Aneisha melayangkan tamparannya dengan keras mengenai pipi Tuan Zu.Terlihat dadanya sudah mulai naik turun, dan sorot matanya menunjukkan kemarahan ketika Tuan Zuan dengan seenaknya menuduh janin yang dikandungnya adalah benih dari adik iparnya.Tentu Aneisha murka dan tak ingin jika harga dirinya diinjak-injak oleh Tuan Zuan.Selama dia menjadi istrinya dia bahkan menjaga kehormatannya demi Tuan Zu meskipun beberapa kali Arsen selalu menggoda dirinya.Tuan Zu memegangi pipinya yang terasa panas akibat tamparan yang dilayangkan oleh Aneisha kepadanya."Jangan pernah menganggapku wanita rendahan seperti istrimu yang lain, aku tidak seperti mereka dan kau yang pertama kali menyentuh tubuhku dan selalu mengawasiku setiap waktu. Hanya karena fitnah yang mereka tuduhkan kepadaku, lantas saat ini kau percaya dengan apa yang mereka katakan kepadamu?" Aneisha berkata dengan dada sudah naik turun dan penuh dengan emosi.Tuan Zu hanya terdiam dan menatap nyalang wajah Aneisha yang saat ini ter
Tubuh Tuan Chan semakin bergetar ketika mendengar apa yang dikatakan oleh putranya saat ini.Tentu dia tidak menyangka jika saat ini Tuan Zu akan segera memiliki seorang anak dari istrinya yang lain."Apa kau bilang? Istrimu hamil? Apa kau sudah gila Zu, membiarkan istrimu sampai hamil?" Lirih Tuan Chan dengan nada marah.Tuan Chan memelankan suaranya ketika mengatakan itu, ia tentu tidak ingin jika kehamilan istrinya akan diketahui oleh orang lain.Tuan Zu hanya terdiam dan tak mengatakan apapun.Ia sama halnya dengan ayahnya yang saat ini benar-benar terkejut mendengar kabar Aneisha hamil."Ini akan menjadi suatu ancaman jika kau tidak pandai memilih strategi. Kedua-duanya memang akan menjadi boomerang bagimu untuk memutuskan apakah kau tetap mempertahankan keturunanmu atau tidak.""Tapi dengan lahirnya bayi itu di dunia ini, akan membuat kedudukanku semakin kuat, pada akhirnya klan naga dan macan putih bisa menggeser posisinya menjadi satu.""Ini sangat berbahaya Zu, istrimu dan ja
Tuan Zu lalu datang mendekap Aneisha lalu tak lama kemudian pelayan datang ke kamarnya dengan mendorong meja berisi makanan itu ke dalam."Pergilah! Biarkan aku yang melayani istriku sendiri," perintah Tuan Zu kepada pelayan tersebut."Baik Tuan, saya permisi dulu." Pamit pelayan tersebut lalu segera pergi meninggalkan kamar Tuan Zu.Tuan Zu lalu mengambil makanan yang ada di meja dorong tersebut.Ia mengambil sup daging lalu disuapkan kepada Aneisha."Bukalah mulutmu sekarang!" Titahnya seraya menyendokkan sup daging tersebut dan menyuapkannya ke dalam mulut Aneisha ."Bagaimana rasanya, apakah ini enak?" tanya Tuan Zu kepada Aneisha.Aneisha mengangguk dan dengan cepat memgambil mangkuk sup yang dibawa oleh Tuan Zuan lalu dia mulai memakan makanan tersebut dengan lahapnya.Tuan Zu hanya memperhatikan istrinya benar-benar kelaparan saat ini, dia merasa sangat bersalah ketika Tuan Zuan tidak membiarkan Aneisha makan sejak tadi."Jangan terburu-buru makan, kau bisa tersedak nanti." Tutu
DegJantung Aneisha langsung berdegub dengan kencangnya ketika Tuan Zu memberikan satu buah pil penggugur kandungan."A-apa maksud ucapanmu, Tuan?" tanya Aneisha dengan tubuh mulai bergetar hebat."Minumlah, tidak akan membuatmu sakit setelah kau meminum obat ini," ucap Tuan Zu dengan memberikan satu buah pil dan air putih ke atah Aneisha.Seketika Aneisha langsung menepiskan tangan Tuan Zu dari hadapannya.Ia menumpahkan air minuman dari gelas tersebut dan membuang pil itu dengan cepat."Aku tidak mau minum, jangan paksa aku melakukan ini, aku tidak akan membunuh darah dagingku sendiri, meskipun kau menginginkan dirinya mati. Aku akan berjuang untuk mempertahankan anakku dalam kandunganku." Aneisha berkata dengan dada naik turun.Tuan Zu cukup tercengang dengan perkataan Aneisha saat itu. Ia tidak menyangka jika istrinya benar-benar menyayangi janin yang ada di kandungannya. Namun, ada banyak hal yang harus dipikirkan oleh Tuan Zuan ketika para musuh itu mengetahui jika salah satu is
Tuan Zu benar-benar sangat ketakutan ketika darah itu keluar dari kepemilikan Aneisha. Ia dengan cepat membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaiannya lalu memakaikan Aneisha pakaian dan segera membawanya pergi ke rumah sakit."Cepat siapkan ambulance pribadiku sekarang!" Titah Tuan Zu dengan menggendong tubuh Aneisha."Baik Tuan." Jawab pengawal tersebut lalu segera pergi meninggalkan Tuan Zu.Tuan Zu tampak cemas ketika melihat wajah pucat Aneisha."Ana, bertahanlah, kau jangan mati dulu," seloroh Tuan Zu.Tak lama kemudian ambulance sudah datang tepat di depannya, segera Tuan Zu mulai memasukkan tubuh Aneisha ke dalam mobil tersebut."Lajukan mobil ini dengan cepat! Aku ingin segera sampai di rumah sakit, jangan sampai sesuatu terjadi dengan istriku." Perintah Tuan Zu dengan nada marah.Sang driver segera melajukan mobilnya dengan cepat menuju ke rumah sakit.Sementara itu, Tuan Zu benar-benar sangat menyesal ketika dirinya tidak mengindahkan apa yang dikatakan oleh Aneisha saat itu
Aneisha langsung terdiam ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Tuan Zu, ia lalu melihat ke arah perutnya dan mulai mengelus perutnya dengan lembut."Apa dia baik-baik saja? Apa kau mengatakan yang sebenarnya?" tanya Aneisha menatap tak percaya.Tuan Zu hanya terdiam dan terus menyorot pandangannya yang tajam ke arahnya."Tuan, katakanlah sesuatu, apa kau mengatakan yang sebenarnya?" tanya Aneisha dengan menatap wajahnya.Tuan Zu lalu mendekatkan wajahnya ke arahnya dan mengikis jarak diantara keduanya hingga terasa hembusan nafasnya menerpa wajahnya."Aku tidak pernah berbohong kepadamu, Ana. Bahkan akupun mengakui perasaanku kepadamu, kenapa ku masih meragukanku?" Tuan Zu menatap wajahnya dengan tatapan penuh dominasi.Jantung Aneisha mulai berdegub dengan kencangnya tatkala Tuan Zu kini menatap wajahnya."Maafkan aku Tuan Zu, aku hanya sangat mengkhawatirkan anak yang aku kandung." Jawabnya dengan memegang lembut pipinya.Tuan Zu lalu menatap wajah Aneisha ketika tangannya memeg
Tuan Zu langsung terkejut ketika mendengar penuturan Naima yang saat itu lebih dulu mengetahui kehamilan Aneisha dari pada dirinya."Kenapa kau tidak menagatakan itu kepadaku? Apa kau ingin menyembunyikan kehamilan Aneisha dariku, Naima?" sorot mata elangnya begitu tajam menyorot ke arah Naima yang terlihat tertunduk tak berani menatap wajahnya."Maaf Tuan, sebenarnya saya ingin menceritakan kepada Tuan, tapi saya menunggu waktu yang tepat untuk menceritakan itu kepada Tuan saat itu." Naima menjawab dengan menggenggam erat ujung kemeja yang dikenakannya."Apa kau juga melarang Aneisha untuk mengatakan itu kepadaku?" kini Tuan Zu mulai memanah tatapannya tepat pada wajah Naima.Naima mengangguk sembari menutup matanya dengan erat, ia benar-benar ketakutan saat itu.Tuan Zuan lalu melayangkan tangannya ke udara dan memgepalkan kedua tangannya dengan eratnya.Naima merasakan kemarahan Tuan Zu yang sudah siap meledak."Kenapa kau tidak cerita dari awal, Naima? Lihatlah apa yang sudah kau
Aneisha mengerjapkan kedua matanya, saat membuka kedua matanya dan mengedarkan seluruh pandangannya keseluruh rungan kamarnya.Ia menatap ruangan itu tampak kosong dan dia tak melihat ada Tuan Zu di sana.Aneisha berusaha untuk bangkit dari tidurnya, tenggorokannya mulai mengering dan ingin mengambil minuman yang ada di meja.Saat dia menurunkan kakinya, tiba-tiba perutnya tiba-tiba merasakan keram."Aw sakit," pekik Aneisha.Dari luar kamarnya, Lim yang seperti mendengar suara dari dalan kamar Tuan Zu langsung membuka pintu kamarnya.Saat dirinya masuk ke dalam kamarnya diapun melihat Aneisha yang saat itu sedang berusaha untuk turun dari ranjangnya dan terlihat pula jika dirinya saat itu sedang memegangi perutnya.Lim langsung masuk dan menghampiri Aneisha yang saat itu sedang duduk di tepi ranjangnya."Nyonya Muda Zu, kenapa denganmu?" Tanya Lim dengan menahan tubuhnya yang saat itu akan limbung."Ah sakit, kenapa tiba-tiba perutku metasakan keram seperti ini?" rintih Aneisha.Lim
Beberapa menit kemudian, Tuan Zu langsung terbangun dan bergegas melepaskan pakaian dan juga rompi anti peluru yang sudah dipakai sebelumnya. Ia dengan cepat membuang rompi anti peluru itu di sisi kanannya.Sekilas dia tampak shock tatkala jantungnya terhenti beberapa saat ketika peluru itu mengenai dadanya, beruntung saat itu dia memakai rompi anti peluru.Ia bergegas berdiri dan terkejut ketika melihat ayahnya kini sudah terbaring terkapar di sana. Tuan Zuan lalu marah kepada anak buahnya karena sedah melukai ayah kandungnya.Mereka tampak hanya terdiam saja. Tuan Zuan mendekat ke arahnya lalu dengan cepat memangku kepala ayahnya yang kini sudah terlihat mulai memucat."Panggilkan ambulance!" Teriak Tuan Zu.Anak buah Tuan Zu dengan cepat menelpon ambulance untuk segera datang ke TKP."Ayah, maafkan anak buahku, bertahanlah Ayah," ucap Tuan Zu seraya memegangi telapak tangan Tuan Chan yang semakin dingin."Maafkan aku, Nak. Aku sudah membuat kesalahan terbesar, aku bahkan membuat pu
Waktu berjalan begitu cepat, Tuan Zu akhirnya sudah bisa pulang, meskipun begitu kondisinya masih sangat lemah.Selama dia dirawat di rumah sakit, perhatian Aneisha semakin dia rasakan, ia lebih dekat dengan Aneisha dan perlahan-lahan Aneisha akhirnya mau menerima kehadiran dirinya. Sungguh ini adalah suatu kebahagiaan tersendiri."Kebahagiaan semakin dekat, Ana. Namun, aku harus menyelesaikan semuanya agar tak ada seseorang yang berniat untuk menyakiti dirimu." Tuan Zuan berkata dengan nada penuh kelembutan."Kau akan melakukan apa? Aku sangat mengkhawatirkan dirimu, Tuan," ucap Aneisha dengan wajah cemasnya."Aku baru mendapatkan sebuah kabar berita buruk dari anak buahku. Mereka sudah mendapatkan siapa dalang penyerangan atas dirimu," jawab Tuan Zu dengan mengeratkan kedua rahangnya dengan keras."Apa? Anak buahmu sudah tau siapa yang menjadi otak penyerangan di rumahku waktu itu?" "Iya, awalnya aku sangat terkejut mendengar anak buahku mengatakan nama itu. Namun, saat mereka membe
Beberapa waktu kemudian, akhirnya dokter berhasil mengeluarkan peluru yang bersarang di tubuh Tuan Zu, meskipun saat itu dilakukan tindakan operasi terlebih dahulu.Hati Aneisha mulai meluluh, tentu saja ini karena pengorbanan yang dilakukan oleh Tuan Zu kepada dirinya.Sementara itu, anak buah Tuan Zu bergerak untuk mencari tau siapa dalang dari semua itu. Ketika Aneisha mencurigai Xavier sebagai dalang semua ini, dengan cepat anak buah Tuan Zu akhirnya menyidiki tentang keterlibatan Tuan Xavier pada penyerangan malam itu. Namun, hasilnya nihil, Xavier ternyata tak terbukti dalam penyerangan ini. "Tuan Zuan, syukurlah saat ini kau baik-baik saja," tutur Aneisha ketika Tuan Zuan kini mulai tersadar.Tuan Zuan langsung tersenyum, dia tidak ingin jika Aneisha terlalu khawatir dengan dirinya."Aku baik-baik saja, kau tidak usah khawatir," balas Tuan Zu dengan tersenyum."Terima kasih karena kau sudah menolongku, aku tidak tau lagi jika kau tidak ada di sana untuk menolongku," ucap Aneish
Malam pun tiba, Tuan Zu yang kala itu tidak berada di rumah Aneisha membuat sang pelaku segera memulai aksinya, tanpa dia sadari bahwa sebenarnya Tuan Zu masih berada di sekitar rumah Aneisha untuk mengawasi keadaan sekita di sana.Saat malam sudah semakin larut, tiba-tiba Tuan Zu dikejutkan dengan langkah kaki seseorang yang saat itu terlihat sedang mengendap-endap masuk melewati pekarangan belakang rumah Aneisha.Kala itu, pengawal Tuan Zu yang sedang mengawasi di sisi pekarangan rumah Aneisha melihat seseorang yang mencurigakan masuk ke dalam rumahnya."Tetap awasi dari segala sisi rumahnya, aku akan segera masuk ke sana." Setelah Tuan Zu memberikan perintah kepada pengawalnya, segera Tuan Zu menuju ke dalam rumah Aneisha.Mengejutkan, ketika dia di dalam rumah Aneisha dia tidak menemukan seseorang di sana."Sialan, kemana perginya orang itu?" gumam Tuan Zu berdecak kesal.Tak ingin dirinya kecolongan, segera dia mencari orang itu di segala penjuru ruangan yang ada di dalam rumah
Tuan Zuan dan Aneisha terkejut ketika mendengar suara Zhian Lee tiba-tiba terdengar diantara pembicaraan mereka berdua.Keduanya tampak saling melempar pandangannya. Tuan Zuan mendekat ke arah anak kecil yang saat ini sedang menunggu jawaban kedua orang dewasa yang ada di depannya penuh harap.Tuan Zuan lalu berjongkok dan mensejajarkan tubuhnya dengan Zhian Lee yang saat ini sedang menatap dirinya penuh bahagia."Apa paman adalah ayahku? Kau ayahku?" Zhian Lee bertanya penuh dengan wajah penuh harap."Apa kau mau jika aku menjadi ayahmu?" tanya Tuan Zu kepada Zhian Lee.Zhian Lee menganggukkan kepalanya, wajahnya menggambarkan kebahagiaan ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Tuan Zu."Iya, aku sangat bahagia andai kau menjadi ayahku. Ayah Xavier sudah meninggalkan mommy dan aku, aku tidak lagi memiliki seorang ayah seperti teman-temanku, hiks," Zhian Lee berceloteh tentang kesedihan yang dia rasakan.Tuan Zuan terkejut mendengar celotehan putranya, nampak kesedihan yang dirasakan
Bulan berganti bulan, tak terasa kini perut Aneisha mulai membesar seiring dengan usia bulannya.Zhian tampak bahagia ketika mengetahui jika dia akan memiliki seorang adik tanpa mengerti situasi yang dihadapi oleh Mommynya."Mommy, kapan adikku akan keluar?" Tanya Zhian menatap wajah Aneisha dengan wajah gembira."Kurang empat bulan lagi, adikmu akan lahir, sayangilah dia," jawab Aneisha dengan tersenyum ke arahnya.Zhian Lee menganggukkan kepalanya. Dia mencium perut Aneisha dengan penuh kasih sayang."Aku akan memberitahukan kepada paman, jika aku akan memiliki seorang adik, tapi kapan aku bisa bertemu dengan paman Zu lagi?" batin Zhian Lee dalam hati.Setelah mereka mengobrol bersama, Zhian berpamitan kepada Aneisha untuk jalan-jalan ke area taman rumahnya.Zhian tampak murung dan selalu menatap pagar rumahnya, ia berharap saat ini Zuan akan datang menemui dirinya. Sudah hampir empat bulan Zhian Lee tak melihat batang hidungnya, bahkan Zuan tidak pernah menelepon dirinya lewat Aneis
Waktu cepat berlalu, setelah putranya sudah mulai membaik, Aneisha segera berpamitan kembali."Maaf, aku harus pulang. Terima kasih karena kau Sudah menolong putraku," pamit Aneisha."Kau tidak perlu berterima kasih kepadaku, ini semua kewajibanku sebagai seorang ayah. Ana, tak bisakah kau tinggal bersama denganku lagi? Kita akan bangun rumah tangga kita dari awal lagi," bujuk Tuan Zu menatap wajah Aneisha penuh harap.Aneisha memalingkan wajahnya, entah mengapa dirinya saat ini tak belum bisa melihat ketulusan Tuan Zu kepada dirinya."Tidak, aku tidak bisa tinggal di sini bersamamu, aku sudah menikah dengan Xavier," tolak Aneisha dengan tegas.Tuan Zu lalu menarik tangannya dan mendekatkan tubuhnya dengan tubuhnya hingga mengikis jarak diantara mereka."Tapi kau tidak mencintai Xavier, kau hanya mencintaiku, Ana," tutur Zuan menatap penuh wajah Aneisha."Apa maksudmu? Dari mana kau berpikir seperti itu? Dia lebih baik dirimu, Zuan," balas Aneisha menatap sinis wajah Tuan Zu.Tuan Zu
Jantung Tuan Zu langsung mencelos ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Zhian Lee.Wajahnya mulai gugup dan entah dia harus menjawab apa saat ini.Ketika dia sedang asyik mengobrol dengan putranya, tiba-tiba Tuan Zu dikejutkan dengan suara teriakan Aneisha yang saat itu tengah memanggil Zhian Lee.Saat ia melihat Zhian Lee bersama dengan Tuan Zu, dengan cepat Aneisha menarik putranya ke belakang."Jangan dekati putraku!" Ucap Aneisha dengan nada marah.Tuan Zu hanya menatap nyalang wajah Aneisha. Namun, tatapannya ini tidak bisa mengintimidasi Aneisha."Ana, maafkan aku, kami hanya mengobrol sebentar tadi," ucap Tuan Zu dengan nada rendah.Zhian Lee yang tak terima mamanya memarahi Zuan, dia pun melayangkan protes kepada Aneisha."Mommy, kenapa Mommy memarahi Paman? Paman tidak jahat, Mommy yang jahat," celoteh Zhian Lee lalu segera pergi.Bagaikan ditusuk pisau berkali-kali, Aneisha tampak sedih ketika sang putra kini sedang marah kepada dirinya, segera dia berlari mencari putrany
Baru sekian lama, akhirnya Xavier mengakui perasaannya. Di mulai cemburu kepada Aneisha.Sejak saat itu, Aneisha menghindari Tuan Zu ketika ada pertemuan.***Waktu belalu begitu cepat, sudah sebulan ini Aneisha mencari tau keberadaan Naima. Namun, kabar memilukan yang dia dapatkan. Naima telah meninggal dunia karena ditusuk oleh beberapa orang saat dia pulang ke rumahnya.Sedangkan Lim, tak ada kabarnya setelah dia diasingkan Tuan Zu ke kota lain. Desas-desusnya dia kini menjadi seorang gembel.Arsen, yang kini memiliki kekasih besar bernama Evelyn yang tak lain adalah adik dari Xavier. Hubungan mereka akhirnya merenggang ketika Arsen mengetahui hubungan Evelyn dengan kakak tirinya saat itu. Arsen marah dan memutuskan Evelyn ketika memergoki Evelyn menghubungi Tuan Zu.Sementara itu, Tuan Zu yang akhirnya mengetahui jika Lilian dibalik kepergian Aneisha dan mengkambing hitamkan banyak orang, membuat Tuan Zu sangat marah dan akhirnya memutuskan untuk menceraikan dirinya."Tak ku sangk