Home / Romansa / ISTRI SIRI TENTARA ALIM / Bab 236. Bukan urusanmu!

Share

Bab 236. Bukan urusanmu!

Author: HaniHadi_LTF
last update Last Updated: 2025-02-08 05:11:40

Suasana begitu ramai ketika Mira bersandar di pagar pusat grosir yang berdiri megah di tengah kota. Lampu-lampu menyala kerlap kerlip di toko penjual lampu, memantulkan cahaya di permukaan pertokoan yang mulai ramai oleh pengunjung yang selain mencari makan karena watunya isrtirahat makan siang, juga pembeli dari luar kota yang mencari dagangan.

Mira menghembuskan napas berat. Tatapannya kosong menatap lalu-lalang orang. Air mata yang tadi ia tahan akhirnya jatuh juga.

"Kenapa aku sebodoh ini..." gumamnya.

Sebuah sapu tangan berwarna biru tua tiba-tiba terulur ke hadapannya. "Habus air matamu."

Mira menoleh. Seorang pria tinggi besar berdiri di sampingnya, tampak santai dengan tangan satu di saku celana seragam lorerngnya, sementara tangan satunya masih terulur.

"Kenapa menangis? Tak seharusnya kamu menangisi orang seperti itu. Dirimu teramat berharga untuk menangisi seseorang."

Mira mendongak. Sorot matanya penuh kejengkelan. "Siapa kamu? Berani sekali berkata seperti itu padaku?
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Zidan Kasan
makasih thor udah merealisasikan keinginan ku buat satuin Rey sama Mira, semangat terus thor dan sehat selalu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 237. Berusaha menuntaskan

    .Lani berjalan mondar-mandir di ruang tamu. Matanya tak lepas dari jam dinding. Sudah hampir malam, tapi Alzam tak juga pulang. Dari sudut ruangan, Towirah menghela napas pelan. "Duduk dulu, Nduk. Jangan terlalu dipikirkan."Lani mengeryit. Iya juga. Ini bukan pertama kalinya Alzam melakukan ini. tiap dicueki Lani, dia selalu pergi begitu saja tanpa pamit, pikir Lani. Apa mungkin dia ada tugas mendadak seperti duluh?Wagimin, yang duduk bersila di tikar, ikut menimpali, "Bisa jadi dia ada urusan mendadak. Kalau sesuatu terjadi, pasti sudah menghubungi." Ternyata bapaknya mengataan apa yang di hati Lani.Lani berhenti. Ia menatap mereka dengan sorot sedikit tenang. "Tapi sejak kemarin aku marah padanya. Apa dia sengaja pergi karena itu?"Towirah menepuk-nepuk sisi kursi, menyuruh Lani duduk. "Lelaki itu tidak sependendam itu, Nduk. Kalau pergi jauh, pasti ada alasan kuat."Lani duduk, tapi pikirannya kadang gelisah. Ia menatap ponsel yang sejak tadi diam di meja. Tak ada pesan, tak

    Last Updated : 2025-02-08
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 238. Masih Marah?

    Langkah Alzam mantap melewati ruang rumah besar itu. Sekali lagi dia melirik jam di pergelangan tangan. Sudah jam 20.30. Tiket penerbangan terakhir menuju Surabaya sudah dia pesan dengan mengambil penerbangan tersakhir jam 21.45. Waktu terus berjalan, tapi jawaban yang dia cari belum didapatkan. Orang yang ditunggu tak jua nampak pulang."Ayo makan duluh sama Oma," ajak Evran. Alzam pun mengangguk dan mengikuti langkah neneknya yang jalannya tak bisa cepat itu.Evran menatap cucunya dengan sorot mata sendu. "Jadi, bagaimana dengan pernikahan kamu?" suaranya lirih, tetapi menyimpan ketegasan. "Apa Oma harus membayangkan kamu tinggal bertiga dengan Lani? Atau..."Alzam menghentikan suapannya. Sudut bibirnya mengeras. Tidak ingin membahas hal itu, apalagi ketika ada Manda yang jelas-jelas memandangnya seolah dia penyakit yang harus dijauhi. Wanita itu bahkan tak sudi duduk satu meja makan dengannya. Hanya mengambil makanan, lalu pergi ke kamarnya tanpa sepatah kata pun."Pernikahan kam

    Last Updated : 2025-02-09
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 239. Teman lama

    Suasana masih gelap saat Lani membuka mata. Tubuhnya terasa lebih segar meskipun tidur semalam penuh kegelisahan. Saat menoleh ke samping, Alzam masih terlelap. Napasnya teratur, wajahnya terlihat lelah, tapi ada ketenangan yang jarang terlihat sebelumnya. Dia seolah kedinginan dengan meringkuk, tak berani memeluk Lani setelah memanggilnya semalam dan Lani tak menghiraukannya.Berdiri, Lani melangkah ke dapur setelah menyelesaikan sholat Subuh. Bau kopi hitam menyeruak. Towirah sudah duduk di kursi kayu, meniup cangkirnya."Bangun pagi sekali," komentar ibunya.Lani menarik kursi, duduk di seberangnya. "Aku sulit tidur, Bu.""Bukannya Alzam sudah pulang. Apa lagi yang kamu pikirkan? Jangan banyak murung, Dhuk. Kamu harus bahagia demi bayimu." Towirah mengusap punggung tangan Lani. "Ajak Alzam sana, katanya pingin makan sayur alur."Lani terdiam. Mulutnya sudah siap menjawab, tapi suara langkah di belakang membuatnya menoleh. Alzam berdiri di ambang pintu, masih mengenakan kaus tipis

    Last Updated : 2025-02-09
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 240. Pendukung

    "Kamu?"Mata Mira melebar saat melihat Reynaldi berdiri di belakang rumahnya yang dipenuhi tanaman jeruk manis. Suara terkejutnya membuat Alzam dan Lani menoleh dengan rasa penasaran.Rey malah terkekeh santai, melipat tangan di depan dada. "Wah, berjodoh kita ini, Mbak. Tiap ketemu selalu mendadak begini."Lani mengernyit. "Lho, kalian sudah saling kenal?"Mira mendengus, jelas tidak nyaman dengan keakraban yang Rey paksakan. "Ketemu sekali doang, sok akrab banget." Tatapannya kesal."Serius? Kapan ketemu?" tanya Alzam, kini ikut penasaran.Mira melipat tangan di depan dada. "Di pusat grosir."Lani menatap Mira penuh selidik, lalu mendekatinya dengan penuh curiga.. "Mbak ke pusat grosir? Ngapain ke pusat grosir, Mbak Mira? Mbak mencari Damar?" tebaknya dengan berbisik.Mira langsung salah tingkah. Dia tidak mungkin jujur kalau ke pusat grosir untuk mencari Damar. Lebih-lebih, kenyataan pahit yang dia dapatkan di sana—melihat Vero, mantan istri Damar.Mira mencoba menghindari tatapan

    Last Updated : 2025-02-10
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 241. Berbisik

    "Sayang, bangun, Subuhnya sudah lewat. Hampir jam lima."Suara lembut Alzam menyentuh gendang telinga Lani, membuat kelopak matanya terbuka sedikit. Mata berat, tubuh masih enggan beranjak. Helaan napas terdengar dari samping. Tangan hangat mengusap lengan, pelan-pelan membangunkan."Masih ngantuk," gumamnya, menarik selimut.Alzam terkekeh, menyingkap kain yang menutupi wajah istrinya. "Tadi siapa yang minta dipeluk sampai ketiduran? Sekarang nggak mau bangun?"Lani mengerjap. Suaminya menatap dengan senyum menggoda. "Minum dulu," Alzam menyodorkan gelas. Lani menerima, meneguk air dingin yang langsung menyegarkan kerongkongan.Begitu gelas diletakkan, Alzam menunduk, mencium keningnya. "Bangun, mandi bareng, biar nggak molor lagi."Tatapan mengantuknya beralih tajam. "Mandi bareng?"Alzam sudah berdiri, mengulurkan tangan. "Mumpung ada air hangat di ensuite baru kita."Lani mengernyit. "Ensuite?""Kamar mandi dalam, dong. Masa kita masih ke luar lagi?"Mata Lani melirik pintu kamar

    Last Updated : 2025-02-10
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 242. Selingkuhan

    Alzam berdiri tegap, napas memburu. Tatapannya tajam menusuk ke arah dua wanita paruh baya yang sejak tadi melontarkan tuduhan seenaknya."Maaf, ibu-ibu. Kalian tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, jadi jangan asal bicara," suaranya rendah, tapi sarat amarah. "Saya tidak terima istri saya kalian katakan selingkuhan. Saya bukan orang seperti itu! Terlebih, itu menghina wanita yang saya cintai."Salah satu wanita itu melengos, melempar lirikan pada temannya sebelum berujar lirih."Nyata-nyata selingkuh kok gak terima."Lani menggenggam lengan Alzam, berusaha menyalurkan ketenangan lewat sentuhan. Tapi pria itu tak bisa tinggal diam. Matanya berkilat marah."Kalian bahkan tidak mengerti arti kata selingkuh." Rahangnya mengeras. "Dia tidak pernah merebut saya dari siapa pun!"Tangan Lani semakin mengerat. Namun, dua wanita itu masih bersikukuh. Bisik-bisik mereka terdengar makin tajam, menusuk telinga Alzam."Mana ada sih orang selingkuh yang mau ngaku? Ya, jelas-jelas tidak mengakui k

    Last Updated : 2025-02-11
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 243. Kamu?

    Lani menekan tombol panggil, menempelkan ponselnya ke telinga. Suara Mira terdengar ceria di seberang."Mbak, bagaimana keadaan pabrik?""Harga jeruk mulai anjlok, Lami. Kemarin Agna aku lihat bersitegang dengan Pak Sajad.""Kenapa bisa seperti itu?""Agna ingin membeli jeruk sesuai dengan penurunan yang terjadi di pasar. Sedangkan waktu kamu duluh, walau turun kan masih kamu beri harga yang lebih tinggi dari pasar, jadi petani kerasan.""Waduh, gimana, dong. kasihan mereka. Nanti imbasnya juga akan ke gudang, karena pabrik lain juga begitu, ghak akan mau harga yang lebih tinggi dari pasar. Padahal harga jual sirup tetap sama, mau naik, mau turun harga bakunya.""Aku sendiri bingung, Lani. Ini Mas Budi juga mengeluh dengan harga kulit jeruk yang dinaikkan. Katanya murah banget, bisa dijadikan sovenir mahal, kok bahan bakunya cuma segitu."Lani terdiam sesaat. Dia baru ingat saat Mira mengatakan tentang Budi. "Mbak, kamu dapat undangan dari Budi sama Dita. Undangannya di rumahmu ya.""

    Last Updated : 2025-02-11
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 244. Ikut.

    "Siapa yang menikah?" tanya Rey, suaranya terdengar santai tapi matanya sedikit menyipit, menatap selembar kartu undangan berwarna pastel yang terlihat mahal itu."Dita dan Budi," sahut Lani."Kamu ghak kenal. Pergi aja, kita mau pergi," ucap Mira sengol."Ghak gitu-gitu amat dong, ntar cantik kamu ilang.""Dasar gombal!"Rey terkekeh, lalu melirik dirinya sendiri. Kaos, celana jeans. Dia menghela napas pelan. "Nikahnya di gedung?" tanyanya lagi.Alzam, yang sejak tadi berdiri di samping Lani, mengangguk. "Iya, resepsi gedung. Kenapa?"Rey tertawa hambar, menyeringai kecil. "Ya udah, selamat bersenang-senang. Gue nggak bakal nyusahin kalian dengan penampilan gue yang kayak gembel gini."Lani terkikik, menutup mulutnya dengan tangan."Kenapa nggak ikut aja?" Alzam menatap Rey dengan sorot serius. Sementara Mira melotot.Rey menghela napas berat, mengangkat kedua tangannya seolah menyerah. "Gini doang? Masa gue masuk ke acara formal dengan kaos sama jeans?"Alzam menepuk bahu Rey, seak

    Last Updated : 2025-02-12

Latest chapter

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 306. Bayi yang ditunggu

    Langit masih gelap ketika Alzam menggoyang pelan bahu Senja. "Ayo bangun, nanti keburu sholat Subuh datang," suaranya lembut, tapi cukup tegas.Senja menggeliat pelan di atas sofa kecil yang disediakan di kamar rumah sakit. Kelopak matanya masih berat, tapi suara Alzam membuatnya berusaha sadar sepenuhnya. Dengan mata yang masih setengah terpejam, dia mendengus kecil."Lima menit lagi..." gumamnya sambil menarik selimut.Alzam tersenyum kecil, lalu menepuk bahu anak tiri sekaligus keponakannya itu, sekali lagi. "Nanti kesiangan. Kakak mau belikan buat sahur. Kamu mau apa? "Senja yang tadinya malas-malasan langsung membuka mata. "Bubur ayam, tapi jangan pakai seledri!" katanya cepat."Oke, nanti Kakak carikan. Tapi sekarang, ayo bangun."Dengan sedikit ogah-ogahan, Senja akhirnya bangkit. Setelah wudhu, dia sholat tahajut di sebelah Alzam. Suasana di kamar rumah sakit masih sepi. Hanya terdengar suara lembut lantunan doa dari bibir mereka. "Jangan tidur lagi, sebentar lagi Kakak be

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 305. Saat harus memberi jawaban

    "Adik, jangan lama-lama, ya," suara suster terdengar lembut namun tegas.Senja tersentak, menoleh ke arah suster yang berdiri di dekat pintu. Tatapan wanita paruh baya itu ramah, tapi tetap mengandung peringatan.Ia menatap lagi ke inkubator, ke bayi mungil yang masih tertidur nyenyak, lalu mengangguk kecil. "Iya, Suster."Tangannya yang semula menempel di kaca perlahan turun. Ia beranjak pergi, tapi langkahnya tak menuju ruang perawatan Lani. Ia berjalan lurus melewati lorong rumah sakit yang terasa sepi, lalu ke arah taman kecil di belakang gedung.Duduk di bangku kayu, Senja menghela napas panjang. Kepalanya terasa penuh.Kenapa semuanya tiba-tiba jadi begini?Beberapa bulan terakhir, ia tinggal di rumah Thoriq, kakeknya, dan sudah merasa nyaman. Elmi, adik Alzam, memperlakukannya seperti anak sendiri. Kemana-mana mereka selalu berdua. Bahkan Aksa, suami Elmi, juga seperti sosok ayah baginya.Tapi di sisi lain, Lani.Ibunya.Mereka sering menghabiskan waktu berdua hanya untuk ngobr

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 304. Memilih

    Kinan masih berdiri tegak, matanya menatap tajam ke arah Agna yang berdiri dengan wajah tanpa ekspresi."Kamu pikir aku nggak tahu apa yang kamu lakukan?" suara Kinan rendah, tapi tajam.Agna menarik napas, berusaha tenang. "Aku nggak ngerti maksudmu.""Jangan pura-pura bodoh," Kinan melangkah lebih dekat. "Selama ini kamu selalu bersembunyi di balik topeng baik-baik, tapi kenyataannya? Kamu selingkuh di belakang suamimu. Untung juga Alzam nggak cinta sama kamu. Kalau cinta, bisa hancur rumah tangga."Pak Bara menghela napas, tak tahu harus bagaimana menghentikan Kinan. "Aku nggak pernah bermaksud menyakiti siapa pun," Agna akhirnya bicara. "Justru karena dia nggak cinta sama aku, hinggah aku,.."Kinan tertawa sinis. "Itu bukan alasan untuk orang selingkuh."Agna menegang."Semua ini memang salahku. Aku yang menyebabkan Agna melakukan semua itu. Jadi tolong, berhentilah menghinanya." Akhirnya Arhand angkat bicara.Air mata sudah menggenang di pip Agna.Pak Bara akhirnya melangkah men

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   303. Saat ingin menjadi orang baik

    Langkah Arhand melambat saat mendekati mobil. Agna, yang berada di sisinya, juga ikut berhenti. Mereka saling bertukar pandang sebelum akhirnya menoleh ke belakang."Mami, Papi duluan aja. Kita masih mau mampir ke ruangan Alzam," ujar Agna, suaranya datar, tapi ada sedikit ketegangan di sana. Merela tau, Sandra tidak akan tinggal diam dengan pemitan mereka.Benar saja, Sandra mendengus, seolah tidak senang dengan keputusan itu. "Buat apa? Mereka pasti sibuk sama bayinya. Ngapain juga kalian ke sana? Merepotkan diri saja," gerutunya."Kita cuma mau pamit," Arhand menimpali. "Sebentar aja."Arya, yang berdiri di sisi Sandra, hanya melirik sekilas. "Iya, Hand, dia saudaramu. Sudah sewajarnya kamu harus pamit padanya. Cepatlah kalau memang itu maumu. Kami bisa duluan pulang."Tanpa menunggu lebih lama, Arhand menggenggam tangan Agna, membawanya melangkah menuju ruang perawatan Lani. Namun, saat mereka tiba di sana, tempat itu kosong. Tidak ada Lani, tidak ada Alzam.Agna mengerutkan kenin

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 302. Bayi kita

    Di ruang tunggu rumah sakit, Agna bersandar pada kursi dengan wajah yang sulit suram. Sesekali, kakinya bergerak gelisah, sementara matanya melirik ke arah pintu, menunggu orang yang kini ke ruang administrasi. Arhand masih di dalam, mengurus segala urusan sebelum mereka bisa pulang.Di sebelahnya, Sandra tak henti-henti berbicara."Jadi, Lani akhirnya nggak dapat donor dari Arhand?"Nada suaranya penuh dengan penekanan, seolah ingin memastikan semua orang tahu betapa anehnya keputusan itu.Agna mendengus pelan. Ia melirik Sandra, lalu menoleh ke Arya yang duduk di seberangnya. Dari tadi tingkah maminya begitu membuatnya sebal."Mi, ini sudah bolak-balik dibahas," ucap Agna akhirnya, mencoba menahan kesal."Tapi aneh, kan?" Sandra masih bersikeras. "Masak Arhand, yang katanya peduli, nggak jadi donor? Ada apa sebenarnya? Atau jangan-jangan—""Mi. Sudah ada temannya Mas Alzam yang tiba lebih duluh."Arya memotong cepat. Wajahnya tetap tenang, tapi intonasi suaranya sedikit menekan."K

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 301. Berpelukan

    Rey dan Mira duduk di taman rumah sakit, memperhatikan orang-orang yang berjalan menuju ruang bayi yang tak jauh dari pandangannya, walau di sebrang mereka duduk. Mira ikut menatap ke arah yang sama, tangannya masih menggenggam botol air mineral yang tadi ia beli di kantin rumah sakit."Kita kok belum lihat ke sana. Masih di sini saja?""Jangan ke sana.""Memang kenapa? Aku kan juga pingin lihat gimana rupa bayinya Lani sama Alzam itu," guman Mira."Ntar kamu jadi segera pingin punya anak, padahal kita kan belum waktunya itu,..." Rey terkekeh."Ih, pikiran kamu ngeres." Mira bahkan sempat bergidik saat selintas terbayang Rey sebesar itu mendekatinya."Tuh kan, bayangin aku," gurau Rey.Lagi-lagi Mira bergidik. "Amit-amit deh bayangin kamu, Rey. Yang ada malah aku sawanan. Kamu sebesar itu."Rey terkekeh. Namun dia kemudian terdiam."Lihat, siapa yang datang," gumam Rey pelan.Mira mengernyit. "Siapa?"Sebelum Rey menjawab, seorang lelaki melangkah pelan menuju tempat wudhu di musholla

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 300. Lebih ringan

    Rey menatap Mira yang masih menunduk, pipinya bersemu merah. Jarinya hampir saja menyelipkan anak rambut yang jatuh menutupi wajah Mira ketika sebuah suara menggelegar dari belakang."Rey!"Tangan Rey terhenti di udara. Kepalanya menoleh cepat. Mira juga tersentak.Tukiran berdiri di ambang pintu dengan alis berkerut. Matanya tajam, mengawasi mereka berdua.Rey cepat-cepat menarik tangannya. Mira mundur selangkah. Jantungnya masih berdetak cepat, bukan karena Rey, tetapi karena ketahuan."Kalian belum buka puasa, kan?" Tukiran melanjutkan, nada suaranya sedikit lebih lembut. "Ini tadi ibumu beli nasi. Makanlah."Rey menghela napas lega, lalu tersenyum canggung. "Terima kasih, Pak."Perutnya memang sudah keroncongan. Tadi dia hanya sempat makan kurma dan minum air putih yang diberikan suster sebelum donor darah.Mira melirik ke arah Tukiran, mencoba menetralkan wajahnya. "Yang lain sudah makan?""Kayaknya baru makan setelah tahu Lani sadar," jawab Marni, yang tiba-tiba ikut berdiri di

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 299. Penebus dosa

    Arhand berdiri di depan ruang perawatan. Agna yang masih tampak lemah, menggenggam tangannya erat."Kamu yakin kuat?" bisik Arhand.Agna mengangguk. "Anggap saja ini penebusan dosaku untuk Lani dan Alzam.Arhand menarik napas panjang. "Kalau begitu, jalan pelan, ya. Atau aku minta kursi roda?""Nggak usah. Sekalian biar aku sehat. Beberapa hari di sini dan hanya tiduran, aku bosan.""Agna, kamu baru saja lepas infus. Istirahat dulu," bujuk Sandra.Agna menggeleng. "Aku ingin melihatnya, Mi. Sekalian aku mau minta maaf.Arhand menggandeng Agna pelan. Keduanya berjalan menuju ruang perawatan. Langkah Agna masih tertatih, tapi dia bersikeras.***Lani akhirnya membuka mata perlahan. Cahaya lampu membuat pandangannya masih kabur. Suara alat medis berdenging samar.Seseorang menggenggam tangannya. Hangat. "Sayang,...." Alzam hampir meneteskan air mata saat melihat Lani mengerjab. Betapapun sakit hatinya karena Lani mencari Rey di saat sadar, dia berusaha meredam perasaannya.Lani berus

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 298. Rapuh

    "Ada apa, Arhand?" Sandra yang habis mengerjakan sholat Isya', bangkit menghampiri Arhand yang memegang tangan Agna.Arhand dan Agna menoleh ke Sandra."Arhand melihat Alzam dan keluarganya sedang menunggu Lani operasi melahirkan."Memangnya kenapa kalau melahirkan? Biar komplit kebahagiaan mereka. Biar makin besar kepala itu Alzam." Sandra masih tak dapat terima dengan masih membenci Alzam."Mami, kok ngomongnya gitu?""Aku sebel aja. Sementara kamu keadaannya begini, mereka senang-senang.""Bukan senang, MI. Tapi mereka lagi ada masalah.""Maslah apa juga. Biar tau rasa sekalian. Orang yang bikin orang lain menderita, pasti ada karmanya.""Mami,..""Sini, mana makanan Mami, Hand. Ini nungu Papi juga kelaparan aku. Tapi buka puasa cuma roti aja.""Sudahlah, kamu makan cepat. Biar nanti kuat. Kita ke sana bareng.""Yakin kamu ikut?"Agna mengangguk.****Mira berdiri kaku, jantungnya berpacu cepat. Rey di sebelahnya mengepalkan tangan. Towirah hanya terus berzikir direngkuh Salma. Sem

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status