus berlari, menyusuri jalan setapak yang hampir tak terlihat, hanya diterangi lampu jalan yang remang. Suara dedaunan yang bergesekan dengan angin semakin terdengar menakutkan. Di kejauhan, mereka mendengar suara teriakan."Itu... Arum!" Ucap Nico, membuat Saka mengangguk setuju. Tak menunggu lama, keduanya kembali berlari dan mempercepat laju lari mereka.Di sisi lain, Arum yang masih berlari sesekali menengok ke belakang, melihat sosok gelap yang terus mengejarnya. T

    Last Updated : 2025-04-01
  • ISTRI UNTUK TUAN SAKA    Niat yang Mulai Terlihat

    Arum yang tengah sibuk membereskan dapur menoleh ketika mendengar suara tawa kecil Saka dari arah belakangnya.“Saya ga nyangka, keluarga kamu emang se mata duitan itu, ya?” ejek Saka. “Maksudnya?” Tanya Arum tak mengerti. “Kamu ga tau, atau pura-pura ga tau? Adanya kamu di sini kan juga karena uang, mereka butuh uang buat manjain adik kamu yang manja itu.” Saka tersenyum puas melihat wajah Arum yang mulai kesal. “Orang tua kamu tadi nemuin saya, mereka minta uang. Menurut kamu, saya kasih ga?” Saka maju beberapa langkah mendekati Arum, ingin perempuan itu menebak. “Kalau memang menurut tuan itu ga penting, ga usah dikasih.” Arum melenggang melewati Saka, namun lelaki itu mencengkeram lengannya, membuat keduanya kini bertatapan. “Kalau aja waktu itu mereka tau, yang akan dinikahkan dengan putri mereka adalah saya, saya yakin mereka akan memberikan Sarah untuk jadi pengantin saya. Makanya saya sengaja mengatakan kalau perjodohan itu untuk istri kedua papah saya. Dan lihat, kamu dibu

    Last Updated : 2025-04-01

Latest chapter

  • ISTRI UNTUK TUAN SAKA    Sebuah Tragedi

    Saka menggeleng-gelengkan kepalanya seraya tersenyum simpul, tak habis pikir dengan tingkah Sarah yang jauh berbeda dengan kakaknya, Arum. Sudah beberapa hari ini, Sarah terus-menerus mengirim pesan padanya, berharap bisa bertemu lagi, berharap bisa melanjutkan apa yang sudah mereka mulai. Senyum itu perlahan memudar, tergantikan tatapan datar yang saat ini tengah menatap layar ponsel. Perasaannya mulai lelah dengan permainan ini. Di layar itu, tertera nama Sarah yang tercatat di daftar kontaknya. Dengan mantap, jari-jarinya bergerak, dengan sekali ketukan ia memblokir nomor Sarah.Ponsel di tangannya kini terasa lebih ringan, seolah sebuah beban telah hilang begitu saja. Saka menghela napas, menatap layar ponselnya yang gelap. Tidak ada lagi pesan masuk dari Sarah yang mengganggu. Pandangan Saka kini tertuju pada Arum yang terbangun, perempuan itu mengucek matanya lalu menguap dengan tangan yang menutupi mulutnya. Matanya yang masih setengah terbuka melirik ke arah Saka dan terseny

  • ISTRI UNTUK TUAN SAKA    Perhatian Kecil

    "Tuan..." Rengek Arum, suaranya bergetar bercampur dengan isak tangis. Ia maju perlahan dan kembali memeluk Saka.Ketika kembali memeluk Saka, Arum mengeratkan pelukannya dan menangis lebih keras, menumpahkan semuanya di pelukan yang terasa hangat itu. Tak seperti sebelumnya, Saka kini benar-benar diam membatu. Merasa canggung dengan situasi saat ini, namun ia tak tahu harus bereaksi seperti apa pada Arum yang terlihat sangat rapuh malam ini. Dalam diam, Saka berusaha menenangkan dirinya, meski sebenarnya hatinya pun tengah bergejolak. Ada perasaan bersalah yang entah mengapa tiba-tiba muncul. Ia benci untuk mengakui jika hatinya mulai terasa sesak saat melihat Arum terisak di pelukannya.Dengan ragu, tangan Saka naik perlahan untuk membalas pelukan Arum. Saka memejamkan matanya, mengusap lembut puncak kepala Arum agar perempuan itu merasa sedikit lebih baik."Udah, jangan nangis..." Suara Saka terkesan kaku, namun ada kehangatan yang tersembunyi di balik kata-kata itu.Saka melepask

  • ISTRI UNTUK TUAN SAKA    Jatuh ke Jurang Kehancuran

    Budi melangkah masuk ke kantor SkyLine Group dengan langkah lunglai, merasa bingung dan putus asa dengan apa yang terjadi padanya akhir-akhir ini. Belum selesai soal data kantor yang tiba-tiba rusak, ditambah harus kalah tender dengan menantunya sendiri, Saka Rama Sadewa. Untuk yang kesekian kalinya, ia menghela napas panjang sebagai efek dari isi kepalanya yang berkecamuk.Begitu kaki kanan dan kirinya melangkah memasuki area lobi, entah mengapa suasana terasa berbeda baginya. Ada sesuatu yang terasa aneh. Beberapa karyawan yang biasa menyapanya dengan ramah malah terlihat berbisik-bisik sesaat setelah matanya bertemu dengan mereka. Budi merasakan ada sesuatu yang tidak beres, namun ia mencoba untuk menahan diri, berusaha fokus pada pekerjaan yang harus segera ia selesaikan.Namun, semakin ia melangkah menuju ruang kerjanya, semakin terasa ada yang ganjil. Beberapa karyawan bahkan meliriknya dengan tatapan yang sulit ia artikan. Mereka berbicara satu sama lain, lalu segera diam ketik

  • ISTRI UNTUK TUAN SAKA    Niat yang Mulai Terlihat

    Arum yang tengah sibuk membereskan dapur menoleh ketika mendengar suara tawa kecil Saka dari arah belakangnya.“Saya ga nyangka, keluarga kamu emang se mata duitan itu, ya?” ejek Saka. “Maksudnya?” Tanya Arum tak mengerti. “Kamu ga tau, atau pura-pura ga tau? Adanya kamu di sini kan juga karena uang, mereka butuh uang buat manjain adik kamu yang manja itu.” Saka tersenyum puas melihat wajah Arum yang mulai kesal. “Orang tua kamu tadi nemuin saya, mereka minta uang. Menurut kamu, saya kasih ga?” Saka maju beberapa langkah mendekati Arum, ingin perempuan itu menebak. “Kalau memang menurut tuan itu ga penting, ga usah dikasih.” Arum melenggang melewati Saka, namun lelaki itu mencengkeram lengannya, membuat keduanya kini bertatapan. “Kalau aja waktu itu mereka tau, yang akan dinikahkan dengan putri mereka adalah saya, saya yakin mereka akan memberikan Sarah untuk jadi pengantin saya. Makanya saya sengaja mengatakan kalau perjodohan itu untuk istri kedua papah saya. Dan lihat, kamu dibu

  • ISTRI UNTUK TUAN SAKA    Bantuan

    Saka berlari dengan napas terengah-engah, matanya kini penuh kekhawatiran. Nico yang berada di sampingnya, juga tak kalah panik, menggenggam ponsel di tangan dan masih mencoba untuk menghubungi Arum. Keduanya sudah berputar-putar di taman yang gelap, mencari-cari keberadaan Arum yang kini terasa hilang."Kok bisa dia dateng ke tempat yang sepi begini! Cari masalah aja bisanya!" Omel Saka di tengah langkahnya."Tenang, Sa! Kita Arum pelan-pelan, jangan panik dulu!" Ucap Nico, ada rasa cemas dari nada bicaranya.Mereka terus berlari, menyusuri jalan setapak yang hampir tak terlihat, hanya diterangi lampu jalan yang remang. Suara dedaunan yang bergesekan dengan angin semakin terdengar menakutkan. Di kejauhan, mereka mendengar suara teriakan."Itu... Arum!" Ucap Nico, membuat Saka mengangguk setuju. Tak menunggu lama, keduanya kembali berlari dan mempercepat laju lari mereka.Di sisi lain, Arum yang masih berlari sesekali menengok ke belakang, melihat sosok gelap yang terus mengejarnya. T

  • ISTRI UNTUK TUAN SAKA    Dalam Bahaya

    Pagi ini, langit tampak begitu cerah, suasana pagi terasa begitu sejuk menenangkan hati. Namun, berbeda dengan perasaan Arum yang kini justru sedang mendung. Suasana hatinya masih tak kunjung membaik sejak kejadian Saka dan Sarah.Arum keluar dari gudang setelah selesai bersiap-siap untuk pergi ke kampus. Namun sebelum berangkat, ia melangkahkan kakinya terlebih dahulu ke dapur untuk meminum segelas air. Matanya melirik ke arah Saka yang berlari ke arah dapur dengan panik, dengan setelan kantornya yang sedikit berantakan."Kamu ga masak?" Tanya Saka setelah sampai di hadapan Arum. Lelaki itu tengah berusaha mengatur deru napasnya sedikit terengah-engah.".. Engga," balas Arum masih saja ketus."Susu? Bahkan kamu ga bikinin saya susu?" Tanya Saka dengan keningnya yang mengerut, ada sedikit rasa kesal yang mulai terasa.Melihat Arum menggelengkan kepalanya, Saka menghela napas kesal lalu mengetuk-ngetuk meja dapur. "Yaudah air mana air? Cepet ambilin saya air!" Saka sedikit memelototi

  • ISTRI UNTUK TUAN SAKA    Ketahuan

    "Hai, Nico!" Sapa Arum pada Nico yang sudah menunggunya di depan mobil, seperti biasa."Hai! Gimana hari ini? Ngebul ga kepalanya? Haha!" Ledek Nico yang mengetahui jika hari ini Arum mendapat kuis pada salah satu mata kuliah."Ngebul! Bisa ajak aku makan sesuatu yang manis, ga?" Mendengar itu Nico menatap Langit, berpikir sejenak."Hmm... Cokelat, brownies, donat, puding, ice cream, kue tart, macaron?" Tanya Nico berusaha menyebutkan semua makanan manis yang ia ketahui."Brownies sama es krim!" Sahut Arum dengan senyum yang mengembang."Oke, kita beli di toko kue langganan Saka aja, di sana juga ada jual ice cream, nanti aku ajak muter-muter dulu deh sebelum pulang, biar fresh lagi," tutur Nico seraya tersenyum, senang rasanya melihat Arum tersenyum seperti itu.Setelah mendapatkan anggukan persetujuan dari Arum, keduanya masuk ke dalam mobil dan segera melaju menuju toko kue yang selalu menjadi pilihan jika Saka sedang ingin makan brownies, camilan favoritnya.Mobil sampai di depan

  • ISTRI UNTUK TUAN SAKA    Perasaan yang Mulai Berbeda

    Arum sempat terkejut mendengar ajakan tak terduga dari Saka itu, dengan cemas ia menjawab dengan sedikit berbisik. "Tapi tuan, saya ga bisa dansa." Saka menatapnya, namun kali ini ada sesuatu yang berbeda di matanya, sesuatu yang tak bisa ia sembunyikan. "Ga masalah, kamu tinggal ikutin saya," jawabnya namun masih dengan nada dingin khas milik lelaki itu. Mereka berdua berjalan ke lantai dansa, di tengah kerumunan yang sedang menonton. Saka memegang tangan Arum dengan agak kuat, namun seiring berjalannya waktu, langkahnya semakin lembut. Arum yang semula canggung mulai merasa nyaman, walaupun masih terlihat sedikit kikuk. ".. Tuan, kenapa tuan mengajak saya berdansa?" Tanya Arum yang sedari tadi penasaran, membuat Saka kini meliriknya tak santai. "Ga usah kegeeran kamu. Saya ngajak kamu dansa, supaya orang-orang liat dan percaya kalau kita menikah bukan untuk tujuan lain," balas Saka ketus. "Tujuan... Lain?" Saka memutar mata malas setelah Arum membeo ucapannya. "Kenapa sih

  • ISTRI UNTUK TUAN SAKA    Hadiah yang Membuka Mata Hati

    Keesokan harinya, Arum yang sedang memasak di dapur berhenti sejenak ketika mendengar suara pintu depan yang terbuka, ia mencuci tangannya lalu berjalan dengan cepat untuk melihat siapa yang datang. Langkahnya sempat terhenti sesaat ketika melihat sosok Saka yang datang bersama beberapa orang yang sepertinya adalah staf butik, mereka membawa beberapa kotak besar yang sepertinya berisi beberapa pasang pakaian. Arum melanjutkan langkahnya perlahan dan berdiri di belakang Saka. "Tuan..." Panggilnya dengan pelan, membuat lelaki tinggi di hadapannya menoleh menatapnya tanpa menjawab apapun. "Ini... Untuk apa, tuan?" Tanya Arum setelah lama diam. Matanya melirik kotak-kotak yang baru saja diletakkan di ruang tamu. "Kamu ga punya mata apa? Jelas-jelas itu baju, dan perempuan satu-satunya di rumah ini cuma kamu, ya ini buat kamu lah!" Celoteh Saka dengan nada sedikit dingin. "Semua baju ini... Buat saya??" Tanya Arum dengan mata berbinar, masih tak percaya rasanya. "Kamu punya kup

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status