“Apa kau ada cara untuk membatalkan kompensasi yang mereka pinta, tentang saham 10% itu?” tanya Kakek Chen.“Aku akan mencari cara!” jawab Claudius.“Proses pemindahan asset tidak bisa dihentikan, kecuali kau bisa menunjukan bukti sebelum itu semua ditandatangani,” ujar Kakek Chen.Pada saat ini di kediaman Smith, Alicia terlihat sedang limbung, dia begitu merindukan teman baiknya, Edna. Dia pun sudah tidak tahan lagi. Lalu segera pergi ke Grup Smith, sesampainya di sana dia langsung saja masuk ke ruangan suaminya itu. Melihat tidak ada orang, dia pun keluar lagi. “Di mana Direktur Smith?” tanyanya kepada sekretaris Anthony yang baru saja tiba dengan membawa setumpuk berkas yang baru saja selesai dia foto kopi.“Sedang rapat!” jawab sopannya.“Antarkan aku ke ruang rapat!” ujar Alicia lagi yang merasa emosinya sudah tidak karuan karena sedang mengandung.Sekretaris itu pun memenuhi permintaan Alicia. Dia segera membuka pintu ruang rapat itu. Berdiri di depan pintu lalu berkata, “Nyony
Itu adalah foto putrinya duduk di sisi salah satu taipan yang ada di Beijing. Satu persatu foto-foto tersebuh terlihat dengan jelas di pelupuk matanya. Melihat bagaimana murahannya Nona Muda Rong hatinya terbakar amarah yang luar biasa sampai-sampai wajahnya memerah.“Pa, ada apa?” tanya Rong Zhan.Tanpa basa-basi Tuan Zhan pun melemparkan foto-foto itu kepada putrinya itu, “Memalukan, lihat saja sendiri!” hardik marahnya.Yuna dan Olivia memungut beberapa foto yang terjatuh di lantai, “Oh astaga!” pekik Olivia Chen.“Jika aku tidak memutuskan hubungan dengan kalian, bukankah kalian akan mencoreng nama baik kelurga kami!” ujar Claudius, lalu dia berkata lagi, “Sudah begini, apa kalian merasa pantas untuk meminta kompensasi asset dari kami?”Yuna Cheb yang melihat foto tidak senonoh itu, lalu memandang kepada Rong Zham dengan tatapan jijik, Merasa jika dirinya adalah penjilat, menginginkan dirinya selalu untung dan hidup mewah. Tapi, tidak berpikir sampai melakukan hal seperti yang Ro
“Menikah… siapa yang akan menikah?” tanya Edna bingung.“Tentu saja kau dan Claudius, percayalah kepadaku kalian memang pasangan yang telah ditakdirkan!” ujar Alicia bersemangat sambil mengedipkan matanya kepada Anthony.Melihat kedipan mata istrinya itu, langsung saja membuat hatinya merasa gemas ingin melumat-lumat bibir manis Alicia.Setelah berbicara beberapa menit, Alicia pun menyudahi panggilan ponselnya. Anthony pun mendekati istrinya itu. “Kau terlihat begitu sayang kepadanya?”“Tentu saja, dia selalu ada untukku. Selalu menghiburku ketika ku dalam keadaan susah!” cerita Alicia lagi.“Termasuk waktu ketika kita terpisah waktu itu?” tanya Anthony.“Eum… ya dia menghiburku, dengan mewakilkan aku untuk memakimu!” jawab Alicia dengan sedikit meledek.“Memakiku?” ujar Anthony sembari mengernyitkan satu alisnya.Alicia menceritakan kepada suaminya itu, betapa marahnya Edna ketika mellihat dia mencampakannya. Dan, tiba-tiba menggandeng Anna Hwang sebagai kekasih barunya. Bahkan lebih
“Sore ini!” jawab Claudius. “Ok, kalau begitu aku harus pergi ke salon dulu!” imbuh Olivia sembari menengadahkan tangannya. “Apa?” tanya Claudius dengan nada heran. “Tentu saja kartu Kakak!” jawab Olivia. “Bukankah kau ada uang sendiri?” imbuh Claudius. “Oh ya ampun, uang tabungan dari gaji aku mana bisa membiayai perawatan ini!” protes Olivia yang merasa enggan menghabiskan gaji yang selama ini dia tabung. Merasa sudah lelah bekerja lalu menghabiskannya dalam waktu singkat, mana rela hatinya. Claudius pun mengeluarkan dompetnya dan mengeluarkan sebuah kartu emas lalu memberikan kepada adiknya itu. “Pakai dengan bijak!” ujarnya mengingatkan Olivia. Olivia pun mengambil kartu itu, lalu dia mencium pipi kakak satu-satunya itu. “Aku akan berdandan yang cantik untuk nanti sore!” Di depan pintu ruang keluarga, Nyonya Chen baru saja masuk. Olivia juga langsung memeluk dan mencium pipi Mamanya itu. “Hei! Kau kenapa?” ujar heran Nyonya chen. “Aku akan menikah Ma!” jawab Olivia. Nyony
“Tidak berat!” jawab Sean.“Apa syaratmu?” tanya Olivia kepada pria yang terlihat matang, yang saat ini sedang menatapnya.“Aku belum memikirkannya!” jawab Sean dengan nada santai.“Eum… tidak apa. Kau bisa katakan itu nanti saja!” imbuh Olivia lebih santai.“Kakek Chen dan Ibuku memberi salam!” ujarnya kepada Sean, seraya berkata lagi, “Salam sudah disampaikan, kita sudah bertemu. Ok, aku tidak akan mengganggumu lagi. Silakan dilanjutkan apa pun yang sedang kau lakukan!” ujar Olivia.Olivia berdiri sambil sedikit marapikan hanfu modernnya. Lalu sedikit menundukan kepalanya dan mulai bergegas pergi keluar dari paviliun itu. Langkahnya terhenti ketika ponselnya berdering, itu adalah panggilan dari Kakek Chen. “Cucu durhaka, berani-beraninya kau membohongi kami lagi ya!”“Bohong apa!” tanya Olivia bingung.“Kau melarikan diri lagi dari pertemuan hari ini!” jawab marah Kakek Chen.“Tidak… aku tidak lari!” imbuh Olivia, lalu teringat kejadian di depan gerbang istana Maple tadi. “Aku lari
“Kakek ! Jangan marah lagi kepadaku, aku juga bisa mati jika kakek terus-menerus memarahiku!” ujar Olivia mulai terisak.Kakek Chen pun merasa sudah menyerah, zaman kini memang sudah bukan dominan orang tua yang membuat sebuah perjodohan berhasil. Karena bagaimana pun juga keputusan ada di tangan anak-anak mereka. Merasa jika waktu telah berubah banyak, maka Kakek Chen pun berkata. “Mulai hari ini Kakek tidak akan mencampuri urusan percintaan kalian lagi!”“Aku hanya ingin menikmati masa tuaku dengan tenang, melihat kalian menikah dan memberikan aku cucu-cucu yang lucu menggemaskan!”“Kakek!” imbuh Olivia sambil menatap Kakek Chen dengan binar terharu.“Bangunlah, kakek ingin istirahat sebentar!” ujar Kakek Chen kepada Olivia yang masih saja berlutut.Nyonya Chen pun segera membantu Ayah mertuanya itu untuk pergi ke kamar utama. Claudius pun berdiri seraya berkata kepada adiknya itu. “Esok dilarang keluar, renungi kesalahanmu!”Olivia pun mengangguk lemas, tiba-tiba saja dia merinduka
Kakek Chen diam-diam memberikan tanda jepol, memuji sikap Sean Li. Kakek Chen juga berpikir, Olivia memang membutuhkan pria yang usianya lebih matang darinya untuk membimbing cucu perempuannya itu. “Ingkar janji apanya, jelas-jelas aku salah mengenali calon mempelai priaku!” imbuh Olivia seraya duduk di sisi Kakeknya.Kakek Chen langsung menyentil kening cucu perempuanya itu, “Jodoh sudah di depan mata masih mau menolak juga!”Nyonya Chen segera duduk di sisi putrinya itu, lalu sedikit mencubit tangan Olivia sambil berbisik, “Bisa tidak jangan seperti anak kecil!”“Ma…!” imbuh lirih Olivia.“Apa kau mau membuat kakek Chen mati berdiri di sini!” bisik Nyonya Chen lagi.Olivia pun terdiam, pada akhirnya lamaran diterima. Perbincangan penetapan tanggal pernikahan pun dimulai. Olivia langsung menyelak, “Aku menikah jika Kakak sudah menikah lebih dulu!”Olivia sedikit tersenyum, karena tahu Claudius harus berjuang keras membuat Edna mengiyakan ajakan berhubungan serius dengan kakaknya itu
Anthony masuk ke dalam mobil, mengeluarkan ponselnya dari saku. “Kau ada di mana sekarang!” tanyanya kepada Dixon. “Tentu saja di pabrik kopi!” jawab Dixon. “Datang ke tempatku, segera!” perintah singkat Anthony seraya menutup ponselnya. Di kediaman Chen, nampak Claudius sedang bersiap untuk pergi ke Shang hai. Dia baru saja membatalkan agenda kerjanya, karena Mamanya yang meminta seperti itu. Meminta agar dia segera menjemput Edna dan menikah. Maka dengan patuhnya dia pun akan segera melesat pergi ke Shang Hai. Nyonya Chen nampak sedang sangat serius berdoa di altar sembahyang, Olivia memperhatikan ini. Dia pun menghela napas seraya bergumam pelan. "Ya sudah, menikah ya menikah saja. Apa susahnya!" Di Grup Smith, pada saat ini Dixon dan Sean tiba bersamaan. Kedua-duanya berjalan ke resepsionis. “Tuan Smith…” ujar keduanya saling memandang ketika sama-sama mengucapkan nama yang sama. “Apa tuan-tuan sudah ada janji?” tanya si resepsionis. “Iya!” jawab Dixon dan Sean bersamaan.
Charles dan Jean Smith sudah dipastikan akan mendekam lama di penjara, Sementara, Anthony dan Alicia sudah bersiap untuk pulang keesokan harinya. Sebelum pulang Alicia mengajak Lionel untuk tidak satu kamar dengannya dan juga Anthony. Alicia merasa rindu masa masa ketika membacakan dongeng untuk putranya itu. "Kali ini mau baca dongeng apa?" tanya Anthony seraya meletakan buku kisah 1001 dongen di atas ranjang. "Biarkan Lionel yang memilihnya?" imbuh Alicia sembari menyodorkan buku itu kepada putranya. "Ini saja, Bocah dan penyihir!" ujar Lionel menunjuk kepada salah satu judul cerita. Anthony pun mulai membacakan ceritu itu. "seorang anak tersesat di dalam hutan dan menemukan rumah 'kue' milik penyihir jahat. tak disangka si bocah itu malah dijadikan budak yang setiap hari diberi makan yang banyak agar tubunya menjadi gemuk berisi, Dengan tujuan untuk disantap oleh penyihir itu. Si bocah yang tadi berbadan kurus pun telah berubah menjadi bocah gendut yang terlihat gempal
"ini pasti salah, ini adalah sebuah kesalahnan. kalian tidak bisa membawanya pergi. Apa kalian tidak tahu kami ini keluarga apa?" imbuh Maya Li panjang lebar, Di sana ada Sean Li, tentu saja para polisi itu mengabaikan kata-kata Maya Li. Dan, terus membawa Patrick Li dengan tangan terborgol, Merasa tidak bisa menahan penangkapan Papanya, Maya Li langsung menghampiri Sean yang sedang bersandar berdiri di meja kerja Papapnya itu. "Kau... apa kau sengaja melakukan ini? Karena marah, karena keluarga kita mendesak agar kita segera menikah?" sangka marah Maya Li. "Siapa yang menabur maka dia harus menuai!" jawab Sean seraya melangkah pergi, "Tunggu dulu apa maksudmu itu, katakan kepadaku membunuh, siapa yang dibunuh!" imbuh Maya Li lagi dengan nada yang semakin kacau. Sean tidak mau menjawab, membiarkan Maya Li dengan kegalauan dan kemarahannya. Dixon yang sedari tadi mengikuti hanya terdiam saja. Barulah ketika masuk ke dalam mobil dia besuara, "Apa kau benar-benar sudah mengambi
"Ini demi kebaikannya!" jawab Sean. Olivia menaikan satu alisnya seraya berpikir, "Pria ini pernuh dengan teka-teki!" "Apa ada hal yang membahayakan?" tanya Olivia penasaran. "Bisa ya bisa juga tidak!" jawab Sean berteka teki lagi. "Ish!" ujar Olivia seraya merengut dan pergi ke dapur untuk membantu Nenek Han memasak. Sean hanya tersenyum saja, entah mengapa semakin Olivia kesal, hatinya semakin terasa manis, seperti permen tanghulu buah apel yang ditambah siram gula. Ponsel Sean berdering lagi, "Foto-foto sudah ada, apakah mau hari ini?" tanya Dixon. Sean mengintip ke dapur lalu berkata, "Ya, hari ini saja!" Sean menutup sambungan ponselnya, sekali lagi dia menatapi Olivia yang sepertinya sedang merajuk. Melihat wajah merajuk Olivia, hati Sean pun merasa semakin gemas. "Sebentar lagi, sebentar lagi kau tidak akan bisa lari dari pelukanku!" imbuh pelan Sean sambil tertawa kecil dan membiarkan 'kejutan indahnya' itu bersibuk bersama dengan Nenek Han di dapur. Pada saat ini Di
"Aku baik-baik saja!" imbuh Alicia. Flavia melihat wajah Nyonya Smith memucat, dia langsung saja mengambil tangan Alicia dan mulai mengecek denyut nadinya. Wajahnya terlihat serius, namuan beberapa detik kemudian berubah menjadi tenang. Flavia menatap wajah Alicia dan berkata, "Sebaikanya Nyonya duduk dulu, sebentar lagi polisi akan datang!" Alicia mengaguk, Lionel pun ikut duduk di sisi Alicia. Sementara si agen menelpon kantor pusatnya, mencari informasi tentang apa yang baru saja terjadi. "Maksudmu, itu Tuan Hamilton?" tanya staff kantor pusat si agen itu. "Mana aku tahu!" jawba si agen itu. "Yang aku dengar dia memang gila, dia selalu mengancam jika area peternakan yang ada di sekitar rumah itu dihidupkan lagi, maka dia akan mengusir si pemiliki baru. Tidak aku sangka dia benar-benar melakukannya!" jelas si staff penjualan yang ada di kantor pusat. "Apa kau ini bodoh, mengapa tidak memberitahuku tentang hal sepenting ini!" Hardik marah si agen itu sambil menutup ponse
"Wanita hamil memang sebaikanya ada yang menemani!" jawab singkat Anthony karena tidak ingin membuat Alicia khawatir. "Ma, aku lapar..." pinta tiba-tiba Anthony kepada Mama mertuanya itu. "Ah iya, harusnya makan malam sudah siap, Mama akan memeriksa ke dapur. Kalian tunggulah di ruang makan!" imbuh Nyonya Yin. Pada saat ini di ruang makan, Leticia sedang memeriksa menu makanan yang akan disediakan. "Ini terbuat dari apa? tanya Leticia. "Campuran coklat dan kacang almond!" jawab si pelayan. "Singkirkan!" imbuhnya, seraya berkata lagi, "Tuan Anthony alergi pada kacang almond!" Alicia yang baru saja masuk mendengar hal ini. Lalu dia menoleh kepada suaminya itu, "Apakah benar kau alergi kacang almond!" Anthony mengangguk seraya menarik kursi untuk istrinya itu. Mendengar jika memang Anthony alergi dengan kacang almond, maka Alicia pun tidak berkeberatan menu itu disingkirkan. "Apa kau memiliki alergi lain, sayang!" tanya Alicia kepada Anthony. "Tidak hanya itu saja!" jawab Leticia
Lionel langsung saja bersedekap tangan, "Apa Papa cemburu?" Anthony tertawa kecil, sedikit tidak percaya, baru saja sebentar berpisah, siapa sangka putranya itu malah sudah semakin fasih berbicara, menyudutkan orang. "Papa lebih tampan darimu, jadi untuk apa cemburu!" balas kata Anthony kepada Lionel. "Papa Cemburu, Karena papa bukan pria satu-satunya untuk Mama!" imbuh Lionel. "Hah! lucu sekali!" imbuh Anthony yang semakin tertawa. Alicia mencubit lengan Anthony, "Jangan halangi aku untuk memeluk cium putraku!" imbuh Alicia seraya berkata lagi, "Sayang! Mama sangat merindukanmu, apa tidak mau memeluk Mama?" Lionel melemparkan senyuman kemenangan kepada Papa-nya, melihat itu, Anthony semakin tidak percaya jika Lionel sudah pandai memprovokasi orang. "Sejak kapan bocah itu menjadi pandai berargumentasi.." Melihat Alicia ingin menggendong Lionel, lagi=lagi Anthony menghalangi. "Sayang ingat kau sedang hamil!" Alicia pun tertawa, "Aku terlalu senang bertemu dengan putraku yang i
Asisten Li langsung memberikan daftar riwayat hidup Nenek Han kepada Sean. pria itu, membuka dan membacanya sekilas, lalu memberikan berkas itu kepada Dixon. "Orangnya ada di dalam!" imbuhnya seraya membawa kedua tamunya ke atas. Dixon membaca berkas-berkas itu dengan cermat tapi cepat. Begitu pintu lift terbuka dia memasukan berkas itu ke dalam amplopnya. "Apa sudah dapat benang merahnya?" tanya Sean. Dixon mengangguk, seraya ikut masuk ke dalam unit apartemen Sean. Pada saat ini Nenek Han dan Olivia sedang duduk di sofa, Olivia langsung berdiri mendekati Sean. "Ada apa ini?" tanyanya sambil berbisik. "Kami perlu bicara dengan Nenek Han!" jawab Sean. Dixon pun mulai duduk di depan Nenek Han dan mulai mengajak wanita tua itu berkenalan. Setelah sedikit berbasa-basi, Dixon pun langsung bertanya, "Apa dulu pernah bekerja di Grup Smith?" "Eum.... Grup Smith. Ya tentu saja pernah!" jawab Nenek Han. "Pada saat itu mengapa berhenti?" tanya Dixon lagi. "Seingatku setelah kematian Tuan
"Dasar jalang!" hardik Meng Qi lagi yang langsung ingin menampar wajah Olivia. Tapi, terhenti karena Sean menahan tangan wanita itu. Sean menghempaskan tangan Meng Qi, lalu menarik Olivia ke sisinya dan merangkulnya. "Tanganmu terlalu kotor untuk menyentuh wanitaku!" "Hah! bukankah kau adalah calon tunangan Maya Li!" imbuh Meng Qi. Sean tersenyum sarkas, "Seingatku... aku tidak pernah bilang 'iya' kepadanya," ujarnya sembari membawa Olivia keluar dari hotel. "Kau mau ke mana? Aku antar!" imbuh Sean dengan nada sedikit tercekat berbalut emosi marah. Olivia menangkap perubahan suasana hati Sean yang tadinya senang, sekarang malah nampak menjadi murung. "Apa kau baik-baik saja?" Sean tidak menjawab, dia langsung membukakan pintu mobilnya untuk Olivia, lalu masuk duduk ke kursi kemudi dan mulai melajukannya, Penghinaan yang Meng Qi lakukan tadi mengingatkan dia pada sosok ibunya yang sering di hardik seperti itu, semua karena ibu adalah selir dari Tuan Li. Olivia melirik kepada
Sean terbatuk mendengar pertanyaan Olivia, "Dicium mendadak siapa yang tidak terkejut!" imbuhnya seraya menarik pinggul ramping Olivia, "Apa ingin meneruskannya di dalam?" goda Sean pada gadis itu. "Sembarangan, apa mau dipecut oleh kakek Li!" Jawab Olivia sembari memukul dada Sean. Olivia melepaskan pelukan Sean seraya menoleh ke kamar yang tadi baru dimasuki oleh Meng Qi dan Direktur Fang, "Apa mereka berselingkuh!" gumam pelan Olivia. "Siapa?" tanya Sean. Olivia menoleh kepada Sean, ingin bercerita namun urung. "Bukan urusanmu!" ujar ketusnya. "Apa mau mencari tahu?" tanya Sean seraya berkata lagi, "Aku bisa membantumu!" "Benarkah?" tanya Olivia sembari memicingkan mata. "Pria sejati tidak pernah ingkar janji!" imbuh Sean lagi. "Hish..." imbuh olivia seraya berkata lagi. "Ada ada cara?" "Apa ada hadiahnya?" imbuh Sean."Hah! Benar-benar pria yang perhitungan," kata Olivia. "Sepakat tidak?" tanya Sean. "Ok!" jawab Olivia pada akhirnya. "Besok kita sarapan bersama di sin