Nancy melempar koper ke dalam apartemennya. Tiga koper lain juga sudah berada di sana. Dibantu petugas lobi dan satpam untuk menaikkan sampai ke unitnya."Sialan! Bagaimana bisa dia punya pengaruh begitu besar pada Zio. Dengan Nika dulu, Nika yang nurut sama Zio, bukan sebaliknya."Nancy menenggak segelas minuman berwarna merah yang dia ambil dari lemari. Sepertinya tempat itu sering Nancy kunjungi. Buktinya bahan makanan banyak tersedia di sana."Kalau begini caranya, gagal semua rencanaku. Nika juga bego sih, suruh nilep satu properti milik suaminya saja gak mau. Sok baik! Padahal dia sama bobroknya denganku! Tukang main laki-laki."Gerutuan Nancy terhenti ketika ponselnya berdering. Dia memutar bola matanya malas. Enggan sekali menerima panggilan dari seseorang yang namanya masih tertera di layar."Aku perlu hiburan!" Pekik Nancy frustrasi. Dia meminum lagi cairan pekat dari gelas. Tidak puas, dia menelannya langsung dari botolnya.Tak sampai lima belas menit, wajah Nancy sudah mu
Suara pintu yang dibuka membuat penghuninya sama sekali tak terusik. Dari tempatnya berdiri, Zio hanya bisa melihat helaian rambut sang istri yang menjuntai. Tak terlihat keberadaan Arch di kamar itu.Zio bahkan menelisik tiap ruang yang ada di kamarnya, tapi putra kesayangannya tidak nampak di sana. Panik mulai menyerang Zio."Bagaimana, Tuan?" Sari bertanya dengan wajah panik sekaligus penuh harap."Tidak ada," balas Zio.Ha? Sari speechless, terus bocah itu ke mana. Kecemasan Sari meningkat drastis."Tuan bagaimana kalau hal buruk terjadi sama tuan muda," Sari mengungkapkan ketakutannya "Jangan bicara aneh-aneh kamu!" Zio seketika gusar dengan kenyataan yang bisa saja terjadi. Sari benar, banyak kemungkinan dapat berlaku."Coba kau cari ke tempat Inez, tapi jangan buat dia cemas. Aku ambil ponsel sebentar."Sari putar badan, melangkah ke kamar Inez yang belum dia sambangi. Sama dengan Zio yang juga kembali masuk ke kamarnya.Lelaki itu menuju satu tempat di mana ponselnya dan mili
Helaan napas terdengar dari arah Zio ketika dia tiba di gedung AK Corp pagi itu. Nancy ternyata masih bekerja di sana. Aslinya dia tidak masalah, toh pekerjaan Zio lebih banyak bersinggungan dengan Han dibanding dua sekretaris yang jadi asisten Han."Ada yang terjadi?" Han rupanya bisa melihat perubahan sikap Nancy yang kali ini melemparkan tatapan sengit pada Zio."Lea mengusirnya dari rumah," balas Zio singkat."Wow! Ini baru berita menggemparkan. Dua jempol untuk nyonya muda. Begitu dong, itu baru top. Istri sah memang harusnya bisa menghempaskan para pelakor dan calon-calonnya."Zio berdecak sebal mendengar pujian Han pada Lea. Walau hal itu benar adanya. Yang dilakukan Lea sangat benar, bahkan kalau perlu ditiru oleh para istri di luar sana.Jangan sampai kalian kalah dengan para penggoda. Lawan kalau perlu. Kalian berhak melakukannya, mempertahankan pasangan kita.Tapi semua itu dengan catatan kalau pasangan kita alias suami kita tidak tergoda. Kalau suami kita sudah kecantol me
"Agra dan Vika itu kakak adik?" Lea lumayan terkejut mendapati fakta kalau Agra dan Vika ternyata bersaudara. "Pantas saja, sama menyebalkannya. Gak kakak, gak adik bikin enek!" Lea menggerutu sepanjang jalan. Belum lagi tatapan tidak suka yang Vika berikan saat keduanya berhadapan.Efek moodnya yang buruk sejak kemarin, Lea jadi uring-uringan. Dan kali ini dia punya bahan untuk dijadikan makian."Pengen sekali aku nyakar mukanya yang sok itu. Benci bener aku lihatnya." Lea terus saja mengumpat dua adik beradik tersebut."Heran deh aku, perasaan tu orang nongol terus di mana-mana. Dia sengaja nguntit aku atau bagaimana. Atau ... aku yang kepedean?" Tanya sendiri jawab sendiri.Lea lama-lama macam orang yang kena gangguan mental, seperti yang Zio bilang. Bicara seorang diri, mengomel dengan bibir sesekali mengerucut lucu. "Ngapain kamu?" Lea berjingkat kaget mendengar suara Zio tiba-tiba terdengar. "Ngagetin aja!" Sembur Lea kesal."Lagian kamu sejak tadi aku perhatikan, sibuk ngedu
Zio awalnya memang tidak menyukai, bahkan terkesan benci ketika Nika menyodorkan seorang wanita buta ke hadapannya sebagai pengganti. Apa Nika waktu itu serius dengan pilihannya. Tanya itu seketika muncul di benak Zio. Keduanya sempat berdebat lumayan lama, sampai ucapan Nika membuat Zio menolak mentah-mentah niat mendiang istrinya. "Dia cuma tidak bisa melihat. Aku bisa membuatnya melihat kembali." Itu artinya Nika akan memberikan kornea matanya pada Lea. Waktu itu Zio menentang keinginan sang istri. Zio menghela napas, Lea tidur dalam dekapannya. Sementara pikirannya melanglang buana ke masa lalu. Flash back ke saat dia dan Nika memasuki fase paling berat dalam hidup mereka. Umur adalah sebuah misteri. Namun Nika nyaris yakin kalau usianya tak akan lama. Karena sang suami adalah seseorang yang sang berpengaruh. Punya peran penting dalam banyak bidang. Nika tahu benar banyak pihak dan perempuan akan berebut untuk bisa menggantikan posisinya. Karena itu Nika mengatakan akan mencar
Helaan napas terdengar dari arah Lea. Sudah tiga hari ini dia dipaksa menemani Zio berendam di kolam mini. Belum banyak kemajuan yang Lea alami, perempuan itu hanya merasa sedikit "akrab" dengan air.Jika dulu level permusuhan Lea dengan air adalah tingkat tinggi, mungkin sekarang strip-nya berkurang satu. Not bad, komen Zio.Setidaknya pola pikir Lea perlahan mulai berubah. Perempuan itu mulai bisa mengubah sudut pandangnya, air tak selalu jahat. Air tak selamanya membunuh.Lea cukup terharu dengan effort Zio dalam mengatasi fobia yang hampir sepuluh tahun dia derita. Sudut bibirnya tertarik. Lea merasa bahagia akhir-akhir ini.Setelah dia bisa mengatasi rasa cemburu dan rasa bersalahnya pada Nika. Lea merasa hidupnya lebih ringan, damai dan tentu saja ... sempurna.Punya suami sekaliber Zio, siapa yang tidak bakal happy luar dalam. Kebutuhan lahir dan batinnya terpenuhi, itu bisa dipastikan.Lea sekarang bisa berpikir lebih santai. Dia bukannya abai pada ancaman yang akan selalu men
Angel memandang tangan Lea yang terulur padanya. Baru kali ini ada orang yang melakukannya saat dia merasa terpuruk. Maya Carson, perempuan yang nota bene adalah ibu kandungnya bahkan seolah tak peduli padanya."Kamu masih muda, jalanmu masih panjang. Sekarang hidupmu kamu bilang hancur, tapi kamu masih punya kesempatan untuk menatanya ulang," kata Lea dengan senyum tipis terbit.Satu hal yang membuat paras sang wanita tampak teduh menenangkan. Memberi Angel sebuah perasaan tenang juga nyaman. Rasa yang tak pernah dia dapatkan dari keluarganya sendiri.Pantas saja Arch dan Zico mati-matian membela dan melindungi wanita ini. Aura Lea seolah mengajak untuk membangun rumah tangga eh mengajak menjalani hidup lebih baik."Caranya?" Tanpa sadar Angel bertanya. Sebuah pertanyaan yang menyiratkan ketertarikan sang remaja pada ucapan Lea.Lea makin melebarkan senyum. Sugesti kecilnya berhasil mengalihkan fokus Angel dari bunuh diri yang ingin dia lakukan."Ada banyak cara untuk memperbaikinya.
Lea merasa kegelapan mulai menyergap dirinya. Memutus rantai kesadarannya, memenjarakan Lea dalam sebuah ketakutan. Takut kejadian buruk yang akan menderanya. Tubuh istri Zio kian terseret masuk dalam sungai. Dia tak lagi berada di permukaan air. Lea mulai tenggelam. Rungu Lea sejak tadi sudah kehilangan fungsi pun dengan indera yang lain. Bahkan napasnya mulai tak teratur. Berapa banyak air yang sudah dia telan. Lea tak ingat. Pun dia juga tak peduli. Lea masuk fase pasrah. Dia sungguh berpikir, air akan membunuhnya. "Sama seperti emak," batin Lea dengan mata terpejam makin rapat. Kilasan kejadian yang berlaku beberapa waktu terakhir berputar di kepala Lea. Sudut bibirnya tertarik, setidaknya dia pernah bahagia walau hanya sebentar. "Andai aku bisa, aku ingin berbuat hal baik lebih banyak. Tapi ... sepertinya tidak bisa." Lanjut Lea masih bermonolog dalam hati. "Lea!" Si empunya nama hanya menipiskan bibir. Bahkan ketika dia hampir mati, melayang dalam kegelapan air yang menye
"Kenapa Anda meminta hal itu?" Zio lekas bertanya ketika dia bertemu Miguel dua hari setelahnya."Saya ingin menuntaskan rasa penasaran saya akan masa lalu saya. Anda tidak perlu cemas, saya hanya ingin tahu, saya tidak akan mengambil Arch dari sisi Anda."Miguel menyerahkan data mengenai adopsi Arch. Zio sesaat terdiam, bagaimana Miguel bisa tahu kalau Arch anak adopsi. Padahal semua hal yang berhubungan dengan Arch adalah top secret, rahasia dengan level tertinggi.Hanya orang tertentu yang tahu soal Arch. Zio menghela napas, dia sadar sebesar apapun kekuasaannya, dia tidak bisa membungkam mulut semua orang. Cepat atau lambat berita ini akan bocor juga ke permukaan."Saya jamin hanya saya dan tim saya yang tahu. Hal ini tidak akan terendus oleh publik. Saya tahu benar Anda sangat ingin menjaga Arch."Zio kembali terdiam. Batinnya berperang. Pada dasarnya, Zio juga sangat ingin tahu siapa orang tua Arch. Dilihat dari tampilan fisik juga kecerdasan otak, dipastikan jika orang tua Arc
"Kamu ketemu sama Miguel dan istrinya. Biar kutebak, istrinya pasti nyebut kamu pelakor." Ledek Zio sambil memeluk tubuh Lea yang berada di depannya.Sesi mengakrabkan diri dengan air rupanya masih berlangsung. Entah sudah berapa kali Zio merendam Lea dalam air, yang jelas dua tiga kali belakangan ini, perempuan itu sudah lebih tenang saat dicemplungin ke kolam.Tidak tantrum apalagi ngereog heboh macam biasa. Perempuan itu berdiri di dalam dekapan hangat Zio, hingga rasa takut akan air yang akan menenggelamkannya perlahan sirna."Lebih parah malah, dia nuduh aku selingkuh sama pria itu. Sampai punya Arch. Oh, halo dua kali ketemu, dia sebut aku selingkuh sama suaminya, gila kali ya tu perempuan," gerutu Lea.Zio menggetarkan tawa di atas pundak Lea yang terbuka. "Kayaknya aku sama dia satu frekuensi." Lah Zio malah punya pikiran yang sama.Lea mendengus kesal lantas menjawab, "Apa mukaku ini muka perebut laki orang. Gak Nancy, gak istri Miguel semua bilang begitu. "Mana ada muka beg
Bisa dibayangkan bagaimana panasnya hati Melani. Melihat sang suami menggendong seorang anak dengan satu wanita cantik berjalan di belakangnya."Sayang, apa yang kamu lakukan di sini?" Pertanyaan Melani membuat Miguel cukup kaget. Dia lupa dengan tujuannya datang ke sini. Melani pasti marah padanya.Sementara Lea dan Sari saling pandang, mendapati perempuan dengan tampilan cetar membahana, berdiri di depan mereka. Ekspresi marah tampak kentara di paras wanita tadi.Namun atensi Lea tak hanya terarah pada Melani, tapi juga sosok yang berada di samping istri Miguel. Nancy, apa yang dia lakukan di sini.Nancy sendiri langsung menyeringai melihat Lea. Sepertinya dia paham situasinya. "Hati-hati, perempuan ini berbahaya. Suami kakakku direbut olehnya," bisik Nancy di telinga Melani.Melani mengepalkan tangan, dia siap melabrak siapapun yang mengganggu suaminya. "Kamu sudah selesai. Maaf, aku bertemu mereka jadi ngobrol sebentar. Aku pikir kamu belum selesai." Miguel mendekati Melani, mas
"Senang bekerja sama dengan Anda." Zio dan Miguel saling berjabat tangan. Di luar dugaan Zio, Miguel profesional. Lelaki itu sama sekali tak menyebut kejadian di rumah sakit. Miguel tulus menolong Arch."Sama-sama. Terima kasih juga sudah menyelamatkan putra saya." Kata Zio, berbesar hati mengucapkan rasa terima kasihnya.Walau dia tahu lelaki di hadapannya pernah menjalin hubungan dengan Nika. Zio tidak mempermasalahkan hal itu. Toh mereka menjalin kasih jauh sebelum Zio dan Nika menikah. Meski Zio bisa menebak kalau jalinan cinta Miguel dan Nika sudah melebihi batas. Dia bisa apa jika semua terlanjur terjadi. Lagi pula Nika sudah tidak ada di dunia ini lagi.Mau protes, mau menuntut, Zio tidak bisa melakukannya. Anggap saja Miguel adalah bagian kelam dari masa lalu Nika.Miguel melengkungkan bibir, satu tindakan yang membuat dada Zio berdesir. Senyum Miguel adalah senyum Arch. Bagaimana ini? Beberapa hari terakhir, Zio berusaha mengenyahkan dugaan kalau Miguel adalah ayah Arch.Na
"Miguel Amadeo mengenal Nika." Gumam Zio sendiri. Dia duduk menunggu Arch yang masih belum sadar.Lelaki itu sempat marah atas keteledoran Sari waktu menjaga sang putra. Namun bujukan juga penjelasan dari Lea mampu meredam amarah Zio.Mengingat hari ini mereka dipastikan akan menginap di rumah sakit, maka Sari dan Lea pulang untuk mengambil baju ganti. Memanfaatkan waktu Arch yang masih terlelap karena obat tidur.Zio melirik kantong darah yang tergantung di tiang sebelah kiri Arch. Benda cair pekat merah itu menetes satu-satu, menyelamatkan sang putra dari kondisi fatal akibat kekurangan darah.Pikiran Zio kembali pada sosok Miguel Amadeo yang setelah dicermati pada pertemuan kedua, ternyata memiliki kecenderungan bentuk mata yang sama dengan Arch. Zio dan Miguel sempat berbincang sebentar setelah selesai diambil darahnya.Benak Zio seketika rancu. Dia tahu Arch bukan anak kandungnya. Ditambah keterangan dari dokter yang mengatakan kalau rhesus negatif itu sangat langka, sudah pasti
"Kamu bisa diam tidak?" Perkataan dari Zio memotong kalimat Nancy yang menggebu-gebu. Sorot mata lelaki itu tajam terarah pada perempuan berpakaian minim di hadapannya. "Kamu tidak percaya dengan ucapanku?" Nancy balik bertanya dengan netra membulat sempurna. "Haruskah aku percaya perkataan seseorang yang berusaha mencelakai putraku. Menfitnah istriku, dan sekarang menyebarkan hal buruk kakakmu sendiri yang bahkan sudah meninggal." Zio tak habis pikir dengan sikap Nancy. Lelaki itu pikir Nancy bisa introspeksi diri setelah diusir dari The Mirror. Ternyata oh ternyata, kelakuannya malah makin tidak terduga. "Semua yang kukatakan benar, Zi. Kau saja yang dibutakan oleh cinta. Sampai tidak tahu permainan gila apa yang sudah Nika mainkan. Tentu saja, kau akan tutup mata, asal dia bisa memuaskanmu di ranjang. Karena memang itu keahliannya," cibir Nancy. "Cukup Nancy! Kalau kau tidak bisa bicara hal baik lebih kau diam!" Nancy menatap sinis pada Zio. "Harusnya kau selidiki ke
Lea tercenung melihat sebuah buku dengan sampul berwarna biru, plus gambar timbul capung menghiasi bagian depan. "Apa aku disebut lancang kalau membacanya," gumam Lea memandang ragu buku yang ada di tangannya.Sedetik, dua detik, tiga detik. Lea terdiam. Pekerjaan hari ini tidak terlalu banyak. Semua bisa dia selesaikan, jadi Lea punya sedikit waktu untuk bersantai.Perempuan itu bimbang, satu sisi bilang jangan. Sisi lain pula mengompori, "Kan yang punya sudah tidak ada. Jadi bebas dong dibaca."Didorong oleh rasa penasaran, Lea membuka benda persegi panjang itu. Lea heran juga, masih ada ya manusia di era ini yang suka menulis di buku, di banding di media modern yang bisa lebih terjaga kerahasiaan.Halaman pertama tak ada yang membuat Lea terusik. Istri Zio terus membolak balik buku tersebut, hingga dia menemukan bagian yang dia rasa menarik."Aku tidak sebaik yang kamu lihat. Aku punya cacat dan banyak kesalahan di masa lalu. Bahkan sampai aku pergi, mungkin aku tidak sanggup membe
Zio mengulas senyum, bibirnya tak henti melengkung, menampilkan gurat bahagia yang sejak tadi mengisi hati. Dalam pelukannya ada Lea yang kembali tidur pulas. Sementara Lea sendiri memeluk Arch yang balik mendekap sang mama posesif.Melihat hal itu senyum Zio luntur. Berganti sebal bersamaan ujung jarinya menoyor dahi Arch yang sama sekali tidak merespon. "Dasar bocil," maki Zio.Wajahnya kesal tapi hatinya penuh bunga. Pemandangan Lea memeluk Arch dengan dirinya mendekap keduanya membuat hidup Zio terasa lengkap. "Andai punya dua lagi, perempuan dan laki-laki hasil kecebongku sendiri," gumam Zio absurd.Kepala lelaki itu sudah dipenuhi bayangan dua anak yang sepertinya akan tampak lucu, walau sekaligus berpotensi menaikkan tensi.Lihat saja tingkah Arch yang kadang membuat Zio dan orang-orang di sekitarnya naik darah."Terima kasih, tidak meninggalkanku saat aku tenggelam."Suara itu mengalihkan Zio dari angan tidak jelasnya. Dia melihat Lea yang ternyata sudah membuka mata."Bilan
Beberapa waktu sebelumnya, emosi Zico terpatik. Kemarahannya muncul ketika Abian melapor soal Raisa. "Apa elu tahu cewek lu adiknya Agra Attarva? Setahu gue elu benci banget sama keluarga Attarva."Laporan dari Abian disusul deretan foto berisi Agra dan Raisa yang sedang makan bersama. Dibarengi sebuah foto sebuah kartu keluarga. Meski buram, Zico masih bisa membaca kalau Agra dan Raisa berada di kartu keluarga yang sama dengan status adik kakak.Amarah remaja tanggung itu meledak. Agra Attarva, adalah nama yang Zico benci sampai ke ulu hati. Sama seperti Zio. Dua pria Alkanders tersebut bisa kompak membenci satu nama. Alasannya hanya keduanya yang tahu.Saat ini, waktu emosi menguasai kepalanya, Zico yang melihat kerapuhan Angel, seolah dirasuki pikiran jahat. Dia punya rencana untuk memanfaatkan Angel. Intinya, Zico sedang mencari pelampiasan kemarahan.Padahal Raisa pun tak tahu pertikaian antara kakaknya dan keluarga Alkanders. Pun dengan Angel yang tidak ada hubungan apapun deng