Beranda / Romansa / ISTRI PAJANGAN / Salahkah aku??

Share

Salahkah aku??

Penulis: Nad28
last update Terakhir Diperbarui: 2021-10-19 15:28:24

SABRINA

 

Meski saat sarapan dan makan malam Mas Bara tak pernah mau makan di rumah, aku akan tetap berusaha mencoba menjadi istri yang berbakti padanya. Kata orang, meluluhkan hati suami bisa dengan masakan istri yang enak dan penuh ketulusan, itulah hal yang sering aku lakukan beberapa bulan belakangan ini.

 

Iya, dari awal setelah kami menikah dan pindah ke rumah ini, Mas Bara tak pernah sekalipun mau memakan masakanku. Aku selalu mengintruksikan diriku dengan kata-kata; mungkin saja Mas Bara masih belum mau memperlihatkan sisi keterbukaannya menerima diriku. Oleh sebab itu, aku berinisiatif ingin memberikannya perhatian lewat makan siangnya Mas Bara.

 

Aku tak tau kenapa Mas Bara tak pernah mengizinkan aku untuk masuk ke dalam ruangannya, kata sekretaris dan resepsionis di kantornya Mas Bara selalu sibuk dan tak bisa di ganggu. Tapi tak mengapa, selama tiga bulan belakangan ini aku selalu menitipkan rantang makan siangku pada resepsionisnya dan segera kembali lagi ke kantor cabangku sendiri.

 

Tapi kali ini, perasaanku mengatakan aku harus melihat Mas Bara kali ini, sebab tadi pagi kulihat wajah pucat kelelahan yang terpampang di wajah datar tanpa senyumannya itu padaku. Hanya saja aku takut mengganggu waktu kerjanya, apalagi Mas Bara sepertinya enggan sekali bertemu tatap denganku.

 

Mengapa menjadi istri Mas Bara sangat melelahkan dan menyakitkan? Lelah, sebab tak pernah diacuhkan suami sendiri kecuali di depan Keluarganya, dan acara penting yang harus ada aku di sana. Menyakitkan, karena entah sejak kapan rasa ini muncul untuk suami yang sepertinya tak pernah menganggapku ada di sekitarnya.

 

Helaan nafasku kembali terdengar. Aku pun mematikan mesin mobil lantas keluar. 

 

Aku baru saja datang dari rumah, menyisihkan setiap dua jam waktu istirahat siangku untuk memasak makan siang Mas Bara dan mengantarkannya ke kantor Mas Bara, baru setelah itu aku akan kembali ke kantor cabangku sendiri.

 

Kumasuki lobi perusahaan langsung menuju resepsionis, melempar senyum ramah padanya.

 

"Mau dititipkan seperti biasanya, Bu?" pertanyaan yang selalu aku dengar setiap kali datang ke kantor Mas Bara.

 

"Eeum, tidak Mbak. Tolong bilang saya menunggu sampai di izinkan masuk."

 

Setelah beberapa saat menunggu pihak resepsionis menghubungi ke ruang Mas Bara, tapi hasilnya tetap saja nihil. "Maaf, Bu. Bapak Bara sedang tidak ingin di ganggu." Resepsionis itu berkata dengan nada tak enak hati.

 

"Kalau begitu saya akan tetap masuk, di beri izin ataupun tidak." Titahku tak terbantahkan lagi.

 

"Tapi, Bu---"

 

"Saya istrinya kalau kalian lupa! Apa kamu ingin merasakan kehilangan pekerjaan?!?!" tanyaku lagi pada seorang satpam yang ingin mencegatku.

 

Resepsionis dan Satpam yang biasanya ku balas sapa mereka dengan senyuman, kini ku perlihatkan bagaimana jika aku sedikit menggertak mereka hingga membuat mereka tertunduk tak berkutik.

 

Kemudian aku berbalik, melangkah berniat menuju masuk ke dalam lift khusus petinggi sebelum lagi-lagi dihambat oleh satpam yang kedua, mungkin baru datang atau entahlah.

 

"Bu, mohon maaf. Pak Bara tidak bisa di ganggu sekarang,"

 

Sontak aku mendelik tajam, "Sudah berapa lama kamu bekerja? Apa kamu tidak ada niat untuk pensiun?"

 

Sahutku terselip akan ancaman didalamnya. Pak satpam langsung pucat pasi. Dengan berat hati akhirnya dia mau membiarkan aku masuk lift petinggi menuju lantai teratas.

 

Aku menyusuri lorong yang pernah dulu hanya sekali saja aku lewati, setalah itu ini baru kali kedua aku datang ke sini.

 

Tanpa menunggu lama, langsung kubuka pintu jati besar itu tanpa kuketuk lebih dahulu. Rasa kesalku sudah lebih dulu menyelimuti benak sedari tadi, bodo amat akan sopan santun, aku ingin memarahi Mas Bara meskipun ini pertama kalinya aku akan memarahinya. Tetap saja aku merasa khawatir, kalau-kalau nanti dia malah bertambah parah, aku pasti akan menyesal akan hal itu.

 

Tapi sepertinya niatku itu tidak akan terwujud begitu menemui pemandangan amat menyesakkan di sana. Dadaku seketika nyeri, seolah di hantam batu besar yang membuatnya terasa amat sakit.

 

Aku memandang nanar mereka yang nampak sangat dekat. Tangan wanita itu bertengger manis menatap wajah suamiku.

 

Mas Bara ngga menolaknya sama sekali, menambah rasa perih yang membara.

 

Aku mendongak, berusaha kuat menahan air mata yang ingin jatuh. Sementara tanganku sudah mengepal erat di bawah sana.

 

Apa ini alasan dia selama ini tidak membiarkan aku masuk?

 

Dia asik bermesraan dengan kekasihnya terdahulu. Dan seakan semesta mengujiku, sekarang aku dihadapkan dengan mereka yang tengah berciuman.

 

Mereka sepertinya masih belum menyadari kedatanganku, ku letakkan rantang yang ku bawa di lantai depan pintu ruangan Mas Bara, kemudian berbalik arah meninggalkan dua sejoli yang ingin memadu kasih itu. Di sini aku lah istri sahnya, tapi di sini pula aku merasa menjadi selingkuhan yang tak berhak cemburu apalagi marah pada perbuatan mereka. Ingin rasanya aku melabrak perbuatan mereka, tapi jantung dan hatiku seakan bekerja terlalu cepat hingga pasokan udara di sekitarku terasa menyesakkan.

 

Apa aku harus menyerah, Mas? Apa aku tak pernah bisa mengisi hatimu dengan namaku? Apa hadirku menyusahkanmu, Mas? Apa aku..... 

 

***

 

SABRINA

 

Apa aku dan Mas Bara masih bisa punya harapan akan menjadi keluarga yang utuh? Kenangan pahit tentang penyimpangan yang dilakukan Mas Bara seakan menjadi pedang tajam yang menikam menghunus ulu hatiku setiap saat. Aku mencintai suamiku tapi rasa kecewaku juga tak bisa ku henyakkan dari diriku. Salahkah aku kecewa, Mas? Salahkah aku mencintaimu, Mas? Salahkah jika aku menginginkan kamu hargai diriku meski rasa cintamu tak pernah bisa kumiliki? Apa benar aku salah telah masuk dalam kehidupanmu, Mas? 

 

Segala pertanyaan itu selalu menghimpit sesak di dadaku. Hanya pada diary biruku saja aku mencurahkan rasa sesak di hatiku ini, setelah selesai berdoa di setiap sholatku. Aku masih mengharapkan satu harap pada Mas Bara, hanya satu, yaitu aku masih ingin Mas Bara menjadi imam sholatku meski hanya sekali saja. 

 

Tuhan..... Apakah harapanku itu masih bisa kugapai nantinya? Jika saja ada orang yang bertanya, kenapa aku sangat menginginkan Mas Bara menjadi imam sholatku? Alasannya adalah sedari kecil aku tak pernah di imamkan oleh ayahku sendiri, maka ingin sekali hasrat di hati ini untuk Mas Bara mau menjadi imam sholatku. Walaupun hanya sekali saja....

 

***

 

"Kamu ngga usah terlalu memikirkan kata-kata Mama, Na."

 

Kupikir Mas Bara yang merebah di sebelahku sudah terlelap. Ternyata belum, bahkan dia tau aku resah dengan pernyataan Mama tadi. Mama tadi memintaku dan Mas Bara mengusahakan punya anak. Usaha itu sudah diawali dengan aku disuruh menabung asam folat dalam susu Pra-hamil. Aku tidak pernah menolak permintaan Mama, jadi aku meminumnya.

 

"Ya, Mas," gumam ku.

 

Aku sudah berusaha mengenyahkan pikiran itu tapi masih saja belum berhasil. Alhasil mataku masih menyalang sempurna.

 

"Na,"

 

Tubuhku menegang saat Mas Bara memanggilku dengan suara parau.

 

"Ya, Mas?"

 

"Kamu akan sulit tidur kalau terus memikirkannya. Lupakan dan pejamkan matamu. Kalau masih sulit, itu mungkin karena posisi tidurmu miring sana terus. Sesekali berbaliklah, nggak apa. Aku nggak akan menggigitmu."

 

Aku memang pegal harus miring kanan terus, tapi bukan itu yang membuatku susah tidur. Untuk membuat Mas Bara tenang, akupun merubah posisi tidurku. Saat aku berbalik, aku mendapati wajahnya. Posisi tidur kami jadi berhadapan.

 

"Marc Jacobs Daisy so Fresh. Kamu masih suka menggunakannya?"

 

Dia menanyakan parfum yang kugunakan?

 

"Iya."

 

Dia membuka matanya perlahan dan tatapan kami bertemu dalam jarak yang dekat.

 

"Cocok denganmu."

 

Aku merasa kikuk melihatnya tersenyum kecil. Setelahnya dia kembali menutup mata dan helaan nafasnya teratur.....

 

 

 

Bab terkait

  • ISTRI PAJANGAN   Aku nggak akan menggigitmu

    BARA Tubuhnya mengeluarkan parfum yang biasa digunakannya. Kurasa itu sisa-sisa parfum dan masih melekat ditubuhnya. Rambutnya beraroma stroberi seperti biasanya. Itu karena dia mencuci rambut sebelum tidur tadi. Aku terbiasa dengan aroma yang keluar ketika Sabrina berada di sekitarku. Dari dulu aromanya tak pernah berubah, sungguh konservatif. Wanita beraroma stroberi itu tampak gelisah. Punggungnya berkali-kali bergerak tak nyaman, sesekali aku mendengar helaan nafas kecilnya. "Na, kamu sulit tidur?" Dia sedikit menelengkan kepalanya dan mengangguk. "Kamu ng

    Terakhir Diperbarui : 2021-10-20
  • ISTRI PAJANGAN   Pertama bagiku bukan yang pertama baginya...

    SABRINA Pak Broto mengadakan acara ulang tahun pernikahan ke empat puluh di salah satu hotel mewah miliknya. Aku masuk ke gala ballroom dan ikut nimbrung cipika cipiki dengan tamu lainnya. Setelah celingukan, aku akhirnya menemukan Pak Broto. Beliau sedang berkeliling dengan istrinya dan menyapa para tamu undangan. Akupun mendekati mereka dan di sambut dengan hangat. "Malam, Pak." Aku menyapa yang empunya acara, kemudian bergantian ke istrinya. "Selamat ulang tahun pernikahannya, Pak," ujarku. "Makasih, Sabri. Kamu sendiri? Mana Bara?" tanya Pak Broto sembari mengecek sekelilingku. Belum sempat aku menjawab, ada tamu lainnya datang

    Terakhir Diperbarui : 2021-11-02
  • ISTRI PAJANGAN   Istri Rasa Selingkuhan

    BARAAku harus segera berangkat ke acara pernikahan Satria, acaranya satu jam lagi. Tapi Sabrina tidak juga nampak keluar dari kamarnya, padahal dia tahu ini hari penting. Sebenarnya aku bisa saja pergi tanpa dia, hanya saja Satria mengenal Sabrina. Bukan kenal baik, tapi ya mereka cukup sering ngobrol ketika bertemu. Bahkan menurutku Sabrina jauh lebih nyaman ngobrol dan bercanda dengan Satria dibandingkan denganku yang dihadapinya sehari-hari.Aku nyaris kembali menaiki tangga untuk menuju kamarnya, tapi pembantuku mencegah. Katanya Sabrina menitipkan pesan tidak akan ikut ke acara Satria."Ibu sakit, Pak.""Sakit apa?"Pembantuku itu cuma menggeleng kecil, "Cuma tadi Ibu pes

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-17
  • ISTRI PAJANGAN   Pentingkah kepercayaanku?

    Itu Nico. Dia berdiri di hadapanku yang sedang menghalau kerumunan. Dia mencekal pergelangan tanganku dan membawaku pergi. Langkah lebarnya membuat kami lekas mencapai tempat parkir. Dia memintaku untuk masuk ke mobilnya dan kami pergi dari sana. Air mataku pecah saat itu juga, hatiku sakit sekali mendengar hal-hal mengerikan yang dikatakan Michela tadi. Meskipun aku tahu kelakuan Mas Bara buruk diluar sana, tapi melalui informanku aku tahu Mas Bara selalu main rapi dan tak membiarkan siapapun mencium keburukannya. "Kenapa menikahi pria seperti itu?" tanya Nico ketika aku sudah usai menangis. Ternyata air mataku tidak sebanyak itu. Aku diam. Tidak ada jawaban yang tepat untuk pertanyaan itu. "Dipermalukan seperti itu untuk seorang laki-laki yang kelakuannya buruk

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-17
  • ISTRI PAJANGAN   Belum siap

    "Mas." Aku memberanikan diri untuk memanggil laki-laki yang sedang mengemudikan mobil disampingku ini. Dia adalah suamiku yang beberapa hari sebelumnya telah resmi untuk menyongsong masa depan kami kedepannya yang bernama bahtera pernikahan. Sungguh aku tak menyangka akan bersuamikan dia. Laki-laki tampan dan berkarisma yang sebelumnya tak pernah terpikir akan menjadi pendamping hidupku, kini ia benar-benar nyata ada didekatku. "Kenapa?" tanya Mas Bara datar dan tanpa menoleh sedikitpun padaku, tiadaku dapati senyum lembut disana. Sungguh aneh menurutku, apa aku ada salah padanya hingga tiba-tiba Mas Bara seakan cuek padaku? "Apa?" ulang Mas Bara lagi, aku sedikit tersentak oleh intonasi suaranya. "Eum... Itu... Apa di rumah ada

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-25
  • ISTRI PAJANGAN   Kadaluarsa

    ~SELAMAT ULANG TAHUN PERNIKAHAN KE EMPAT TAHUN BAPAK DZIKRI BARA MAJID DAN IBU SABRINA MAJID~ ~HAPPY ANNIVERSARY MR. DZIKRI BARA MAJID AND MRS. SABRINA MAJID~ Semua tulisan papan rangkaian bunga maupun kartu ucapan itu isinya nyaris sama, mengucapkan selamat untuk ulang tahun pernikahan Mas Bara dan aku. Empat tahun. Time flies. Empat tahun, siapa sangka aku mampu bertahan dalam gelanggang pernikahan ini. Bahkan, diriku sendiri sendiri tak pernah mempercayainya. Menikah dengan salah seorang keturunan Majid memang sulit untuk tidak mendapatkan atensi seperti ini. Seluruh rekan dan media tahu kapan ulang tahun pernikahan kami, juga tanggal-tanggal penting lainnya. Alih-alih merasa terganggu, aku harus membiasakan diri untuk mene

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-25
  • ISTRI PAJANGAN   Berubah

    BARA Aku melihat ke Rolex Daytona di pergelangan tanganku entah untuk keberapa kalinya. Gerakan itu kemudian diikuti dongakan mengecek arah pintu masuk. Kemana dia? Aku yakin sudah mengirimkan alamat dan jam dimana Sabrina harus muncul dan menemaniku sekarang, tapi kenapa belum kelihatan? Sebenarnya aku tak terlalu suka melibatkan Sabrina dipertemuan bisnis seperti ini. Aku tahu bagaimana gatalnya mulut para rekan dan media menguliti soal kehidupan pribadi kami dan aku tahu Sabrina tak nyaman menghadapinya. Hanya saja image bahwa rumah tangga kami baik-baik saja harus ditampilkan dengan sesekali muncul seperti ini. Setelah kulirik jam sekali lagi, akhirnya Sabrina muncul. Wanita itu berpenampilan anggun dalam balutan gamis hitam yang sangat terkesan elegan dan make up yang membuatnya semakin terlihat bersinar. Senyum yang diikut

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-25
  • ISTRI PAJANGAN   Selai madu cokelat

    SABRINA Aku meneguk kopi selagi terus mengunyah roti bakar Coklat madu di tangan kananku. Sarapan ini sangat lezat dan praktis. Ya, cukup juga mengenyangkan sebelum memulai mengawali hari. Tak butuh banyak waktu untuk menyelesaikan sarapanku tiap pagi, setelahnya aku langsung bersiap untuk berangkat. "Sudah mau berangkat?" Suara seseorang mengintruksikan, membuatku menengok ke sumbernya seketika. Cukup pagi kali ini Mas Bara bersiap ke kantor. Dia sudah menggunakan setelan rapi dan memasang dasinya sembari menghampiriku ke meja pantry dapur. Aku mengangguk kecil, "Aku berangkat dulu, Mas." Setelah mencuci tangan aku langsung menyambar tas dan berangkat kerja. Hari ini hari penting untuk meeting f

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-30

Bab terbaru

  • ISTRI PAJANGAN   Pentingkah kepercayaanku?

    Itu Nico. Dia berdiri di hadapanku yang sedang menghalau kerumunan. Dia mencekal pergelangan tanganku dan membawaku pergi. Langkah lebarnya membuat kami lekas mencapai tempat parkir. Dia memintaku untuk masuk ke mobilnya dan kami pergi dari sana. Air mataku pecah saat itu juga, hatiku sakit sekali mendengar hal-hal mengerikan yang dikatakan Michela tadi. Meskipun aku tahu kelakuan Mas Bara buruk diluar sana, tapi melalui informanku aku tahu Mas Bara selalu main rapi dan tak membiarkan siapapun mencium keburukannya. "Kenapa menikahi pria seperti itu?" tanya Nico ketika aku sudah usai menangis. Ternyata air mataku tidak sebanyak itu. Aku diam. Tidak ada jawaban yang tepat untuk pertanyaan itu. "Dipermalukan seperti itu untuk seorang laki-laki yang kelakuannya buruk

  • ISTRI PAJANGAN   Istri Rasa Selingkuhan

    BARAAku harus segera berangkat ke acara pernikahan Satria, acaranya satu jam lagi. Tapi Sabrina tidak juga nampak keluar dari kamarnya, padahal dia tahu ini hari penting. Sebenarnya aku bisa saja pergi tanpa dia, hanya saja Satria mengenal Sabrina. Bukan kenal baik, tapi ya mereka cukup sering ngobrol ketika bertemu. Bahkan menurutku Sabrina jauh lebih nyaman ngobrol dan bercanda dengan Satria dibandingkan denganku yang dihadapinya sehari-hari.Aku nyaris kembali menaiki tangga untuk menuju kamarnya, tapi pembantuku mencegah. Katanya Sabrina menitipkan pesan tidak akan ikut ke acara Satria."Ibu sakit, Pak.""Sakit apa?"Pembantuku itu cuma menggeleng kecil, "Cuma tadi Ibu pes

  • ISTRI PAJANGAN   Pertama bagiku bukan yang pertama baginya...

    SABRINA Pak Broto mengadakan acara ulang tahun pernikahan ke empat puluh di salah satu hotel mewah miliknya. Aku masuk ke gala ballroom dan ikut nimbrung cipika cipiki dengan tamu lainnya. Setelah celingukan, aku akhirnya menemukan Pak Broto. Beliau sedang berkeliling dengan istrinya dan menyapa para tamu undangan. Akupun mendekati mereka dan di sambut dengan hangat. "Malam, Pak." Aku menyapa yang empunya acara, kemudian bergantian ke istrinya. "Selamat ulang tahun pernikahannya, Pak," ujarku. "Makasih, Sabri. Kamu sendiri? Mana Bara?" tanya Pak Broto sembari mengecek sekelilingku. Belum sempat aku menjawab, ada tamu lainnya datang

  • ISTRI PAJANGAN   Aku nggak akan menggigitmu

    BARA Tubuhnya mengeluarkan parfum yang biasa digunakannya. Kurasa itu sisa-sisa parfum dan masih melekat ditubuhnya. Rambutnya beraroma stroberi seperti biasanya. Itu karena dia mencuci rambut sebelum tidur tadi. Aku terbiasa dengan aroma yang keluar ketika Sabrina berada di sekitarku. Dari dulu aromanya tak pernah berubah, sungguh konservatif. Wanita beraroma stroberi itu tampak gelisah. Punggungnya berkali-kali bergerak tak nyaman, sesekali aku mendengar helaan nafas kecilnya. "Na, kamu sulit tidur?" Dia sedikit menelengkan kepalanya dan mengangguk. "Kamu ng

  • ISTRI PAJANGAN   Salahkah aku??

    SABRINA Meski saat sarapan dan makan malam Mas Bara tak pernah mau makan di rumah, aku akan tetap berusaha mencoba menjadi istri yang berbakti padanya. Kata orang, meluluhkan hati suami bisa dengan masakan istri yang enak dan penuh ketulusan, itulah hal yang sering aku lakukan beberapa bulan belakangan ini. Iya, dari awal setelah kami menikah dan pindah ke rumah ini, Mas Bara tak pernah sekalipun mau memakan masakanku. Aku selalu mengintruksikan diriku dengan kata-kata; mungkin saja Mas Bara masih belum mau memperlihatkan sisi keterbukaannya menerima diriku. Oleh sebab itu, aku berinisiatif ingin memberikannya perhatian lewat makan siangnya Mas Bara. Aku tak tau kenapa Mas Bara tak pernah mengizinkan aku untuk masuk ke dalam ruangannya, kata sekretaris dan reseps

  • ISTRI PAJANGAN   Menyesal???

    BARA Ketukan keras yang berulang-ulang membuatku terjaga. Itu suara Salsabil yang memanggil-manggilku. Astaga kenapa sekalinya dia pulang membuat jengkel begini sih. "Ya ampun, istrimu lagi masak dan kamu masih ngebo?!?!" gerutunya ketika aku membukakan pintu. Dia langsung menerobos masuk kamar dan membuka semua tirai. "Astaga, ini weekend, Bi. Belum waktunya bangun," balasku sambil merebahkan diri kembali ke kasur. Salsabila duduk di dekatku dan memukul pelan lenganku, "Bangun. Mandi. Ayo sarapan bersama!" Aku membiarkan Bila berbicara dan tetap merebahkan diriku d

  • ISTRI PAJANGAN   Satu kamar

    SABRINA "Tebak aku dimana?" seru penelpon di seberang ketika aku mengangkat teleponku. Ini masih jam enam pagi dan aku sudah di telepon. "Bandara. Ya, kan?" Salsabila tertawa kencang. Hari ini dia memang tiba di Indonesia sesuai rencana. Seharusnya dia bisa menggunakan penerbangan pribadi, sesuai tawaran Mas Bara. Tapi, wanita itu menolak dan bersikeras untuk naik pesawat komersial saja. Dia memang sering beda pemikiran dengan Mas Bara. Kalau Mas Bara memikirkan kenyamanan dan kecepatan, Salsabila bilang itu pemborosan. Toh, dia tidak diburu deadline tertentu. "Aku akan kerumahmu, Sabri. Ayo kita sarapan bersama." Setelah mengatakan hal tersebut, wanita itu langsung menu

  • ISTRI PAJANGAN   Selai madu cokelat

    SABRINA Aku meneguk kopi selagi terus mengunyah roti bakar Coklat madu di tangan kananku. Sarapan ini sangat lezat dan praktis. Ya, cukup juga mengenyangkan sebelum memulai mengawali hari. Tak butuh banyak waktu untuk menyelesaikan sarapanku tiap pagi, setelahnya aku langsung bersiap untuk berangkat. "Sudah mau berangkat?" Suara seseorang mengintruksikan, membuatku menengok ke sumbernya seketika. Cukup pagi kali ini Mas Bara bersiap ke kantor. Dia sudah menggunakan setelan rapi dan memasang dasinya sembari menghampiriku ke meja pantry dapur. Aku mengangguk kecil, "Aku berangkat dulu, Mas." Setelah mencuci tangan aku langsung menyambar tas dan berangkat kerja. Hari ini hari penting untuk meeting f

  • ISTRI PAJANGAN   Berubah

    BARA Aku melihat ke Rolex Daytona di pergelangan tanganku entah untuk keberapa kalinya. Gerakan itu kemudian diikuti dongakan mengecek arah pintu masuk. Kemana dia? Aku yakin sudah mengirimkan alamat dan jam dimana Sabrina harus muncul dan menemaniku sekarang, tapi kenapa belum kelihatan? Sebenarnya aku tak terlalu suka melibatkan Sabrina dipertemuan bisnis seperti ini. Aku tahu bagaimana gatalnya mulut para rekan dan media menguliti soal kehidupan pribadi kami dan aku tahu Sabrina tak nyaman menghadapinya. Hanya saja image bahwa rumah tangga kami baik-baik saja harus ditampilkan dengan sesekali muncul seperti ini. Setelah kulirik jam sekali lagi, akhirnya Sabrina muncul. Wanita itu berpenampilan anggun dalam balutan gamis hitam yang sangat terkesan elegan dan make up yang membuatnya semakin terlihat bersinar. Senyum yang diikut

DMCA.com Protection Status