Share

172. Bersamamu

Author: HaniHadi_LTF
last update Last Updated: 2025-01-08 05:11:46

Alzam keluar dari rumah Lani dari arah depan, hal yang tak pernah dia lakukan selama ini. Dihirupnya udara sebanyak mungkin, seolah dia baru saja terbebas dari beban yang berat.

Langit mulai meremang. Alzam yang berdiri di teras, menatap jauh ke arah jalan desa yang mulai ramai. Angin sepoi membawa aroma khas dedaunan basah. Ia menoleh dari kaca jendela yang bisa melihat ke arah Lani yang sedang membereskan sisa makanan di ruang tamu bersama Mbok Sarem. Sebuah senyuman kecil disunggingkan Alzam di bibirnya. Rasanya dia tak pernah bosan menatap orang yang paling dia cintai itu. Rambut Lani yang lebat, masih menutup sebagian wajahnya. Da begitu cantik, guman Alzam lagi dengan menatap Lani tak jemuh.

Tiba-tiba dia ingat keinginannya selama ini. Dia lalu masuk, menghampiri Lani.

“Lani,” panggil Alzam lembut, suaranya seperti menahan sebuah permintaan besar.

Lani menoleh. “Ada apa?” tanyanya dengan senyum kecil.

“Temani aku jalan-jalan sore ini. Aku ingin kita menikmati waktu berdua, seper
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Zidan Kasan
udah thor jangan dipisahkan lagi mereka, biarkan agna pergi dan bersama arhand, toh dia yg mengambil keperawanan agna, jangan ada drama lagi, kasian lani
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   173. Bayangan

    "Sebentar, sayang," pemit Alzam. "Jangan ke mana-mana, ya. Dan tetap wasapada."Lani kebingungan dengan pesan dari suaminya yang kemudian pergi , seolah mencari seseorang di antara kerumunan."Siapa dia, kenapa dari tadi dia menguntit kami?" pertanyaan itu memenuhi dada Alzam yang masih tengok sana, tengok sini. Dia yakin betul lelaki itu dari tadi mengikuti mereka."Ada apa, Mas?" tiba-tiba Parjo menyapa."Enggak, Cak, cuma cari seseorang. Sepertinya dari tadi aku merasa ada yang membuntuti aku dan Lani.""Mas Alzam sama MBak Lani ke sini?" tanya Paijo."Iya, Cak.""Lalu di mana dia, Mas?""Tadi aku tinggal di sana karena aku cari orang yang sepertinya sengaja buntuti aku.""Cepatlah ke sana saja, Mas. Takutnya terjadi apa-apa sama Mbak Lani."Alzam mendadak khawatir. Dia pun segera ke tempat di mana Lani tadi ditinggalkan."Terimakasih, Cak." Alzam segera berlari kecil, katekutan seolah menguasainya. Hinggah akhirnya dia mendapati Lani yang menelisikkan pandangan mencari sosok Alza

    Last Updated : 2025-01-08
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   74. Tak sesuai harapan

    "Assalamu'alaikum!" seru Mbok Sarem dari teras saat melihat Alzam dan Lani turun dari mobil."Wa'alaikumsalam, Mbok," jawab Lani dengan senyum lebar, tangannya memegang kantong plastik putih.Mbok Sarem mendekat, wajahnya berbinar melihat Lani yang memegang plastik itu. "Ini terang bulan, ya? Wah, pasti kesukaanku!"Lani tertawa kecil, menyerahkan plastik itu. "Iya, Mbok. Tadi aku lihat orangngnya kebetulan buka, jadi sekalian beli. Mas Alzam yang traktir.""Alhamdulillah, terima kasih, Mas. Kalian kelihatan bahagia sekali," ujar Mbok Sarem sambil meraih tangan Lani dan menggenggamnya hangat. "Semoga selalu rukun, ya.""Amin, Mbok," jawab Alzam, menatap istrinya dengan senyum yang sulit disembunyikan.Lani pun tersenyum, matanya menyiratkan kehangatan yang sama. Namun, ada sesuatu di wajah Alzam yang samar terlihat. Seperti ada yang mengganggu pikirannya, meskipun dia berusaha menutupinya."Mbok, kami masuk dulu, ya. Mbok makan terang bulannya pelan-pelan, biar nggak tersedak," ujar L

    Last Updated : 2025-01-09
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   175. Harapan

    Marni megangkat tangannya menghentikan kata-kata Mira. Mira hanya bisa menunduk.Towirah mencoba melerai. "Marni, dengarkan Mira dulu. Jangan buru-buru menilai. Kalau memang Damar serius, beri dia kesempatan."Marni menggeleng tegas. "Kesempatan apa? Mira itu anakku satu-satunya perempuan! Apa salah kalau aku ingin dia hidup lebih baik?""Dan menurut Ibu, Damar itu buruk, begitu?" tanya Mira dengan nada tajam.Marni menatap putrinya, lalu mengalihkan pandangan ke Damar. "Kalau bukan buruk, ya nggak cocok. Mira, pikirkan. Kamu ini punya masa depan. Jangan kau buang cuma karena cinta buta.""Bu, aku tahu apa yang aku lakukan," jawab Mira, matanya berkaca-kaca."Pokoknya aku nggak setuju," potong Marni dingin. Tanpa berkata lagi, dia berbalik dan keluar rumah, membiarkan semua orang dalam kebisuan.Mira terduduk, menutup wajah dengan kedua tangannya. Tukiran hanya bisa menghela napas, sementara Wagimin dan Towirah saling pandang tanpa tahu harus berkata apa."Pokoknya aku nggak setuju!"

    Last Updated : 2025-01-09
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 176. Tuntutan

    Langkah Arhand menuruni tangga pesawat terasa ringan, meski wajahnya tetap memperlihatkan ekspresi datar yang menjadi ciri khasnya. Bandara Sultan Hasanuddin siang itu dipenuhi hiruk-pikuk penumpang, namun Arhand tetap tenang, dengan koper kecil di tangan kanan dan tas selempang melintang di bahu. Udara panas menyambutnya saat ia melangkah keluar terminal kedatangan, memandangi sekilas bangunan modern yang tak pernah gagal membuatnya merasa pulang.Setelah menunggu sebentar di area parkir, sebuah mobil sedan hitam berhenti di depannya. Seorang pria paruh baya, sopir keluarga, keluar dan menyambutnya dengan senyum lebar."Selamat datang, Tuan Arhand," sapanya sambil membuka pintu belakang."Terima kasih, Pak Yusuf," jawab Arhand singkat sebelum masuk ke mobil.Perjalanan menuju rumahnya di pusat kota Makassar hanya memakan waktu sekitar 30 menit. Jalanan yang cukup ramai tak membuat Arhand gelisah. Sepanjang perjalanan, ia memandang keluar jendela, memperhatikan sudut-sudut kota yang s

    Last Updated : 2025-01-10
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   177. Terkesan

    Yasmin tersenyum dengan langkah yang terasa ringan saat memasuki ruang keluarga yang megah. Mata cokelatnya yang teduh menyapu ruangan, berhenti di wajah Arhand yang duduk dengan tubuh tegap, tetapi sorot matanya menahan kekaguman. Yasmin masih tersenyum kecil, meski gugup, sementara kedua orang tuanya, Jamilah dan Al Ayyubi, melangkah di belakangnya dengan percaya diri."Assalamualaikum!" sapa Jamilah hangat.Manda bangkit dari sofa, "Waalaikumussalam! Akhirnya bisa bertemu setelah sekian lama mendengar cerita tentang kalian dari Oma."Arhand berdiri, menyembunyikan kekagumannya di balik senyum tipis. Ia menjabat tangan Al Ayyubi dengan sopan, lalu mengatupkan kedua tangannya di dada pada Jamilah, dan terakhir Yasmin. Saat matanya menatap Yasmin, ada sensasi dingin yang menembus kulitnya. Yasmin hanya tersenyum tipis, sopan, tanpa berkata sepatah pun."Silakan duduk," kata Evran, mempersilakan mereka ke sofa.Suasana hening sejenak, hanya diisi oleh dentingan halus piring kecil yang

    Last Updated : 2025-01-10
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   178. Pelakor!

    "Tuh kan, anak kita gerak lagi. Sayang." Alzam yang duduk bersebelahan dengan Lani memegang perutnya dan merasakan pergerakan bayinya.Lani yang menyelonjorkan kakinya nampak tersenyum dengan sekilas melirik Alzam, lalu membuang pandangannya ke arah anak sungai. Sebuah ciuman di keningnya membuat Lani mengibaskan tangannya."Ei, bukan hanya anak kita yang menendangku, Lani, kamu juga."Lani bersungut dengan menatap sekeliling. "Habisnya kamu ghak tau tempat, bagaimana jika ada orang yang biasanya cari ikan di sungai itu lihat kita?"Alzam terkekeh. "Aku ghak nyadar," ucapnya kemudian."Aku akan ke rumah Agna nanti sore, mengurus perceraian, setelah itu kita akan mengajukan pernikahan kita ke KUA. Kasihan nasib anak kita jika kita belum punya surat resmi.""Semoga dimudahkan Mas," ucap Lani dengan segera berdiri. "Sudah siang, kita pulang, yuk. Aku kan harus ke pabrik.""Iya, aku juga harus ke gudang," ucap Alzam. Semburat nada getir terucap dari bibirnya. Hari ini adalah Senin, biasan

    Last Updated : 2025-01-10
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   179. Syarat

    Suasana berubah hening. Alzam menggeleng dengan tegas, rahangnya mengeras. "Itu tidak akan terjadi, Agna. Aku tidak akan membiarkan Lani dipermalukan seperti itu.""Kalau begitu, kita lihat saja bagaimana akhirnya," jawab Agna dingin. Ia melangkah pergi, meninggalkan Alzam dan Lani yang masih berdiri mematung di bawah langit yang semakin terang.Alzam dan Lani lebih banyak diam hinggah saat berangkat kerja. Mbok Sarem sampai heran saat mereka makan dengan diam. Hanya genggaman tangan yang erat saat mereka keluar, seolah salin menguatkan."Jadi bagaimana keputusan kalian?""Jangan kamu harap kami tunduk dengan arahanmu, Agna!" ucap Alzam."Jadi, kau tetap pada keputusan itu?" "Lebih baik aku keluar dari pekerjaan itu daripada harus menuruti keinginanmu yang merendahkan Lani," jawab Alzam dengan nada tegas.Agna terkekeh kecil, sinis. Tawa itu seperti jarum yang menusuk ke dalam keheningan. "Kita lihat saja, Mas," katanya sambil mendekat, matanya tajam menusuk Alzam. "Apa kamu pikir b

    Last Updated : 2025-01-11
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 180. Aneh

    Agna memejamkan matanya. Ia tahu Arhand benar menagih semua itu, tapi ada sesuatu dalam dirinya yang membuatnya tidak bisa melangkah lebih jauh. Bukan hanya karena ia tak ingin meninggalkan Jawa dan kariernya, Bagaimanapun juga, Arhand anak tunggal, tak mungkin meninggalkan rumahnya di Makasar. Terlebih karena hatinya telah menyimpan perasaan untuk Alzam. Dia memang kadang merasa bersalah pada Arhand, hanya karena kebutuhan biologisnya yang tidak dipenuhi Alzam, dia mencari cara dengan menikmatinya bersama Arhand, sedangkan Arhand mengatakan semua itu karena cinta. Dia yang memang juga baru pertama melakukannya dengan Agna, memang merasa tak bisa lagi jauh dari Agna."Arhand, aku butuh waktu," kata Agna akhirnya. "Percayalah, ini bukan soal kita. Aku hanya ingin semuanya selesai dengan benar."Arhand memutuskan telponnya, Agna memejamkan mata. Hatinya bergejolak, antara keinginan untuk melangkah maju dengan Arhand atau berharap ada keajaiban yang memperbaiki hubungan dengan Alzam.*

    Last Updated : 2025-01-11

Latest chapter

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 302. Bayi kita

    Di ruang tunggu rumah sakit, Agna bersandar pada kursi dengan wajah yang sulit suram. Sesekali, kakinya bergerak gelisah, sementara matanya melirik ke arah pintu, menunggu orang yang kini ke ruang administrasi. Arhand masih di dalam, mengurus segala urusan sebelum mereka bisa pulang.Di sebelahnya, Sandra tak henti-henti berbicara."Jadi, Lani akhirnya nggak dapat donor dari Arhand?"Nada suaranya penuh dengan penekanan, seolah ingin memastikan semua orang tahu betapa anehnya keputusan itu.Agna mendengus pelan. Ia melirik Sandra, lalu menoleh ke Arya yang duduk di seberangnya. Dari tadi tingkah maminya begitu membuatnya sebal."Mi, ini sudah bolak-balik dibahas," ucap Agna akhirnya, mencoba menahan kesal."Tapi aneh, kan?" Sandra masih bersikeras. "Masak Arhand, yang katanya peduli, nggak jadi donor? Ada apa sebenarnya? Atau jangan-jangan—""Mi. Sudah ada temannya Mas Alzam yang tiba lebih duluh."Arya memotong cepat. Wajahnya tetap tenang, tapi intonasi suaranya sedikit menekan."K

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 301. Berpelukan

    Rey dan Mira duduk di taman rumah sakit, memperhatikan orang-orang yang berjalan menuju ruang bayi yang tak jauh dari pandangannya, walau di sebrang mereka duduk. Mira ikut menatap ke arah yang sama, tangannya masih menggenggam botol air mineral yang tadi ia beli di kantin rumah sakit."Kita kok belum lihat ke sana. Masih di sini saja?""Jangan ke sana.""Memang kenapa? Aku kan juga pingin lihat gimana rupa bayinya Lani sama Alzam itu," guman Mira."Ntar kamu jadi segera pingin punya anak, padahal kita kan belum waktunya itu,..." Rey terkekeh."Ih, pikiran kamu ngeres." Mira bahkan sempat bergidik saat selintas terbayang Rey sebesar itu mendekatinya."Tuh kan, bayangin aku," gurau Rey.Lagi-lagi Mira bergidik. "Amit-amit deh bayangin kamu, Rey. Yang ada malah aku sawanan. Kamu sebesar itu."Rey terkekeh. Namun dia kemudian terdiam."Lihat, siapa yang datang," gumam Rey pelan.Mira mengernyit. "Siapa?"Sebelum Rey menjawab, seorang lelaki melangkah pelan menuju tempat wudhu di musholla

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 300. Lebih ringan

    Rey menatap Mira yang masih menunduk, pipinya bersemu merah. Jarinya hampir saja menyelipkan anak rambut yang jatuh menutupi wajah Mira ketika sebuah suara menggelegar dari belakang."Rey!"Tangan Rey terhenti di udara. Kepalanya menoleh cepat. Mira juga tersentak.Tukiran berdiri di ambang pintu dengan alis berkerut. Matanya tajam, mengawasi mereka berdua.Rey cepat-cepat menarik tangannya. Mira mundur selangkah. Jantungnya masih berdetak cepat, bukan karena Rey, tetapi karena ketahuan."Kalian belum buka puasa, kan?" Tukiran melanjutkan, nada suaranya sedikit lebih lembut. "Ini tadi ibumu beli nasi. Makanlah."Rey menghela napas lega, lalu tersenyum canggung. "Terima kasih, Pak."Perutnya memang sudah keroncongan. Tadi dia hanya sempat makan kurma dan minum air putih yang diberikan suster sebelum donor darah.Mira melirik ke arah Tukiran, mencoba menetralkan wajahnya. "Yang lain sudah makan?""Kayaknya baru makan setelah tahu Lani sadar," jawab Marni, yang tiba-tiba ikut berdiri di

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 299. Penebus dosa

    Arhand berdiri di depan ruang perawatan. Agna yang masih tampak lemah, menggenggam tangannya erat."Kamu yakin kuat?" bisik Arhand.Agna mengangguk. "Anggap saja ini penebusan dosaku untuk Lani dan Alzam.Arhand menarik napas panjang. "Kalau begitu, jalan pelan, ya. Atau aku minta kursi roda?""Nggak usah. Sekalian biar aku sehat. Beberapa hari di sini dan hanya tiduran, aku bosan.""Agna, kamu baru saja lepas infus. Istirahat dulu," bujuk Sandra.Agna menggeleng. "Aku ingin melihatnya, Mi. Sekalian aku mau minta maaf.Arhand menggandeng Agna pelan. Keduanya berjalan menuju ruang perawatan. Langkah Agna masih tertatih, tapi dia bersikeras.***Lani akhirnya membuka mata perlahan. Cahaya lampu membuat pandangannya masih kabur. Suara alat medis berdenging samar.Seseorang menggenggam tangannya. Hangat. "Sayang,...." Alzam hampir meneteskan air mata saat melihat Lani mengerjab. Betapapun sakit hatinya karena Lani mencari Rey di saat sadar, dia berusaha meredam perasaannya.Lani berus

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 298. Rapuh

    "Ada apa, Arhand?" Sandra yang habis mengerjakan sholat Isya', bangkit menghampiri Arhand yang memegang tangan Agna.Arhand dan Agna menoleh ke Sandra."Arhand melihat Alzam dan keluarganya sedang menunggu Lani operasi melahirkan."Memangnya kenapa kalau melahirkan? Biar komplit kebahagiaan mereka. Biar makin besar kepala itu Alzam." Sandra masih tak dapat terima dengan masih membenci Alzam."Mami, kok ngomongnya gitu?""Aku sebel aja. Sementara kamu keadaannya begini, mereka senang-senang.""Bukan senang, MI. Tapi mereka lagi ada masalah.""Maslah apa juga. Biar tau rasa sekalian. Orang yang bikin orang lain menderita, pasti ada karmanya.""Mami,..""Sini, mana makanan Mami, Hand. Ini nungu Papi juga kelaparan aku. Tapi buka puasa cuma roti aja.""Sudahlah, kamu makan cepat. Biar nanti kuat. Kita ke sana bareng.""Yakin kamu ikut?"Agna mengangguk.****Mira berdiri kaku, jantungnya berpacu cepat. Rey di sebelahnya mengepalkan tangan. Towirah hanya terus berzikir direngkuh Salma. Sem

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 298. Tapi,..

    Mira menggenggam ponselnya erat. Jemarinya gemetar, menelusuri daftar kontak dengan panik. Otaknya mencoba mengingat siapa yang harus dihubungi.Nomor Lani? Tidak mungkin. Siapa yang pegang ponsel Lani sekarang?Alzam? Tidak enak rasanya.Mira menggigit bibir, frustrasi. Sampai akhirnya ia teringat sesuatu.Dita.Tadi Dita yang ngantar ke rumah sakit bersama Budi. Mereka pasti tahu sesuatu.Tanpa pikir panjang, ia mencari nomor Budi. Nomor itu sering ia hubungi untuk urusan kulit jeruk yang dijadikan sovenir oleh Budi, jadi tak sulit menemukannya. Setelah beberapa detik, telepon tersambung.Budi mengangkat, suaranya serak. "Mira?""Apa yang terjadi? Lani gimana? Bayinya sudah lahir? Budi, cepat bilang!"Hening beberapa saat.Mira semakin gelisah. "Budi, jawab!""Lani masih berjuang." Suara di seberang terdengar lemah.Mira menahan napas. "Kenapa?"Tarikan napas berat terdengar sebelum Budi menjawab. "Pendarahan. Banyak."Jantung Mira serasa berhenti. "Apa... dia baik-baik saja?""Dokte

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 296. Kebencian

    Mira menggenggam tangannya erat. Hatinya semakin gelisah, perasaan itu tak mau hilang sejak mereka meninggalkan rumah.Marni duduk di sebelahnya, wajahnya murung. Biasanya, perempuan itu tidak pernah kehabisan kata-kata jika sudah membahas Lani, tapi kali ini berbeda. Ada kegelisahan yang terpancar jelas di wajahnya. Keponakan suaminya hanya Lani. Dia yang duluh selalu membenci Lani merasa takut jika terjadi sesuatu pada Lani."Aku takut," gumam Marni tiba-tiba.Mira menoleh, menatap Marni yang mengusap wajah dengan tangan gemetar."Takut kehilangan Lani," lanjutnya dengan suara lirih.Mira merasakan hal yang sama. Perasaan yang menyesakkan dada.Di sebela mereka, Tukiran juga tidak bisa duduk diam. Beberapa kali ia berjalan, menengok sibuknya lalu lintas yang melewati jalan besar di depannya, mondar-mandir gelisah."Tolong lebih cepat, Pak," kata Rey pada tukang tambal ban yang sedang bekerja.Laki-laki itu hanya menoleh sebentar, lalu kembali melanjutkan pekerjaannya dengan kecepatan

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 295. Berlutut

    Rey baru saja keluar dari markas ketika ponselnya bergetar di saku. "Aduh, Rey, kamu ngapain aja sih, dari pabrik sampai aku di rumah ini, kamu nggak ngangkat telpon aku. Kamu udah nggak mau lagi aku telpon ya?" gerutu Mira panjang lebar."Bukan begitu, Mira. Ada rapat penting, jadinya handphone aku matikan. Ini aja lupa tadi nggak aku ces jadinya baterainya tinggal sedikit.""Memangnya ada apa sih, tumben kamu duluh yang nelpon? Kangen cowok ganteng ini ya?""GR kamu! Itu Rey, Lani masuk rumah sakit."Jantung Rey berdegup cepat. Tadinya yang ngomongnya slow, kini jadi keras. "Apa?""Ketubannya pecah duluan. Sekarang masih menunggu operasi. Mungkin juga sudah berlangsung operasinya."Rey tidak langsung bertanya, suara Mira terdengar panik."Kamu di mana sekarang?""Aku sudah pulang. Orang tuaku ikut, mereka mau ke rumah sakit juga."Rey menarik napas dalam. "Aku masih di markas ini, tapi aku langsung ke sana. Tunggu aku."Mira mengiyakan. Rey segera masuk ke mobil, menyalakan mesin,

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 294. Darah langka

    Lani berbaring di ruang operasi dengan mata setengah terpejam. Cahaya putih di atasnya menyilaukan. Monitor di sampingnya berbunyi cepat, seolah mengikuti irama jantungnya yang melemah."Tekanan darahnya turun!" seru seorang perawat.Dokter bedah yang sedang bekerja menoleh cepat. "Kehilangan darah lebih banyak dari perkiraan.""Segera hubungi bank darah!" perintah dokter anestesi.Perawat yang memegang ponsel terlihat pucat setelah berbicara dengan pihak PMI. "Dok, stok AB negatif kosong!"Dokter bedah terdiam sesaat, lalu menoleh ke timnya. "Panggil keluarganya! Kita butuh donor segera!"Alzam yang sedari radi dengan tak tenang menunggu di depan pintu ruang operasi, segera menatap seorang dokteryang keluar dengan wajah serius."Dokter, bagaimana istri saya, Dok?""Anda suami pasien?"Alzam mengangguk cepat. "Iya! Gimana istri saya, Dok?" Pertanyaan yang sama diulang Alzam."Kondisinya kritis. Dia mengalami perdarahan hebat dan butuh tambahan darah. Tapi... stok AB negatif kosong di

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status