maaf teman-teman, baru up. sinyalnya ngajak silaturahmi dari kemarin sore 🙏🙏
Suasana tegang masih mewarnai tepian sungai yang makin sesak dengan kerumunan orang. Mereka memadati tempat itu saat seseorang mengenali wajah Zio sebagai pemilik AK Corp yang tersohor.Makin ditelusuri mereka jadi tahu kalau Lea, perempuan yang nyaris tenggelam saat ingin menyelamatkan Angel adalah istri pengusaha itu. Kian hebohlah pemberitaan di jagat media sosial."Ampun, Om. Zico. Jangan usik mamaku. Kami sudah tidak punya apa-apa," mohon Angel dengan suara bergetar."Cih, sekarang saja mohon-mohon. Lu gak ingat waktu mama elu menghina kakak ipar gue. Dia bisa maafin kalian, tapi gue enggak. Gue pastiin, elu bakal terima balasannya." Kata Zico yang entah kenapa jadi ikut membenci Angel. Padahal dulu, remaja beranjak dewasa itu hanya sekedar tidak suka pada Angel.Angel menunduk kian dalam, tangis masih melandanya. Dia pasrah, merasa tak memiliki apa-apa untuk melawan Zico. Tuan putri itu sudah berubah jadi gadis biasa tanpa harga.Zico baru kembali ingin memaki Angel ketika suar
"Aku hanya ingin tahu. Mereka bilang dia tenggelam." Rian memandang lurus melewati punggung Zio guna melihat Lea. Jantungnya berdebar kencang ketika kabar berhembus istri pengusaha Alkanders nyaris tenggelam setelah menolong seorang remaja."Dia baik-baik saja. Dan akan selalu begitu. Aku akan pastikan itu." Balas Zio dengan tatapan tak lekang dari mantan suami istrinya.Perhatian Rian seketika beralih pada Zio. Agaknya Rian sadar kalau kalimat Zio sengaja lelaki itu ucapkan untuk menyindirnya. "Maaf, aku hanya mencemaskannya," ucap Rian pada akhirnya."Kau diberi waktu dua tahun untuk melakukannya, tapi kau menyia-nyiakannya. Sekarang dia milikku, kau sama sekali tidak punya hak untuk mencemaskannya. Azalea Graziela Alkanders adalah istriku. Dia akan selalu bahagia berada di sisiku, aku bisa menjaminnya," tegas Zio.Rian menunduk, dia akui semua kesalahannya. Dia mengaku tak pernah memperlakukan Lea dengan baik. Sekarang Rian bisa menyaksikan mantan istrinya hidup jauh lebih baik d
Beberapa waktu sebelumnya, emosi Zico terpatik. Kemarahannya muncul ketika Abian melapor soal Raisa. "Apa elu tahu cewek lu adiknya Agra Attarva? Setahu gue elu benci banget sama keluarga Attarva."Laporan dari Abian disusul deretan foto berisi Agra dan Raisa yang sedang makan bersama. Dibarengi sebuah foto sebuah kartu keluarga. Meski buram, Zico masih bisa membaca kalau Agra dan Raisa berada di kartu keluarga yang sama dengan status adik kakak.Amarah remaja tanggung itu meledak. Agra Attarva, adalah nama yang Zico benci sampai ke ulu hati. Sama seperti Zio. Dua pria Alkanders tersebut bisa kompak membenci satu nama. Alasannya hanya keduanya yang tahu.Saat ini, waktu emosi menguasai kepalanya, Zico yang melihat kerapuhan Angel, seolah dirasuki pikiran jahat. Dia punya rencana untuk memanfaatkan Angel. Intinya, Zico sedang mencari pelampiasan kemarahan.Padahal Raisa pun tak tahu pertikaian antara kakaknya dan keluarga Alkanders. Pun dengan Angel yang tidak ada hubungan apapun deng
Zio mengulas senyum, bibirnya tak henti melengkung, menampilkan gurat bahagia yang sejak tadi mengisi hati. Dalam pelukannya ada Lea yang kembali tidur pulas. Sementara Lea sendiri memeluk Arch yang balik mendekap sang mama posesif.Melihat hal itu senyum Zio luntur. Berganti sebal bersamaan ujung jarinya menoyor dahi Arch yang sama sekali tidak merespon. "Dasar bocil," maki Zio.Wajahnya kesal tapi hatinya penuh bunga. Pemandangan Lea memeluk Arch dengan dirinya mendekap keduanya membuat hidup Zio terasa lengkap. "Andai punya dua lagi, perempuan dan laki-laki hasil kecebongku sendiri," gumam Zio absurd.Kepala lelaki itu sudah dipenuhi bayangan dua anak yang sepertinya akan tampak lucu, walau sekaligus berpotensi menaikkan tensi.Lihat saja tingkah Arch yang kadang membuat Zio dan orang-orang di sekitarnya naik darah."Terima kasih, tidak meninggalkanku saat aku tenggelam."Suara itu mengalihkan Zio dari angan tidak jelasnya. Dia melihat Lea yang ternyata sudah membuka mata."Bilan
Lea tercenung melihat sebuah buku dengan sampul berwarna biru, plus gambar timbul capung menghiasi bagian depan. "Apa aku disebut lancang kalau membacanya," gumam Lea memandang ragu buku yang ada di tangannya.Sedetik, dua detik, tiga detik. Lea terdiam. Pekerjaan hari ini tidak terlalu banyak. Semua bisa dia selesaikan, jadi Lea punya sedikit waktu untuk bersantai.Perempuan itu bimbang, satu sisi bilang jangan. Sisi lain pula mengompori, "Kan yang punya sudah tidak ada. Jadi bebas dong dibaca."Didorong oleh rasa penasaran, Lea membuka benda persegi panjang itu. Lea heran juga, masih ada ya manusia di era ini yang suka menulis di buku, di banding di media modern yang bisa lebih terjaga kerahasiaan.Halaman pertama tak ada yang membuat Lea terusik. Istri Zio terus membolak balik buku tersebut, hingga dia menemukan bagian yang dia rasa menarik."Aku tidak sebaik yang kamu lihat. Aku punya cacat dan banyak kesalahan di masa lalu. Bahkan sampai aku pergi, mungkin aku tidak sanggup membe
"Kamu bisa diam tidak?" Perkataan dari Zio memotong kalimat Nancy yang menggebu-gebu. Sorot mata lelaki itu tajam terarah pada perempuan berpakaian minim di hadapannya. "Kamu tidak percaya dengan ucapanku?" Nancy balik bertanya dengan netra membulat sempurna. "Haruskah aku percaya perkataan seseorang yang berusaha mencelakai putraku. Menfitnah istriku, dan sekarang menyebarkan hal buruk kakakmu sendiri yang bahkan sudah meninggal." Zio tak habis pikir dengan sikap Nancy. Lelaki itu pikir Nancy bisa introspeksi diri setelah diusir dari The Mirror. Ternyata oh ternyata, kelakuannya malah makin tidak terduga. "Semua yang kukatakan benar, Zi. Kau saja yang dibutakan oleh cinta. Sampai tidak tahu permainan gila apa yang sudah Nika mainkan. Tentu saja, kau akan tutup mata, asal dia bisa memuaskanmu di ranjang. Karena memang itu keahliannya," cibir Nancy. "Cukup Nancy! Kalau kau tidak bisa bicara hal baik lebih kau diam!" Nancy menatap sinis pada Zio. "Harusnya kau selidiki ke
"Miguel Amadeo mengenal Nika." Gumam Zio sendiri. Dia duduk menunggu Arch yang masih belum sadar.Lelaki itu sempat marah atas keteledoran Sari waktu menjaga sang putra. Namun bujukan juga penjelasan dari Lea mampu meredam amarah Zio.Mengingat hari ini mereka dipastikan akan menginap di rumah sakit, maka Sari dan Lea pulang untuk mengambil baju ganti. Memanfaatkan waktu Arch yang masih terlelap karena obat tidur.Zio melirik kantong darah yang tergantung di tiang sebelah kiri Arch. Benda cair pekat merah itu menetes satu-satu, menyelamatkan sang putra dari kondisi fatal akibat kekurangan darah.Pikiran Zio kembali pada sosok Miguel Amadeo yang setelah dicermati pada pertemuan kedua, ternyata memiliki kecenderungan bentuk mata yang sama dengan Arch. Zio dan Miguel sempat berbincang sebentar setelah selesai diambil darahnya.Benak Zio seketika rancu. Dia tahu Arch bukan anak kandungnya. Ditambah keterangan dari dokter yang mengatakan kalau rhesus negatif itu sangat langka, sudah pasti
"Senang bekerja sama dengan Anda." Zio dan Miguel saling berjabat tangan. Di luar dugaan Zio, Miguel profesional. Lelaki itu sama sekali tak menyebut kejadian di rumah sakit. Miguel tulus menolong Arch."Sama-sama. Terima kasih juga sudah menyelamatkan putra saya." Kata Zio, berbesar hati mengucapkan rasa terima kasihnya.Walau dia tahu lelaki di hadapannya pernah menjalin hubungan dengan Nika. Zio tidak mempermasalahkan hal itu. Toh mereka menjalin kasih jauh sebelum Zio dan Nika menikah. Meski Zio bisa menebak kalau jalinan cinta Miguel dan Nika sudah melebihi batas. Dia bisa apa jika semua terlanjur terjadi. Lagi pula Nika sudah tidak ada di dunia ini lagi.Mau protes, mau menuntut, Zio tidak bisa melakukannya. Anggap saja Miguel adalah bagian kelam dari masa lalu Nika.Miguel melengkungkan bibir, satu tindakan yang membuat dada Zio berdesir. Senyum Miguel adalah senyum Arch. Bagaimana ini? Beberapa hari terakhir, Zio berusaha mengenyahkan dugaan kalau Miguel adalah ayah Arch.Na
Bisa dibayangkan bagaimana panasnya hati Melani. Melihat sang suami menggendong seorang anak dengan satu wanita cantik berjalan di belakangnya."Sayang, apa yang kamu lakukan di sini?" Pertanyaan Melani membuat Miguel cukup kaget. Dia lupa dengan tujuannya datang ke sini. Melani pasti marah padanya.Sementara Lea dan Sari saling pandang, mendapati perempuan dengan tampilan cetar membahana, berdiri di depan mereka. Ekspresi marah tampak kentara di paras wanita tadi.Namun atensi Lea tak hanya terarah pada Melani, tapi juga sosok yang berada di samping istri Miguel. Nancy, apa yang dia lakukan di sini.Nancy sendiri langsung menyeringai melihat Lea. Sepertinya dia paham situasinya. "Hati-hati, perempuan ini berbahaya. Suami kakakku direbut olehnya," bisik Nancy di telinga Melani.Melani mengepalkan tangan, dia siap melabrak siapapun yang mengganggu suaminya. "Kamu sudah selesai. Maaf, aku bertemu mereka jadi ngobrol sebentar. Aku pikir kamu belum selesai." Miguel mendekati Melani, mas
"Senang bekerja sama dengan Anda." Zio dan Miguel saling berjabat tangan. Di luar dugaan Zio, Miguel profesional. Lelaki itu sama sekali tak menyebut kejadian di rumah sakit. Miguel tulus menolong Arch."Sama-sama. Terima kasih juga sudah menyelamatkan putra saya." Kata Zio, berbesar hati mengucapkan rasa terima kasihnya.Walau dia tahu lelaki di hadapannya pernah menjalin hubungan dengan Nika. Zio tidak mempermasalahkan hal itu. Toh mereka menjalin kasih jauh sebelum Zio dan Nika menikah. Meski Zio bisa menebak kalau jalinan cinta Miguel dan Nika sudah melebihi batas. Dia bisa apa jika semua terlanjur terjadi. Lagi pula Nika sudah tidak ada di dunia ini lagi.Mau protes, mau menuntut, Zio tidak bisa melakukannya. Anggap saja Miguel adalah bagian kelam dari masa lalu Nika.Miguel melengkungkan bibir, satu tindakan yang membuat dada Zio berdesir. Senyum Miguel adalah senyum Arch. Bagaimana ini? Beberapa hari terakhir, Zio berusaha mengenyahkan dugaan kalau Miguel adalah ayah Arch.Na
"Miguel Amadeo mengenal Nika." Gumam Zio sendiri. Dia duduk menunggu Arch yang masih belum sadar.Lelaki itu sempat marah atas keteledoran Sari waktu menjaga sang putra. Namun bujukan juga penjelasan dari Lea mampu meredam amarah Zio.Mengingat hari ini mereka dipastikan akan menginap di rumah sakit, maka Sari dan Lea pulang untuk mengambil baju ganti. Memanfaatkan waktu Arch yang masih terlelap karena obat tidur.Zio melirik kantong darah yang tergantung di tiang sebelah kiri Arch. Benda cair pekat merah itu menetes satu-satu, menyelamatkan sang putra dari kondisi fatal akibat kekurangan darah.Pikiran Zio kembali pada sosok Miguel Amadeo yang setelah dicermati pada pertemuan kedua, ternyata memiliki kecenderungan bentuk mata yang sama dengan Arch. Zio dan Miguel sempat berbincang sebentar setelah selesai diambil darahnya.Benak Zio seketika rancu. Dia tahu Arch bukan anak kandungnya. Ditambah keterangan dari dokter yang mengatakan kalau rhesus negatif itu sangat langka, sudah pasti
"Kamu bisa diam tidak?" Perkataan dari Zio memotong kalimat Nancy yang menggebu-gebu. Sorot mata lelaki itu tajam terarah pada perempuan berpakaian minim di hadapannya. "Kamu tidak percaya dengan ucapanku?" Nancy balik bertanya dengan netra membulat sempurna. "Haruskah aku percaya perkataan seseorang yang berusaha mencelakai putraku. Menfitnah istriku, dan sekarang menyebarkan hal buruk kakakmu sendiri yang bahkan sudah meninggal." Zio tak habis pikir dengan sikap Nancy. Lelaki itu pikir Nancy bisa introspeksi diri setelah diusir dari The Mirror. Ternyata oh ternyata, kelakuannya malah makin tidak terduga. "Semua yang kukatakan benar, Zi. Kau saja yang dibutakan oleh cinta. Sampai tidak tahu permainan gila apa yang sudah Nika mainkan. Tentu saja, kau akan tutup mata, asal dia bisa memuaskanmu di ranjang. Karena memang itu keahliannya," cibir Nancy. "Cukup Nancy! Kalau kau tidak bisa bicara hal baik lebih kau diam!" Nancy menatap sinis pada Zio. "Harusnya kau selidiki ke
Lea tercenung melihat sebuah buku dengan sampul berwarna biru, plus gambar timbul capung menghiasi bagian depan. "Apa aku disebut lancang kalau membacanya," gumam Lea memandang ragu buku yang ada di tangannya.Sedetik, dua detik, tiga detik. Lea terdiam. Pekerjaan hari ini tidak terlalu banyak. Semua bisa dia selesaikan, jadi Lea punya sedikit waktu untuk bersantai.Perempuan itu bimbang, satu sisi bilang jangan. Sisi lain pula mengompori, "Kan yang punya sudah tidak ada. Jadi bebas dong dibaca."Didorong oleh rasa penasaran, Lea membuka benda persegi panjang itu. Lea heran juga, masih ada ya manusia di era ini yang suka menulis di buku, di banding di media modern yang bisa lebih terjaga kerahasiaan.Halaman pertama tak ada yang membuat Lea terusik. Istri Zio terus membolak balik buku tersebut, hingga dia menemukan bagian yang dia rasa menarik."Aku tidak sebaik yang kamu lihat. Aku punya cacat dan banyak kesalahan di masa lalu. Bahkan sampai aku pergi, mungkin aku tidak sanggup membe
Zio mengulas senyum, bibirnya tak henti melengkung, menampilkan gurat bahagia yang sejak tadi mengisi hati. Dalam pelukannya ada Lea yang kembali tidur pulas. Sementara Lea sendiri memeluk Arch yang balik mendekap sang mama posesif.Melihat hal itu senyum Zio luntur. Berganti sebal bersamaan ujung jarinya menoyor dahi Arch yang sama sekali tidak merespon. "Dasar bocil," maki Zio.Wajahnya kesal tapi hatinya penuh bunga. Pemandangan Lea memeluk Arch dengan dirinya mendekap keduanya membuat hidup Zio terasa lengkap. "Andai punya dua lagi, perempuan dan laki-laki hasil kecebongku sendiri," gumam Zio absurd.Kepala lelaki itu sudah dipenuhi bayangan dua anak yang sepertinya akan tampak lucu, walau sekaligus berpotensi menaikkan tensi.Lihat saja tingkah Arch yang kadang membuat Zio dan orang-orang di sekitarnya naik darah."Terima kasih, tidak meninggalkanku saat aku tenggelam."Suara itu mengalihkan Zio dari angan tidak jelasnya. Dia melihat Lea yang ternyata sudah membuka mata."Bilan
Beberapa waktu sebelumnya, emosi Zico terpatik. Kemarahannya muncul ketika Abian melapor soal Raisa. "Apa elu tahu cewek lu adiknya Agra Attarva? Setahu gue elu benci banget sama keluarga Attarva."Laporan dari Abian disusul deretan foto berisi Agra dan Raisa yang sedang makan bersama. Dibarengi sebuah foto sebuah kartu keluarga. Meski buram, Zico masih bisa membaca kalau Agra dan Raisa berada di kartu keluarga yang sama dengan status adik kakak.Amarah remaja tanggung itu meledak. Agra Attarva, adalah nama yang Zico benci sampai ke ulu hati. Sama seperti Zio. Dua pria Alkanders tersebut bisa kompak membenci satu nama. Alasannya hanya keduanya yang tahu.Saat ini, waktu emosi menguasai kepalanya, Zico yang melihat kerapuhan Angel, seolah dirasuki pikiran jahat. Dia punya rencana untuk memanfaatkan Angel. Intinya, Zico sedang mencari pelampiasan kemarahan.Padahal Raisa pun tak tahu pertikaian antara kakaknya dan keluarga Alkanders. Pun dengan Angel yang tidak ada hubungan apapun deng
"Aku hanya ingin tahu. Mereka bilang dia tenggelam." Rian memandang lurus melewati punggung Zio guna melihat Lea. Jantungnya berdebar kencang ketika kabar berhembus istri pengusaha Alkanders nyaris tenggelam setelah menolong seorang remaja."Dia baik-baik saja. Dan akan selalu begitu. Aku akan pastikan itu." Balas Zio dengan tatapan tak lekang dari mantan suami istrinya.Perhatian Rian seketika beralih pada Zio. Agaknya Rian sadar kalau kalimat Zio sengaja lelaki itu ucapkan untuk menyindirnya. "Maaf, aku hanya mencemaskannya," ucap Rian pada akhirnya."Kau diberi waktu dua tahun untuk melakukannya, tapi kau menyia-nyiakannya. Sekarang dia milikku, kau sama sekali tidak punya hak untuk mencemaskannya. Azalea Graziela Alkanders adalah istriku. Dia akan selalu bahagia berada di sisiku, aku bisa menjaminnya," tegas Zio.Rian menunduk, dia akui semua kesalahannya. Dia mengaku tak pernah memperlakukan Lea dengan baik. Sekarang Rian bisa menyaksikan mantan istrinya hidup jauh lebih baik d
Suasana tegang masih mewarnai tepian sungai yang makin sesak dengan kerumunan orang. Mereka memadati tempat itu saat seseorang mengenali wajah Zio sebagai pemilik AK Corp yang tersohor.Makin ditelusuri mereka jadi tahu kalau Lea, perempuan yang nyaris tenggelam saat ingin menyelamatkan Angel adalah istri pengusaha itu. Kian hebohlah pemberitaan di jagat media sosial."Ampun, Om. Zico. Jangan usik mamaku. Kami sudah tidak punya apa-apa," mohon Angel dengan suara bergetar."Cih, sekarang saja mohon-mohon. Lu gak ingat waktu mama elu menghina kakak ipar gue. Dia bisa maafin kalian, tapi gue enggak. Gue pastiin, elu bakal terima balasannya." Kata Zico yang entah kenapa jadi ikut membenci Angel. Padahal dulu, remaja beranjak dewasa itu hanya sekedar tidak suka pada Angel.Angel menunduk kian dalam, tangis masih melandanya. Dia pasrah, merasa tak memiliki apa-apa untuk melawan Zico. Tuan putri itu sudah berubah jadi gadis biasa tanpa harga.Zico baru kembali ingin memaki Angel ketika suar