Tuan Zu cukup terkejut ketika mendengar Aneisha yang saat itu tengah mengigau."Ana, bukalah matamu Ana." Lirih Tuan Zu dengan mencium lembut keningnya."Ssss sakit, hiks." Runtih Aneisha dengan meronta-ronta.Tuan Zuan menatap dengan iba, ia terlihat sangat cemas ketika Aneisha sedang merintih kesakitan.Beberapa menit kemudian seorang Dokter perempuan datang ke rumah Tuan Zu, ia lalu segera diantarkan oleh pengawal Tuan Zu menuju ke kamarnya.TokTokTok"Tuan Zu, Dokter Eliza sudah datang." "Suruh dia masuk!" sahut Tuan Zu dari dalam kamarnya.Tak lama kemudian pengawal Tuan Zuan langsung membukakan pintu untuk Dokter Eliza."Silahkan masuk, Dokter Eliza." Ucap pengawal tersebut dengan membuka pintu kamar Tuan Zu."Terima kasih." Balas Dokter Eliza lalu masuk ke dalam kamar tersebut.Saat dia masuk ke dalam kamar itu, dia melihat Tuan Zu saat itu tengah dalan posisi berlutut dengan memegangi tangan Aneisha.Dokter Eliza sempat terpaku saat melihat Tuan Zuan terlihat bersedih saat
Dokter Eliza tampak terkejut ketika mendengar Arsen mengatakan itu kepadanya. Ia tak tau jika Arsen mengetahui apa yang dilakukan oleh Tuan Zuan kepada istrinya.Tak ingin ikut campur dengan masalah Tuan Zu, Eliza lebih memilih untuk diam dan tak menghiraukan apa yang dikatakan oleh Arsen."Maaf Arsen, itu bukan urusanku, aku pergi dulu." Pamit Dokter Eliza dengan bergegas berlalu dari hadapan Arsen."Kau menutupi semua kebusukan kakak tiriku karena kau adalah mantannya, apa kau tak kasihan melihat istrinya yang saat ini di siksa olehnya?" Arsen mencoba menghentikan langkah kaki Dokter Eliza.Dokter Eliza lalu menghentikan langkah kakinya dan kini menoleh ke arah Arsen."Lalu apa urusanku dengan apa yang dilakukan oleh kakak tirimu? Jika kau keberatan dengan apa yang dilakukan oleh kakakmu itu, sebaiknya kau sediri yang menghentikan perbuatannya yang selalu menyakiti istrinya."Arsen hanya terdiam ketika Eliza membalas ucapannya."Aku dipanggil ke sini hanya untuk memeriksa istrinya,
Naima mulai curiga ketika Aneisha muntah-muntah dan kini mendengar sendiri jika dirinya telat datang bulan."Lau telat datang bulan? Apa kau sudah memeriksakan dirimu, Nyonya Muda Zu?" Tanya Naima sembari menata riasan Aneisha.Aneisha merasa bingung dengan apa yang dikatakan oleh Naima kepadanya. Ia masih belum mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Naima kepadanya saat ini."Aku harus memeriksa untuk apa? Aku hanya sakit biasa," jawab Aneisha dengan wajah polosnya."Ya Tuhan, apa kau selama ini tidak berpikir bahwa kau ini adalah wanita bersuami Nyonya Muda Zu? Apa Tuan Zu tidak pernah menggauli dirimu?" tanya Naima dengan wajah kesalnya.Aneisha mulai tersipu malu ketika mendengar apa yang ditanyakan oleh Naima kepadanya saat ini."Apa maksudmu menanyakan itu? Apa kau tak lihat aku dibuat lemas oleh Tuan Zu saat dia menggempurku hampir tiap hari." Balas Aneisha dengan menyembunyikan wajahnya yang sudah memerah."Akupun sudah tau bukan, bahwa kau dan Tuan Zu sudah sering melakukan
Sebenarnya saat itu Aneisha ingin mengatakan kepada Tuan Zu tentang apa yang terjadi dengan dirinya saat itu. Namun ketika Aneisha ingin memberitahukan kepada Tuan Zuan, Naima sudah menyelat ucapannya."Sebenarnya saat ini aku ha ___" ucapan Aneisha terpotong."Dia hanya mengingat masa lalunya tadi, saat Tuan Zu memaksa dirinya menikah pertama kali." Naima menyela ucapan Aneisha.Aneisha lalu menoleh ke arah wajah Naima yang saat ini menatap wajahnya dengan nyalang. Aneisha lalu memalingkan wajahnya ketika Naima kini masih saja menatap dirinya."Tapi Tuan tidak usah khawatir, Nyonya Muda Zu hanya membagikan pengalaman yang tidak mengenakkan saat terjadi dengan dirinya waktu itu. Saat ini Nyonya Muda Zu sudah mulai menerima kehadiranmu, dan juga sudah mulai mencintaimu, Tuan. Bukan begitu, Nyonya Muda Zu? Kau mengatakan itu kepadaku tadi kepadaku." lanjut ucapan Naima.Aneisha yang saat itu mendengar apa yang dikatakan oleh Naima hanya bisa mengangguk dan membenarkan apa yang diceritak
Arsen tampak semakin murka ketika mendengar perkataan Naima.Ia mulai memaki-maki kakak tirinya di depan Naima hingga membuat Naima langsung menutup mulutnya dengan telapak tangannya."Tuan Muda Arsen, pelankan suaramu. Jika ada yang mendengar dirimu kali ini, maka semuanya akan habis. Tuan Zuan bukam tidak menginginkan anak dari Nyonya Muda Aneisha, dia tentu memikirkan keselamatan Nyonya Muda Zu. Bagaimana jika saat ini dia masih belum mendapatkan tempat persembunyian yang aman dari para musuh yang sudah siap untuk melakukan penyerangan dan menghabisi mantan kekasihmu itu karena sudah mengandung benih dari Tuan Zu. Pikirkan itu, Tuan Muda Arsen." Tutur Naima dengan mengelus punggung Arsen.Arsen terdiam dan kini menatap wajah Naima dengan tatapan nanar.Ia benar-benar frustasi memikirkan ini, meskipun saat ini Aneisha sudah menjadi tanggung jawab Tuan Zu dan percaya jika Tuan Zuan bisa melindungi dirinya. Namun, dia tetap tidak tenang mengingat musuh Tuan Zu bukan sembarang musuh, m
Tuan Zuan dan Aneisha kini sudah berada di depan parkiran rumah sakit.Tuan Zuan langsung membawa Aneisha untuk menemui Dokter spesialis kelamin untuk memeriksa area kewanitaan Aneisha yang saat ini ia rasakan begitu sakit dan perih setelah malam kemarin Tuan Zu memaksa miliknya masuk ke dalam rahimnya dengan kasar."Ada sedikit luka sobekan di dalam alat kel*minnya, sebaiknya jangan melakukan hubungan suami istri terlebih dahulu agar tidak terjadi luka di area kewanitaannya. Perlu diketahui, bahwa berhubungan suami istri dengan paksaan akan membuat trauma tersendiri pada pasangan Tuan Zu. Sebaiknya Tuan Zu juga memeriksakan kondisi istri anda dan konsultasi kepada dokter kandungan jika istri Tuan Zuan masih mengalami kondisi Vagisnismus di mana istrimu masih trauma dan menolak untuk melakukan hubungan suami istri." Tutur Dokter dengan mencatat sebuah resep untuk Aneisha."Apakah itu bisa disembuhkan?" tanya Tuan Zu dengan perasaan cemas dan rasa bersalah."Tentu saja bisa disembuhkan
Aneisha langsung tersungkur ketika Lilian sudah menampar wajahnya dengan cukup keras di pipinya."Kau berani menamparku? Dasar kau wanita tak tau diri, hanya karena kau sudah menjadi kesayangan dari Tuan Zu, kau mulai berani denganku, hah?" Ucap Lilian marah dengan menjambak rambut Aneisha dengan keras."Sss-sakit." Erang Aneisha dengan memegangi rambutnya yang ditarik Lilian dengan keras."Jenny, ambil gunting!" perintah Lilian dnsgaw marahnya Jenny lalu datang membawa gunting dan memberikan kepada Lilian.Dengan tersenyum culas, Lilian langsung memotong rambut Aneisha tak beraturan.Aneisha meronta dan meminta Lilian untuk menghentikan dirinya untuk tidak memotong rambutnya."Jangan gunting rambutku! Aku mohon," mohon Aneisha dengan menangis."Rasakan pembalasanku, kau harus merasakan seperti apa yang aku rasakan saat ini," ucap Lilian dengan nada marahnya.Lilian memangkas rambut Aneisha hingga pendek lalu dia membiarkannya meringkuk menangis di atas lantai.Setelah itu, Lilian da
Tuan Zu menggebrak mejanya ketika dia mengetahui jika ada penyusup yang saat ini sudah membawa ganja dan obat-obatan terlarang dari markasnya."Katakan siapa yang membawa barang-barangku saat ini?" tanya Tuan Zu dengan menatap nyalang wajah anak buahnya yang kini tengah tertunduk ketakutan."Maaf Tuan Zu, kami tidak menemukan seseorang yang ada di cctv ketika kami melihat rekaman cctv di sana.""Lalu apa yang kalian lakukan saat itu? Kalian tidak menjaga markasku dengan baik, apa salah satu penyusup itu adalah kalian? Jawab!" Tuduh Tuan Zu dengan menggebrak mejanya.Mereka langsung terlihat ketakutan ketika Tuan Zuan menagatakan bahwa salah satu dari mereka adalah penyusup itu."Maafkan kami Tuan Zu, kami telah lalai saat itu, tapi percayalah bahwa kami bukanlah penyusup itu, Tuan Zu," jawab anak buah Tuan Zu dengan berusaha meyakinkan Tuan Zu."Kalian tidak perlu meyakinkan diriku, aku akan mencari tau siapa yang saat ini sedang bermain di belakangku, aku akan membuatnya tak akan bis