Pagi hari tiba membawa cahaya keemasan yang memancar dari ufuk timur. Udara segar dan dingin menyentuh kulit. Suara burung-burung berkicau di taman istana, mengiringi langkah kaki yang melangkah keluar dari aula utama. Aroma teh hijau panas dan roti kukus manis memenuhi udara, membuat perut keroncongan. Cahaya matahari yang lembut memancar melalui celah jendela menerangi ruangan yang masih sunyi. Di luar, suara air yang mengalir dari kolam istana dan suara lonceng yang berbunyi di menara kota menambahkan kesan alami pada pagi hari yang cerah. Pohon-pohon bambu yang tinggi dan lurus berdiri di sekitar , membentuk sebuah pagar alami yang indah. Batu-batu granit yang berwarna abu-abu terhampar di jalan kota membentuk sebuah jalan yang luas dan megah. Di desa Daiyang, pangeran Jin yu dan yang lainnya tengah menikmati kudapan pagi yang di sediakan oleh penginapan tersebut. Jin yu tampak sedikit murung setelah kejadian malam itu, saat dia dan Xiu menikmati sinar bulan. Begitu pun denga
Setelah dentingan senjata tak lagi terdengar, keheningan yang mencekam. Xiu Juan dan Rouyue, yang sebelumnya bersembunyi di dalam kereta, saling bertukar pandang penuh keraguan sebelum akhirnya memberanikan diri keluar. Dengan langkah hati-hati, mereka melangkah menghampiri Jin Yu yang berdiri tegap di depan kereta kuda, masih di atas kudanya yang menginjak-injak tanah dengan resah."Tuan, apakah semuanya baik-baik saja?" tanya Xiu Juan dengan nada lembut, hampir seperti bisikan yang menguap ke dalam malam. Angin dingin menyapu helaian rambutnya, menambah dramatis suasana.Tanpa banyak kata, Jin Yu melompat turun dari kudanya dengan gerakan yang begitu cepat dan penuh percaya diri. Ia kini berdiri tegap di hadapan Xiu Juan, tatapannya setajam pisau."Semuanya sudah terkendali. Kalian tidak perlu merasa takut lagi," ujarnya dengan nada yang dingin namun tegas, seperti lapisan baja yang menyembunyikan sesuatu di dalamnya. Kalimatnya tegas, tetapi menyimpan kesan tak terbantahkan bahwa
Di sebuah pondok tua yang terletak di desa Teratai Putih, Xiu Juan telah terbaring tak sadarkan diri selama dua hari. Panah yang dilesatkan oleh salah satu bandit gunung yang menargetkan Jin Yu telah dilumuri racun yang sangat mematikan. Jin Yu, sejak sampai di pondok tua hingga saat ini, tidak pernah sedikitpun beranjak dari sisi Xiu Juan. Meskipun Rouyue sudah memintanya untuk istirahat, Jin Yu tetap tidak mau meninggalkan Xiu Juan.Melihat kekhawatiran yang ditunjukkan oleh Jin Yu pada Xiu Juan, ada kekhawatiran dalam benak Rouyue. "Pangeran Jin Yu terlihat begitu khawatir. Jika sampai pangeran jatuh cinta pada Xiu Juan, ini akan menjadi masalah besar," gumam Rouyue dalam hati, sambil menatap Jin Yu dengan mata yang tajam.Rouyue yang tengah termenung, terlonjak saat tiba-tiba Jin Yu beranjak dari duduknya. Ia memandang dingin Rouyue, membuat Rouyue menelan ludahnya sendiri. Suhu udara di ruangan itu mendadak mencekam."Aku akan pergi keluar sebentar, kau jaga Nona mu dengan baik,"
Di pondok tua yang dikelilingi embun pagi yang masih menempel pada dedaunan, Jin Yu berdiri termenung di depan kamar rawat Xiu Juan. Matanya tak lepas dari pintu kayu yang terlihat kusam dan penuh goresan. Dari dalam ruangan, terdengar suara Rouyue yang terus berceloteh, suaranya sedikit serak karena emosi.“Xiu Juan, apa kau tidak lelah terus berbaring seperti ini? Apa kau akan melupakan tekadmu untuk meluluhkan hati Selir Lin Hua, agar kau diakui sebagai anaknya? Bangunlah... Huhuhu.” Tangisnya terdengar seperti melodi yang terputus-putus, menggetarkan keheningan di pondok itu.Jin Yu menarik napas panjang, aromanya bercampur antara bau tanah basah dan aroma lembut ramuan obat dari dalam kamar. Sebelum ia sempat melangkah, suara langkah kaki lembut mendekat di belakangnya.“Jin Yu, kenapa kau tidak masuk?” Shen Zhibai berkata sambil menepuk pundaknya. Sentuhan itu mengejutkannya, seperti menyadarkan Jin Yu dari lamunannya.Tanpa banyak bicara, He Shen segera membuka pintu kamar. Cic
"Rouyue, Shen Zhibai, He Shen, jangan ganggu aku," ucapnya singkat namun tegas. Ruangan itu menjadi hening, hanya terdengar suara angin yang berbisik lembut melalui celah-celah jendela tua.Mata Jin Yu tertutup rapat. Ia merasakan tarikan lembut, seperti jaring tak terlihat yang membawanya ke dimensi lain—ke dalam dunia bawah sadar Xiu Juan. Cahaya putih yang menyilaukan menyambutnya, lalu seketika berubah menjadi bayangan kelabu. Di hadapannya terbentang hamparan padang tanpa batas, kosong dan sunyi. Angin di tempat itu membawa rasa dingin yang menusuk hingga ke tulang.“Xiu Juan!” serunya, suaranya menggema di padang luas itu. Tidak ada jawaban. Jin Yu terus berjalan, kakinya seperti tenggelam dalam kabut tipis yang menggulung-gulung di tanah. Ia tahu, di tempat yang sunyi dan dingin ini, Xiu Juan terjebak. Di kejauhan, ia melihat sosok perempuan duduk dengan kepala tertunduk. Rambut panjangnya menutupi wajahnya, dan tubuhnya terlihat rapuh, hampir transparan seperti bayangan. Jin
Setelah beberapa hari perjalanan mereka tertunda, melihat kondisi Xiu Juan yang sudah semakin membaik, mereka pun memutuskan untuk melanjutkan kembali perjalanan yang tertunda karena sebuah insiden. Rute yang mereka ambil kali ini lebih memilih yang strategis, karena tidak mau insiden sebelumnya kembali terjadi."Sebaiknya kita ambil jalan ke selatan saja," ucap Jin Yu dengan tegas, matanya memandang ke arah peta yang terbentang di atas meja. "Meskipun jaraknya sedikit jauh, tapi sekiranya perjalanan kita aman dari bahaya."He Shen menggelengkan kepala. "Bukankah perjalanan kita akan lebih jauh? Kenapa kita tidak mengambil jalur timur saja? Jika kita lewat jalur sana, kita hanya membutuhkan satu hari perjalanan menuju kerajaan Dayue."Shen Zhibai memandang He Shen dengan mata yang tajam. "Sepertinya, kau memang belum jera mendapat pelajaran disana? Apakah kali ini kau akan sukarela mengantarkan nyawa?" Jin Yu dan Shen Zhibai menatap dingin He Shen seraya berpangku tangan di dada.He S
Perjalanan ke selatan membawa rombongan Jin Yu menyusuri jalur pegunungan yang berliku. Kabut tebal menyelimuti lembah, menyembunyikan pemandangan di sekitarnya. Suara gemerisik dedaunan dan desiran angin menciptakan suasana sunyi namun mencekam.Jin Yu, dengan indra kultivator nya yang tajam, merasakan sesuatu yang aneh. "Berhenti," perintahnya, suaranya menggema di antara tebing-tebing batu.Rombongan itu berhenti, kuda-kuda mereka meringkik gelisah. Shen Zhibai dan He Shen mengeluarkan pedang mereka, bersiap menghadapi kemungkinan bahaya. Rouyue dan Xiu Juan menatap sekeliling dengan cemas."Ada jejak energi pedang di sini," kata Jin Yu, matanya menelusuri kabut. "Pertempuran terjadi belum lama ini."Mereka melanjutkan perjalanan dengan hati-hati, mengikuti jejak energi pedang yang samar. Semakin jauh mereka masuk ke dalam lembah, semakin jelas tanda-tanda pertempuran. Pohon-pohon tumbang, batu-batu hancur, dan tanah dipenuhi bekas luka tebasan pedang.Tiba-tiba, mereka menemukan s
#warning 21+#Di kerajaan istana Bai Li Yuan, keheningan terasa begitu pekat, hanya dipecah oleh suara ketukan pena yang ritmis di atas meja marmer. Shen Jin, dengan tatapan menerawang, duduk termenung di balik meja kerjanya yang dipenuhi gulungan perkamen. Di seberangnya, di balik tumpukan dokumen kerajaan yang menggunung, Kaisar Yuan terbenam dalam kesibukan. "Kenapa wajahnya tidak asing?" gumam Shen Jin, suaranya nyaris tak terdengar, seperti bisikan angin malam.Kaisar Yuan, tanpa mengangkat kepala, menyahut dengan suara bariton yang tegas, "Wajah siapa yang membuatmu penasaran, Shen Jin?" Suara itu bergema di ruangan luas itu.Shen Jin menghela napas panjang, matanya menerawang jauh, seolah mencoba menangkap bayangan masa lalu. "Putri Ling Xian," jawabnya, suaranya kini lebih jelas, "gadis yang dipermalukan oleh Putri Yuqing di depan umum. Wajahnya... seperti seseorang yang pernah kulihat, tapi di mana?"Kaisar Yuan akhirnya mengangkat kepalanya, sorot matanya tajam menembus k
Salah seorang penjaga berbadan kekar dengan wajah tanpa ekspresi mencengkeram rambut Xiu Juan dengan kasar, menarik kepalanya ke belakang hingga ia mendongak paksa. "Diam! Jangan membuat keributan, gadis kecil. Semakin kau melawan, semakin sakit jadinya." Suara seraknya bagai gerungan binatang buas.Xiu Juan merasakan air mata semakin deras mengalir. Ia menatap wajah-wajah dingin di sekelilingnya, mencari secercah belas kasihan, namun yang ia temukan hanyalah tatapan kosong dan acuh tak acuh. Di mata mereka, ia hanyalah barang dagangan, sebuah komoditas yang akan menghasilkan keuntungan bagi tuan mereka.Mereka menyeretnya keluar dari gerbang besi penjara yang berderit, menuju halaman yang gelap dan dingin. Di sana, beberapa gerobak kayu reyot sudah menunggu, ditarik oleh kuda-kuda kurus yang tampak lelah dan lesu. Bau kandang dan kotoran hewan bercampur dengan udara malam yang dingin.Xiu Juan dipaksa naik ke salah satu gerobak, terlempar kasar di antara beberapa tahanan lain yang j
Udara pengap dan dingin penjara bawah tanah menusuk hidung, membawa serta bau karat besi dan kelembaban yang menyesakkan. Cahaya obor yang menari-nari di dinding batu yang kasar menciptakan bayangan yang bergerak liar, seolah roh-roh penasaran tengah mengawasi."Cepat!" bisik Jenderal dengan suara rendah namun penuh tekanan, matanya menyapu lorong gelap dengan waspada. "Kita harus segera pergi sebelum para penjaga menyadari keberadaan kita."Pria paruh baya itu, dengan wajah penuh harap yang bercampur ketakutan, mencengkeram lengan sang jenderal. "Apakah kita bisa menyelamatkan gadis ini, Jenderal? Kudengar… kudengar dia akan dikirim ke Desa Yueming. Dijadikan budak belian," lirihnya, suaranya bergetar tertahan.Jenderal, yang raut wajahnya semakin mengeras oleh kegelisahan yang tak tertahankan, hanya bisa menggelengkan kepala dengan tatapan penuh penyesalan. Angin dingin tiba-tiba berhembus dari ujung lorong, membawa serta suara gesekan samar dan langkah kaki yang mendekat. Detik ber
Remang cahaya senja menari di sela pohon hutan bambu , menerpa raut wajah cantik Shen Jin yang diliputi gurat keterkejutan. Di hadapannya, Kaisar Yuan, dengan tatapan setenang permukaan danau di malam hari, baru saja mengungkapkan sebuah kenyataan yang mengguncang batinnya."Benarkah itu, ?" bisik Shen Jin, suaranya nyaris tak terdengar di antara desau angin yang membawa aroma bunga plum. Keraguan masih membayang di matanya, seolah enggan mempercayai percakapan yang baru saja terjalin antara dirinya dan Liu Jun.Kaisar Yuan mengulurkan jemarinya yang lentik, menyentuh lembut dagu Shen Jin. Sebuah senyum tipis, menyimpan kedalaman yang sulit ditebak, menghias bibirnya. "Mengapa istriku ? Apakah kau meragukan ucapan dan tindakanku ini?" godanya, nada suaranya bagai alunan kecapi yang lembut.Shen Jin menepiskan sentuhan itu dengan gerakan halus, mengalihkan pandangannya ke lukisan kaligrafi yang tergantung di dinding. "Hanya saja... Aku khawatir akan akan memiliki prasangka, setelah
Di keheningan ruang baca Istana Bai Li Yuan, di mana aroma dupa cendana berbaur dengan wangi tinta dan gulungan kitab kuno, Jin Yu tengah bertukar pikiran dengan Shen Zhibai, He Shen. Cahaya senja yang merayap masuk melalui jendela berukir menerangi wajah-wajah mereka yang tekun. Namun, ketenangan itu seketika pecah bagai porselen yang terhempas tatkala sesosok bayangan hitam menerjang masuk.Sosok prajurit berpakaian serba gelap itu bergerak dengan kecepatan seekor elang yang menukik. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, ia menjatuhkan diri berlutut di hadapan Jin Yu, dahinya menyentuh dinginnya lantai marmer. Aura tegang terpancar kuat dari tubuhnya, mengusik kehangatan percakapan yang baru saja terjalin."Melapor kepada Yang Mulia, " suara prajurit itu tercekat, namun tetap lantang menggema di ruangan sunyi, "utusan hamba di wilayah kerajaan Dayue telah kembali dengan kabar genting mengenai gadis pelayan itu. Selir Lin... beliau berencana mengirim gadis itu keluar dari gerbang kota,
Kegelapan pengap menyelimuti ruang bawah tanah yang dingin dan lembap. Aroma anyir darah bercampur bau tanah menyeruak menusuk hidung. Di tengah remang cahaya obor yang menari-nari di dinding batu, sosok XIU JUAN tampak mengenaskan. Gaun tahanan putih lusuhnya compang-camping, menampakkan kulitnya yang pucat pasi. Bibirnya kering merekah, seolah telah lama merindukan setetes embun. Di pipi halusnya tergores luka merah yang masih membekas, saksi bisu kekerasan yang baru saja berlalu. Kedua tangannya terentang lebar, terikat kuat pada pilar kayu yang kasar, tubuhnya lunglai tak berdaya bagai layu diterpa badai.Di sudut gelap sel yang bersebelahan, terdengar suara batuk kering yang memecah keheningan. Sosok renta dengan rambut kusut dan janggut tipis terjuntai, seorang pria paruh baya , meringkuk di atas tikar jerami yang usang. Matanya yang cekung menatap Xiu Juan dengan tatapan sayu namun penuh minat."Gadis itu... apa yang membuatnya terjerumus ke dalam sarang iblis ini? Wajahmu...
Di bawah rembulan pucat yang menggantung rendah di atas cakrawala kota yang gemerlap namun terasa dingin, Shen Jin dan Kaisar Yuan bertukar pandang. Kilatan samar lampu-lampu lentera memantul di mata mereka, seolah merefleksikan percakapan sunyi yang baru saja terjadi. Detik kemudian, sebelum tatapan mereka kembali terarah pada Jin Yu. Putra mereka berdiri di tengah ruangan yang mewah namun terasa hampa, raut gelisah masih terpahat jelas di wajahnya yang biasanya angkuh.Shen Jin, dengan gaun sutra berwarna gelap yang tampak berkilauan tertimpa cahaya kristal dari lampu gantung di atas mereka, membuka suara. Nada bicaranya tenang namun mengandung ketegasan seorang wanita yang terbiasa mengatur. "Sepertinya, gejolak dalam hatimu, apa yang menjadi keinginan terdalam seorang ibu, telah bersemi dan kini tersirat jelas dalam benakmu. Sungguh sebuah kebetulan yang tak disangka, ayahmu, Kaisar Yuan, telah secara resmi mengajukan lamaran pernikahan ke kerajaan Dayue untukmu. Tampaknya, tak
Sebelum Jin Yu sempat menyelesaikan ucapannya, selir Lin melangkah maju. Langkahnya mantap, tatapan penuh otoritas. Dengan suara yang memecah keheningan aula, ia memberi perintah yang tegas."Bawa mereka ke dalam penjara!" serunya. Suaranya tajam, menusuk udara yang sebelumnya tenang.Jin Yu maju selangkah, niatnya untuk menghentikan tindakan itu terlihat jelas. Namun, sebelum ia sempat bergerak lebih jauh, tangan Shen Zhibai sudah meraih pundaknya. Sentuhan itu cukup kuat untuk menahan Jin Yu di tempatnya. Shen Zhibai menggeleng pelan, dan dengan suara rendah, ia berbicara, nyaris seperti bisikan."Jin Yu, tahan dirimu. Bukan sekarang waktunya," ucapnya penuh ketenangan, namun menyiratkan sesuatu yang lebih dalam.Jin Yu mengerutkan dahi, tatapannya tetap terarah pada Xiu Juan dan Rouyue yang kini sedang digiring oleh prajurit. "Aku tidak bisa hanya berdiri diam, Shen Zhibai. Mereka tidak bersalah!"Shen Zhibai menghela napas, suaranya terdengar lebih tegas kali ini. "Jika kau bertin
Kabut tipis menyelimuti gerbang megah Istana Dayue, seolah menyembunyikan rahasia kuno di baliknya. Jin Yu dan rombongannya tiba di hadapan gerbang itu, keheningan menyelimuti mereka. Xiu Juan dan Rouyue, dua gadis anggun dengan aura misterius, menghentikan langkah mereka, menarik napas dalam-dalam seolah merasakan energi spiritual yang bergejolak di sekitar istana."Terima kasih atas perlindungan kalian, Tuan Jin Yu, Tuan He, dan Tuan Zhibai," ucap Xiu Juan dengan suara lembut namun mengandung kekuatan tersembunyi. "Perjalanan kita sampai di sini."Jin Yu, pemuda dengan sorot mata tajam dan aura seorang pendekar, maju mendekati Xiu Juan. "Bolehkah aku bertemu dengan kedua orang tuamu?" tanyanya, suaranya mengandung nada yang sulit diartikan.Xiu Juan mengangkat wajahnya, tatapan mereka bertemu. Ada sesuatu yang bergejolak di dalam dirinya, sebuah perasaan yang bercampur antara kekaguman dan kebingungan. "Mengapa... mengapa Tuan ingin bertemu dengan mereka?"Jin Yu menatapnya dengan t
Fajar menyingsing dengan lembut, memercikkan warna emas pucat ke langit yang masih membayang abu-abu. Kabut tipis menggantung di atas tanah, seperti selendang gaib yang enggan dilepas oleh malam. Di tengah hutan yang sunyi, pepohonan kuno berdiri tegak, setiap helai daun mereka tampak menyala karena cahaya pertama matahari.Angin pagi membawa aroma tanah basah dan bunga liar yang baru mekar, bercampur dengan desau lembut sungai kristal yang mengalir di kejauhan. Di atasnya, burung-burung kecil dengan sayap berkilauan seperti permata beterbangan, menciptakan harmoni dari kicauan mereka.Dari balik bayangan pepohonan, seekor rusa bertanduk perak melangkah perlahan, matanya bersinar lembut seperti bulan. Jejak kakinya meninggalkan cahaya redup di atas rerumputan yang berkilauan. Tak jauh darinya, sepasang peri kecil dengan sayap serupa kelopak mawar saling berkejaran, tertawa lembut seperti lonceng angin.Di atas bukit, sebuah desa kecil terbangun perlahan. Pondok-pondok dengan atap jera