Home / Romansa / ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN / 206. Mulai Terpengaruh

Share

206. Mulai Terpengaruh

Author: Mastuti Rheny
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Kamu terlalu naif, dan terlalu penurut pada Richard yang selama ini selalu mendominasi kehidupan kamu. Apa kamu tidak pernah curiga dan masih saja menganggap dia mencintai kamu?”

Lina masih saja meluncurkan kata-katanya yang sangat memprovokasi.

Aku masih tetap mengabaikannya enggan menentang tatapan matanya yang terlihat sangat lekat memandangku. Wanita itu tampak berusaha sangat keras untuk meyakinkan aku agar meragukan suamiku sendiri, sosok yang selama ini sudah mendapatkan seluruh hatiku yang tak pernah berhenti untuk aku cintai.

Selama ini aku sudah sangat memaklumi segala karakter Mas Bara yang memang agak keras tapi aku bisa merasakan kalau dia sangat tulus padaku dan selalu bisa menunjukkan cintanya padaku dengan caranya sendiri.

“Bukankah selama ini Richard terlalu banyak memberikan larangan untuk kamu? Aku tahu kalau Richard juga masih melarang kamu untuk t

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   207. Rencana Bertemu Teman Lama

    Aku semakin terusik dengan berbagai pertanyaan yang berkecamuk di dalam benakku, yang kemudian malah menarik diriku untuk memutar tubuhku ke belakang demi bisa menelisik wajah suamiku yang terlihat sangat nyenyak dalam tidurnya.Wajahnya terlihat begitu tenang, memancarkan aura ketampanan yang jelas aku kagumi. Kedua matanya terkatup yang selama ini aku tahu sering terlihat memancarkan tatapan penuh cinta padaku.Rasanya aku menjadi tak kuasa untuk memendam kecurigaan seperti ini pada suamiku sendiri. Dengan tangan gemetar aku mulai terpancing untuk bisa membelai wajah tampan itu. Merasakan dengan lugas kehadirannya yang dulu pernah sangat selalu aku harapkan.Aku berusaha meresapi rasa yang memenuhi ruang kalbuku dan aku lugas merasakan jika cinta itu begitu nyata. Bahkan Mas Bara adalah ayah dari kedua anakku, dan aku merasa begitu bahagia dengan segala cintanya yang memang aku rasakan selalu terang.

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   208. Masih Belum Mendapat Ijin

    Aku mengungkapkan dengan lugas keinginanku pada suamiku yang sekarang sudah mulai mengalihkan perhatian padaku.“Siapa itu Neneng?” Mas Bara malah bertanya balik padaku yang membuatku mengernyit gundah.“Dia teman kuliahku dulu di Surabaya Mas.”Aku berusaha menjelaskan dengan hati-hati.Mas Bara malah mengedikkan bahunya sembari memasang ekspresi datar.Aku mulai menjadi tidak tenang. Jangan sampai Mas Bara malah melarangku untuk pergi, karena sangat berharap Mas Bara bisa memberikan ijinnya.“Mas, boleh kan aku pergi ketemuan sama teman lamaku?”Aku kembali mencecar suamiku.Mas Bara yang sebelumnya memfokuskan perhatian pada gawai di tangannya mulai melirik ke arahku lagi saat melihatku mulai memaksanya.Suamiku yang terlalu dominan itu menautkan kedua alisny

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   209. Permintaan Di Hari Anniversarry

    Kenapa kamu memaksa untuk bertemu dengan teman kamu yang bernama Neneng itu? Apa kamu juga ingin bertemu dengan pria tulang lunak itu?”Mas Bara malah mengunggah kekesalannya saat aku mendesak untuk bisa bertemu dengan Neneng yang sudah sangat berharap untuk bisa bertemu denganku.Bahkan dia mulai mengungkit tentang Pak Ragil yang sering disebutnya dengan panggilan tulang lunak hanya karena mantan dosenku itu memiliki nama yang sama dengan sosok terkenal yang memiliki paham pelangi itu.“Kenapa pula kamu malah mengungkit Pak Ragil? Mas tahu sendiri kan kalau Pak Ragil sudah melanjutkan sekolahnya ke luar negeri?”Setelah itu aku mulai menentang tatapan Mas Bara dengan lebih tajam.“Apa yang membuat kamu sangat sulit untuk mempercayaiku? Bukankah selama ini aku selalu menuruti apapun yang kamu inginkan? Bahkan aku sudah melupakan cita-citaku untuk menjadi g

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   210. Mendapatkan Ijin

    “Katakan saja apa yang kamu inginkan?”Aku menegaskan tatapanku menelisik wajah suamiku yang memancarkan gurat kesungguhan.“Kalau aku menginginkan kamu memberikan aku ijin untuk bertemu dengan teman lamaku, apa Mas Bara bisa mengabulkan?” tanyaku dengan sedikit ragu karena aku masih tak yakin jika suamiku bisa mengabulkan apa yang aku inginkan ini.Mas Bara tak langsung menjawabku malah membalas tatapanku dengan lebih lugas.Aku mendesah gelisah karena menganggap jika suamiku pastinya tetap tidak akan memberikan ijinnya seperti yang sudah ditegaskan semalam.Aku mulai menyerah untuk berharap yang membuatku melerai kedekatan kami saat ini.Tapi Mas Bara malah tak melepaskan tanganku dan tetap menggenggamnya dengan erat.Aku kembali menentang sorot mata Mas Bara yang terarah lugas padaku.

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   211. Bertemu Dengan Neneng

    “Siapa tadi Mas yang menelpon?” tanyaku masih saja tak bisa meleram gelisahku.“Itu tadi Hamdan, dia bilang ada salah seorang investor penting perusahaan yang datang dari UEA, ingin mengadakan pertemuan denganku.”“Kapan Mas pertemuannya?” tanyaku sembari mengusap rambutku yang basah dengan handuk kering.“Satu jam lagi, dan sekarang aku harus segera bersiap,” ucap Mas Bara sembari mulai menyibak selimut yang awalnya menutup tubuh telanjangnya, “tolong kamu siapkan handuk kering ya, aku mau mandi.”“Iya Mas,” jawabku cepat.“Tunggu aku selesai mandi nanti kita sholat ashar bersama.”Aku mengangguk sembari menyerahkan handuk yang sudah aku ambil dari dalam almari di walk in closet.“Jadi kamu nggak jadi ikut aku untuk ketemuan dengan Neneng Mas?” tanyaku mencoba memastikan.“Sayang sekali aku tidak bisa, sampaikan saja salamku buat teman baik kamu itu. Kalau kalian mau belanja bareng, kamu bisa mentraktir teman kamu membeli apapun yang dia mau.”Mas Bara memang selalu sangat dermawan k

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   212. Mengais Kisah Masa Lalu

    Sontak aku dan Neneng menoleh secara bersamaan demi bisa melihat siapa sosok yang sekarang bahkan sudah mulai memindaiku dengan lekat.“Mas Hilman?!”Tanpa sadar aku bahkan mulai berdiri sembari membalas tatapan lelaki itu, sosok yang sudah terlalu lama tak pernah aku temui lagi.“Rasanya bagai mimpi kalau aku bisa melihatmu lagi secara langsung Rin,” ucap teman lamaku yang pernah mewarnai hari-hariku ketika kami masih sama-sama tinggal di desa.“Ternyata kamu jauh lebih cantik dari yang aku bayangkan, versi dewasa kamu jauh terlihat lebih anggun dan sangat berkelas.” Pujian dari pria yang dulu begitu banyak membantuku itu terus terlontar.Aku tersenyum tersipu saat mendengarnya meski kemudian aku bisa menguasai diri dan menampilkan sikap elegan sebagaimana biasanya yang aku selalu sajikan.“Aku nggak pernah menyangka

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   213. Rahasia Yang Diungkapkan Karso

    “Apa kabar Rindu?”Sapaan itu langsung membuatku menoleh ke belakang pada asal suara yang tadi aku dengar.Sontak aku terperangah ketika melihat sosok berkumis tebal itu yang sekarang tampak menyeringai ke arahku itu.Rasa cemas langsung menjalar yang membuatku tanpa sadar merangsek mundur.“Ternyata benar kalau kamu memang semakin cantik, lelaki kaya itu sudah merawat kamu dengan sangat baik,” ucap lelaki yang bertubuh tegap yang tidak lain adalah kakak iparku sendiri, Karso.Selama ini aku tak pernah mendengar kabar lelaki itu yang bahkan sudah diceraikan oleh Mbak Murni saat lelaki itu tak pernah muncul lagi dan kabarnya sedang mendekam di dalam penjara.Wajah Karso masih saja sangar seperti dulu, bahkan sekarang menjadi lebih menakutkan lagi dengan kulitnya yang semakin terlihat legam itu.“Aku yakin kamu

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   214. Berterus Terang

    Aku memacu mobilku dengan lebih kencang agar bisa segera sampai di rumah. Nyatanya ketika aku tiba di ambang pintu terlihat Mas Bara dan anak-anak sudah menungguku di ruang depan.Hatiku saat ini dipenuhi bermacam emosi digayuti juga begitu banyak pertanyaan yang ingin aku cecarkan kepada suamiku.Tapi aku harus menahan diri karena melihat anak-anak yang bahkan langsung menghambur ke dalam pelukanku begitu aku sudah melangkah masuk ke dalam rumah.“Mama, Mama!” seru Raka dan Raya terdengar sangat gembira dengan kedatanganku.Aku memeluk mereka bersamaan dan menciumi wajah mereka yang sangat menggambarkan garis wajah Mas Bara terutama Raka yang memang sejak kecil selalu mengidolakan papanya sendiri.“Kalian sudah makan?” tanyaku pada kedua anakku yang masih begayut manja pada tubuhku meski aku sudah mulai bangkit setelah melepaskan pelukanku.

Latest chapter

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   277. Bahagia Selamanya

    “Diam, atau aku akan menembakmu seperti yang sudah aku lakukan pada Richard!” Aku terperangah saat mendengar pengakuan lelaki berwajah oriental itu. Pengakuannya jelas sangat mengagetkan aku. “Jadi kamu yang sudah menembak suamiku?!” sergahku tandas. Raymond malah tersenyum sarkas menanggapi. “Dia sendiri yang sudah memaksaku melakukan semua ini karena dia terlalu serakah,” tukas Raymond sengit. “Kamu gila!” Aku kembali memakinya dengan suara yang semakin kuat. “Tolong, tolong ....” Aku mulai berteriak ketika Raymond semakin kewalahan dan tak mampu lagi menutup mulutku. Pergerakan di pintu itu semakin intens bersamaan aku mendengar suara gebrakan yang sangat kuat beberapa kali. Raymond yang sedang menggila ini sudah menutup pintu dari dalam hingga sulit untuk dibuka. Pastinya orang-orang di luar ruangan sedang berusaha untuk mendobrak pintu itu. Sementara aku sendiri masih berjuang untuk membebaskan diri dari sergapan Raymond. Tapi beberapa detik kemudian kami malah dikejut

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   276. Di Bawah Ancaman Raymond

    Aku menjadi terlalu kaget mendapati kedatangan Raymond yang sangat tak terduga.Tapi aku malah tak kuasa untuk menghalaunya yang membuat sosok itu terus mendekat dengan penuh rasa percaya diri.“Aku tak menyangka kalau dia mampu bertahan sampai sejauh ini setelah apa yang sudah dia alami,” ungkap lelaki itu sembari mengarahkan pandangannya pada Mas Bara yang sekarang hanya bisa terbaring tanpa kesadaran di atas brankar.Gelisah mulai menerjangku ketika aku mulai melihat tatapan adik dari suamiku yang kini malah memindaiku dengan sangat intens.Aku segera bangkit dan memasang sikap waspada.Setelah kemarin aku melihat sikap Raymond yang tampak berbeda begitu rapuh dan sedih tapi sekarang dia kembali menjadi sosoknya yang dulu, yang terasa licik menakutkan.“Bagaimana kamu bisa masuk ke dalam ruangan ini?”Selama ini mami melarang orang lain masuk menemui Mas Bara. Tak sembarangan orang boleh menemani Mas Bara. Hanya aku, oma dan mami yang memiliki akses untuk bisa memasuki ruangan. Kar

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   275. Sikap Dingin Mami Sally

    “Sekarang katakan saja apa kamu yang sudah membuat Richard seperti ini?” Abe malah melontarkan tuduhannya dengan terlalu lugas.Aku tak pernah menyangka jika sahabat terdekat suamiku itu akan mengungkapkan tuduhannya dengan sangat lugas pada Lina yang sebelumnya sempat kami bicarakan dan kami curigai.Lina membeliakkan mata, mengunggah kekagetannya yang terlalu ketara.Sejenak aku tak bisa mengartikan tentang ekspresi kekagetannya yang seperti itu.“Apa kamu yang sudah menembak Richard?”Abe kian menegaskan tuduhannya.Lina malah menanggapi dengan tenang hingga kemudian malah mencebik sarkas.“Jadi kalian sekarang mencurigaiku?”Aku dan Abe tak menjawab meski masih saja memberikan tatapan yang sangat lugas pada wanita yang sering mengunggah ekspresi sinisnya itu.“Aku merasa tak perlu untuk memberikan penjelasan apapun pada kalian,” pungkas wanita itu sembari langsung bangkit dari duduknya.Tapi sebelum melangkah wanita itu melemparkan pandangannya pada Abe yang sedang mengikuti perg

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   274. Dikepung Rasa Curiga

    “Apa yang sedang kalian bicarakan?” Segera aku menoleh ke ambang pintu dan menjadi sangat kaget ketika melihat sosok yang sedang kami bicarakan telah berdiri di sana dengan memberikan tatapan yang terlalu tajam.Sempat aku merasa kalau dia sempat mendengar pembicaraanku bersama Abe tadi, yang kemudian menelusupkan rasa gelisah di dalam dada.“Kalian berdua terlihat terlalu dekat, dan aku yakin jika Richard melihat kedekatan kalian, dia tidak akan bisa menerima ini,” sindir wanita berbaju merah itu sangat sarkas.Dengan tatapan yang sama tajamnya aku mulai menentang sorot matanya. Enggan menampakkan ketundukan atas sikapnya yang selalu saja mengintimidasi.Sejak dulu Lina selalu mengunggah keangkuhannya terutama di hadapanku yang pastinya dia anggap sebagai saingan terbesarnya karena nyatanya memang hanya aku yang bisa mendapatkan hati Mas Bara sepenuhnya, sesuatu yang kini membawa kesadaranku kembali atas apa yang sudah aku dapatkan selama ini. Nyatanya memang tak ada yang paling ber

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   273. Mulai Mencurigai Lina

    “Katakan padaku apa yang kamu ketahui tentang suamiku?”Aku segera mencecarnya dengan tak sabar, karena saat ini sekecil apapun informasi yang beredar sangat aku butuhkan karena aku benar-benar ingin menguak tabir misteri tentang penembakan suamiku yang sampai saat ini belum juga terungkap.Abe tampak memindaiku lebih lekat dan aku dengan tegas menentangnya tanpa keraguan.Lelaki bermata tajam itu kemudian menarik nafasnya sejenak sembari menautkan kedua tangannya di depan wajahnya yang lumayan good looking itu.“Sebenarnya sehari sebelum hari naas itu, aku dan Richard sempat bertemu di ruangan ini. Kami membicarakan banyak hal, terutama tentang dirimu dan segala penyesalannya.”Abe sengaja menghentikan kalimatnya kian intens memindaiku seakan ingin menebak apa yang ada di dalam pikiranku saat ini.Tapi aku memutuskan untuk membisu menunggunya melan

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   272. Jatuh Koma

    Sudah nyaris sebulan Mas Bara terbaring koma. Selama itu aku bertahan untuk tetap mendampingi walau keadaanku masih sering diserang mual dan rasa tak nyaman di perut.Tak ada alasan bagiku untuk menyerah karena saat ini prioritas utamaku tetap Mas Bara yang selalu aku yakini tetap bisa mendengar setiap kata yang aku ucapkan di telinganya.Bahkan setiap kali aku datang aku selalu membacakan ayat-ayat Ilahi, sebelum aku mulai mengajaknya mengobrol.“Mas, hari ini aku bawakan lavender, aromanya harum sekali. Kamu bisa menciumnya kan Mas?” tanyaku sembari mendekatkan bunga yang aku bawa di hidungnya.Aku selalu yakin jika Mas Bara selalu bisa merasakan apapun yang aku lakukan walau dia tak memberikan respon apapun. Bahkan tidak dengan kedipan mata, karena mata itu selalu terkatup rapat.Saat melihatnya tetap diam dan beku, hati ini mulai dirasuki kesedihan yang kian pekat

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   271. Kehamilan Kedua

    Rasa tidak nyaman kian menyerangku membuat sekujur tubuhku seakan melemah. Tapi saat ini aku memaksa untuk tetap tegar demi aku bisa memastikan bagaimana keadaan Mas Bara. Gelisah yang menyergapku memaksaku untuk bertahan dan tetap kuat meski sejak tadi rasa mual semakin menekan di dalam perutku.Bahkan ketika aku sampai di Jakarta, beberapa kali aku sudah memuntahkan isi perutku saat berada di dalam pesawat.Oma dan mami sempat menganggap apa yang aku rasakan hanya sekedar mabuk kendaraan.Tapi sesuatu di dalam diriku semakin tak bisa menampik praduga ini. Dengan pengalaman yang sempat aku dapatkan ketika mengandung Raka dan Raya, aku mulai bisa menegaskan pada diriku sendiri jika sekarang aku memang sedang berbadan dua.K

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   270. Kembali Lagi Ke Kota

    “Sesuatu telah terjadi pada Richard!”Ketika oma memekikkan nama suamiku segera aku mendekat dengan hati yang sudah diselimuti kabut kecemasan.“Ada apa dengan Mas Bara, Oma?” tanyaku menjadi kian khawatir.Sementara mami malah menatapku dengan gamang dan mulai menghampiriku untuk bisa memelukku dengan lembut.“Kita harus kembali ke Jakarta hari ini juga Rin.”Mami berucap dengan sangat sungguh-sungguh.Hatiku menjadi kian kuat memendam praduga yang buruk. Aku merasa sangat yakin jika sesuatu telah terjadi pada suamiku saat ini.“Katakan padaku, apa yang sudah terjadi Mi?” desakku semakin gelisah.“Richard membutuhkan kamu,” balas mami masih dengan mengunggah gurat kecemasan di wajahnya.Aku mengernyit penuh kecemasan.

  • ISTRI LUGU MANDOR TAMPAN   269. Sesuatu Terjadi Pada Mas Bara

    Setiap orang bisa menganyam harapan tapi Tuhan yang akan menentukan segalanya. Walau berbagai macam cara telah diusahakan nyatanya, kehendak Tuhan yang tetap berlaku. Takdir telah menggariskan bahwa saat ini adalah perpisahan kami.Hatiku terus memendam rasa kehilangan yang bahkan membuatku terus menangis kala melepas jenazah ibu di pemakaman. Kini jasad yang sosok yang sangat aku sayangi itu telah berbaring di sisi makam bapak. Mereka akhirnya bersama lagi yang membuatku menghadirkan kembali segala kenangan kebersamaan keluarga kami dulu di permukaan ingatan.Tangisku semakin kuat nyaris menyedot segala ketegaran meski oma dan mami mendampingi untuk menguatkan. Sampai akhirnya semua saudaraku ikut mendekat dan kami mulai saling berangkulan berusaha untuk saling menularkan ketegaran.Bahkan Laras telah kembali dari Australia mengejar penerbangan pertama demi bisa ikut mengantarkan ibu menuju peristira

DMCA.com Protection Status