Share

175. Harapan

Penulis: HaniHadi_LTF
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-09 04:26:29

Marni megangkat tangannya menghentikan kata-kata Mira. Mira hanya bisa menunduk.

Towirah mencoba melerai. "Marni, dengarkan Mira dulu. Jangan buru-buru menilai. Kalau memang Damar serius, beri dia kesempatan."

Marni menggeleng tegas. "Kesempatan apa? Mira itu anakku satu-satunya perempuan! Apa salah kalau aku ingin dia hidup lebih baik?"

"Dan menurut Ibu, Damar itu buruk, begitu?" tanya Mira dengan nada tajam.

Marni menatap putrinya, lalu mengalihkan pandangan ke Damar. "Kalau bukan buruk, ya nggak cocok. Mira, pikirkan. Kamu ini punya masa depan. Jangan kau buang cuma karena cinta buta."

"Bu, aku tahu apa yang aku lakukan," jawab Mira, matanya berkaca-kaca.

"Pokoknya aku nggak setuju," potong Marni dingin. Tanpa berkata lagi, dia berbalik dan keluar rumah, membiarkan semua orang dalam kebisuan.

Mira terduduk, menutup wajah dengan kedua tangannya. Tukiran hanya bisa menghela napas, sementara Wagimin dan Towirah saling pandang tanpa tahu harus berkata apa.

"Pokoknya aku nggak setuju!"
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Umriyah Purnawati Sholikhah
semangaat Damar......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 176. Tuntutan

    Langkah Arhand menuruni tangga pesawat terasa ringan, meski wajahnya tetap memperlihatkan ekspresi datar yang menjadi ciri khasnya. Bandara Sultan Hasanuddin siang itu dipenuhi hiruk-pikuk penumpang, namun Arhand tetap tenang, dengan koper kecil di tangan kanan dan tas selempang melintang di bahu. Udara panas menyambutnya saat ia melangkah keluar terminal kedatangan, memandangi sekilas bangunan modern yang tak pernah gagal membuatnya merasa pulang.Setelah menunggu sebentar di area parkir, sebuah mobil sedan hitam berhenti di depannya. Seorang pria paruh baya, sopir keluarga, keluar dan menyambutnya dengan senyum lebar."Selamat datang, Tuan Arhand," sapanya sambil membuka pintu belakang."Terima kasih, Pak Yusuf," jawab Arhand singkat sebelum masuk ke mobil.Perjalanan menuju rumahnya di pusat kota Makassar hanya memakan waktu sekitar 30 menit. Jalanan yang cukup ramai tak membuat Arhand gelisah. Sepanjang perjalanan, ia memandang keluar jendela, memperhatikan sudut-sudut kota yang s

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   177. Terkesan

    Yasmin tersenyum dengan langkah yang terasa ringan saat memasuki ruang keluarga yang megah. Mata cokelatnya yang teduh menyapu ruangan, berhenti di wajah Arhand yang duduk dengan tubuh tegap, tetapi sorot matanya menahan kekaguman. Yasmin masih tersenyum kecil, meski gugup, sementara kedua orang tuanya, Jamilah dan Al Ayyubi, melangkah di belakangnya dengan percaya diri."Assalamualaikum!" sapa Jamilah hangat.Manda bangkit dari sofa, "Waalaikumussalam! Akhirnya bisa bertemu setelah sekian lama mendengar cerita tentang kalian dari Oma."Arhand berdiri, menyembunyikan kekagumannya di balik senyum tipis. Ia menjabat tangan Al Ayyubi dengan sopan, lalu mengatupkan kedua tangannya di dada pada Jamilah, dan terakhir Yasmin. Saat matanya menatap Yasmin, ada sensasi dingin yang menembus kulitnya. Yasmin hanya tersenyum tipis, sopan, tanpa berkata sepatah pun."Silakan duduk," kata Evran, mempersilakan mereka ke sofa.Suasana hening sejenak, hanya diisi oleh dentingan halus piring kecil yang

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   178. Pelakor!

    "Tuh kan, anak kita gerak lagi. Sayang." Alzam yang duduk bersebelahan dengan Lani memegang perutnya dan merasakan pergerakan bayinya.Lani yang menyelonjorkan kakinya nampak tersenyum dengan sekilas melirik Alzam, lalu membuang pandangannya ke arah anak sungai. Sebuah ciuman di keningnya membuat Lani mengibaskan tangannya."Ei, bukan hanya anak kita yang menendangku, Lani, kamu juga."Lani bersungut dengan menatap sekeliling. "Habisnya kamu ghak tau tempat, bagaimana jika ada orang yang biasanya cari ikan di sungai itu lihat kita?"Alzam terkekeh. "Aku ghak nyadar," ucapnya kemudian."Aku akan ke rumah Agna nanti sore, mengurus perceraian, setelah itu kita akan mengajukan pernikahan kita ke KUA. Kasihan nasib anak kita jika kita belum punya surat resmi.""Semoga dimudahkan Mas," ucap Lani dengan segera berdiri. "Sudah siang, kita pulang, yuk. Aku kan harus ke pabrik.""Iya, aku juga harus ke gudang," ucap Alzam. Semburat nada getir terucap dari bibirnya. Hari ini adalah Senin, biasan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   179. Syarat

    Suasana berubah hening. Alzam menggeleng dengan tegas, rahangnya mengeras. "Itu tidak akan terjadi, Agna. Aku tidak akan membiarkan Lani dipermalukan seperti itu.""Kalau begitu, kita lihat saja bagaimana akhirnya," jawab Agna dingin. Ia melangkah pergi, meninggalkan Alzam dan Lani yang masih berdiri mematung di bawah langit yang semakin terang.Alzam dan Lani lebih banyak diam hinggah saat berangkat kerja. Mbok Sarem sampai heran saat mereka makan dengan diam. Hanya genggaman tangan yang erat saat mereka keluar, seolah salin menguatkan."Jadi bagaimana keputusan kalian?""Jangan kamu harap kami tunduk dengan arahanmu, Agna!" ucap Alzam."Jadi, kau tetap pada keputusan itu?" "Lebih baik aku keluar dari pekerjaan itu daripada harus menuruti keinginanmu yang merendahkan Lani," jawab Alzam dengan nada tegas.Agna terkekeh kecil, sinis. Tawa itu seperti jarum yang menusuk ke dalam keheningan. "Kita lihat saja, Mas," katanya sambil mendekat, matanya tajam menusuk Alzam. "Apa kamu pikir b

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 180. Aneh

    Agna memejamkan matanya. Ia tahu Arhand benar menagih semua itu, tapi ada sesuatu dalam dirinya yang membuatnya tidak bisa melangkah lebih jauh. Bukan hanya karena ia tak ingin meninggalkan Jawa dan kariernya, Bagaimanapun juga, Arhand anak tunggal, tak mungkin meninggalkan rumahnya di Makasar. Terlebih karena hatinya telah menyimpan perasaan untuk Alzam. Dia memang kadang merasa bersalah pada Arhand, hanya karena kebutuhan biologisnya yang tidak dipenuhi Alzam, dia mencari cara dengan menikmatinya bersama Arhand, sedangkan Arhand mengatakan semua itu karena cinta. Dia yang memang juga baru pertama melakukannya dengan Agna, memang merasa tak bisa lagi jauh dari Agna."Arhand, aku butuh waktu," kata Agna akhirnya. "Percayalah, ini bukan soal kita. Aku hanya ingin semuanya selesai dengan benar."Arhand memutuskan telponnya, Agna memejamkan mata. Hatinya bergejolak, antara keinginan untuk melangkah maju dengan Arhand atau berharap ada keajaiban yang memperbaiki hubungan dengan Alzam.*

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 181. Mencari jalan keluar

    "Aku jemput sebentar lagi, ya," ucap Alzam saat menelpon Lani."Ngapain? Tadi ngajak pulang. Katanya pingin makan tempe penyet.""Ghak jadi makan di rumah. Makan di luar, yuk." Alzam memang ingin bisa bersama Lani di tempat umum untuk mengobati keinginannya selama ini.Siang itu, Alzam hendak mengambil mobilnya di rumah. Namun, sebelum sempat beranjak, suara langkah kaki cepat terdengar dari depan ke arahnya."Alzam!"Ia melihat Dandi, salah satu sahabatnya di kesatuan, berjalan mendekatinya."Dandi? Ada apa?" Alzam bertanya dengan alis terangkat."Kenapa kamu tak cerita padaku?" tanya Dandi. "kalau kamu sekarang sedang menjalani skorsing, apa betul yang kudengar ini?"Alzam mengangguk, lalu mengajak Dandi untuk berjalan ke tempat duduk di belakang gudangnya yang biasa dipakai orang untuk sekedar istirahat atau ngobrol."Aku baru tahu soal skorsingmu," Dandi memulai, suaranya rendah tapi tegas. "Apa benar karena laporan seseorang?""Sepertinya begitu." Alzam mengangguk pelan. "Tapi a

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 182. Memutuskan langkah

    Di sebuah pusat perbelanjaan di Surabaya, Agna berjalan-jalan bersama sahabatnya, Winda. Mereka mengobrol ringan sambil sesekali berhenti untuk melihat-lihat barang di etalase. Suasana cukup ramai, dengan pengunjung yang hilir-mudik di antara toko-toko.Saat Winda sibuk memeriksa koleksi di sebuah distro, Agna merasa seseorang menatapnya. Ia menoleh dan melihat seorang pria berdiri tak jauh darinya, tersenyum kecil. Butuh beberapa detik baginya untuk mengenali wajah itu."Reynaldi?" tanyanya, agak terkejut.Pria itu mengangguk, lalu berjalan mendekat. "Hai, Agna. Sudah lama sekali kita tak bertemu."Agna mencoba tersenyum, meski hatinya tak begitu nyaman. Dia masih ingat Lani yang datang dengan Alzam dar jalan-jalan pagi tadi dengan salin menggenggam dan sesekali menatap mesra. Reynaldi adalah sahabat suaminya, Alzam, tapi kehadirannya di sini tak pernah ia duga."Kamu lagi ngapain?" tanya Agna."Tadi makan sama teman di sini, kebetulan lagi ada yang nagajak ngobrol sekalian makan s

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   183. Berhak bahagia

    Alzam dan Lani baru saja selesai makan siang. Mereka duduk di bangku taman, mencoba menikmati angin siang yang sejuk. Namun, pikiran Alzam tidak tenang. Kata-kata Dandi terus terngiang di telinganya."Kamu bisa mencari bantuan seseorang." Alzam terdiam dengan mencari siapa yang harus dia mintai bantuan. Lalu bantuan apa yang bisa membantunya keluar dari madalah dia dan Lani bisa bersama dengan teanng tanpa Agna?Lani menatap Alzam yang terlihat gelisah. "Kamu kenapa, Mas, sejak tadi kelihatan nggak tenang?"Alzam tersenyum kecil, mencoba menyembunyikan kegelisahannya. "Nggak apa-apa, Sayang, cuma lagi banyak pikiran."Lani meraih tangan Alzam, menatapnya lembut. "Kalau ada apa-apa, kamu bisa cerita sama aku, Mas. Aku ghak mau kamu menyimpan semuanya sendiri."Alzam terdiam sejenak. Hatinya terasa sesak. Bagaimana mungkin ia membebani Lani dengan semua ini? Dia telah mengatakan sikap seolah-olah telah siap keluar dari pekerjaannya. Tapi benar kata Dandi atau Agna. Hari ini saja Alz

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13

Bab terbaru

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 383. Perjalanan

    Menjelang pagi, suasana rumah Lani dan Alzam perlahan kembali hening setelah malam penuh kebahagiaan. Namun pagi itu juga menjadi momen yang berat bagi Mira. Ia harus berpamitan."Lani...," suara Mira lirih, menahan air mata. "Aku pamit ya. Seperti yang kita rencanakan, aku resign. Lagian, kehamilanku udah masuk tujuh bulan. Kayaknya waktunya istirahat dan fokus siapin semuanya."Lani memeluk Mira erat. "Kamu yakin? Aku belum siap kehilangan kamu, Mir. Excel juga pasti cari-cari."Alzam menghampiri dengan senyum hangat. "Tenang aja, Lani. Kita bisa sering main ke sana. Lagi pula rumah Rey juga kan deket, cuma dua jam lebih dikit. Rey juga bisa mancing di sini."Mbok Sarem menenteng tas kecil sambil mengelus perut Mira. " Mbok doakan lancar sampai lahiran. Tapi ya itu, nanti kalau kamu lahiran, Mbok boleh ke sana, kan?"Mira tertawa kecil. "Wajib, Mbok. Nggak lengkap rasanya tanpa kehadiran Mbok."Excel yang baru bisa merangkak cepat, tiba-tiba menghampiri Mira sambil menyodorkan botol

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 382. Akhirnya

    Sore mengendap di antara sela-sela pepohonan di halaman belakang rumah Arhand yang dipenuhi harum rempah dan suara tawa. Tapi tak ada yang bisa menyaingi keharuan yang hadir hari itu.Di bawah naungan tenda sederhana berhiaskan lampu-lampu kecil, Arhand dan Agna duduk bersisian. Seorang kyai sepuh dari pesantren dekat rumah memimpin akad nikah yang syahdu, hanya dihadiri oleh keluarga, Evran, Arman, Manda, Thoriq, Salma, Elmi, Aksa, Alzam dan Lani. Tak ketinggalan, Arya dan istrinya yang kini telah berdamai dengan masa lalu.Mereka memang menggelar acara itu di halaman belakang rumah yang luas namun tertata rapi, para tamu keluarga duduk di atas tikar pandan, menyaksikan prosesi kecil yang begitu sakral. Tak ada gaun mewah, tak ada undangan bertumpuk, hanya kehadiran orang-orang terkasih yang telah menemani perjalanan panjang Arhand dan Agna.Evran duduk di sisi depan, menggenggam tangan Arman erat. Di sebelah mereka, Manda tak mampu menahan air mata saat melihat putranya berdiri teg

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 381. Selamat

    Menjelang maghrib, sebuah mobil boks putih bertuliskan nama catering ternama berhenti tepat di depan rumah Alzam. Beberapa pekerja turun dengan sigap, membongkar kotak-kotak makanan, mengangkat panci besar, dan menurunkan nampan berisi hidangan lengkap. Tak lama kemudian, satu per satu terop berdiri di halaman rumah. Warga mulai berdatangan, heran dan penasaran dengan suasana yang tiba-tiba ramai ini.Lani, yang sedang menidurkan Excel, langsung keluar begitu mendengar suara gaduh. "Mas, ini semua apa?" tanyanya dengan nada bingung.Alzam hanya mengangkat bahu sambil tersenyum, pura-pura tak tahu. "Aku juga baru lihat ini, Lani. Mungkin ada orang yang salah alamat?""Mas... jangan bercanda. Ini rumah kita. Lihat itu, teropnya sudah hampir jadi."Mbok Sarem yang baru saja selesai menyiapkan camilan untuk semua orang, ikut keluar dan berdiri di samping Lani. "Masya Allah, ini ada acara apa, to, Mas Zam? Kok kayak mau mantenan aja."Lani memutar-mutar ponselnya, mencoba menghubungi Mira.

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 381. Kepercayaan

    Arhand dan Agna saling berpandangan ketika suara dari ponsel membuat mereka terdiam. Arhand mengernyit, mencoba mengenali nada bicara itu—terdengar lelah, namun juga penuh tekanan."Maaf, apa benar ini nomornya Mas Arhand?""Iya. Ini saya sendiri. Maaf, ini siapa ya?"Dari seberang sana, terdengar helaan napas berat sebelum suara lain, jauh lebih familiar namun dibalut amarah dan kekhawatiran, mengambil alih sambungan."Arhand! Astaghfirullah, kamu ke mana aja? Kami tunggu dari kemarin sore di Munding Wangi. Kamu ke mana? Omahmu ini udah nyaris sesak karena semua nanya kamu di mana!""Oma?" Arhand langsung berdiri, panik. Ia memutar langkah ke arah jendela, mencoba menjauh dari Agna agar percakapan lebih tenang. "Oma, maaf... aku—aku...""Apa kamu sama perempuan itu, hah? Oma bisa terima kamu memang sudah sah menurut negara, tapi menginap, satu apartemen? Ya Allah, Arhand... jangan cemari darah keluarga kita dengan aib!" Suara Oma Evran meninggi, dan di latar belakang terdengar suara M

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 379. Cobaan

    Arhand merapatkan pelukannya. Hawa malam yang sejuk dari jendela balkon tetap terasa hangat di antara mereka. Agna merebahkan kepalanya di bahu Arhand, mencoba menenangkan debaran jantungnya sendiri. Aroma parfum lembut yang ia kenali sejak dulu masih melekat di kemeja pria itu."Aku nggak nyangka... kita bisa begini," lirih Agna."Kenapa? Kamu nggak suka?" tanya Arhand pelan, hampir seperti berbisik di telinga."Suka... Tapi takut," jawab Agna jujur."Takut kenapa?""Takut kita kelewatan. Kita bawa diri ke tempat yang terlalu nyaman, lalu kita kehilangan kendali."Arhand menarik napas panjang, tapi tak menjauh. Sebaliknya, ia justru menyentuh pipi Agna dengan lembut, menatap wajah perempuan itu dengan serius."Aku bawa kamu ke sini bukan buat itu, Agna. Aku cuma pengen kita bisa bicara dari hati ke hati, jauh dari ributnya dunia luar. Tapi aku juga manusia, aku... aku nggak bisa bohong, rasa untuk itu ada. Aku lelaki normal, di dekatmu aku seperti hilang kendali. Agna, aku,.."Agna m

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 378. Keajaiban

    "Mir, kamu kenapa?"Mira makin mengeratkan pelukannya, bahkan mencium Rey dengan begitu saayangnya. Binar ceria nampak tergambar di matanya."Mira, jangan bikin aku takut kayak gini, dong."Mira makin terkekeh dan mengajak Rey bercanda dan bermanja.Malam semakin larut ketika aroma embun mulai merambat dari sela jendela kamar yang terbuka sedikit. Lampu redup menemani keheningan malam di rumah Alzam yang kini kembali tenang setelah membahas soal keramaian resepsi siang tadi. Kamar yang biasanya hanya ditempati Mira kini terasa lebih hangat—bukan hanya karena Rey yang kini hanya di kamar, tapi juga karena kehadiran cinta yang tak terbendung di antara mereka.Rey duduk di tepi ranjang, sementara Mira bersandar di bahunya. Tangannya yang besar membelai pelan rambut istrinya, seperti mencoba menghapus kelelahan yang masih menggantung di wajah cantik itu."Kamu ngapain mandangin aku terus?" Mira melirik."Lagi jatuh cinta, Mir. Sama istri orang."Mira mencubit lengan Rey pelan. "Istrimu se

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 378. Kita sudah sah,..

    Kota Makassar malam itu gelap tanpa bintang. Awan menggantung rendah, seolah tahu ada yang sedang gundah turun dari pesawat malam. Arhand menapakkan kakinya di bandara dengan langkah berat, membawa koper kecil dan tas selempang yang lebih berisi kegelisahan daripada barang-barang.Baru beberapa langkah keluar dari pintu kedatangan, sebuah tangan menarik pergelangan tangannya. Lembut, tapi membuat jantungnya berdegup."Bukan aku ingin menghianati janjiku, Arhand," suara Agna lirih namun tegas. Matanya menatap Arhand, dengan kelopak yang lelah, seperti habis menangis.Arhand berhenti, menatap perempuan yang kini berdiri di hadapannya. Ada syal panjang membalut kepala Agna. Tidak seperti biasanya. Bukan hijab penuh, tapi semacam penyesuaian. Agna mencoba, meski belum yakin."Tapi setelah aku bertemu ibumu tadi... aku takut, Hand. Takut aku tak akan bisa menjadi menantu yang baik untuk beliau. Dia membenciku. Tatap matanya seolah tak sudi padaku."Arhand tidak langsung menjawab. Ia hanya

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 376. Terkabulnya permintaan

    Keluarga besar Arhand sudah lebih dulu tiba di Munding Wangi, membiarkan Arhand bicara dengan mertuanya. Mereka sejak belum selesai acara sudah ingin pulang. Bukan hanya Thoriq dan Salma yang mendengar perbincangan tak enak di kalangan orang besar itu, khususnya di kalangan partai yang dinaungi Agna. Walau mereka berusaha bungkam dengan seolah tak terjadi apa-apa, sampai waktu mereka dipakai untuk menimang cucu mereka, Excel, mereka tak bisa menutup telinga."Ternyata dengan menggelar pesta pun takkan membuat orang lain kagum, justru makin mengumpulkan orang untuk membicarakan aib pengantin," ucap Lani berbisik pada suaminya."Bener, Lani. Mereka kan nggak kenal aku sama Rey, hinggah mereka enak aja ngobrol soal yang kini berdiri di pelaminan dengan tak melihat kami yang makan sambil memperhatikan mereka. Bener kan, Rey?""Apa?""Rey, kamu ini gimana sih, dari tadi kita ngomong banyak hal, kamu cuma merhatiin Mira saja," timpuk Alzam yang merasakan beban yang ditanggung nenek juga tan

  • ISTRI SIRI TENTARA ALIM   Bab 375. Desas desus di resepsi

    Pesta pernikahan Agna dan Arhand digelar megah di ballroom hotel bintang lima. Bunga mawar dan lili putih mendominasi dekorasi, sementara lampu-lampu gantung kristal menciptakan kilauan mewah di setiap sudut ruangan. Musik alunan saxophone dari panggung utama melantun lembut, menyambut para tamu undangan yang datang berbusana formal nan elegan.Agna duduk di pelaminan, mengenakan gaun rosegold berpotongan longgar berhias renda halus dan mutiara kecil yang dijahit tangan. Hijab satin senada melingkupi rambutnya, sementara riasan wajahnya natural dan lembut. Namun, sorot matanya tak sepenuhnya bahagia. Ia mencoba tersenyum pada setiap tamu yang menyalami, meski jauh di dalam dadanya, ada sesak yang tertahan. Sejak bertemu dengannya, keluarga Arhand tak menampakkan keramahannya. Manda bahkan sering berpaling saat dia menatapnya. "Baru juga di sini mereka seperti ini. Bagaimana jika aku nanti jadi ikut ke sana? Bahan aku seolah tak membawa apa-apa. Apa yang bisa aku lakukan untuk menghad

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status