Home / Romansa / ISTRI SIRI TENTARA ALIM / Bab 224. Keputusan

Share

Bab 224. Keputusan

Author: HaniHadi_LTF
last update Last Updated: 2025-02-02 05:06:37

Arhand menyulut sebatang rokok. Ujungnya menyala, menciptakan api yang mencium udara malam, dan dengan satu tarikan dalam, asap tebal memenuhi paru-paru. Begitu menghembuskan nafas, seolah ada sesuatu yang pecah di dalam dirinya.

Hanya beberapa detik, namun sensasi itu tetap menggantung. Sebelum rokoknya mati perlahan, Arhand menatap kelam ke arah jendela, dan bayangan wajah Agna kembali mengusik ingatannya.

Dia ingat bagaimana setiap kali Agna datang, dunia terasa sedikit lebih terang. Tapi kini? Hanya bayangan yang dia rasakan. Agna menjauh.

Mengapa Agna menghindariku? Mengapa tidak ada percakapan seperti dulu? Terlebih saat malam aku mendatanginya di rumah Alzam itu yang membuat hatiku sakit.

Namun yang lebih parah, mengapa perasaan ini semakin menggigit?

Dengan gusar, Arhand membuang rokoknya ke lantai dan menginjaknya dengan kasar.

"Kenapa kamu begitu, Agna?" gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri.

"Makin lama, kamu makin menjauh."

Tapi bukan hanya Agna yang terlintas dalam bena
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 225. Arti bahagia

    Langit masih berwarna jingga ketika Alzam dan Lani berjalan bergandengan tangan menyusuri jalan besar menuju pasar krempyeng. Embun yang menempel di daun pisang di pinggir jalan memantulkan sinar matahari yang mulai merayap naik. Udara pagi terasa segar, membawa aroma khas tanah yang masih basah selepas subuh.Nampak para Ibu sibuk menyiapkan dagangan mereka di psaar krempyeng. Kadang juga melintas truk pengangkut hasil kebun, khususnya saat ini jeruk manis yang dibawa ke kota."Lha, Mas Alzam! Udah bangun pagi-pagi?" seru seorang ibu-ibu yang duduk di depan warungnya, tengah menata tumpukan pisang goreng hangat.Alzam tersenyum lebar. "Iya, Bu. Mumpung libur, sekalian nemenin istri jalan-jalan."Ibu itu terkekeh. "Nah, gitu, to. Istri hamil harus banyak diajak jalan biar sehat. Jangan cuma diajak tidur aja!"Lani tersedak, sementara Alzam malah tertawa lepas. "Tenang, Bu. Saya pastikan istri saya sehat lahir batin," katanya, menepuk pundak Lani dengan jahil."Walau ghak Minggu, dia j

    Last Updated : 2025-02-02
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 01. Aku Membencimu.

    Di luar begitu gelap. Tak ada bintang yang terlihat. Dengan mengendap Lani berjalan melewati belakang rumah , menyusuri belukar hinggah jatuh berkali-kali. Pedih dan perih tak lagi dia rasakan."Ya, Allah, beri aku kekuatan untuk keluar dari semua ini," untaian do'a terus dipanjatkan Lani. Kakinya sudah banyak mengeluarkan darah saat dia menyusuri semak-semak."Aww!" Lani meringis saat duri menancap di kakinya. Segera dia lepaskan duri itu dan dia kembali berlari dengan tertatih."Ini ke mana ujungnya, ya Allah?" Lani merasa tidak kuat lagi, terlebih dengan kerongkongannya yang terasa kering. Dia lalu menggapai air di aliran air yang kini terhampar di depannya. Meminumnya untuk mengeluarkan dahaga yang menyerangnya."Hey, wanita sialan, mau lari ke mana kamu?"Lani sontak menoleh dengan teriakan dari kejauhan. Dua lelaki itu kini bahkan mengejarnya."Ya, Allah, tolong aku! Tolong aku! Izinkan aku keluar dari kejaran mereka." Dengan bingung Lani segera menceburkan diri ke aliran air ya

    Last Updated : 2024-10-04
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 02. Penawaran.

    "Jika nanti kamu sembuh, aku bisa menjatuhkan talak untukmu. Dan kamu bisa pergi seperti kemauanmu." Alzam masih menerangkan maksudnya. Dia mendengar dari cerita Mbok Sarem kapan hari kalau Lani rajin minum obat dan rajin makan walau mulutnya pahit, dengan mengatakan kalau dia ingin segera sembuh dan pergi.Lani menggeleng kuat."Kita hanya menikah sirih, disaksikan pak kyai.""Aku sudah pernah menyetujui pernikahan siri yang berujung dengan kesengsaraanku seperti ini, kenapa aku harus terjun kembali?"tanya Lani dengan menatap pria yang kini ada di hadapannya. "apalagi denganmu, orang yang mengingatkanku pada orang yang paling aku benci di dunia."" Ini hanya untuk membuat kita menjadi muhrim, sementara sampai kamu kuat kembali dan aku bisa melepasmu." Perkataan Alzam agak meninggi melihat sikap Lani."Tidak, aku tidak ingin lagi terlibat dalam masalah," tekat Lani dengan terus menggigil. Giginya kembali gemertak."Entah apa masalahmu kepadaku sampai kamu seolah membenciku. Nama saja

    Last Updated : 2024-10-04
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 03. Perasaan Ini.

    "Lupakan! Ayo, kita ke ruang rapat sekarang. Katanya mau ada operasi khusus."Dandi hanya diam sambil berjalan mengikuti Alzam. Dia sedikit heran dengan arah pembicaran Alzam. Terlebih saat Alzam begitu terlihat menghawatirkan Lani."Maaf, ini agak sakit." Dandi mengambil sampel darah.Lani hanya memandang jarum itu menghisap darahnya. Padahal Alzam malah memalingkan pandangannya seolah tak tega."Aku sudah kebal dengan rasa sakit sejak aku lari dari orang-orang biadab itu, dan tidak lagi merasakan duri yang menancap di kakiku.""Bagaimana kejadiannya hinggah kamu mengalami hal seperti itu?" "Aku hendak pulang ke desa, ada dua orang mencegatku, dan membekamku. Sepertinya mereka suruan seseorang melihat segala macam yang mereka ungkapkan dan laporkan.""Kamu tau orangnya, kenapa dia sampai berniat buruk padamu?"Lani menggeleng."Kamu punya musuh?""Apa mungkin dia tega melakukan itu," gumannya."Dia siapa?""Ini memang salahku, aku menyetujui menikah siri dengan suami orang hanya k

    Last Updated : 2024-10-04
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 04. Pernikahan.

    "Silahkan masuk Pak Kyai!" Alzam mempersilahkan tamunya."Saya izin masuk sebentar.""Lani, maaf jika aku tak memberitahumu. Kita harus menikah siri sampai kamu merasa kuat dan pergi dari rumah ini seperti keinginanmu. Seperti yang aku katakan, aku tak ingin berbuat dosa dengan tak muhrim untukmu tapi selalu melakukan kontak fisik denganmu.""Kamu melakukan hal ini tanpa persetujuanku?" Lani sampai membulat matanya."Aku hanya ingin menjaga kita agar tak menjadi dosa."Lani menggeleng."Tolonglah, hanya nikah siri. Setelah semuanya ghak ada masalah, aku akan menjatuhkan talak untukmu. Dan kamu bisa pergi jika itu kemauanmu.""Tidak, Mas!""Jangan keras-keras, Pak Kyai sudah di sini.""Apa? Kamu ya, bisa-bisanya kamu,.."Alzam menbekam mulut Lani. "Nurut saja. Apa kamu tidak percaya padaku?""Tapi jangan menuntut yang tidak-tidak kamu.""Contohnya?""Kamu bukan lagi anak kecil yang harus dijelaskan secara rinci.""Kalau kamu yang mulai duluan?" canda Alzam dengan menyimpan senyumnya mel

    Last Updated : 2024-10-04
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 05. Canggung.

    "Mau ke kamar mandi?" tanya Alzam.Lani sejenak memandang Alzam. Rasa aneh dan canggung menjadi terasa di hatinya. Demikian juga dengan yang dialami Alzam. Padahal sebelumnya itu justru tak mereka rasakan."Aku mau sholat saja duluh dengan tayamum. Aku takut tiap pegang air selalu kedinginan.""Baiklah, kalau begitu aku akan ke kamar mandi duluh. Aku mau wudhu, nanti sholatnya aku imami, ya."Lani mengangguk. Lalu tayamum.Alzam kemudian ke kamar mandi dan sebentar saja sudah kembali. Mereka pun segera berjamah. Ada yang sejuk dirasakan Lani saat mendengar ayat suci dilantunkan Alzam dengan fasihnya saat dia menjadi imam. Diam-diam Lani merasa jika benar dia dinikahi Alzam memang karena pria itu tak ingin melakukan dosa dengan terus bersamanya tanpa ada kata muhrim."Kenapa memandangiku?" "Enggak, ghak apa-apa," sahut Lani bingung."Jangan terus memandangi aku, nanti kamu jatuh cinta sama aku.""Aku takkan berani jatuh cinta padamu. Aku tau aku siapa. Hidupku telah hilang dibawa lela

    Last Updated : 2024-10-04
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 06. Curiga.

    "Sepertinya dia hanya trauma. Syukurlah dia tidak mengalami seperti dugaanku," ucap Dandi."Memangnya apa dugaanmu?""Aku kira orang-orang itu sudah sampai memperkosanya dan menularkan penyakit tertentu.""Syukurlah tidak, setidaknya aku bisa lega," ucap Alzam dengan tersenyum. "Hari ini puyengnya sepertinya mulai hilang. Hanya rasa dinginnya yang sepertinya belum pulih.""Tenaganya terkuras waktu melarikan diri itu. Terlebih dia harus melawan arus sungai yang lagi deras-derasnya.""Setidaknya dia bisa diajak bicara dan mulai mempercayai aku. Tidak seperti saat awal-awal duluh yang seperti membenciku.""Kamu tidak bertanya kenapa dia seolah membencimu dengan mengatakan mata dan tatapanmu itu mengingat dia pada seseorang yang teramat dia benci ?""Aku takut itu bisa mengusik masa lalunya yang sesungguhnya ingin dia buang.""Bener juga kamu, Kep."" Aku tak bisa membayangkan kehidupan apa yang telah dialaminya. Saat masih SMA telah mengalami pelecehan dan bahkan harus melahirkan anak da

    Last Updated : 2024-10-04
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 07. Aku Ingin Sembuh.

    "Dhuk, katanya tadi makan, ayo!" ajakan Mbok Sarem membuat Lani melupakan kecurigaannya.Lani dengan pelan berdiri. Namun kemudian dia terhuyung, dan hampir jatuh. Untungnya Alzam segera menangkapnya, dan mendekapnya. Sejenak mereka salin berpandangan. Melihat itu timbul kekhawatiran di diri Mbok Sarem. "Ayo, biar Mbok saja yang gandeng ke ruang makan," sela Mbok Sarem.Lani yang masih bersitatap dengan Alzam segera menunduk. Lalu menyambut tangan Sarem yang membimbingnya."Emang masak apa, Mbok?" tanya Alzam begitu mereka sudah sampai di meja makan."Mas Alzam mandi duluh, baru ikutan makan," cegah Mbok Sarem saat melihat Alzam sudah mengambil posisi duduk di dekat Lani. Mbok Sarem memang berusaha menjauhkan Lani dari Alzam."Kalau gitu tunggu, dong, Mbok. Aku mandi duluh. Kayaknya enak kita bisa makan bertiga. Kayak punya keluarga.""Sebentar lagi juga Mas bisa seperti itu," ucap Mbok Sarem dengan pelan, padahal Alzam sudah pergi ke kamarnya. Lani hanya tersenyum menanggapinya. Ta

    Last Updated : 2024-10-04

Latest chapter

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 225. Arti bahagia

    Langit masih berwarna jingga ketika Alzam dan Lani berjalan bergandengan tangan menyusuri jalan besar menuju pasar krempyeng. Embun yang menempel di daun pisang di pinggir jalan memantulkan sinar matahari yang mulai merayap naik. Udara pagi terasa segar, membawa aroma khas tanah yang masih basah selepas subuh.Nampak para Ibu sibuk menyiapkan dagangan mereka di psaar krempyeng. Kadang juga melintas truk pengangkut hasil kebun, khususnya saat ini jeruk manis yang dibawa ke kota."Lha, Mas Alzam! Udah bangun pagi-pagi?" seru seorang ibu-ibu yang duduk di depan warungnya, tengah menata tumpukan pisang goreng hangat.Alzam tersenyum lebar. "Iya, Bu. Mumpung libur, sekalian nemenin istri jalan-jalan."Ibu itu terkekeh. "Nah, gitu, to. Istri hamil harus banyak diajak jalan biar sehat. Jangan cuma diajak tidur aja!"Lani tersedak, sementara Alzam malah tertawa lepas. "Tenang, Bu. Saya pastikan istri saya sehat lahir batin," katanya, menepuk pundak Lani dengan jahil."Walau ghak Minggu, dia j

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 224. Keputusan

    Arhand menyulut sebatang rokok. Ujungnya menyala, menciptakan api yang mencium udara malam, dan dengan satu tarikan dalam, asap tebal memenuhi paru-paru. Begitu menghembuskan nafas, seolah ada sesuatu yang pecah di dalam dirinya.Hanya beberapa detik, namun sensasi itu tetap menggantung. Sebelum rokoknya mati perlahan, Arhand menatap kelam ke arah jendela, dan bayangan wajah Agna kembali mengusik ingatannya.Dia ingat bagaimana setiap kali Agna datang, dunia terasa sedikit lebih terang. Tapi kini? Hanya bayangan yang dia rasakan. Agna menjauh. Mengapa Agna menghindariku? Mengapa tidak ada percakapan seperti dulu? Terlebih saat malam aku mendatanginya di rumah Alzam itu yang membuat hatiku sakit.Namun yang lebih parah, mengapa perasaan ini semakin menggigit?Dengan gusar, Arhand membuang rokoknya ke lantai dan menginjaknya dengan kasar."Kenapa kamu begitu, Agna?" gumamnya, lebih kepada dirinya sendiri."Makin lama, kamu makin menjauh."Tapi bukan hanya Agna yang terlintas dalam bena

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 223. Asbak

    Ruangan pemeriksaan itu cukup terang, dengan suara mesin yang bersahutan di sudut ruangan. Lani duduk di kursi panjang dengan tangan memeluk perutnya, sementara Alzam duduk di sampingnya, matanya tak lepas dari wajah Lani. Sebuah rasa khawatir menggelayuti pikiran Alzam. Selama beberapa minggu terakhir, ia sering merasa cemas tentang kehamilan Lani. Apakah semuanya baik-baik saja?Lani melirik Alzam, memberi senyum yang berusaha ia tunjukkan meskipun dalam hati ada perasaan lain. "Jangan khawatir, Mas. Semua akan baik-baik saja," kata Lani pelan, meyakinkan dirinya sendiri lebih tepatnya.Alzam menggenggam tangan Lani dengan lembut, namun cemas masih terlihat jelas di wajahnya. "Aku hanya ingin semuanya lancar, Lani. Aku ingin kalian berdua baik-baik saja."Lani mengangguk. "Kita tunggu saja hasilnya. Dokter pasti bisa membantu." Saat Alzam duduk di kursi menunggu dengan gelisah. Tangannya sibuk memeriksa ponsel, akhirnya menemukan nomor Dandi yang sudah lama tak ia hubungi.Setelah

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 222.

    Agna merasa kelelahan setelah berkeliling kota, mengurus beberapa hal yang sudah lama tertunda. Langkahnya berat ketika ia melangkah menuju rumah Alzam, berharap bisa menemui lelaki itu. Namun, saat ia membuka pintu rumah, hanya ada Mbok Sarem yang sedang duduk di sudut ruang tamu, memandangi piring-piring kosong di meja."Mbak Agna, ada apa?" tanya Mbok Sarem dengan suara pelan.Agna hanya mengangguk dan melangkah lebih dalam, menatap sekeliling rumah yang terasa sepi. Tidak ada suara langkah kaki Alzam, tidak ada obrolan hangat antara dia dan MBok Sarem seperti biasanya. Seharusnya dia ada di sini."Mas Alzam mana?" suara Agna mengeras, tidak bisa menyembunyikan keresahan yang mulai tumbuh dalam dirinya.Mbok Sarem menunduk, tidak berkata apa-apa. Wajahnya tampak cemas, seolah-olah ia sedang berpikir keras bagaimana menjawab pertanyaan Agna tanpa menimbulkan masalah."Mbok, jawab! Di mana Mas Alzam?" Agna mengulang, suaranya semakin tegas, penuh kekesalan.Mbok Sarem terdiam beberap

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 221. Mayor Reynaldi...

    Tawa menggema di dalam restoran. Suasana elegan dengan lampu gantung mewah, pelayan yang sibuk mondar-mandir, dan alunan musik jazz lembut di sudut ruangan, seharusnya membuat siapa pun merasa nyaman.Tapi Agna gelisah. Bukan karena makanan yang tersaji di depannya, atau percakapan teman-temannya yang membahas rapat partai tadi siang.Melainkan karena tatapan itu. Tatapan yang membuatnya tak bisa berhenti dengan menelisik pria yang jauh dari mereka duduk, tepatnya, pria yang berada di meja seberang.Mayor Reynaldi duduk di sana, bersama seorang pria lain berseragam dinas. Mereka tampak serius berbincang, tapi sesekali, Rey mengarahkan pandangannya ke arah Agna.Entah sudah yang keberapa kali.Agna mencoba tidak peduli. Dia meraih gelas, menyesap lemon tea perlahan. Tapi, saat meletakkan kembali gelasnya, mata mereka bertemu lagi. Mayor Reynaldi, diucapkannya kembali nama dengan pangkat di belakangnya itu. Sedikit senyumnya mengembang. Walau tidak tampan, badannya yang tinggi besar d

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 220. Barang berharga

    Lani menyandarkan kepalanya ke bahu Alzam, menyusupkan tangannya ke dalam genggaman suaminya. "Jangan bilang mau kasih nama Jawa seperti kebanyakan nama orang sini, ya," guman Alzam saat melihat Lani mengerutkan jidatnya."Jangan bilang juga kamu mau kasih nama ke-Arab-Araban, seperti namamu," kekeh Lani pula.Alzam menatap Lani dengan seringai kecil. "Memangnya kenapa? Nama Arab bagus-bagus, lho. Penuh makna."Lani mencibir, bibirnya mengerucut jenaka. "Terus, kalau anaknya lahir cewek, gimana? Aku kan pengin anak perempuan biar ada temennya Senja.""Ya cari lagi, dong."Alzam mengerutkan kening pura-pura serius. "Daulani… Namamu aneh banget. Apa artinya, sih?"Lani mencubit lengan suaminya, tapi tanpa tenaga. "Dasar! Nama itu ilham dari Ibu sama Bapak. Hargai usaha mereka, dong!"Alzam terkekeh, lalu mengecup puncak kepala istrinya. "Ya sudah, kita pikirkan nanti. Sekarang…" Dia menatap istrinya dengan tatapan yang mengharap.Lani mendengus. "Ogah. Ngantuk.""Tapi aku kangen banget,

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 219. Rindu

    Alzam berjalan cepat keluar dari pabrik, matanya menyapu sekeliling. Lani tidak ada.Biasanya, dia masih duduk di dekat ruang pribadinya, menyelesaikan laporan akhir atau keluar sekadar berbincang dengan orang yang kerja sebelum pulang. Tapi kali ini, tempat itu kosong.Dia menghela napas pelan.Sial, aku terlambat.Ini sudah hari kedua dia tak bertemu istrinya.Tugas tambahan tiba-tiba datang bertubi-tubi. Semuanya seolah menumpuk. Tidak ada yang bisa dia abaikan. Setiap kali dia berpikir pekerjaan akan selesai lebih cepat, selalu ada hal baru yang menahannya.Langkahnya melambat saat sampai di mobil setelah dari markas dia langsung ke pabrik itu, bermaksud bisa bertemu dengan Lani. Kalau pagi Lani pasti belum datang padahal Alzam sudah berangkat ke markas.Diam di rumah terasa lebih panjang dari biasanya. Mungkin karena Lani tidak ada di sampingnya, seperti malam-malam sebelumnya. Tidak ada cerita ringan tentang pekerjaannya, atau tawa kecilnya saat membahas bayi mereka yang semakin

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 218. Kembali

    Setelah kepergian Agna, Damar berjalan mendekati Vero, rahangnya mengeras. Tangannya mengepal di samping tubuh. Matanya menatap tajam perempuan itu yang masih berdiri tenang di depan toko suvenirnya."Kenapa bilang ke Agna kalau kamu istriku?" suaranya rendah, nyaris berbisik, tapi dingin menusuk.Vero menoleh santai. "Kamu keberatan?""Jangan main-main, Vero."Vero menghela napas panjang, lalu menunduk sedikit melihat Diandra yang sedang asyik memainkan gelang kecil yang baru dibelinya. Dia membelai lembut rambut putrinya sebelum menatap Damar lagi."Aku nggak bermaksud apa-apa."Damar mendecak. "Kamu tahu Agna kenal Mira. Gimana kalau dia cerita?"Vero mengangkat bahu. "Ya terus?"Damar menggeram pelan. "Aku serius sama Mira."Ada sekilas perubahan di wajah Vero, tapi hanya sekejap sebelum dia tersenyum miring. "Oh ya? Tapi, sampai sekarang kamu belum menikah, kan?""Baru juga kemarin aku diterima ibunya, Vero."Vero tertawa kecil. "Berarti belum ada kepastian kan?"Damar mengerjap,

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 217. Pertemuan tak terduga

    Langkah Agna melambat ketika suara berat menyapanya dari samping."Mau cari apa di sini?"Seketika, detak jantungnya melonjak. Dia menoleh cepat, mendapati sosok pria tinggi besar berseragam berdiri santai dengan senyum tipis di wajahnya. Reynaldi.Mata Agna menyipit, rasa kaget masih tertinggal di ekspresinya. "Apa urusanmu? Mau jalan, kek, mau makan, itu urusanku," ucapnya sengol. Hatinya memang tak lagi baik-baik saja. Sejak kejadian semalam, pikirannya menjadi kacau. Badannya terasa remuk. Dan hari ini, untuk menghilangkan penat, seperti kebiasaannya, dia pergi shopping di mall.Rey tertawa kecil, tak terganggu dengan sikap dinginnya. "Cuma tanya. Siapa tahu aku bisa bantu."Agna menarik napas dalam. Keberadaannya di sini sudah cukup untuk menenangkan pikirannya, dan sekarang pria ini muncul seolah tak ada pekerjaan lain selain membuat Agna makin pusing."Aku butuh tas dan sepatu," jawabnya akhirnya, malas meladeni lebih jauh.Rey mengangguk pelan. "Mau acara apa?""Apa beli sesua

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status