Beranda / Romansa / ISTRI SIRI TENTARA ALIM / Bab 228. Tak berarti selesai

Share

Bab 228. Tak berarti selesai

Penulis: HaniHadi_LTF
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-04 05:18:13

Langit masih gelap saat Lani menggeliat di ranjang. Biasanya, ia bangun lebih pagi, menyiapkan sarapan sebelum Alzam berangkat kerja. Tapi hari ini, tubuhnya terasa berat. Semalam, dia terbangun berkali-kali. Mengingat apa yang telah terjadi.

Alzam yang baru selesai mandi, keluar dengan rambut masih basah. Melihat istrinya yang masih terbaring, ia mendekat, duduk di pinggir ranjang sambil mengusap lembut pipi Lani.

"Sayang, tumben kamu tidur lagi." Suaranya rendah, penuh perhatian. "Kamu sakit?"

Lani hanya menggeliat kecil, matanya masih setengah terpejam. "Cuma ingin tidur pagi."

Alzam tersenyum, membungkuk, mengecup kening istrinya. "Kalau capek, istirahatlah duluh. Nanti aku bangunin."

"Hari ini aku nggak ke kantor."

"Kenapa?"

"Aku pengen istirahat aja. Kamu ajak Mira ya, biar dia tetap bisa laporan tentang pabrik."

Alzam mengangguk kecil. "Baiklah. Kalau kamu capek, nggak usah mikirin kerjaan."

Lani hanya tersenyum tipis, lalu menarik selimutnya lebih erat.

Alzam beranjak, merai
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 229. Masalah baru

    Sabtu datang dengan langit kelabu. Lani berdiri di teras rumah, memandangi jalanan yang masih lengang. Pikirannya tak tenang sejak pabrik jatuh ke tangan Agna. Kekhawatiran akan kelangsungan pabrik menjadi pemikirannya. Terlebih dengan ancaman Alzam."Sarapan duluh, Alzam,"ajak Towirah."Memangnya mau ke mana pagi begini?" Wagimin ikut bertanya."Mau ke gudang, Pak. Biasanya kalau Sabtu kan aku lihat ke gudang.""Kalau gitu ayo sarapan duluh." Wagimin mendekatkan pindang ke arah Alzam saat dia sudah duduk bersama Lani. "Makan yang banyak, Zam. Ini masakan kesukaanmu, pindang sama lodeh tewel. Sambalnya juga enak, dibuatkan Lani.""Ibu sendiri heran, Zam, wajah kamu bukan wajah orang pribumi, tapi yang kamu sukai itu makanan orang desa.""Itu urusan lidah, Bu.""Sukur juga sih, Zam. Kalau kamu sukanya daging di apa itu namanya,.. ibumu pasti ghak bisa bikin." Wagimin terkekeh.Alzam pun menanggapinya dengan senyum sambil menatap Lani yang menurutnya terlihat gelisah.Alzam telah menye

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 230. Lamaran

    Deretan mobil hitam berhenti di halaman rumah megah dengan desain minimalis modern. Pilar-pilar tinggi berdiri kokoh dengan dinding -dinding kaca. Lampu-lampu taman menyala redup, memberikan kesan elegan dan hangat.Pintu besar terbuka. Seorang pria berbaju batik dengan janggut rapi melangkah keluar. Wibawa terpancar dari tatapan teduhnya."Selamat datang," ucapnya dengan suara dalam.Al-Ayyubi, sosok yang dikenal luas karena keilmuannya. lelaki tinggi besar keturunan Arab itu, tersenyum.Evran, Manda, Armand, dan Arhand turun dari mobil. Mereka memberi salam dengan hormat."Syukran, Abi," Evran menjawab dengan nada penuh penghormatan meamnggil nama panggilan Al Ayyubi.Di belakangnya, Arhand menyesap napas panjang. Matanya menyapu halaman rumah. Berbeda dari ingar-bingar kota, suasana ini menenangkan. Namun, jauh di dalam dirinya, ada sesuatu yang bergejolak.Mereka dipersilakan masuk ke dalam.Ruang tamu luas dengan ornamen khas Makassar. Ukiran kayu jati menghiasi langit-langit. Ka

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 231. Berdebar

    "Kenapa dadaku berdebar seperti ini?" Lani menatap bayangannya di cermin. Gaun sederhana berwarna biru tua, membalut tubuhnya, riasan tipis mempermanis wajahnya. Tangannya merapikan jilbab yang membingkai muka. Jilbab panjang di dada dan di belakang, namun masih terlihat modis dengan cara Lani memakainya.Alzam sudah menunggu di ambang pintu. Begitu pintu dibuka, tatapan Alzam tak berkedip memandang Lani."Sepertinya kamu baru saja bertemu dengan anak Bapak." Sentuhan lembut di bahu Alzam membuatnya tersentak kaget dan langsung menunduk karena malu.Towirah yang juga di belakangnya bahkan terkekeh sambil menutup mulutnya dengan tangan. Wajah tandas Wagimin dengan ketampanan yang masih terukir jelas di wajah tuanya yang terpanggang matahari di kulit hitamnya memang ada di wajah Lani. Namun kulit kuning langsat dengan pipi kemerahan Lani berasal dari Towirah yang walau sering terkena matahari jika menjadi buruh pemetik jeruk, tapi dia masih terihat bersih."Kamu siap?" tanya Alzam beru

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 232. Maaf!

    Agna menghela napas panjang, lalu menggerutu sambil menatap kap mesin mobil yang berasap. Tangannya mencengkeram ponsel, siap mengetuk layanan taksi online."Sial! Mobil ini benar-benar menyebalkan! Seperti hidupku saja! Macet, mogok, dan dipenuhi kejutan tak mengenakkan!"Ia memukul setir dengan kesal, lalu mencoba lagi aplikasi di ponselnya. Tak ada taksi yang tersedia dalam waktu dekat."Apes! Lengkap sudah hari ini!"Tiba-tiba, suara berat menyapanya."Butuh bantuan?"Agna sontak menoleh. Seorang pria berseragam militer berdiri santai dengan tangan terselip di saku celana. Mayor muda dengan tubuh tinngi besar, tatapan tajam, dan senyum yang entah kenapa terasa menenangkan."Reynaldi?" Mata Agna melebar. "Astaga, aku pikir siapa tadi. Kamu kok tau aku lagi dlaam kesulitan. pa ini kebetulan ataukah takdir? Kanapa tiap aku tidak nyaman kamu selalu datang."Rey tersenyum ngakak. "Mungkin takdir kita bertemu. Kamu sih, mudah dikenali. Apalagi dengan ekspresi cemberut seperti tadi."Ag

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 233. Luka lama

    Mereka tiba di rumah menjelang sore. Begitu masuk, suara Ibunya, Towirah, langsung terdengar."Lani! Alzam!"Lani mendekat, mencium tangan ibunya. "Ibu..."Wagimin keluar dari dalam rumah. "Jadi, bagaimana hasilnya?"Lani menatap Alzam. Senyum kebahagiaan terpancar dari tatapan mata mereka.Alzam tersenyum tipis. "Kami sudah diizinkan menikah resmi."Sejenak, hening.Lalu Towirah mengangkat tangan ke langit. "Alhamdulillah! Akhirnya!"Wagimin menepuk pundak Alzam. "Bagus. Sudah saatnya semuanya kembali ke jalurnya.""Bagaimana dengan Agna?" tanya Towirah pelan.Lani menunduk."Setelah bukti perselingkuhan itu ada, saya akan menggugat cerai, Bu," ujar Alzam."Kalau gitu segera daftar ke Pak Modin. Biar segera diurus rencana nikah kalian.""Baik, Pak. Nanti malam saya ke sana.""Rasanya Bapak tak sabar putri bapak menikah. Di rumah ini kita belum pernah mengadakan hajatan. Sampai semua orang merasa tak enak hati kalau aku pergi bawa amplop ke mereka, katanya kita tak pernah ambil buwuan

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 234. Terusik luka

    "Sebentar, Bi," Alzam minta izin abinya untuk masuk membuntuti Lani.Alzam memandang Lani yang sejak tadi diam. Raut wajahnya tak bisa dibaca. Matanya tak lagi berbinar seperti biasa."Kamu kenapa, Sayang?" suaranya pelan, mencoba mencairkan suasana.Lani mendongak sebentar, lalu kembali menunduk, memainkan ujung jarinya di tempat tidurnya. Ada bara yang sejak tadi ia tahan."Ada apa denganmu?" Alzam mengulang, kali ini tangannya berusaha menggenggam jemari Lani. Namun malah dikibaskan oleh Lani. Seketika Alzam tersentak. Lani menghela napas. Hatinya bergemuruh. Kata-kata yang seharusnya tak diungkit lagi, kini muncul. Bagaimanapun, kenangan itu masih terasa menyesakkan."Kalau saja kamu tak melakukan itu..." Lani akhirnya berbicara, suaranya terdengar serak.Alzam mengernyit. "Melakukan apa?"Lani mendongak kembali, matanya tajam menusuk. "Mengajak Agna menikah waktu itu."Hening sejenak. Perasaan di antara mereka terasa berat. Satu kesalahan dalam hidup Alzam yang tidak pernah dapa

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 235. Membuntuti

    "Tolong panggil Mira, Pak," ucap Agna pada satpam pabrik dengan nada sedikit terburu-buru. Baru saja dia datang dari kantornya dan pergi ke pabrik, memeriksa keuangan dan segala sesuatu tentang pabrik. Dia tau, Mira yang memegang segala sesuatunya soal pabrik itu.Satpam itu menatapnya sejenak sebelum menjawab, "Mira tadi pamit Pergi istirahat makan siang dan katanya tidak kembali."Agna sontak mengernyit. "Apa? Dia nggak bilang ke saya?"Satpam itu mengangkat bahu. "Katanya nggak tahu nomor telepon Bu Agna, jadi nggak bisa kasih kabar langsung. Dia menyuruh saya minta izin Bu Agna."Agna menghembuskan napas kasar. Rasanya ingin mengumpat. Hari ini sudah cukup buruk tanpa tambahan drama ini. Pagi-pagi buta, Alzam tiba-tiba muncul dan melabraknya dengan tuduhan konyol. Sekarang, Mira malah pergi tanpa pamit.Dia merogoh tasnya dengan gerakan kasar, mencari ponselnya. Hendak menanyakan ke Lani nomer handphone Mira. Namun sebelum sempat menghubungi Mira, ponselnya bergetar lebih dulu. Na

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 236. Bukan urusanmu!

    Suasana begitu ramai ketika Mira bersandar di pagar pusat grosir yang berdiri megah di tengah kota. Lampu-lampu menyala kerlap kerlip di toko penjual lampu, memantulkan cahaya di permukaan pertokoan yang mulai ramai oleh pengunjung yang selain mencari makan karena watunya isrtirahat makan siang, juga pembeli dari luar kota yang mencari dagangan.Mira menghembuskan napas berat. Tatapannya kosong menatap lalu-lalang orang. Air mata yang tadi ia tahan akhirnya jatuh juga."Kenapa aku sebodoh ini..." gumamnya.Sebuah sapu tangan berwarna biru tua tiba-tiba terulur ke hadapannya. "Habus air matamu."Mira menoleh. Seorang pria tinggi besar berdiri di sampingnya, tampak santai dengan tangan satu di saku celana seragam lorerngnya, sementara tangan satunya masih terulur."Kenapa menangis? Tak seharusnya kamu menangisi orang seperti itu. Dirimu teramat berharga untuk menangisi seseorang."Mira mendongak. Sorot matanya penuh kejengkelan. "Siapa kamu? Berani sekali berkata seperti itu padaku?

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08

Bab terbaru

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 245. Menemukan pegangan

    Alzam melirik Lani yang berdiri di meja makanan. Matanya berbinar saat melihat deretan es buah wana warni di mangkuk kaca besar. Tangannya sudah terulur, siap meraih gelas berisi es yang menggoda itu. Tapi sebelum jemarinya menyentuh gelas, suara berat Alzam menghentikannya."Jangan."Lani mengerjapkan mata. "Hanya kali ini."Alzam menatapnya serius. "Nggak baik buat bayi kita, Sayang."Lani menghela napas panjang. "Udah lama nggak minum es, lho."Alzam tetap menggeleng. "Tahan, ya?"Lani mengerucutkan bibir. "Udah lima bulan, sayang. Masa nggak boleh sekali aja?"Tatapan Alzam melunak. Tangannya terulur, menyentuh jemari Lani yang masih ragu-ragu. Dia lalu mengambil sedikit."Lagi ghak boleh?""Lani,..."Lani menatap suaminya dengan wajah merajuk. Tapi akhirnya dia menyingkir dari meja es buah, memilih kembali ke samping Alzam.Tapi belum sempat dia menarik napas lega, Alzam sudah menatap tajam ke arah piringnya."Kambing guling juga?"Lani mengangguk. "Iya, dong. Favorit aku."Alzam

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 244. Ikut.

    "Siapa yang menikah?" tanya Rey, suaranya terdengar santai tapi matanya sedikit menyipit, menatap selembar kartu undangan berwarna pastel yang terlihat mahal itu."Dita dan Budi," sahut Lani."Kamu ghak kenal. Pergi aja, kita mau pergi," ucap Mira sengol."Ghak gitu-gitu amat dong, ntar cantik kamu ilang.""Dasar gombal!"Rey terkekeh, lalu melirik dirinya sendiri. Kaos, celana jeans. Dia menghela napas pelan. "Nikahnya di gedung?" tanyanya lagi.Alzam, yang sejak tadi berdiri di samping Lani, mengangguk. "Iya, resepsi gedung. Kenapa?"Rey tertawa hambar, menyeringai kecil. "Ya udah, selamat bersenang-senang. Gue nggak bakal nyusahin kalian dengan penampilan gue yang kayak gembel gini."Lani terkikik, menutup mulutnya dengan tangan."Kenapa nggak ikut aja?" Alzam menatap Rey dengan sorot serius. Sementara Mira melotot.Rey menghela napas berat, mengangkat kedua tangannya seolah menyerah. "Gini doang? Masa gue masuk ke acara formal dengan kaos sama jeans?"Alzam menepuk bahu Rey, seak

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 243. Kamu?

    Lani menekan tombol panggil, menempelkan ponselnya ke telinga. Suara Mira terdengar ceria di seberang."Mbak, bagaimana keadaan pabrik?""Harga jeruk mulai anjlok, Lami. Kemarin Agna aku lihat bersitegang dengan Pak Sajad.""Kenapa bisa seperti itu?""Agna ingin membeli jeruk sesuai dengan penurunan yang terjadi di pasar. Sedangkan waktu kamu duluh, walau turun kan masih kamu beri harga yang lebih tinggi dari pasar, jadi petani kerasan.""Waduh, gimana, dong. kasihan mereka. Nanti imbasnya juga akan ke gudang, karena pabrik lain juga begitu, ghak akan mau harga yang lebih tinggi dari pasar. Padahal harga jual sirup tetap sama, mau naik, mau turun harga bakunya.""Aku sendiri bingung, Lani. Ini Mas Budi juga mengeluh dengan harga kulit jeruk yang dinaikkan. Katanya murah banget, bisa dijadikan sovenir mahal, kok bahan bakunya cuma segitu."Lani terdiam sesaat. Dia baru ingat saat Mira mengatakan tentang Budi. "Mbak, kamu dapat undangan dari Budi sama Dita. Undangannya di rumahmu ya.""

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 242. Selingkuhan

    Alzam berdiri tegap, napas memburu. Tatapannya tajam menusuk ke arah dua wanita paruh baya yang sejak tadi melontarkan tuduhan seenaknya."Maaf, ibu-ibu. Kalian tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, jadi jangan asal bicara," suaranya rendah, tapi sarat amarah. "Saya tidak terima istri saya kalian katakan selingkuhan. Saya bukan orang seperti itu! Terlebih, itu menghina wanita yang saya cintai."Salah satu wanita itu melengos, melempar lirikan pada temannya sebelum berujar lirih."Nyata-nyata selingkuh kok gak terima."Lani menggenggam lengan Alzam, berusaha menyalurkan ketenangan lewat sentuhan. Tapi pria itu tak bisa tinggal diam. Matanya berkilat marah."Kalian bahkan tidak mengerti arti kata selingkuh." Rahangnya mengeras. "Dia tidak pernah merebut saya dari siapa pun!"Tangan Lani semakin mengerat. Namun, dua wanita itu masih bersikukuh. Bisik-bisik mereka terdengar makin tajam, menusuk telinga Alzam."Mana ada sih orang selingkuh yang mau ngaku? Ya, jelas-jelas tidak mengakui k

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 241. Berbisik

    "Sayang, bangun, Subuhnya sudah lewat. Hampir jam lima."Suara lembut Alzam menyentuh gendang telinga Lani, membuat kelopak matanya terbuka sedikit. Mata berat, tubuh masih enggan beranjak. Helaan napas terdengar dari samping. Tangan hangat mengusap lengan, pelan-pelan membangunkan."Masih ngantuk," gumamnya, menarik selimut.Alzam terkekeh, menyingkap kain yang menutupi wajah istrinya. "Tadi siapa yang minta dipeluk sampai ketiduran? Sekarang nggak mau bangun?"Lani mengerjap. Suaminya menatap dengan senyum menggoda. "Minum dulu," Alzam menyodorkan gelas. Lani menerima, meneguk air dingin yang langsung menyegarkan kerongkongan.Begitu gelas diletakkan, Alzam menunduk, mencium keningnya. "Bangun, mandi bareng, biar nggak molor lagi."Tatapan mengantuknya beralih tajam. "Mandi bareng?"Alzam sudah berdiri, mengulurkan tangan. "Mumpung ada air hangat di ensuite baru kita."Lani mengernyit. "Ensuite?""Kamar mandi dalam, dong. Masa kita masih ke luar lagi?"Mata Lani melirik pintu kamar

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 240. Pendukung

    "Kamu?"Mata Mira melebar saat melihat Reynaldi berdiri di belakang rumahnya yang dipenuhi tanaman jeruk manis. Suara terkejutnya membuat Alzam dan Lani menoleh dengan rasa penasaran.Rey malah terkekeh santai, melipat tangan di depan dada. "Wah, berjodoh kita ini, Mbak. Tiap ketemu selalu mendadak begini."Lani mengernyit. "Lho, kalian sudah saling kenal?"Mira mendengus, jelas tidak nyaman dengan keakraban yang Rey paksakan. "Ketemu sekali doang, sok akrab banget." Tatapannya kesal."Serius? Kapan ketemu?" tanya Alzam, kini ikut penasaran.Mira melipat tangan di depan dada. "Di pusat grosir."Lani menatap Mira penuh selidik, lalu mendekatinya dengan penuh curiga.. "Mbak ke pusat grosir? Ngapain ke pusat grosir, Mbak Mira? Mbak mencari Damar?" tebaknya dengan berbisik.Mira langsung salah tingkah. Dia tidak mungkin jujur kalau ke pusat grosir untuk mencari Damar. Lebih-lebih, kenyataan pahit yang dia dapatkan di sana—melihat Vero, mantan istri Damar.Mira mencoba menghindari tatapan

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 239. Teman lama

    Suasana masih gelap saat Lani membuka mata. Tubuhnya terasa lebih segar meskipun tidur semalam penuh kegelisahan. Saat menoleh ke samping, Alzam masih terlelap. Napasnya teratur, wajahnya terlihat lelah, tapi ada ketenangan yang jarang terlihat sebelumnya. Dia seolah kedinginan dengan meringkuk, tak berani memeluk Lani setelah memanggilnya semalam dan Lani tak menghiraukannya.Berdiri, Lani melangkah ke dapur setelah menyelesaikan sholat Subuh. Bau kopi hitam menyeruak. Towirah sudah duduk di kursi kayu, meniup cangkirnya."Bangun pagi sekali," komentar ibunya.Lani menarik kursi, duduk di seberangnya. "Aku sulit tidur, Bu.""Bukannya Alzam sudah pulang. Apa lagi yang kamu pikirkan? Jangan banyak murung, Dhuk. Kamu harus bahagia demi bayimu." Towirah mengusap punggung tangan Lani. "Ajak Alzam sana, katanya pingin makan sayur alur."Lani terdiam. Mulutnya sudah siap menjawab, tapi suara langkah di belakang membuatnya menoleh. Alzam berdiri di ambang pintu, masih mengenakan kaus tipis

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 238. Masih Marah?

    Langkah Alzam mantap melewati ruang rumah besar itu. Sekali lagi dia melirik jam di pergelangan tangan. Sudah jam 20.30. Tiket penerbangan terakhir menuju Surabaya sudah dia pesan dengan mengambil penerbangan tersakhir jam 21.45. Waktu terus berjalan, tapi jawaban yang dia cari belum didapatkan. Orang yang ditunggu tak jua nampak pulang."Ayo makan duluh sama Oma," ajak Evran. Alzam pun mengangguk dan mengikuti langkah neneknya yang jalannya tak bisa cepat itu.Evran menatap cucunya dengan sorot mata sendu. "Jadi, bagaimana dengan pernikahan kamu?" suaranya lirih, tetapi menyimpan ketegasan. "Apa Oma harus membayangkan kamu tinggal bertiga dengan Lani? Atau..."Alzam menghentikan suapannya. Sudut bibirnya mengeras. Tidak ingin membahas hal itu, apalagi ketika ada Manda yang jelas-jelas memandangnya seolah dia penyakit yang harus dijauhi. Wanita itu bahkan tak sudi duduk satu meja makan dengannya. Hanya mengambil makanan, lalu pergi ke kamarnya tanpa sepatah kata pun."Pernikahan kam

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 237. Berusaha menuntaskan

    .Lani berjalan mondar-mandir di ruang tamu. Matanya tak lepas dari jam dinding. Sudah hampir malam, tapi Alzam tak juga pulang. Dari sudut ruangan, Towirah menghela napas pelan. "Duduk dulu, Nduk. Jangan terlalu dipikirkan."Lani mengeryit. Iya juga. Ini bukan pertama kalinya Alzam melakukan ini. tiap dicueki Lani, dia selalu pergi begitu saja tanpa pamit, pikir Lani. Apa mungkin dia ada tugas mendadak seperti duluh?Wagimin, yang duduk bersila di tikar, ikut menimpali, "Bisa jadi dia ada urusan mendadak. Kalau sesuatu terjadi, pasti sudah menghubungi." Ternyata bapaknya mengataan apa yang di hati Lani.Lani berhenti. Ia menatap mereka dengan sorot sedikit tenang. "Tapi sejak kemarin aku marah padanya. Apa dia sengaja pergi karena itu?"Towirah menepuk-nepuk sisi kursi, menyuruh Lani duduk. "Lelaki itu tidak sependendam itu, Nduk. Kalau pergi jauh, pasti ada alasan kuat."Lani duduk, tapi pikirannya kadang gelisah. Ia menatap ponsel yang sejak tadi diam di meja. Tak ada pesan, tak

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status