Aneisha terdiam dan tak mengatakan apapun dari mulutnya. Ia tetap bungkam dan tak mau jika ketiga istri Tuan Zu tau jika saat ini dia sudah mengetahui bahwa dirinya benar-benar hamil."Katakan kepadaku, apa kau saat ini tengah hamil?" tanya LIlian dengan tatapan penuh menelisik.Aneisha menggelengkan kepalanya dengan cepat.Lilian menatap wajah kedua madunya secara bergantian lalu tak lama kemudian dia meminta Aneisha untuk segera buang air kecil dan menaruhnya di tempat yang telah diberikan kepadanya."Sekarang kamu pergi ke kamar mandi dan letakkan urinemu di dalam wadah ini, kau jangan banyak bertanya untuk apa kami meminta urinemu itu."Aneisha tetap menolak karena dalam pikirannya saat ini mereka ingin mengetes kehamilannya saat ini.Aneisha lalu membuang wadah yang diberikan oleh Lilian kepadanya.Lilian tampak marah ketika Aneisha melakukan itu kepadanya."Apa kau sudah gila? Kenapa kau membuang wadah itu?" kesal Lilian dengan menatap kesal wajahnya."Aku tidak mau melakukan it
Lim mengangguk dan mulai menyiapkan mobil Tuan Zu yang saat itu disembunyikan disuatu tempat.Lim lalu mengemudikan kendaraan Tuan Zu dan memerintahkan anak buahnya untuk mengawal dirinya dengan ketat."Aku ingin kendaraan lebih cepat, suruh anak buahmu untuk mempersiapkan helikopter sekarang juga! Setiba kita ke markas, aku akan naik burung besiku agar bisa lebih cepat sampai ke rumah.""Baik Tuan Zu," balas Lim.Tuan Zuan dan Lim bergegas naik ke dalam mobilnya dan tak lama kemudian Lim melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju ke arah markasnya.Beberapa menit kemudian mobil mereka langsung berhenti di depan markasnya dan tak lama kemudian Tuan Zuan memerintahkan Lim untuk memasukkan barang-barang miliknya ke dalam gudang bawah tanah.Tuan Zuan juga memerintahkan untuk segera memindahkah semua barang-barang miliknya ke markas besarnya dan memintanya untuk segera mengkosongkan gudang yang ada di sana.Tentu hal ini dilakukan oleh Tuan Zu untuk menghentikan orang-orang yang s
Tuan Zuan menatap wajah Lilian dengan nyalang seolah ingin mencari tau sebuah jawaban dari mulutnya tentang apa yang dia ucapkan saat ini."Apa maksud ucapanmu? Kenapa kau mengatakan ini kepadaku?" tanya Tuan zu dengan nada penuh kemarahan.Lilian tersenyum miring dan tak lama kemudian dirinyapun langsung datang menghampiri Tuan Zu."Apa bunga ini untuk Aneisha?" tanya Lilian dengan nada sinis.Tuan Zuan tersenyum miring dan menatap sinis wajah istri pertamanya."Kenapa? Apa kau saat ini cemburu kepada Aneisha? Dia pantas mendapatkan bunga mawar ini." Ucap Tuan Zu dengan mencium bunga mawar yang dipegangnya."Haha, aku cemburu dengan iatrimu yang tak berbudi itu? Kau sungguh membuatku tergelitik Tuan Zu, kau hanya belum mengetahui bahwa istri kesayanganmu saat ini bermain di belakangmu." Cibir Lilian dengan menatap sinis wajah Tuan Zuan.DegTiba-tiba Tuan Zu merasakan jantungnya langsung berdegub dengan kencangnya. Ia rasakan ada yang mendidih di dalam aliran darahnya. Namun, dia ber
Aneisha terkejut ketika mendengar suara seorang wanita yang kini tengah menyahuti ucapannya.Ia difitnah dan Tuan Zu seolah percaya dengan ucapannya."Aku melihat dengan mata kepalaku ketika dia memasuki kamar Arsen bersama-sama. Aku memiliki buktinya Tuan Zu, bahkan istrimu saat itu dengan mesranya saat digendong oleh Arsen menuju ke kamarnya." lanjut ucapan wanita tersebut.Wanita yang sejak tadi menyela ucapan Aneisha tak lain dan tak bukan adalah Lilian istri pertama Tuan Zu.Ia lalu datang menghampiri Tuan Zu dan mendekati dirinya.Aneisha terlihat terkejut melihat Lilian kini sudah datang ke kamar Arsen dan berusaha untuk memfitnahnya."Mau apa kau datang ke sini? Jangan ikut campur dan jangan pernah mencoba untuk memfitnah diriku," terang Aneisha dengan tatapan penuh amarah."Lihatlah Tuan Zu, dia bahkan menjadi kurang ajar semenjak kau menobatkan dirinya sebagai istri kesayanganmu." Adu Lilian dengan melingkarkan tangannya ke lengan kekar milik Tuan Zu."Apa maksud ucapanmu? B
Tuan Zu terkejut ketika mendengar lirih suara Arsen yang mengatakan bahwa saat ini Aneisha tengah hamil.Mata elangnya kini menyorot tajam ke arah wajah Aneisha yang tersungkur di atas lantai kamar Arsen.Perlahan-lahan dia mulai mendekati dirinya dan tak lama kemudian dirinyapun langsung berjongkok dan menarik lengan Aneisha dan mendekatkan tubuhnya ke arahnya.Ia lalu mencengkram kedua rahangnya dengan kerad membuat Aneisha langsung memekik kesakitan.Lilian tersenyum riang pada awalnya, dia berpikir jika saat ini Tuan Zu benar-benar tidak menginginkan Aneisha saat ini hamil."Katakan kepadaku, apa kau saat ini tengah hamil?" tanya Tuan Zu dengan menyorot tajam wajah Aneisha dengan penuh kemarahan.Aneisha menatap wajah Tuan Zu dengan air mata yang sudah keluar dari pelupuk matanya. Tubuhnya bergetar hebat dan wajahnya sudah terlihat cemas ketika Tuan Zuan kini menanyakan kehamilannya.Bibir Aneisha terasa keluh seolah tak bisa mengatakan apapun dari mulutnya."Dia memang hamil Tuan
Aneisha melayangkan tamparannya dengan keras mengenai pipi Tuan Zu.Terlihat dadanya sudah mulai naik turun, dan sorot matanya menunjukkan kemarahan ketika Tuan Zuan dengan seenaknya menuduh janin yang dikandungnya adalah benih dari adik iparnya.Tentu Aneisha murka dan tak ingin jika harga dirinya diinjak-injak oleh Tuan Zuan.Selama dia menjadi istrinya dia bahkan menjaga kehormatannya demi Tuan Zu meskipun beberapa kali Arsen selalu menggoda dirinya.Tuan Zu memegangi pipinya yang terasa panas akibat tamparan yang dilayangkan oleh Aneisha kepadanya."Jangan pernah menganggapku wanita rendahan seperti istrimu yang lain, aku tidak seperti mereka dan kau yang pertama kali menyentuh tubuhku dan selalu mengawasiku setiap waktu. Hanya karena fitnah yang mereka tuduhkan kepadaku, lantas saat ini kau percaya dengan apa yang mereka katakan kepadamu?" Aneisha berkata dengan dada sudah naik turun dan penuh dengan emosi.Tuan Zu hanya terdiam dan menatap nyalang wajah Aneisha yang saat ini ter
Tubuh Tuan Chan semakin bergetar ketika mendengar apa yang dikatakan oleh putranya saat ini.Tentu dia tidak menyangka jika saat ini Tuan Zu akan segera memiliki seorang anak dari istrinya yang lain."Apa kau bilang? Istrimu hamil? Apa kau sudah gila Zu, membiarkan istrimu sampai hamil?" Lirih Tuan Chan dengan nada marah.Tuan Chan memelankan suaranya ketika mengatakan itu, ia tentu tidak ingin jika kehamilan istrinya akan diketahui oleh orang lain.Tuan Zu hanya terdiam dan tak mengatakan apapun.Ia sama halnya dengan ayahnya yang saat ini benar-benar terkejut mendengar kabar Aneisha hamil."Ini akan menjadi suatu ancaman jika kau tidak pandai memilih strategi. Kedua-duanya memang akan menjadi boomerang bagimu untuk memutuskan apakah kau tetap mempertahankan keturunanmu atau tidak.""Tapi dengan lahirnya bayi itu di dunia ini, akan membuat kedudukanku semakin kuat, pada akhirnya klan naga dan macan putih bisa menggeser posisinya menjadi satu.""Ini sangat berbahaya Zu, istrimu dan ja
Tuan Zu lalu datang mendekap Aneisha lalu tak lama kemudian pelayan datang ke kamarnya dengan mendorong meja berisi makanan itu ke dalam."Pergilah! Biarkan aku yang melayani istriku sendiri," perintah Tuan Zu kepada pelayan tersebut."Baik Tuan, saya permisi dulu." Pamit pelayan tersebut lalu segera pergi meninggalkan kamar Tuan Zu.Tuan Zu lalu mengambil makanan yang ada di meja dorong tersebut.Ia mengambil sup daging lalu disuapkan kepada Aneisha."Bukalah mulutmu sekarang!" Titahnya seraya menyendokkan sup daging tersebut dan menyuapkannya ke dalam mulut Aneisha ."Bagaimana rasanya, apakah ini enak?" tanya Tuan Zu kepada Aneisha.Aneisha mengangguk dan dengan cepat memgambil mangkuk sup yang dibawa oleh Tuan Zuan lalu dia mulai memakan makanan tersebut dengan lahapnya.Tuan Zu hanya memperhatikan istrinya benar-benar kelaparan saat ini, dia merasa sangat bersalah ketika Tuan Zuan tidak membiarkan Aneisha makan sejak tadi."Jangan terburu-buru makan, kau bisa tersedak nanti." Tutu