Musim dingin telah berlalu, membawa kehangatan musim semi yang menyambut kehidupan baru. Cahaya matahari yang sebelumnya bersembunyi di balik awan kini muncul penuh kemilau, menerangi lembah-lembah yang dipenuhi bunga sakura yang sedang mekar. Angin lembut berembus, membawa aroma harum bunga dan suara gemericik sungai yang mengalir jernih di antara pegunungan.Di sebuah desa kecil yang tersembunyi di kaki gunung, terdapat seorang petapa tua yang dikenal dengan kebijaksanaan dan kekuatan supranaturalnya. Ia duduk di beranda rumah bambunya, mengamati langit yang cerah dengan mata yang penuh kedamaian. Di sekelilingnya, makhluk-makhluk ajaib seperti naga kecil dan burung phoenix bermain di antara pepohonan, menciptakan pemandangan yang magis.Di tengah desa, seorang gadis muda bernama Lian berjalan dengan langkah ringan, membawa keranjang penuh ramuan obat yang baru dipetik. Rambutnya yang hitam panjang tergerai tertiup angin, dan mata elangnya mencerminkan tekad serta keberanian. Lian m
Tujuh belas tahun kemudian, di sebuah ladang yang luas dengan pemandangan pegunungan hijau di kejauhan, terlihat seorang anak laki-laki tengah menunggangi kuda. Kuda berwarna coklat gelap itu melaju dengan anggun, sementara anak laki-laki itu duduk tegak dengan penuh kebanggaan. Ia mengenakan pakaian berwarna putih gading yang bersinar di bawah sinar matahari pagi, dengan bordiran bunga lotus di setiap sisinya yang memberikan sentuhan keindahan pada pakaiannya. Angin sepoi-sepoi berhembus, membuat bajunya berdesir dan menambah kesan elegan bagi pemakainya. Rambutnya yang hitam legam seperti malam terurai bebas, kontras dengan kulitnya yang putih bersih. Matanya yang sayu tampak memancarkan ketenangan, hidung mancungnya memberikan karakter kuat pada wajahnya, sementara bibirnya yang sedikit tebal dengan merah alami terlihat mempesona. Rahangnya yang tegas semakin mempertegas kesempurnaan rupa anak laki-laki itu.Dia terus memacu kudanya dengan kecepatan maksimal, angin berhembus kenca
Shen Jin tersenyum, meski hatinya masih berdetak kencang akibat kejutan tadi. "Yua'er, hampir saja jantungku copot, kau membuatku terkejut," katanya sambil berusaha tenang.Kaisar Yuan tertawa pelan. "Maafkan aku, Shen Jin. Aku hanya ingin memberikan kejutan kecil," ucapnya seraya melepaskan pelukannya dan berdiri di samping Shen Jin, menghadap ke arah taman yang indah."Kau sudah melakukan pekerjaan yang luar biasa," puji Kaisar Yuan, mengamati dekorasi yang mempesona. "Pesta ini akan menjadi yang terbaik yang pernah ada di kerajaan."Shen Jin menundukkan kepalanya sedikit sebagai tanda terima kasih. "Apakah Putra ku akan menyukainya?" Kaisar Yuan mengangguk setuju. "Tentu saja. Jika sampai anak itu tidak menghargai usaha kerasmu, aku tidak akan mengijinkan dia melihat ibunya," katanya dengan penuh ancaman."Jangan seperti itu," ucap Kaisar Yuan lembut, mencoba menenangkan Shen Jin. Shen Jin menghela nafas sejenak, memandang ke arah pintu gerbang dari kejauhan. "Tidak terasa wakt
Shen Jin menghela napas panjang, masih mencoba mencerna kabar yang baru saja didengarnya. Matanya melirik kearah Jin Yu yang masih mengusap telinganya sedikit panas. Hembusan angin yang sejuk menyapu wajah mereka, menciptakan kontras yang tajam dengan ketegangan yang melingkupi suasana."Jadi, apa yang membuatmu begitu tergesa-gesa?" tanya Shen Jin, nada suaranya kali ini lebih tegas dan penuh perhatian.Jin Yu mengangkat wajahnya, menatap Shen Jin dengan mata yang menunjukkan kelelahan namun dipenuhi tekad kuat. "Karena Jin Yu sangat merindukan ibu dan ayah," jawabnya dengan nada manja. Tanpa ragu, ia menghambur ke dalam pelukan hangat Shen Jin."Ini juga sangat merindukanmu," ucap Shen Jin lembut seraya membelai rambut panjang putranya yang terurai. He Shen dan Shen Zhibai tersenyum lembut, memandang dengan haru pertemuan yang indah antara anak dan ibu. Kebahagiaan terpancar dari wajah mereka, menghapus sejenak semua kekhawatiran.Kaisar Yuan, yang sejak tadi berdiri di sana mempe
Di sudut aula, Putri Lin dari Kerajaan Selatan sedang berbincang dengan Putri Wei dari Kerajaan Utara. Putri Lin mengenakan gaun hijau zamrud yang serasi dengan matanya yang cerah, sedangkan Putri Wei mengenakan gaun emas yang berkilau seperti sinar matahari. Mereka berbincang tentang pengalaman dan perjalanan mereka, sambil sesekali melirik ke arah Shen Jinyulong yang sedang menyambut para tamu dengan senyum hangat.Musik lembut mulai terdengar, dimainkan oleh para musisi istana yang berbakat. Alunan musik tradisional yang menghentak-hentak memeriahkan suasana, membuat para tamu merasa seperti terhanyut dalam dunia yang penuh pesona.Shen Jin Yu Long berjalan memasuki aula dengan penuh percaya diri, mengenakan jubah berwarna hitam dengan bordiran ular naga emas yang memancarkan aura kebanggaan dan kemewahan. Senyum manis menghiasi wajahnya, menambah pesona yang memikat perhatian semua orang. Para tamu, termasuk para putri dari kerajaan-kerajaan lain, menyambutnya dengan penuh pengh
Ketika mereka semua tengah menikmati pesta tersebut, tiba-tiba terdengar suara kegaduhan yang memecah kesenangan dan membuat semua orang terhenti. Aroma manis anggur dan cahaya lilin yang berkilauan di sekitar mereka seolah memudar sejenak. Jin Yu, Shen Zhibai, dan He Shen ikut mengalihkan pandangannya ke arah kerumunan yang menjadi pusat masalah, penasaran dan sedikit cemas. "Ada apa di sana? Kenapa orang-orang berkerumun?" tanya He Shen dengan dahi berkerut, memperhatikan kerumunan yang bergerak gelisah di dekat kolam yang memantulkan cahaya bintang. "Sebaiknya kita lihat ke sana," jawab Jin Yu dengan nada tegas namun penuh rasa ingin tahu. Mereka berdua mengangguk dan tanpa ragu melangkah cepat menuju kerumunan tersebut, melewati tamu-tamu yang masih bingung. Sementara itu, di tengah kerumunan yang semakin padat, terdengar desah napas tertahan dan bisikan ketakutan. Terlihat seorang putri dengan gaun merah mencolok, berdiri angkuh di atas putri lain yang terduduk dengan wajah
Di sebuah rumah sakit terkenal di negara China dengan nama Suzhou Medical College Hospital, tepatnya di kota Suzhou. Seorang gadis yang baru saja keluar dari ruang praktek dokter. Berjalan begitu terburu-buru dengan telepon genggam yang menempel di telinganya. Sepertinya, dia sedang menerima panggilan dari seseorang. Shen Jin adalah seorang dokter ternama dengan karir yang cemerlang. Namun, banyak yang tidak menyukai dirinya karena sikapnya yang keras kepala. Shen Jin segera keluar dari rumah sakit tersebut dan mencari taksi untuk ditumpanginya. Dia terlalu cemas dengan ibunya yang sudah menunggu dirinya di sebuah cafe. "Ibu, aku baru saja selesai dengan pekerjaanku dan sekarang aku sedang menunggu taksi. Sebenarnya, kenapa ibu selalu saja menyuruhku untuk menjalani kencan buta? Ibu pikir putrimu ini tidak laku?" tanyanya dengan nada kesal. Tentu saja Shen jin kesal tindakan ibunya itu sedikit berlebihan. "Jika ibu tidak melakukan ini, kau pasti akan mengabaikan jodohmu sendiri.
"AAAAAAA," beberapa gadis menjerit ketakutan melihat kejadian tersebut. Mereka pun berusaha lari dari aula itu. "Cepat lindungi! Lindungi sang raja dan Ratu," teriak salah satu Kasim yang berdiri mengadang dihadapan raja Ruyi dan beberapa prajurit lainnya melindungi ratu Yuhe yang berada tidak jauh dari Shen Jin berdiri. Ekspresi wajah kaisar membeku. Detik kemudian dia pun memerintah para prajurit untuk menangkap Shen Jin. "Tangkap Dia!" teriak raja Ruyi. Seketika semua prajurit bergerak ke arah Shen Jin mengelilinginya . Tatapan Shen Jin menggelap. Lalu, dia pun mulai mengayunkan pedang yang di genggamnya. Dalam pertempuran sengit itu, Shen Jin membunuh para prajurit yang ingin menangkapnya. Sebelum mereka menyentuh helai rambutnya, semua para prajurit itu sudah tidak bernyawa. Darah segar berceceran dimana-mana, sehingga membuat aula pernikahan yang seharusnya menjadi momen yang bahagia kini menjadi lautan darah. Semua para tamu undangan berlarian kocar-kacir mencari tempat ber
Ketika mereka semua tengah menikmati pesta tersebut, tiba-tiba terdengar suara kegaduhan yang memecah kesenangan dan membuat semua orang terhenti. Aroma manis anggur dan cahaya lilin yang berkilauan di sekitar mereka seolah memudar sejenak. Jin Yu, Shen Zhibai, dan He Shen ikut mengalihkan pandangannya ke arah kerumunan yang menjadi pusat masalah, penasaran dan sedikit cemas. "Ada apa di sana? Kenapa orang-orang berkerumun?" tanya He Shen dengan dahi berkerut, memperhatikan kerumunan yang bergerak gelisah di dekat kolam yang memantulkan cahaya bintang. "Sebaiknya kita lihat ke sana," jawab Jin Yu dengan nada tegas namun penuh rasa ingin tahu. Mereka berdua mengangguk dan tanpa ragu melangkah cepat menuju kerumunan tersebut, melewati tamu-tamu yang masih bingung. Sementara itu, di tengah kerumunan yang semakin padat, terdengar desah napas tertahan dan bisikan ketakutan. Terlihat seorang putri dengan gaun merah mencolok, berdiri angkuh di atas putri lain yang terduduk dengan wajah
Di sudut aula, Putri Lin dari Kerajaan Selatan sedang berbincang dengan Putri Wei dari Kerajaan Utara. Putri Lin mengenakan gaun hijau zamrud yang serasi dengan matanya yang cerah, sedangkan Putri Wei mengenakan gaun emas yang berkilau seperti sinar matahari. Mereka berbincang tentang pengalaman dan perjalanan mereka, sambil sesekali melirik ke arah Shen Jinyulong yang sedang menyambut para tamu dengan senyum hangat.Musik lembut mulai terdengar, dimainkan oleh para musisi istana yang berbakat. Alunan musik tradisional yang menghentak-hentak memeriahkan suasana, membuat para tamu merasa seperti terhanyut dalam dunia yang penuh pesona.Shen Jin Yu Long berjalan memasuki aula dengan penuh percaya diri, mengenakan jubah berwarna hitam dengan bordiran ular naga emas yang memancarkan aura kebanggaan dan kemewahan. Senyum manis menghiasi wajahnya, menambah pesona yang memikat perhatian semua orang. Para tamu, termasuk para putri dari kerajaan-kerajaan lain, menyambutnya dengan penuh pengh
Shen Jin menghela napas panjang, masih mencoba mencerna kabar yang baru saja didengarnya. Matanya melirik kearah Jin Yu yang masih mengusap telinganya sedikit panas. Hembusan angin yang sejuk menyapu wajah mereka, menciptakan kontras yang tajam dengan ketegangan yang melingkupi suasana."Jadi, apa yang membuatmu begitu tergesa-gesa?" tanya Shen Jin, nada suaranya kali ini lebih tegas dan penuh perhatian.Jin Yu mengangkat wajahnya, menatap Shen Jin dengan mata yang menunjukkan kelelahan namun dipenuhi tekad kuat. "Karena Jin Yu sangat merindukan ibu dan ayah," jawabnya dengan nada manja. Tanpa ragu, ia menghambur ke dalam pelukan hangat Shen Jin."Ini juga sangat merindukanmu," ucap Shen Jin lembut seraya membelai rambut panjang putranya yang terurai. He Shen dan Shen Zhibai tersenyum lembut, memandang dengan haru pertemuan yang indah antara anak dan ibu. Kebahagiaan terpancar dari wajah mereka, menghapus sejenak semua kekhawatiran.Kaisar Yuan, yang sejak tadi berdiri di sana mempe
Shen Jin tersenyum, meski hatinya masih berdetak kencang akibat kejutan tadi. "Yua'er, hampir saja jantungku copot, kau membuatku terkejut," katanya sambil berusaha tenang.Kaisar Yuan tertawa pelan. "Maafkan aku, Shen Jin. Aku hanya ingin memberikan kejutan kecil," ucapnya seraya melepaskan pelukannya dan berdiri di samping Shen Jin, menghadap ke arah taman yang indah."Kau sudah melakukan pekerjaan yang luar biasa," puji Kaisar Yuan, mengamati dekorasi yang mempesona. "Pesta ini akan menjadi yang terbaik yang pernah ada di kerajaan."Shen Jin menundukkan kepalanya sedikit sebagai tanda terima kasih. "Apakah Putra ku akan menyukainya?" Kaisar Yuan mengangguk setuju. "Tentu saja. Jika sampai anak itu tidak menghargai usaha kerasmu, aku tidak akan mengijinkan dia melihat ibunya," katanya dengan penuh ancaman."Jangan seperti itu," ucap Kaisar Yuan lembut, mencoba menenangkan Shen Jin. Shen Jin menghela nafas sejenak, memandang ke arah pintu gerbang dari kejauhan. "Tidak terasa wakt
Tujuh belas tahun kemudian, di sebuah ladang yang luas dengan pemandangan pegunungan hijau di kejauhan, terlihat seorang anak laki-laki tengah menunggangi kuda. Kuda berwarna coklat gelap itu melaju dengan anggun, sementara anak laki-laki itu duduk tegak dengan penuh kebanggaan. Ia mengenakan pakaian berwarna putih gading yang bersinar di bawah sinar matahari pagi, dengan bordiran bunga lotus di setiap sisinya yang memberikan sentuhan keindahan pada pakaiannya. Angin sepoi-sepoi berhembus, membuat bajunya berdesir dan menambah kesan elegan bagi pemakainya. Rambutnya yang hitam legam seperti malam terurai bebas, kontras dengan kulitnya yang putih bersih. Matanya yang sayu tampak memancarkan ketenangan, hidung mancungnya memberikan karakter kuat pada wajahnya, sementara bibirnya yang sedikit tebal dengan merah alami terlihat mempesona. Rahangnya yang tegas semakin mempertegas kesempurnaan rupa anak laki-laki itu.Dia terus memacu kudanya dengan kecepatan maksimal, angin berhembus kenca
Musim dingin telah berlalu, membawa kehangatan musim semi yang menyambut kehidupan baru. Cahaya matahari yang sebelumnya bersembunyi di balik awan kini muncul penuh kemilau, menerangi lembah-lembah yang dipenuhi bunga sakura yang sedang mekar. Angin lembut berembus, membawa aroma harum bunga dan suara gemericik sungai yang mengalir jernih di antara pegunungan.Di sebuah desa kecil yang tersembunyi di kaki gunung, terdapat seorang petapa tua yang dikenal dengan kebijaksanaan dan kekuatan supranaturalnya. Ia duduk di beranda rumah bambunya, mengamati langit yang cerah dengan mata yang penuh kedamaian. Di sekelilingnya, makhluk-makhluk ajaib seperti naga kecil dan burung phoenix bermain di antara pepohonan, menciptakan pemandangan yang magis.Di tengah desa, seorang gadis muda bernama Lian berjalan dengan langkah ringan, membawa keranjang penuh ramuan obat yang baru dipetik. Rambutnya yang hitam panjang tergerai tertiup angin, dan mata elangnya mencerminkan tekad serta keberanian. Lian m
Dalam hening yang penuh ketegangan, suara gemuruh petir terdengar dari kejauhan, menambah kesan menakutkan pada keputusan yang baru saja dijatuhkan. Kaisar Yuan tetap berdiri tegak dengan tatapan tajam, menunjukkan bahwa keputusannya sudah bulat dan tak dapat diganggu gugat.Bai Xiu Xue, yang menjadi pusat perhatian semua orang, hanya bisa menunduk. Wajahnya pucat, tanpa kekhawatiran dan ketakutan yang mendalam. Meski jiwanya terguncang, ia mencoba menyembunyikan rasa sakit yang menggerogoti hatinya."Jika itu bisa membuat diriku dan Xiao Nian Jie bersatu, aku akan menerima hukumannya," katanya dengan suara yang hampir berbisik. Matanya yang dalam menatap kaisar Yuan dengan penuh penyesalan.Permaisuri agung, dengan air mata yang masih mengalir, mencoba menguatkan diri. Ia menggenggam tangan suaminya erat-erat. Kemudian, ia melepaskan genggamannya dan menghambur memeluk Bai Xiu Xue. "Putraku, kau adalah segalanya bagiku. Jika ada cara lain, aku akan melakukannya," ucapnya dengan n
Mata Bai Xiu Xue membelalak lebar dengan mulut sedikit menganga. Ia merasakan desiran angin malam yang dingin menyentuh kulitnya, menambah perasaan hampa yang menjalar ke seluruh tubuhnya. Tangannya yang gemetar terulur, mencoba menggapai Xiao Nian Jie yang semakin menjauh darinya, seolah-olah dunia ini sedang menjauhkan harapannya satu demi satu. "Tidak! Xiao Nian Jie, jangan tinggalkan aku. Aku tidak tahu apa yang harus dilakukan tanpa dirimu! Xiao Nian Jie!" pekik Bai Xiu Xue dengan suara yang penuh dengan kesedihan dan keputusasaan. Air mata mengalir deras di pipinya, menciptakan jejak yang berkilauan di bawah cahaya lampu jalan yang redup. Setiap kata yang keluar dari mulutnya adalah jeritan hati yang terpukul keras oleh rasa kehilangan yang mendalam.Shen Jin, Bai Li Yuan, dan yang lainnya, melihat keadaan Bai Xiu Xue yang memprihatinkan seperti itu, merasa iba. Shen Jin menggigit bibirnya dengan keras, menahan diri untuk tidak menangis. "Xiao Nian Jie, kau harus kembali," bis
Kalimat itu menghancurkan hati Bai Xiu Xue. Ia terhuyung mundur, seakan dihantam badai yang menghancurkan semuanya. "Tidak mungkin," gumamnya, suaranya terdengar seperti bisikan angin."Inilah kenyataannya, Bai Xiu Xue," ucap Xiao Nian Jie dengan nada yang dingin dan tak berkompromi. "Aku tidak bisa lagi bersamamu."Bai Xiu Xue merasakan dunianya runtuh seketika. Pandangannya kabur oleh air mata yang tak terbendung lagi. Ia memegang dadanya, berusaha menahan rasa sakit yang menjalar di hatinya. Angin malam yang dingin berhembus, membuat tubuhnya menggigil, seakan menggandakan rasa sakit yang ia rasakan.Xiao Nian Jie melihat Bai Xiu Xue, tapi ia tetap teguh dengan keputusannya. "Aku sudah mencoba, tetapi aku tidak bisa melanjutkannya lagi. Aku tidak ingin terus menyakiti kita berdua," katanya dengan lembut, meskipun ekspresinya tetap tegar.Bai Xiu Xue mengusap air matanya, berusaha menenangkan dirinya. "Aku hanya ingin tahu, apakah semua ini tidak berarti apa-apa bagimu?" tanyanya de