Share

5. KE RUMAH BARU

Penulis: Titik Balik Author
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Eka melipat kedua tangannya di dada, wajahnya sedikit ditekuk. Mahardika melirik sang istri yang seperti sedang melafalkan mantra.

"Ah, sekarang aku tahu!" Eka langsung berdiri, tindakannya yang mendadak membuat Mahardika terkejut.

"Tahu apa?" tanya Dika sedikit meninggikan suara. Saking terkejutnya, dia mengelus dada. Spontan, jantungnya seperti ingin berpindah tempat.

Istrinya memang kadang-kadang ya.

"Iya, aku tahu, alasan Bunda tidak marah." Eka memandang laki-laki yang kini telah sah menjadi suaminya itu.

"Mungkin dia berpikir untuk tidak memarahiku karena kita baru saja menikah. Aku yakin, beberapa hari kemudian, Bunda akan marah dan jengkel kalau aku tidak bangun pagi."

Eka pun memulainya lagi. Mahardika geleng-geleng kepala untuk kesekian kalinya. Kesabarannya sedang diuji sekarang. Dia tidak habis pikir kenapa istrinya masih saja membahas hal sepele dan tidak penting? Sudah begitu, menuduh yang bukan-bukan.

"Bagaimana ini, Om. Aku sangat malu bertemu Bunda nanti," celotehnya lagi.

Mahardika yang sudah sangat geram pun, tiba-tiba menarik tangan Eka. Membawanya masuk dalam pelukan. Eka melebarkan matanya seperti ingin melompat keluar.

Di waktu bersamaan, Mahardika menempelkan bibirnya dengan bibir ranum Eka.

Dia mencium Eka, supaya sang istri tidak lagi mengatakan hal omong kosong yang membuat gendang telinganya seolah ingin pecah.

Ini adalah ciuman pertama Mahardika, kepada wanita selain ibunya. Begitu juga dengan Eka. Itu pun biasanya Eka mencium pipi ayahnya dan bukan bibir.

Eka yang berhasil mendapatkan kesadarannya, lantas mendorong bidang dada Mahardika, sehingga momen penyatuan itu berakhir.

Keduanya sama-sama canggung. Namun, Mahardika tidak menyesali perbuatannya. Meskipun hanya berlangsung sebentar, tetap menyisakan kesan luar biasa.

Aliran listrik bertegangan tinggi, seolah menyambar tubuhnya ketika melakukan ciuman tadi.

Mahardika ingin melakukannya lagi, tapi sayang Eka sudah lebih dulu pergi. Masuk ke kamar mandi dan menguncinya.

Mahardika bisa mendengar suara teriakan sang istri di kamar mandi. Pasti istri kecilnya itu, sedang merasa malu.

"Sentuhan yang sangat hangat. Lain kali kita lakukan lagi," gumamnya nakal.

***

Beberapa jam telah berlalu. Selama itu juga, Eka selalu menjauh dari Mahardika. Dia sangat takut, suaminya menciumnya lagi seperti tadi pagi.

Walaupun sebentar, tapi bekasnya masih terasa sampai sekarang.

Pukul 13:00 WIB, setelah makan siang. Mereka pun meninggal hotel.

Mahardika dan Eka berada dalam satu mobil yang sama. Duduk berdampingan di kursi belakang.

Mahardika memiliki supir pribadi yang akan mengantarnya kemana pun ia mau.

Eka duduk sedikit menjauh dari Mahardika. Sengaja karena masih terbayang-bayang dengan insiden pagi ini.

Eka terus saja melihat keluar jendela. Sedangkan Mahardika diam tak memberikan komentar. Padahal dalam hatinya, ia sedang merasa gemas.

Sesekali Mahardika melirik Eka, mengarahkan pandangannya pada bibir ranum sang istri.

"Apaa si, Om, lihat-lihat kayak gitu?" tanya Eka ketus.

Dia memergoki Mahardika sedang memperhatikannya penuh makna.

"Memangnya kenapa kalau saya lihatin kamu? Apakah salah kalau suami memandangi istrinya terus menerus? Apakah tindakan saya adalah sesuatu yang dosa?" Mahardika balik menjatuhkan pertanyaan.

Eka tidak menjawab dan malah membuang pandangannya lagi. Sangat malas jika harus berdebat.

Mahardika tertawa kecil. Kesabarannya sungguh sedang diuji coba. Berbicara dengan Eka, sama saja seperti mengajak ngobrol bocah tiga tahun. Bikin tegang yang bawah. Eh, maksudnya bikin naik darah.

***

Setelah menempuh perjalanan lebih dari satu setengah jam, mobil pun memasuki perkarangan rumah berlantai dua.

"Rumah siapa ini?" tanya Eka penuh takjub.

"Ini rumah kita, Dek. Rumah ini yang menjadi maskawin di pernikahan kita," jawab Mahardika disertai senyuman tipis.

"Yuk, kita keluar!" ajaknya lembut.

Eka mengangguk. Selanjutnya dia keluar dari mobil. Mahardika berjalan menghampiri sang istri.

"Masuk yuk!" ajaknya kembali. Kali ini ingin menggandeng tangan Eka.

"Sebentar, Om. Kok aku belum pernah lihat rumah ini ya? Kapan Om Dika membelinya?"

Dika pun geleng-geleng kepala untuk yang kesekian kalinya di hari ini. Masih sempat-sempatnya Eka bertanya, untuk hal yang menurutnya sangat sepele.

"Saya membeli rumah ini sudah lama sekali. Kamunya saja yang tidak pernah mau ikut jika diajak untuk melihatnya."

Mendapat jawaban yang seperti menyalahkan, Eka pun berkacak pinggang sambil menatap lurus sang suami yang tinggi badannya 179 cm itu.

"Ih, kapan Om mengajakku untuk melihat-lihat rumah? Seingatku tidak pernah. Kita saja jarang bertemu. Dalam satu tahun, kita tuh cuma bertemu dua atau tiga kali."

"Sungguh? Sepertinya kamu salah menghitungnya. Setiap satu Minggu sekali, saya bertemu dengan ayahmu di kebun stroberi yang ada di Bandung. Terlihat setiap bulan, saya bisa bertemu ayahmu lima sampai enam kali," beber Mahardika cukup panjang dan gamblang.

"Ih, mana boleh begitu. Tidak bisa dihitung lah. Om bertemu dengan ayah, bukan denganku. Ya berbeda lah, Om." Eka berkilah.

Dia paling sulit mengalah. Setiap kali berdebat, pokoknya dia harus menang. Begitulah Eka dan sekarang, Mahardika harus mempertebal kesabarannya.

"Ya sudah. Saya minta maaf kalau begitu. Saya salah karena tidak pernah mengajak kamu jalan-jalan. Saya terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga lupa dengan keluarga. Apa kamu puas sekarang?"

Eka pun terkekeh, cengengesan seperti tidak merasa bersalah sama sekali.

"Iya, aku maafin Om," ucapannya enteng.

Benar-benar tidak memiliki niatan untuk menghormati suami. Untungnya Mahardika memiliki kesabaran seluas samudra, sehingga dia masih bisa tersenyum menghadapi Eka, yang tidak mau mengalah.

"Ya sudah. Ayo, kita masuk!" ajaknya lagi dan kali ini Eka mengangguk.

"Pak. Tolong bawakan koper-kopernya ya," pinta Mahardika, pada Pak Rudi, selaku supir pribadinya.

Pak Rudi mengangguk, lalu dia mengangkat koper itu satu persatu, dikarenakan ukuran kopernya besar-besar.

"Assalamualaikum ..." Mahardika pun mengucap salam. Hal sama dilakukan Eka.

"Waalaikumsalam." Seorang wanita membalas salam. Ia datang dengan langkah terburu-buru sambil mengelap tangannya yang basah.

"Selamat datang, Pak Dika. Apakah dia, Nyonya Eka?" tanya wanita itu memastikan.

Mahardika mengangguk sambil merangkul bahu Eka. Dalam kesempatan kali ini, Eka tidak memberontak. Mahardika merasa senang.

"Iya, dia adalah istri saya. Mulai hari ini, dia akan menjadi Nyonya rumah ini," ucap Mahardika lantang.

Eka yang merasa tidak nyaman pun, lantas menarik tangan Mahardika untuk lepas dari bahunya.

Alih-alih kesal, Mahardika malah menunjukkan senyuman lebar. Dia selalu tertawa dengan tingkah gengsi istrinya.

"Selamat datang, Nyonya Muda. Perkenalkan nama saya Endang. Nyonya Muda bisa memanggil saya Bi Endang."

Dia memperkenalkan namanya di hadapan Eka. Sikapnya sangat hormat dan patuh.

"Baik, Bi. Terima kasih sambutannya." Eka tersenyum canggung.

"Bi, apa kamarnya sudus siap?" tanya Mahardika.

"Sudah Tuan. Seperti yang Tuan perintahkan. Siapkan dua kamar," balas Bi Endang ramah.

"Dua kamar? Untuk apa dua kamar?" Eka ngerutkan keningnya.

"Ya, untuk kita lah, Dek. Memangnya untuk siapa lagi? Bukankah kamu tidak mau tidur satu kamar dengan saya? Itulah mengapa saya minta Bi Endang untuk menyiapkan dua kamar, supaya kamu merasa nyaman."

Mahardika tersenyum, tapi tidak dengan Eka.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Noor Sukabumi
jiahahaaa malu2 tapi mau km mah eka,pingin di sun lagi yah sama om dika gmn enak g ciuman berondong mateng............
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • ISTRI KECILKU YANG MENGGEMASKAN    7. MENGGODA EKA

    "Ya, untuk kamu lah, Dek. Masa iya untuk selingkuhan saya? Kamu kira, saya akan sekejam itu ke kamu?" Mahardika memasukkan sebelah tangannya ke dalam saku celana. Ada setitik senyuman di wajah tampan nan menawan itu. "Kamu sendiri yang bilang, kalau kamu tidak mau satu ranjang dengan saya. Jadi, saya minta Bi Endang, untuk menyiapkan satu kamar lagi untuk kamu," sambungnya dan mengakhiri kalimatnya.Eka diam. Ada keheningan di antara keduanya. Isi kepala yang semula seperti rak buku itu, kini kosong melompong. "Kenapa diam, Dek? Apa ada yang salah dengan keputusan saya?"Pertanyaan Dika, sedikit menyadarkan Eka dari pikirannya sendiri. "Baiklah, kalau Om ingin yang seperti ini. Bi Endang, antarkan saya ke kamar."Setelah berkata demikian, Eka langsung melenggang pergi. Bi Endang mengangguk pelan, lalu mengekor di belakang. Sementara Mahardika sedang geleng-geleng kepala, ketika melihat istrinya seperti memiliki dua kepribadian ganda. Semula diam, seperti orang ketakutan. Namun, han

  • ISTRI KECILKU YANG MENGGEMASKAN    8. MASAKAN SUAMI

    Sore hari sebelum Maghrib. Eka keluar dari kamarnya setelah beristirahat sejak siang. Sebenarnya tidak ada hal yang Eka lakukan saat di kamar, selain bermain ponsel. Sesekali ia keluar kamar dan bertanya pada Bi Endang soal Mahardika. Sang suami sedang sibuk di ruangannya. Eka pun tidak ingin mengganggu. Terlebih lagi, dia dan Mahardika tidak seakrab itu, meskipun sudah sah menjadi suami istri. Eka menuruni anak-anak tangga. Hidungnya kembang kempis, mencium aroma yang sangat harum dan menggugah selera makannya. Eka membayangkan saat menyantap makanan ini dengan nasi hangat, tempe goreng dan lalapan. Cacing-cacing dalam perutnya pun langsung berdemo. Minta diberi makan secepatnya. "Aromanya enak banget. Ini pasti, Bi Endang yang masak," tebak Eka sambil mempercepat langkahnya karena penasaran, siapa yang sedang memasak.Tepat di ujung anak tangga, Eka pun melihat Bi Endang yang sedang berjalan dari arah luar sambil menenteng tas belanjaan di tangan kiri dan kanan. "Bi Endang," pa

  • ISTRI KECILKU YANG MENGGEMASKAN    9. COKLAT HANGAT BUATAN SUAMIKU

    "Om, besok aku mau ke rumah ayah," kata Eka sambil mengelap bibirnya dengan tipis, setelah menyelesaikan makan malamnya. "Iya, Dek, tapi maaf saya tidak bisa anter kamu. Nanti, kamu diantar supir aja ya," balas Dika sembari meraih buah apel yang ada di sana. "Soalnya saya harus menghadiri rapat besok," sambungnya dan mengupas kulit apel itu. "Enggak mau! Om harus anter aku pokoknya. Titik, enggak pake koma!" tegas Eka dengan tatapan mengarah tajam pada sang suami."Lagian kenapa si, Om udah kerja aja? Kita kan baru selesai nikah. Ngapain harus sibuk sama pekerjaan? Masih ada waktu nanti-nanti untuk pekerjaan," terusnya mengomel.Dika mengerjapkan matanya pelan dan mengulas senyuman tipis. "Baiklah, Tuan Putri. Saya akan minta Robi untuk mewakilkan saya dalam rapat tersebut. Jadi, saya bisa mengantarkan kamu ke rumah Ayah. Apa kamu puas, Dek?""Terima kasih, suamiku yang ganteng," ucap Eka sambil mengambil buah apel yang sudah dikupas kulitnya itu dari tangan Dika. Tanpa merasa bers

  • ISTRI KECILKU YANG MENGGEMASKAN    10. PERHATIAN DIKA

    Adzan subuh pun berkumandang. Eka perlahan-lahan membuka matanya, bersamaan dengan suara lembut memanggilnya."Bangun, Dek. Sudah waktunya sholat subuh."Suara lembut itu terus mendorong Eka untuk bangun dari alam mimpi. Lambat laun kesadarannya mulai terkumpul."Heum, iya, Om," gumam Eka sembari mengucek matanya."Ya udah, saya wudhu duluan ya, nanti kamu nyusul," kata sang pemilik suara lembut, yang tidak lain adalah sang suami.Eka mengangguk. Sepasang mata indah itu, masih terbuka sebagian saja. Namun, bayangan ketampanan sang suami sudah terlihat. Meskipun belum sepenuhnya.Lima menit kemudian, Eka pun keluar dari kamar mandi. Wajahnya sudah terlihat sangat segar, setelah membasuhnya dengan air."Om Dika." Eka menghampiri Dika yang duduk di atas sajadahnya."Iya, Dek?" "Maaf, Om. Aku enggak sholat subuh ... Soalnya itu ..." Eka menjeda kalimatnya karena ragu untuk dilanjutkan.Dika mengerjapkan matanya, lalu tersenyum lembut. "Ya sudah, kamu istirahat aja. Kemarin saya sudah min

  • ISTRI KECILKU YANG MENGGEMASKAN    11. KEDATANGAN NENEK SIHIR

    Pukul 09:05 WIB."Jangan ada yang ketinggalan, Dek." Dika memperingatkan dan Eka langsung mengangguk yakin."Tidak ada yang kubawa selain hp. Semua barang-barang kan sudah di mobil. Om Dika sendiri yang mengurusnya tadi."Dika membuang napas lembut. Memang benar ia telah memerintahkan supirnya untuk membawa beberapa barang untuk bertemu ayah mertuanya nanti.Setelah menikah, ini kali pertama keduanya pulang ke rumah orang tua. Dika sangat menantikan dan Eka sangat merindukan ayahnya."Assalamualaikum ..."Langkah sepasang pengantin baru itu, terhenti di bibir pintu, saat seorang wanita cantik mengucap salam."Waalaikumsalam," jawab keduanya serentak."Mas Dika." Tanpa merasa malu, wanita itu langsung memeluk Mahardika sangat erat. "Aku sangat merindukanmu, Mas," ucapnya mesra sambil memasang raut wajah memelas.Dilihat dari penampilannya, ia tampak sopan, tapi itu saat mengucap salam saja. Selepas itu, ia seperti wanita penghibur yang tidak memiliki urat malu. Dika mematung beberapa

  • ISTRI KECILKU YANG MENGGEMASKAN    12. PERGI

    "Kita enggak usah ke rumah ayah, ya. Aku takut kamu ...""Enggak mau!" Belum sempat Dika menuntaskan kalimatnya, Eka sudah lebih dulu menyambar sambil melepaskan pelukannya. Seperti biasa, dia menggembungkan pipinya, menunjukkan ketidaksukaannya tanpa bisa ditutupi. "Atas dasar apa kita tidak jadi ke rumah ayah? Kita sudah niat untuk pergi ke sana, lantas kenapa harus dibatalkan?" Raut wajahnya kembali galak seperti raja hutan yang hendak menerkam seekor kijang. Dika membuang napas panjang. Istrinya benar-benar memiliki kepribadian ganda. Setiap waktunya bisa berubah tanpa bisa diterka. "Saya takut mood kamu tidak bagus akibat kejadian tadi, ditambah kamu sedang datang bulan ...""Apa hubungannya datang bulan dengan bertemu ayah?"Skak! Pertanyaan Eka membuat Mahardika diam dan memutar otaknya cepat. Tatapan tajam sang istri, membuat fokusnya terpecah belah. "Saya hanya takut, kamu bakalan meluapkan semua emosi kepada ayah, sedangkan ayah sama sekali tidak tahu soal masalah Nadi

  • ISTRI KECILKU YANG MENGGEMASKAN    13. KEHEBOHAN DI PAGI HARI

    Malam harinya. Eka dan Dika pun meninggalkan kediaman Teguh Saputra. Sebenarnya, Dika mengusulkan untuk menginap di sana. Namun, Eka tidak mau. Dia ingin pulang saja. Sebagai suami. Ya, Dika menuruti permintaan tersebut. "Siang tadi, siapa yang menelpon?" tanya Eka, di tengah-tengah keheningan malam, jalanan Kota Tangerang. "Heum, Robi yang menelpon. Kenapa?"Eka menggeleng sembari menyandarkan kepalanya di bahu sang suami. "Aku ngantuk, Om.""Iya, tidurlah, Dek." Dika mengelus lembut pipi Eka. Namun, fokusnya tepat pada jalan. Perlahan-lahan Eka pun memejamkan matanya. Entah ia benar-benar terlelap atau hanya sekedar ingin menikmati kenyamanan yang entah kapan terakhir kali ia rasakan?Dika pun menurunkan kecepatan mobilnya. Tidak mau, mengusik istirahat Eka, yang sepertinya sangat kelelahan itu. Perjalanan yang seharusnya ditempuh satu jam itu, menjadi satu setengah jam. Sebelum memasuki pekarangan rumah, Dika lebih dulu mengirim pesan singkat pada penjaga rumahnya, untuk membu

  • ISTRI KECILKU YANG MENGGEMASKAN    14. OM DIKA, NAKAL!

    "Ada apa, Dek?" Dika buru-buru menghampiri Eka yang berteriak tadi. Langkahnya terhenti ketika melihat Eka yang langsung menatapnya penuh kebingungan. "Kenapa enggak ada darah?" Mimik wajahnya begitu datar. "Darah apa?" tanya balik Mahardika, yang sebenernya tidak mengerti arti dari darah yang dimaksudkan?"Itu loh ..." Eka mengangkat kepalanya. Ragu untuk menyelesaikan kalimatnya.Apa itu disebutnya? Eka kesulitan merangkai kata-katanya. "Apa, Dek? Kalau ngomong sampai tuntas dong. Saya kan enggak ngerti yang kamu maksud. Darah apa?"Eka menghela napas panjang, "itu loh Om ... Darah perawan ..."Dika berpikir sejenak, mencoba mengartikan maksud kalimat yang terpotong-potong itu. Darah perawan? Bukankah itu judul sebuah film? Heum ... Dika pun mengerutkan keningnya. "Masa iya, Om enggak ngerti? Kan kita semalam habis ..."Pada kalimat berikutnya, barulah Dika paham arah pembicaraan ini. Meskipun Eka belum menuntaskan kalimatnya. "Oh, maksudnya darah setelah melakukan malam perta

Bab terbaru

  • ISTRI KECILKU YANG MENGGEMASKAN    80. TAMAT (END)

    "Maafin, aku ya, Ayu. Aku minta Eka untuk ajak kamu ke sini," ungkap Ar seraya menghela napas berat.Ar mengajak Ayu untuk berjalan-jalan santai, menelusuri keramaian di pameran. Hembusan angin malam dan kencangnya musik di sana, menambah kesan romantis bagi dua insan yang sedang mabuk asmara. "Iya, Aa. Enggak apa-apa. Ayu paham kok, apa yang Aa rasakan. Soalnya Ayu pun, merasakan hal yang sama, yang mungkin Aa rasakan sekarang."Seketika itu juga, Ar menghentikan langkahnya. Dia berdiri menatap calon istrinya itu. Keduanya berdiri telah di depan komedi putar. "Kamu mau tahu enggak, Yu. Sebenarnya apa yang aku rasakan sekarang?"Gadis cantik itu berpikir keras. Beberapa detik berselang, dia menggeleng cepat. "Tidak tahu! Ayu kan, bukan cenayang yang bisa membaca isi pikiran Aa," jawabnya sedikit bercanda.Ar pun merasa gemas dibuatnya. Terasa ketegangan itu, seakan berangsur hilang. Kendati demikian, Ar masih merasa gugup. Memikirkan hari H, yang tinggal menghitung jari, membuatnya

  • ISTRI KECILKU YANG MENGGEMASKAN    79. KEINGINAN KAK AR

    TUJUH HARI MENUJU HARI H.Eka sekeluarga sudah berada di Bandung, sebab resepsi pernikahan akan diadakan di Bandung, di tempat mempelai wanita.Persiapan sudah hampir selesai, surat undangan pun telah disebarkan. Acaranya akan digelar di rumah Ayu. "Ayolah, Dek. Bantu kakak!" mohon Ar dengan sungguh-sungguh sambil menarik-narik tangan Eka supaya mau membantunya."Kenapa harus aku yang datang ke rumahnya Teh Ayu? Kenapa enggak Kak Ar aja yang ke sana? Kak Ar yang punya urusan, bukan aku!" Eka menolaknya tegas seraya menarik tangannya agar terlepas dari genggaman Arkana."Ayolah, Dek! Kali ini aja bantu aku, Dek. Soalnya aku enggak berani datang ke rumahnya Ayu," ungkap Ar ragu-ragu."Enggak berani kenapa, Kak?" Eka melotot dan berkacak pinggang. Dia menatap heran, bisa-bisanya Kak Ar tidak berani datang ke rumah Ayu, padahal sebentar lagi ia akan menjadi suaminya Ayu. Ar diam, kemudian membuang napas panjang. "Kalau aku yang ke sana, pastinya enggak dibolehin buat ketemu Ayu. Aku ma

  • ISTRI KECILKU YANG MENGGEMASKAN    78. KETEGASAN KAK AR

    "Dim, gue tau. Lu bukan cowok brengsek kayak di luaran sana. Lu cowok setia. Sebenarnya lu bukannya enggak tertarik sama cewek, tapi lu takut ... Apa yang pernah lu alami dulu sama Lia, terulang lagi."Ar beranjak bangun dari tempat duduknya, sementara Dimas langsung mendongak, ketika nama 'Lia' lolos dari mulut Ar begitu saja.Dimas merasakan gendang telinganya ingin pecah, saat Ar mengulik kembali masa lalunya."Lu cinta banget kan sama si Lia, sayangnya tuh cewek malah selingkuh. Akhirnya melakukan hubungan terlarang dan si Lia hamil."Dimas menahan diri untuk tidak meledak-ledak. Namun, dia mengepalkan kedua tangannya erat-erat. Ada gejolak hebat, mengaduk-aduk di rongga dadanya.Kisah masa lalu, yang tidak akan pernah Dimas lupakan sampai kapan pun juga. Sekaligus menjadi, titik awal dirinya enggan mendekati wanita."Lia tuh cewek enggak bener, Dim. Buktinya, setelah ketahuan selingkuh, enggak lama kemudian dia hamil. Apa itu disebut cewek baik-baik, Dim?""Tuhan, lebih sayang sa

  • ISTRI KECILKU YANG MENGGEMASKAN    77. PEMBICARAAN DUA PRIA

    "Om, aku pengen minum kopi dingin," pinta Eka memelas, seraya melepaskan pelukannya dan sorot mata berbinar-binar. Dika mengerutkan keningnya. "Kopi dingin?" Kurang paham dengan apa yang diinginkan Eka. "Iya, Om. Kayaknya seger gitu, pagi-pagi ngopi dingin," jawabnya enteng seraya cengengesan seperti bocah yang ingin dibelikan es krim."Tidak boleh!" tegas Dika, setelah tahu niat sang istri. "Kenpaa enggak boleh, Om? Aku pengen minum kopi dingin." Eka sedikit memaksa. "Jangan kebanyakan minum es, Dek. Nanti radang tenggorokan," ungkap Dika mengingatkan. Namun, bukan Eka kalau langsung menyerah."Dikit aja, Om. Ya ... Suamiku yang ganteng, manis dan baik hati," bujuknya disertai rayuan maut."Tidak boleh, tetap tidak boleh! Meskipun sedikit atau banyak, tetap saja tidak boleh!" ucap Dika dengan tegas. Sekali dia mengambil keputusan, tidak bisa diganggu gugat. Saat ini, apa pun yang Eka konsumsi harus diperhatikan dengan baik. Tidak bisa asal pilih. "Ah, Om mah jahat. Padahal cuma

  • ISTRI KECILKU YANG MENGGEMASKAN    76. DIKA CEMBURU

    Hari berikutnya. Pagi yang cerah pun telah menyapa. Dika dan Eka bersiap untuk pergi jalan-jalan, menikmati hari yang penuh bahagia itu. Namun, sebelum melangkah lebih jauh, keduanya harus berhenti di halaman depan.Di sana, sosok pemuda dua puluh lima tahun, berdiri gagah di samping motor sportnya. Baik Dika maupun Eka sudah tidak asing lagi dengan pemuda tersebut. Dialah yang kemarin membonceng Eka hingga ke rumah ini."Mau apa lagi, kamu datang ke sini?" Belum apa-apa, Dika sudah tersulut emosi. Dia mempercepat langkahnya, menghampiri pemuda itu. Mengikis jarak di antara keduanya.Eka tampak panik, lantaran tidak biasanya sang suami, bersikap demikian kepada orang baru."Om, tunggu dulu!" Eka mencoba menahannya. Namun, Dika sudah lebih dulu menarik kerah baju Dimas. "Ngapain lagi kamu datang ke sini, ah? Apa tidak cukup, kamu memukul wajah saya?" Dika berdengus kesal. Dia meninggikan suara dan menatap tajam lawan bicaranya.Alih-alih merasa takut, Dimas malah tersenyum kecil, seo

  • ISTRI KECILKU YANG MENGGEMASKAN    75. BUNDA DATANG

    Di tempat terpisah. Masih di hari yang sama. Dimas pun sudah sampai di kosannya, setelah mengantar Eka pulang ke rumah.Dimas merebahkan tubuhnya di atas kasur lantai yang ukurannya muat untuk satu orang saja.Dia menatap langit-langit kamar kosannya yang sederhana. Hanya lampu LED menjadi penerang di ruangan ini.Dalam diamnya, Dimas kembali membayangkan, momen saat Eka memeluk pinggangnya sangat erat. Meskipun sudah berlalu beberapa jam. Akan tetapi, kesan dari pelukan itu, masih sangat terasa hingga detik ini.Selama perjalanan, Eka memang tidak mengatakan sepatah kata pun. Namun, Dimas bisa merasakan, kalau Eka saat itu sangat ketakutan. "Kira-kira, kenapa ya, dia tadi?" Dimas pun bergumam dan bertanya-tanya. Masalah apa yang sedang Eka hadapi, sehingga membuatnya sangat ketakutan seperti itu? Mungkinkah semua ini menyangkut pria yang dikatakannya sebagai 'Penculik' itu?Dimas menerka dan menebak kemungkinan yang ada. Namun, dia tidak sepenuhnya yakin dengan dugaan yang ada di d

  • ISTRI KECILKU YANG MENGGEMASKAN    74. KEMBALI BERSAMA

    Satu jam kemudian.[Minta, Lusi mengesahkan surat pengunduran dirinya. Mulai hari ini, dia bukan lagi karyawan di kantor saya!] tegas Dika, sangat serius. Dia sedang berbicara dengan seseorang dari sambungan telepon.[Tapi, Pak. Apa alasan pemecatannya?][Alasannya ... Karena, dia mencoba untuk membuat rumah tangga saya berantakan. Minta dia untuk mengurus surat pemberhentiannya. Sekarang!]Dika pun menyudahi sambungan telpon itu, tanpa menunggu jawaban dari Robi. Pria yang sangat ia percayai, untuk mengurus perusahaan.Sementara itu, Eka telah sadarkan diri. Dia menatap pria berstatus suaminya itu, dari kejauhan. Dia mendengar semua percakapan Dika dengan Robi tadi. Pria itu kah, yang beberapa saat lalu ia marahi? Pria yang sangat menyayanginya, tanpa mengharapkan balasan.Dika memasukkan ponselnya ke dalam saku celana. Kemudian dia berbalik badan, tepat saat itu, dia melihat Eka yang sudah sadarkan diri.Pandangannya dan Eka saling bertemu dalam satu garis lurus. Dari jarak dan pos

  • ISTRI KECILKU YANG MENGGEMASKAN    73. ADA APA LAGI DENGAN EKA?

    "Kakak!" rengek Eka, yang langsung menghambur ke dalam pelukan Arkana.Ya. Eka minta diantar untuk pulang ke kediaman Seputra. Kebetulan, Arkana ada di sana dan hendak pergi.Eka memeluk sang kakak dengan erat. Dari pelukan itu, Ar bisa merasakan ada sesuatu yang terjadi kepada adiknya itu."Ada apa ini, Dek? Kenapa kamu ada di sini?" Ar langsung mencecarnya dengan beberapa pertanyaan. Dia merenggangkan pelukan hangat adik tercintanya.Eka menangis tersedu-sedu, sontak membuat Ar kalang kabut. "Kenapa kamu, Dek? Kenapa nangis kayak gini? Siapa yang udah bikin kamu nangis, ah? Katakan, Dek! Apa Dika yang udah bikin kamu kayak gini?"Ar paling tidak suka dan membenci seseorang yang membuat adiknya menangis. Eka terisak-isak. Garis bawah matanya merah. Tubuh mungilnya bergetar hebat. Dia menundukkan kepalanya, walaupun Ar mencoba untuk mengangkatnya kembali."Kamu ke sini sama siapa?" tanya Ar lagi. "Dia datang bareng gue, Bro!" seru seseorang yang baru saja memasuki ruangan. Dia adal

  • ISTRI KECILKU YANG MENGGEMASKAN    72. BADAI RUMAH TANGGA DIKA DAN EKA

    "Dek! Tunggu!" teriak Mahardika, memanggil Eka berulang kali. Namun, wanita yang sedang hamil muda itu, tak menggubrisnya. Dia tetap berlari sekencang mungkin, melawati orang-orang yang ada di sana.Dika terus mengejar Eka yang berlari menuju lobby. Kendati sedang hamil, tetapi Eka masih mampu berlari kencang. Memiliki tubuh mungil, suatu keuntungan bagianya."Dek! Dengarkan aku dulu." Dika berhasil meraih tangan Eka. Namun, detik itu juga Eka langsung menariknya dengan kasar. Dika tersentak kaget. Ditatapnya Eka dengan perasaan tidak percaya. Sementara itu, Eka menjatuhkan tatapan nanar kepada suaminya sendiri. Sorot mata yang tidak pernah Dika lihat selama ini. Ada kekecewaan yang sangat mendalam dari mata Eka. Dika tidak menampik, kalau istrinya sangat marah sekarang. "Dengarkan penjelasan saya dulu, Dek. Apa yang kamu lihat, tidak seperti yang kamu pikirkan. Saya tidak melakukan apa-apa dengan Lusi!" ungkap Dika sedikit memelas. "Ini hanya kesalahpahaman saja. Kopi itu tidak

DMCA.com Protection Status