Home / Romansa / ISTRI KECILKU YANG MENGGEMASKAN / 4. PERLAKUAN LEMBUT MAHARDIKA

Share

4. PERLAKUAN LEMBUT MAHARDIKA

Author: Titik Balik Author
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Boleh melihat, maksud, Om?"

Saking terkejutnya, Eka sampai terperanjat bangun. Kini pandangnya dan Mahardika saling bertemu dalam garis lurus.

Semula tersulut emosi, kini terkesan canggung karena baru sadar jarak yang tercipta hanya beberapa sentimeter saja.

Mahardika tertawa kecil, "kamu itu, memang polos, Dek." Dia menekan kening Eka, hingga sedikit terdorong.

"Apa yang kamu pikirkan? Kamu mau lihat punya saya sekarang?" godanya kemudian.

Eka yang gelagapan buru-buru berbalik badan, menyembunyikan wajahnya yang bersemu merah.

"Dih, Om kegeeran. Siapa juga yang mau lihat? Udah lah, aku ngantuk. Mau tidur aja," kata Eka mengelak, lalu mengayunkan kakinya menjauh dari Mahardika.

Dia bisa gila dan lepas kendali, jika terus disudutkan seperti ini.

Mahardika melipat kedua tangannya di dada, lalu menggelengkan kepalanya pelan. "Astaga ... Dia sangat menggoda dan menggemaskan. Pantas saja, kakek sangat menyukainya," gumamnya dan menyentuh kening dengan sebelah tangan. Menertawakan tingkah polos dan gengsi sang istri.

Setelah puas tertawa, Mahardika pun menyusul Eka.

"Kamu ngapain, Dek?"

Eka sedang sibuk menepuk-nepuk sofa dan merapikan bantal. Sepertinya sudah siap untuk tidur.

"Aku enggak mau tidur satu ranjang sama Om. Jadi, aku tidur di sofa aja lebih aman," jawab Eka, kemudian duduk dan menutupi tubuhnya dengan selimut.

Kening Mahardika semakin mengerut tajam, "kamu jangan ngawur, Dek. Nanti, kalau orang tua kita tahu kamu tidur di sofa, apa kata mereka?"

Dia sedikit meninggikan suaranya, yang semula gemas, kini seperti orang kesal.

"Om tenang saja. Mereka enggak akan tahu. Selama Om diam." Eka menjawabnya entang.

Mahardika tidak bisa diam begitu saja, terlebih lagi ini menyangkut kebahagiaan seseorang.

"Ayo ikut, saya!" Mahardika menarik tangan Eka. Menggenggamnya sangat kuat, sehingga membuat Eka tidak nyaman.

Apa-apa tarik tangan. Sedikit-sedikit ditarik. Memangnya ia kambing? Eka menggerutu dalam hatinya.

"Om, lepasin aku!" rengek Eka, cuma bisa pasrah. Mengingat, sangat sulit menaklukkan Mahardika.

"Duduk kamu!" perintah Mahardika.

Eka duduk di tepi ranjang, melipat kedua tangan di dada, menggembungkan pipinya dan membuang pandangan ke sisi berbeda. Wajahnya cemberut kesal.

Mahardika menghela napas panjang, lalu duduk berjongkok dan menatap manik zahel sang istri.

"Saya mohon, tatap mata saya," pinta Mahardika lembut. Namun, Eka tak menggubrisnya.

"Enggak mau! Memangnya ada apa di mata, Om? Paling juga belek," celetuknya asal kena.

Ada gelak tawa yang hadir dari ucapannya sendiri. Eka menahan senyumannya, tapi tak berselang lama ia kembali memasang wajah cemberut.

Mahardika membuang napas panjang. Beginilah jika menghadapi wanita yang sedang ngambek.

"Saya tahu, kamu tidak mau tidur satu ranjang bukan? Alasannya karena takut disentuh oleh saya. Tanpa kamu mengatakannya, saya sudah mengerti. Sikap kamu telah menjelaskan segalanya."

Mahardika menyusun kata demi kata dengan bahasa yang sopan dan nada suara lembut. Sedangkan Eka, masih mempertahankan gengsinya yang tinggi.

Mendapati sang istri yang masih kekeh dengan sifat keras kepalanya, Mahardika pun tersenyum kecil sembari menghela napas panjang dari waktu ke waktu.

"Baiklah. Saya akan berkata sesuatu dan kamu harus mendengarkannya karena saya tidak akan mengulanginya. Kamu mengerti?"

Eka mengerakkan kepalanya satu arah, "kalau Om mau ngomong, ya ngomong aja. Enggak usah pake basa basi segala."

Itulah kalimat yang keluar dari mulut gadis yang kini berstatus istri orang itu. Sangat ketus. Tidak ada lembutnya sama sekali, tapi apa yang Mahardika berbuat? Dia tidak membalasnya menggunakan kekerasan pisik, melainkan ditanggapi dengan senyuman, yang mampu meredam emosi Eka untuk sesaat.

"Dengarkan baik-baik kalimat ini. Saya berjanji tidak akan meminta hak saya, bilamana kamu tidak mengizinkannya. Saya akan menunggu sampai kamu benar-benar siap, menerima saya dengan sepenuh hati dan keikhlasan. Saya tahu, sebenarnya kamu tidak menginginkan pernikahan ini terjadi. Namun, kamu tetap menerima pernikahan ini demi kebahagiaan ayahmu."

Eka termangu. Kalimat kali ini sungguh menggetarkan hatinya. Ia merasakan sengatan listrik bertegangan tinggi menyambar tubuhnya dalam beberapa detik.

Ekor matanya melirik Mahardika yang masih duduk berjongkok sembari memasang wajah datar, tapi ada sedikit senyuman terukir di sana.

"Ah, sudahlah. Aku mau tidur. Udah ngantuk banget."

Eka pun beranjak bangun. Ada rona merah di pipinya yang coba ia sembunyikan. Mahardika menangkap bahwa istrinya sedang salah tingkah sekarang. Dikarenakan gengsinya yang tinggi, ya seperti inilah jadinya.

Eka pun berbaring di pinggir ranjang, lalu menari selimut menutupi tubuhnya. Hanya kepala saja yang terlihat.

Mahardika masih betah di posisinya, memandangi sang istri yang sudah terpejam. Dia tahu, kalau Eka sebenarnya belum tidur, hanya pura-pura demi menutupi rasa malunya.

"Ya sudah kalau begitu, selamat tidur, Dek," ucap Mahardika, kemudian berjalan menjauh dari ranjang.

Mahardika melihat jam di sudut sana. Ternyata sudah pukul 03:30. Tidak terasa, berdebat dengan Eka, memakan waktu tiga puluh menit.

Mahardika duduk di sofa yang sebelumnya akan ditempati Eka. Sebenernya ia merasa sangat lelah.

Benar kata orang, setelah menikah pasti badan terasa pegal-pegal seperti menahan beban ratusan kilogram.

Mahardika memainkan ponselnya beberapa menit, sebelum akhirnya merebahkan tubuhnya di sofa. Perlahan-lahan rasa kantuk pun menyerang. Tanpa berlama-lama lagi, Dika pun pergi menyapa mimpi.

Sementara itu, Eka masih kesulitan untuk tidur. Matanya masih terjaga padahal ia sudah sangat mengantuk.

Eka berbalik badan. Sungguh! Ucapan suaminya masih terngiang-ngiang. Ia tidak habis pikir, Mahardika memperlakukannya sangat lembut sampai ia kehabisan kata-kata.

Setelah berhasil mengendalikan pikirannya, Eka baru sadar kalau Mahardika ternyata tidak tidur di ranjang.

"Kemana dia?" Eka beranjak bangun dan menyibak selimutnya. Tak pakai lama, ia pun turun dari ranjang.

Baru beberapa langkah, Eka pun tertegun. Hatinya tersentuh begitu dalam, ketika mendapati sang suami yang tertidur pulas di atas sofa.

Inikah laki-laki yang menurutnya kasar dan tidak memiliki kepedulian terhadap wanita? Benarkah yang dikatakan banyak orang soal suaminya di luaran sana?

Eka mengayunkan kakinya kembali setelah terdiam kurang dari satu menit. Dia menghampiri Mahardika. Apa yang terjadi selanjutnya?

Ya. Eka menarik selimut yang tertindih oleh kaki suaminya, lalu Eka menyelimuti tubuh Mahardika. Perlakuannya memang berbanding terbalik dengan yang tadi. Sekarang ia begitu lembut dan dewasa.

Eka tersenyum tipis, sebelum akhirnya melenggang pergi tanpa kata.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Noor Sukabumi
wah bkln terdika2 nih
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • ISTRI KECILKU YANG MENGGEMASKAN    5. HEBOHNYA ISTRIKU

    Beberapa jam berikutnya. Lebih tepatnya pukul 08:00 WIB.Pintu kamar pun ada yang mengetuk. Mahardika kebetulan sudah bangun pun, lantas mengayunkan kakinya menuju pintu. Penasaran, siapa yang pagi-pagi sudah datang bertamu."Iya, sebentar." Suaranya tidak terlalu besar karena takut akan membangunkan Eka, yang masih terlelap dalam mimpi.Mahardika menggenggam kenop pintu, kemudian menariknya dan pintu pun terbuka."Bunda?" katanya setengah terkejut."Kamu sudah bangun, Sayang? Bunda ganggu kamu ya?" tanya Annata ragu."Enggak kok, Bun. Ada apa Bunda datang? Masih pagi ini loh, Bun.""Mana Eka? Dia belum bangun ya?" Annata melayangkan pertanyaan lain. "Iya, Bunda. Sepertinya dia sangat kelelahan. Jadi, belum bangun deh. Memangnya kenapa, Bunda?" Kening Mahardika sedikit mengerut. Annata terkekeh geli, "heum, tidak perlu dibangunkan. Biarkan dia tidur. Pasti dia capek setelah ... Ehem."Wanita lima puluh tahun itu, tak melanjutkan kalimatnya. Dia menutupi mulutnya dengan sebelah tanga

  • ISTRI KECILKU YANG MENGGEMASKAN    5. KE RUMAH BARU

    Eka melipat kedua tangannya di dada, wajahnya sedikit ditekuk. Mahardika melirik sang istri yang seperti sedang melafalkan mantra."Ah, sekarang aku tahu!" Eka langsung berdiri, tindakannya yang mendadak membuat Mahardika terkejut."Tahu apa?" tanya Dika sedikit meninggikan suara. Saking terkejutnya, dia mengelus dada. Spontan, jantungnya seperti ingin berpindah tempat. Istrinya memang kadang-kadang ya."Iya, aku tahu, alasan Bunda tidak marah." Eka memandang laki-laki yang kini telah sah menjadi suaminya itu."Mungkin dia berpikir untuk tidak memarahiku karena kita baru saja menikah. Aku yakin, beberapa hari kemudian, Bunda akan marah dan jengkel kalau aku tidak bangun pagi."Eka pun memulainya lagi. Mahardika geleng-geleng kepala untuk kesekian kalinya. Kesabarannya sedang diuji sekarang. Dia tidak habis pikir kenapa istrinya masih saja membahas hal sepele dan tidak penting? Sudah begitu, menuduh yang bukan-bukan."Bagaimana ini, Om. Aku sangat malu bertemu Bunda nanti," celotehnya

  • ISTRI KECILKU YANG MENGGEMASKAN    7. MENGGODA EKA

    "Ya, untuk kamu lah, Dek. Masa iya untuk selingkuhan saya? Kamu kira, saya akan sekejam itu ke kamu?" Mahardika memasukkan sebelah tangannya ke dalam saku celana. Ada setitik senyuman di wajah tampan nan menawan itu. "Kamu sendiri yang bilang, kalau kamu tidak mau satu ranjang dengan saya. Jadi, saya minta Bi Endang, untuk menyiapkan satu kamar lagi untuk kamu," sambungnya dan mengakhiri kalimatnya.Eka diam. Ada keheningan di antara keduanya. Isi kepala yang semula seperti rak buku itu, kini kosong melompong. "Kenapa diam, Dek? Apa ada yang salah dengan keputusan saya?"Pertanyaan Dika, sedikit menyadarkan Eka dari pikirannya sendiri. "Baiklah, kalau Om ingin yang seperti ini. Bi Endang, antarkan saya ke kamar."Setelah berkata demikian, Eka langsung melenggang pergi. Bi Endang mengangguk pelan, lalu mengekor di belakang. Sementara Mahardika sedang geleng-geleng kepala, ketika melihat istrinya seperti memiliki dua kepribadian ganda. Semula diam, seperti orang ketakutan. Namun, han

  • ISTRI KECILKU YANG MENGGEMASKAN    8. MASAKAN SUAMI

    Sore hari sebelum Maghrib. Eka keluar dari kamarnya setelah beristirahat sejak siang. Sebenarnya tidak ada hal yang Eka lakukan saat di kamar, selain bermain ponsel. Sesekali ia keluar kamar dan bertanya pada Bi Endang soal Mahardika. Sang suami sedang sibuk di ruangannya. Eka pun tidak ingin mengganggu. Terlebih lagi, dia dan Mahardika tidak seakrab itu, meskipun sudah sah menjadi suami istri. Eka menuruni anak-anak tangga. Hidungnya kembang kempis, mencium aroma yang sangat harum dan menggugah selera makannya. Eka membayangkan saat menyantap makanan ini dengan nasi hangat, tempe goreng dan lalapan. Cacing-cacing dalam perutnya pun langsung berdemo. Minta diberi makan secepatnya. "Aromanya enak banget. Ini pasti, Bi Endang yang masak," tebak Eka sambil mempercepat langkahnya karena penasaran, siapa yang sedang memasak.Tepat di ujung anak tangga, Eka pun melihat Bi Endang yang sedang berjalan dari arah luar sambil menenteng tas belanjaan di tangan kiri dan kanan. "Bi Endang," pa

  • ISTRI KECILKU YANG MENGGEMASKAN    9. COKLAT HANGAT BUATAN SUAMIKU

    "Om, besok aku mau ke rumah ayah," kata Eka sambil mengelap bibirnya dengan tipis, setelah menyelesaikan makan malamnya. "Iya, Dek, tapi maaf saya tidak bisa anter kamu. Nanti, kamu diantar supir aja ya," balas Dika sembari meraih buah apel yang ada di sana. "Soalnya saya harus menghadiri rapat besok," sambungnya dan mengupas kulit apel itu. "Enggak mau! Om harus anter aku pokoknya. Titik, enggak pake koma!" tegas Eka dengan tatapan mengarah tajam pada sang suami."Lagian kenapa si, Om udah kerja aja? Kita kan baru selesai nikah. Ngapain harus sibuk sama pekerjaan? Masih ada waktu nanti-nanti untuk pekerjaan," terusnya mengomel.Dika mengerjapkan matanya pelan dan mengulas senyuman tipis. "Baiklah, Tuan Putri. Saya akan minta Robi untuk mewakilkan saya dalam rapat tersebut. Jadi, saya bisa mengantarkan kamu ke rumah Ayah. Apa kamu puas, Dek?""Terima kasih, suamiku yang ganteng," ucap Eka sambil mengambil buah apel yang sudah dikupas kulitnya itu dari tangan Dika. Tanpa merasa bers

  • ISTRI KECILKU YANG MENGGEMASKAN    10. PERHATIAN DIKA

    Adzan subuh pun berkumandang. Eka perlahan-lahan membuka matanya, bersamaan dengan suara lembut memanggilnya."Bangun, Dek. Sudah waktunya sholat subuh."Suara lembut itu terus mendorong Eka untuk bangun dari alam mimpi. Lambat laun kesadarannya mulai terkumpul."Heum, iya, Om," gumam Eka sembari mengucek matanya."Ya udah, saya wudhu duluan ya, nanti kamu nyusul," kata sang pemilik suara lembut, yang tidak lain adalah sang suami.Eka mengangguk. Sepasang mata indah itu, masih terbuka sebagian saja. Namun, bayangan ketampanan sang suami sudah terlihat. Meskipun belum sepenuhnya.Lima menit kemudian, Eka pun keluar dari kamar mandi. Wajahnya sudah terlihat sangat segar, setelah membasuhnya dengan air."Om Dika." Eka menghampiri Dika yang duduk di atas sajadahnya."Iya, Dek?" "Maaf, Om. Aku enggak sholat subuh ... Soalnya itu ..." Eka menjeda kalimatnya karena ragu untuk dilanjutkan.Dika mengerjapkan matanya, lalu tersenyum lembut. "Ya sudah, kamu istirahat aja. Kemarin saya sudah min

  • ISTRI KECILKU YANG MENGGEMASKAN    11. KEDATANGAN NENEK SIHIR

    Pukul 09:05 WIB."Jangan ada yang ketinggalan, Dek." Dika memperingatkan dan Eka langsung mengangguk yakin."Tidak ada yang kubawa selain hp. Semua barang-barang kan sudah di mobil. Om Dika sendiri yang mengurusnya tadi."Dika membuang napas lembut. Memang benar ia telah memerintahkan supirnya untuk membawa beberapa barang untuk bertemu ayah mertuanya nanti.Setelah menikah, ini kali pertama keduanya pulang ke rumah orang tua. Dika sangat menantikan dan Eka sangat merindukan ayahnya."Assalamualaikum ..."Langkah sepasang pengantin baru itu, terhenti di bibir pintu, saat seorang wanita cantik mengucap salam."Waalaikumsalam," jawab keduanya serentak."Mas Dika." Tanpa merasa malu, wanita itu langsung memeluk Mahardika sangat erat. "Aku sangat merindukanmu, Mas," ucapnya mesra sambil memasang raut wajah memelas.Dilihat dari penampilannya, ia tampak sopan, tapi itu saat mengucap salam saja. Selepas itu, ia seperti wanita penghibur yang tidak memiliki urat malu. Dika mematung beberapa

  • ISTRI KECILKU YANG MENGGEMASKAN    12. PERGI

    "Kita enggak usah ke rumah ayah, ya. Aku takut kamu ...""Enggak mau!" Belum sempat Dika menuntaskan kalimatnya, Eka sudah lebih dulu menyambar sambil melepaskan pelukannya. Seperti biasa, dia menggembungkan pipinya, menunjukkan ketidaksukaannya tanpa bisa ditutupi. "Atas dasar apa kita tidak jadi ke rumah ayah? Kita sudah niat untuk pergi ke sana, lantas kenapa harus dibatalkan?" Raut wajahnya kembali galak seperti raja hutan yang hendak menerkam seekor kijang. Dika membuang napas panjang. Istrinya benar-benar memiliki kepribadian ganda. Setiap waktunya bisa berubah tanpa bisa diterka. "Saya takut mood kamu tidak bagus akibat kejadian tadi, ditambah kamu sedang datang bulan ...""Apa hubungannya datang bulan dengan bertemu ayah?"Skak! Pertanyaan Eka membuat Mahardika diam dan memutar otaknya cepat. Tatapan tajam sang istri, membuat fokusnya terpecah belah. "Saya hanya takut, kamu bakalan meluapkan semua emosi kepada ayah, sedangkan ayah sama sekali tidak tahu soal masalah Nadi

Latest chapter

  • ISTRI KECILKU YANG MENGGEMASKAN    80. TAMAT (END)

    "Maafin, aku ya, Ayu. Aku minta Eka untuk ajak kamu ke sini," ungkap Ar seraya menghela napas berat.Ar mengajak Ayu untuk berjalan-jalan santai, menelusuri keramaian di pameran. Hembusan angin malam dan kencangnya musik di sana, menambah kesan romantis bagi dua insan yang sedang mabuk asmara. "Iya, Aa. Enggak apa-apa. Ayu paham kok, apa yang Aa rasakan. Soalnya Ayu pun, merasakan hal yang sama, yang mungkin Aa rasakan sekarang."Seketika itu juga, Ar menghentikan langkahnya. Dia berdiri menatap calon istrinya itu. Keduanya berdiri telah di depan komedi putar. "Kamu mau tahu enggak, Yu. Sebenarnya apa yang aku rasakan sekarang?"Gadis cantik itu berpikir keras. Beberapa detik berselang, dia menggeleng cepat. "Tidak tahu! Ayu kan, bukan cenayang yang bisa membaca isi pikiran Aa," jawabnya sedikit bercanda.Ar pun merasa gemas dibuatnya. Terasa ketegangan itu, seakan berangsur hilang. Kendati demikian, Ar masih merasa gugup. Memikirkan hari H, yang tinggal menghitung jari, membuatnya

  • ISTRI KECILKU YANG MENGGEMASKAN    79. KEINGINAN KAK AR

    TUJUH HARI MENUJU HARI H.Eka sekeluarga sudah berada di Bandung, sebab resepsi pernikahan akan diadakan di Bandung, di tempat mempelai wanita.Persiapan sudah hampir selesai, surat undangan pun telah disebarkan. Acaranya akan digelar di rumah Ayu. "Ayolah, Dek. Bantu kakak!" mohon Ar dengan sungguh-sungguh sambil menarik-narik tangan Eka supaya mau membantunya."Kenapa harus aku yang datang ke rumahnya Teh Ayu? Kenapa enggak Kak Ar aja yang ke sana? Kak Ar yang punya urusan, bukan aku!" Eka menolaknya tegas seraya menarik tangannya agar terlepas dari genggaman Arkana."Ayolah, Dek! Kali ini aja bantu aku, Dek. Soalnya aku enggak berani datang ke rumahnya Ayu," ungkap Ar ragu-ragu."Enggak berani kenapa, Kak?" Eka melotot dan berkacak pinggang. Dia menatap heran, bisa-bisanya Kak Ar tidak berani datang ke rumah Ayu, padahal sebentar lagi ia akan menjadi suaminya Ayu. Ar diam, kemudian membuang napas panjang. "Kalau aku yang ke sana, pastinya enggak dibolehin buat ketemu Ayu. Aku ma

  • ISTRI KECILKU YANG MENGGEMASKAN    78. KETEGASAN KAK AR

    "Dim, gue tau. Lu bukan cowok brengsek kayak di luaran sana. Lu cowok setia. Sebenarnya lu bukannya enggak tertarik sama cewek, tapi lu takut ... Apa yang pernah lu alami dulu sama Lia, terulang lagi."Ar beranjak bangun dari tempat duduknya, sementara Dimas langsung mendongak, ketika nama 'Lia' lolos dari mulut Ar begitu saja.Dimas merasakan gendang telinganya ingin pecah, saat Ar mengulik kembali masa lalunya."Lu cinta banget kan sama si Lia, sayangnya tuh cewek malah selingkuh. Akhirnya melakukan hubungan terlarang dan si Lia hamil."Dimas menahan diri untuk tidak meledak-ledak. Namun, dia mengepalkan kedua tangannya erat-erat. Ada gejolak hebat, mengaduk-aduk di rongga dadanya.Kisah masa lalu, yang tidak akan pernah Dimas lupakan sampai kapan pun juga. Sekaligus menjadi, titik awal dirinya enggan mendekati wanita."Lia tuh cewek enggak bener, Dim. Buktinya, setelah ketahuan selingkuh, enggak lama kemudian dia hamil. Apa itu disebut cewek baik-baik, Dim?""Tuhan, lebih sayang sa

  • ISTRI KECILKU YANG MENGGEMASKAN    77. PEMBICARAAN DUA PRIA

    "Om, aku pengen minum kopi dingin," pinta Eka memelas, seraya melepaskan pelukannya dan sorot mata berbinar-binar. Dika mengerutkan keningnya. "Kopi dingin?" Kurang paham dengan apa yang diinginkan Eka. "Iya, Om. Kayaknya seger gitu, pagi-pagi ngopi dingin," jawabnya enteng seraya cengengesan seperti bocah yang ingin dibelikan es krim."Tidak boleh!" tegas Dika, setelah tahu niat sang istri. "Kenpaa enggak boleh, Om? Aku pengen minum kopi dingin." Eka sedikit memaksa. "Jangan kebanyakan minum es, Dek. Nanti radang tenggorokan," ungkap Dika mengingatkan. Namun, bukan Eka kalau langsung menyerah."Dikit aja, Om. Ya ... Suamiku yang ganteng, manis dan baik hati," bujuknya disertai rayuan maut."Tidak boleh, tetap tidak boleh! Meskipun sedikit atau banyak, tetap saja tidak boleh!" ucap Dika dengan tegas. Sekali dia mengambil keputusan, tidak bisa diganggu gugat. Saat ini, apa pun yang Eka konsumsi harus diperhatikan dengan baik. Tidak bisa asal pilih. "Ah, Om mah jahat. Padahal cuma

  • ISTRI KECILKU YANG MENGGEMASKAN    76. DIKA CEMBURU

    Hari berikutnya. Pagi yang cerah pun telah menyapa. Dika dan Eka bersiap untuk pergi jalan-jalan, menikmati hari yang penuh bahagia itu. Namun, sebelum melangkah lebih jauh, keduanya harus berhenti di halaman depan.Di sana, sosok pemuda dua puluh lima tahun, berdiri gagah di samping motor sportnya. Baik Dika maupun Eka sudah tidak asing lagi dengan pemuda tersebut. Dialah yang kemarin membonceng Eka hingga ke rumah ini."Mau apa lagi, kamu datang ke sini?" Belum apa-apa, Dika sudah tersulut emosi. Dia mempercepat langkahnya, menghampiri pemuda itu. Mengikis jarak di antara keduanya.Eka tampak panik, lantaran tidak biasanya sang suami, bersikap demikian kepada orang baru."Om, tunggu dulu!" Eka mencoba menahannya. Namun, Dika sudah lebih dulu menarik kerah baju Dimas. "Ngapain lagi kamu datang ke sini, ah? Apa tidak cukup, kamu memukul wajah saya?" Dika berdengus kesal. Dia meninggikan suara dan menatap tajam lawan bicaranya.Alih-alih merasa takut, Dimas malah tersenyum kecil, seo

  • ISTRI KECILKU YANG MENGGEMASKAN    75. BUNDA DATANG

    Di tempat terpisah. Masih di hari yang sama. Dimas pun sudah sampai di kosannya, setelah mengantar Eka pulang ke rumah.Dimas merebahkan tubuhnya di atas kasur lantai yang ukurannya muat untuk satu orang saja.Dia menatap langit-langit kamar kosannya yang sederhana. Hanya lampu LED menjadi penerang di ruangan ini.Dalam diamnya, Dimas kembali membayangkan, momen saat Eka memeluk pinggangnya sangat erat. Meskipun sudah berlalu beberapa jam. Akan tetapi, kesan dari pelukan itu, masih sangat terasa hingga detik ini.Selama perjalanan, Eka memang tidak mengatakan sepatah kata pun. Namun, Dimas bisa merasakan, kalau Eka saat itu sangat ketakutan. "Kira-kira, kenapa ya, dia tadi?" Dimas pun bergumam dan bertanya-tanya. Masalah apa yang sedang Eka hadapi, sehingga membuatnya sangat ketakutan seperti itu? Mungkinkah semua ini menyangkut pria yang dikatakannya sebagai 'Penculik' itu?Dimas menerka dan menebak kemungkinan yang ada. Namun, dia tidak sepenuhnya yakin dengan dugaan yang ada di d

  • ISTRI KECILKU YANG MENGGEMASKAN    74. KEMBALI BERSAMA

    Satu jam kemudian.[Minta, Lusi mengesahkan surat pengunduran dirinya. Mulai hari ini, dia bukan lagi karyawan di kantor saya!] tegas Dika, sangat serius. Dia sedang berbicara dengan seseorang dari sambungan telepon.[Tapi, Pak. Apa alasan pemecatannya?][Alasannya ... Karena, dia mencoba untuk membuat rumah tangga saya berantakan. Minta dia untuk mengurus surat pemberhentiannya. Sekarang!]Dika pun menyudahi sambungan telpon itu, tanpa menunggu jawaban dari Robi. Pria yang sangat ia percayai, untuk mengurus perusahaan.Sementara itu, Eka telah sadarkan diri. Dia menatap pria berstatus suaminya itu, dari kejauhan. Dia mendengar semua percakapan Dika dengan Robi tadi. Pria itu kah, yang beberapa saat lalu ia marahi? Pria yang sangat menyayanginya, tanpa mengharapkan balasan.Dika memasukkan ponselnya ke dalam saku celana. Kemudian dia berbalik badan, tepat saat itu, dia melihat Eka yang sudah sadarkan diri.Pandangannya dan Eka saling bertemu dalam satu garis lurus. Dari jarak dan pos

  • ISTRI KECILKU YANG MENGGEMASKAN    73. ADA APA LAGI DENGAN EKA?

    "Kakak!" rengek Eka, yang langsung menghambur ke dalam pelukan Arkana.Ya. Eka minta diantar untuk pulang ke kediaman Seputra. Kebetulan, Arkana ada di sana dan hendak pergi.Eka memeluk sang kakak dengan erat. Dari pelukan itu, Ar bisa merasakan ada sesuatu yang terjadi kepada adiknya itu."Ada apa ini, Dek? Kenapa kamu ada di sini?" Ar langsung mencecarnya dengan beberapa pertanyaan. Dia merenggangkan pelukan hangat adik tercintanya.Eka menangis tersedu-sedu, sontak membuat Ar kalang kabut. "Kenapa kamu, Dek? Kenapa nangis kayak gini? Siapa yang udah bikin kamu nangis, ah? Katakan, Dek! Apa Dika yang udah bikin kamu kayak gini?"Ar paling tidak suka dan membenci seseorang yang membuat adiknya menangis. Eka terisak-isak. Garis bawah matanya merah. Tubuh mungilnya bergetar hebat. Dia menundukkan kepalanya, walaupun Ar mencoba untuk mengangkatnya kembali."Kamu ke sini sama siapa?" tanya Ar lagi. "Dia datang bareng gue, Bro!" seru seseorang yang baru saja memasuki ruangan. Dia adal

  • ISTRI KECILKU YANG MENGGEMASKAN    72. BADAI RUMAH TANGGA DIKA DAN EKA

    "Dek! Tunggu!" teriak Mahardika, memanggil Eka berulang kali. Namun, wanita yang sedang hamil muda itu, tak menggubrisnya. Dia tetap berlari sekencang mungkin, melawati orang-orang yang ada di sana.Dika terus mengejar Eka yang berlari menuju lobby. Kendati sedang hamil, tetapi Eka masih mampu berlari kencang. Memiliki tubuh mungil, suatu keuntungan bagianya."Dek! Dengarkan aku dulu." Dika berhasil meraih tangan Eka. Namun, detik itu juga Eka langsung menariknya dengan kasar. Dika tersentak kaget. Ditatapnya Eka dengan perasaan tidak percaya. Sementara itu, Eka menjatuhkan tatapan nanar kepada suaminya sendiri. Sorot mata yang tidak pernah Dika lihat selama ini. Ada kekecewaan yang sangat mendalam dari mata Eka. Dika tidak menampik, kalau istrinya sangat marah sekarang. "Dengarkan penjelasan saya dulu, Dek. Apa yang kamu lihat, tidak seperti yang kamu pikirkan. Saya tidak melakukan apa-apa dengan Lusi!" ungkap Dika sedikit memelas. "Ini hanya kesalahpahaman saja. Kopi itu tidak

DMCA.com Protection Status