Vino yang mendapatkan pertanyaan itu dari ayahnya pun kaget, ingin menjawab tapi rasanya lidahnya kaku dan juga kelu. tak ada yang bisa keluar dari mulutnya, bungkam namun dirinya juga gelisah. takut sang ayah murka. "Vino? kenapa diam? apakah yang ditanyakan sama papah itu bener? dan alasannya kenapa, Vin?" berondong Rama, sebenarnya tanpa bertanya pun dia sudah tau jawabannya, hanya saja ia ingin mendengar langsung jawaban dari putranya itu. "Nggak kok, Pah. meski Vino gak kenal sama Dea, tapi Vino mencoba menjadi suami yang baik buat dia, meski itu sulit." elak Vino, ia tau berbohong adalah hal yang termasuk dosa besar, apalagi terhadap orang tuanya sendiri. tapi, ia juga tidak mau ambil resiko jika ia mengatakan hal yang sebenarnya. ia akui jika dirinya adalah seorang pengecut, tapi asal kalian tau siapapun yang berada di posisi Vino dengan pengetahuan agama yang minim, pasti akan melakukan hal yang serupa. Vino berusaha menyakinkan ayahnya agar sang ayah percaya dengan apa yang
Meski tidak dihargai oleh suaminya, tetapi Dea selalu merawat dan juga melayani suaminya dengan baik. apalagi, suaminya masih belum bisa berdiri. dengan sabar, Dea selalu membantu apa yang tidak bisa dilakukan oleh Vino, suaminya sendiri yang tidak menganggap dirinya. "Tuan, mau ini?" tanya Dea ragu, ia bisa melihat jika suaminya itu menginginkannya, tetapi terlihat gengsi. mungkin karena itu buatan dirinya dan malu untuk meminta. "Emang itu, apa?" tanya Vino dengan nada dingin. ia sebenarnya tidak ingin berbicara dengan wanita itu. gara gara kekasihnya, ia jadi membenci semua wanita. Vino selalu berpikir jika semua wanita itu sama. mereka hanya mengincar harta saja, tidak tulus dalam menjalani hubungan. dan ia juga merasa jika Dea melakukan hal yang sama, wanita itu pasti akan pergi meninggalkan dirinya ketika sudah mendapatkan apa yang dia inginkan. "Coklat susu. mau?" tawar Dea kembali."Ini enak loh tuan, ini buatan saya sendiri loh." Vino memandang wajah istrinya yang nampak ca
Dea kembali bekerja seperti biasa, karena memang diizinkan oleh Vino. sebelum berangkat bekerja, Dea tak lupa dengan apa yang sudah menjadi tugasnya sebagai seorang istri yang baik yaitu melayani suaminya, meski Dea sadar dirinya hanya istri sementaranya dan itupun tidak dianggap oleh suaminya. Dea melakukan itu bukan tanpa alasan, Dea hanya ingin menjadi istri yang baik, meski pernikahan mereka hanya beberapa bulan saja. dan kini, Dea tinggal menunggu dua bulan lagi dan akan berhenti status menjadi seorang janda muda. Dea juga takut jika dirinya tidak melayani suaminya, maka ia akan mendapatkan murka dari Sang Maha Kuasa sebagaimana itu yang ia tau dari beberapa pemuka agama yang sering ia dengar. Sejak dulu, Dea memang suka ikut kajian yang diadakan di kampungnya.Setelah semuanya selesai, Dea pamitan kepada sang suami meski tidak direspon baik oleh suaminya. "Tuan, Dea pamit mau berangkat kerja ya." pamit Dea sopan. meski dirinya sadar bahwa sampai kapan pun, ia tidak akan diha
"Saya terima nikah dan kawinnya Madea Quenza Syakira binti bapak Abdul Rahman dengan maskawin tersebut dibayar tunai!!""Bagaimana para saksi?" "Sah!!"Air mata Madea atau gadis belia yang kerap disapa Dea itu mengalir begitu saja. Ia tak menyangka jika jalan hidupnya akan seperti ini, menikah dengan sosok pria asing dan yang lebih parahnya lagi pria itu duduk di kursi roda.Namun, Dea sendiri tidak bisa berbuat sesuatu, hidupnya dan keluarganya akan terancam jika dirinya menolak pernikahan dadakan tersebut, Karena kecerobohannya yang tak sengaja menabrak seorang ibu ibu paruh baya yang berdiri ditengah jalan, hingga dirinya terjebak pernikahan kontrak dengan anak orang kaya.Sebenarnya, Dea sudah beberapa kali menolak untuk menjadi mempelai wanita pengganti untuk putra dari ibu yang ia tabrak, namun karena sebuah ancaman itu membuat dirinya tidak bisa berbuat apa-apa, pun dengan keluarganya. Mereka semua pasrah, karena memang nama keluarga Mahendra bukan Keluarga sembarangan. Bisa
Mendengar suara mengaji di masjid, Dea gegas bangun dan mengambil air wudhu, ia melakukan ibadah sunnah malam seperti biasanya. gadis cantik yang kini sudah menjadi istri seorang pria kaya nan tampan itu mengadukan nasibnya di hadapan Sang Ilahi."Ya Allah hamba sangat tidak tau dengan jalan takdir yang hamba jalani ini. semoga aja Engkau selalu meridhoi langkahku ya Allah." tangis Dea pecah. semalaman ia tidak bisa tidur, ia meringkuk di atas lantai yang hanya di lapisi alas tipis dan dengan sebuah selimut yang ia bawa dari rumahnya. pernikahan dadakan itu membuat hidup dirinya jungkir balik.Dea adalah seorang lulusan sarjana di bidang pendidikan, dan ia baru memulai mengajar di sebuah sekolah dasar yang ada di kota ini dan baru berjalan selama dua bulan ini. ia juga memiliki usaha kue sendiri yang sudah memiliki dua karyawan. ayahnya yang seorang dosen dan ibunya yang seorang bidan di puskesmas daerah deket rumahnya dan kakaknya yang menjadi seorang abdi negara. keluarga Dea terbil
Dea masih berada di dalam kamarnya, sedang mengemas barang miliknya dan milik vino. Karena hari ini, mereka akan pindah ke apartemen."Cepetan!! Saya gak punya banyak waktu untuk menunggumu!!" bentak Vino membuat Dea telonjak kaget."Iya, tuan, maaf." ucapnya tertunduk lesu, masih pagi aja udah kena bentakan. Bagaimana nanti kalau hidup di apartemen berdua. Pastinya banyak siksaan, hinaan dan sebagainya yang dia dapatkan.Dea pun menarik dia koper besar dan mendorong kursi roda suaminya." Ingat jangan perlihatkan kalau pernikahan ini hanya manipulasi, senyum semanis mungkin." bisik vino saat mereka memasuki lift."Iya, tuan." angguk Dea. Ia tidak melawan juga tidak bisa membantah.Sampai di bawah, ada orang tua Vino di sana. Nampak keduanya itu menatap sendu ke arah vino dan juga Dea. Sebenarnya mereka menginginkan keduanya untuk tinggal di sini, hanya saja vino membantah dan beralasan dirinya ingin belajar mencintai Dea. Dengan adanya mereka di apartemen memungkinkan keduanya akan ce
Mendapatkan tamparan keras dua kali dari wanita di hadapannya itu, membuat Dea hanya bisa meringis, meratapi nasibnya. Percuma melawan, pastinya dirinya akan kalah. Apalagi suaminya itu sama sekali tidak peduli dengan dirinya. Bahkan mungkin jika dirinya pergi meninggalkan dunia ini pun, ia akan baik baik aja. Dan mungkin akan bahagia."Awsss." ringis Dea pelan. "Kenapa? Sakit ya? Makanya kalau ngomong itu dijaga!! Jangan asal ngomong buruk sama gue, Lo tau kan kalau level lo sama gue itu beda!! Lo itu cuma gadis miskin yang tiba tiba menklah dengan anak konglomerat!! Dan gue bisa jamin, kalah pernikahan lo itu tidak akan lama. Mana mungkin seroang Vino mau sama Lo yang kaya gembel itu!!" ejek Melda tanpa perasaan. Dea menangis dalam diam, rasanya tak sanggup mendengar hinaan dari mulut wanita busuk di depannya itu. Mulut pedas mirip dengan boncabe."Saya tau itu mbak, tapi atas mohon jangan pernah rendahkan saya. Saya juga tidak mau menikah dengan tuan vino, tapi saya juga tidak bis
Keesokan harinya, Dea meminta izin suaminya untuk berkunjung ke rumah orang tuanya. Meski belum ada satu mingguan ia meninggalkan orang tuanya, tapi, Dea sudah dilanda rasa rindu yang menggebu. "Baik, tapi kamu tidak lupa jalan pulang, kan?" Dea menganggukan kepalanya lemah."Iya, tuan. saya tau jalan pulang kok. Dan saya juga tidak akan kabur sebelum masa kontrak saya habis." balas Dea yang seakan tau apa yang dipikirkan oleh suaminya itu."Bagus, kalau kamu paham akan hal itu. Jangan coba coba kabur, atau kamu dan keluargamu akan tau akibatnya!!"ancam Vino. Dia emang manusia yang tidak memiliki belas kasihan, padahal wanita di hadapannya adalah istrinya sendiri. Tapi, entahlah mungkin rasa kasihan vino sudah hilang ditelan bumi. Dea tersenyum dan langsung pergi begitu saja, karena ia tau suaminya tidak mau disentuh olehnya. Dea memilih naik taksi untuk menuju ke rumahnya. "Duh, rasanya udah gak sabar bust ketemu sama bapak, ibu dan juga kakak.' * * * Dea turun dari taksi terse
Dea kembali bekerja seperti biasa, karena memang diizinkan oleh Vino. sebelum berangkat bekerja, Dea tak lupa dengan apa yang sudah menjadi tugasnya sebagai seorang istri yang baik yaitu melayani suaminya, meski Dea sadar dirinya hanya istri sementaranya dan itupun tidak dianggap oleh suaminya. Dea melakukan itu bukan tanpa alasan, Dea hanya ingin menjadi istri yang baik, meski pernikahan mereka hanya beberapa bulan saja. dan kini, Dea tinggal menunggu dua bulan lagi dan akan berhenti status menjadi seorang janda muda. Dea juga takut jika dirinya tidak melayani suaminya, maka ia akan mendapatkan murka dari Sang Maha Kuasa sebagaimana itu yang ia tau dari beberapa pemuka agama yang sering ia dengar. Sejak dulu, Dea memang suka ikut kajian yang diadakan di kampungnya.Setelah semuanya selesai, Dea pamitan kepada sang suami meski tidak direspon baik oleh suaminya. "Tuan, Dea pamit mau berangkat kerja ya." pamit Dea sopan. meski dirinya sadar bahwa sampai kapan pun, ia tidak akan diha
Meski tidak dihargai oleh suaminya, tetapi Dea selalu merawat dan juga melayani suaminya dengan baik. apalagi, suaminya masih belum bisa berdiri. dengan sabar, Dea selalu membantu apa yang tidak bisa dilakukan oleh Vino, suaminya sendiri yang tidak menganggap dirinya. "Tuan, mau ini?" tanya Dea ragu, ia bisa melihat jika suaminya itu menginginkannya, tetapi terlihat gengsi. mungkin karena itu buatan dirinya dan malu untuk meminta. "Emang itu, apa?" tanya Vino dengan nada dingin. ia sebenarnya tidak ingin berbicara dengan wanita itu. gara gara kekasihnya, ia jadi membenci semua wanita. Vino selalu berpikir jika semua wanita itu sama. mereka hanya mengincar harta saja, tidak tulus dalam menjalani hubungan. dan ia juga merasa jika Dea melakukan hal yang sama, wanita itu pasti akan pergi meninggalkan dirinya ketika sudah mendapatkan apa yang dia inginkan. "Coklat susu. mau?" tawar Dea kembali."Ini enak loh tuan, ini buatan saya sendiri loh." Vino memandang wajah istrinya yang nampak ca
Vino yang mendapatkan pertanyaan itu dari ayahnya pun kaget, ingin menjawab tapi rasanya lidahnya kaku dan juga kelu. tak ada yang bisa keluar dari mulutnya, bungkam namun dirinya juga gelisah. takut sang ayah murka. "Vino? kenapa diam? apakah yang ditanyakan sama papah itu bener? dan alasannya kenapa, Vin?" berondong Rama, sebenarnya tanpa bertanya pun dia sudah tau jawabannya, hanya saja ia ingin mendengar langsung jawaban dari putranya itu. "Nggak kok, Pah. meski Vino gak kenal sama Dea, tapi Vino mencoba menjadi suami yang baik buat dia, meski itu sulit." elak Vino, ia tau berbohong adalah hal yang termasuk dosa besar, apalagi terhadap orang tuanya sendiri. tapi, ia juga tidak mau ambil resiko jika ia mengatakan hal yang sebenarnya. ia akui jika dirinya adalah seorang pengecut, tapi asal kalian tau siapapun yang berada di posisi Vino dengan pengetahuan agama yang minim, pasti akan melakukan hal yang serupa. Vino berusaha menyakinkan ayahnya agar sang ayah percaya dengan apa yang
Hari ini, Dea menghabiskan waktunya di appartemen bersam suaminya, Dea membersihkan semua ruangan appartemen sendirian tanpa dibantu oleh art yang sudah ditumjuk oleh ibu mertuanya.Semua Dea lakukan dengan ikhlas, suaminya benar,di sini diriya hanya numpang. dan ia tidak boleh tinggal di sini secara cuma cuma, ia sadar, ia hanyalah istri dadakan yang kapan saja bisa dibuang. karena dia bukanlah wanita yang diinginkan oleh suaminya."Huftttt bosan sekali sih di sini, mau keluar, tapi dilarang sama manusia es itu!!" gumam Dea dengan rasa kesal.Andai ia tidak ceroboh, mungkin saat ini ia masih lajang, bebas kee mana aja dan tidak bertemu dengan orang orang toxic.Namun, Dea ssadar bahwwa apa yang menimpanya itu semua sudah menjadi bagian dari takdir, dan ia harus menerimanya dengan lapang dada.* * *Rama dan Andin menuruni mobilnya. mereka hati ini datang ke apartemen anak dan juga menantunya. baik Rama dan Andin khawatir sikap anaknya yang tidak baik terhadap menantunya. karena mereka
"Kenapa,Vin? bukannya benarkan apa yang gue katakan, kalau itu itu istri yang tak berguna dan tidak ada bagus bagusnya?" sela Melda tanpa rasa takut. Vino yang geram pun menatap tajam wajah keduanya."Lo, bias diam gak, sih?" tunjuk Vino dengan marah. Vino langsung mendorong kursi rodanya menggunakan kedua tangannya dengan amarah yang membara.Sementara di luar, Dea langsung masuk ke dalam kamar. sedangkan Melda tersenyum menyeringai. ia akan terus menghancurkan rumah tangga mereka. karena ia ingin memiliki Vino seutuhnya. Tapi, sebelum itu, ia akan membuat drama yang membuat dirinya bahagia. "Gue, bakalan lakuin apa aja asal Vino menjadi suamiku. karena hanya gue yang pantas mendapatkan cintanya, bukan gadis kampung, dan bukan yang lain juga!!" tandas Melda penuh ambisi. * * * Keesokan harinya, Dea menyiapkan semua makanan untuk sarapan pagi, memasak, menyapu dan mencuci baju dengan tangannya sendiri. Di sini, ia hidup layaknya pembantu. bukan istri yang selalu diratukan oleh su
Keesokan harinya, Dea meminta izin suaminya untuk berkunjung ke rumah orang tuanya. Meski belum ada satu mingguan ia meninggalkan orang tuanya, tapi, Dea sudah dilanda rasa rindu yang menggebu. "Baik, tapi kamu tidak lupa jalan pulang, kan?" Dea menganggukan kepalanya lemah."Iya, tuan. saya tau jalan pulang kok. Dan saya juga tidak akan kabur sebelum masa kontrak saya habis." balas Dea yang seakan tau apa yang dipikirkan oleh suaminya itu."Bagus, kalau kamu paham akan hal itu. Jangan coba coba kabur, atau kamu dan keluargamu akan tau akibatnya!!"ancam Vino. Dia emang manusia yang tidak memiliki belas kasihan, padahal wanita di hadapannya adalah istrinya sendiri. Tapi, entahlah mungkin rasa kasihan vino sudah hilang ditelan bumi. Dea tersenyum dan langsung pergi begitu saja, karena ia tau suaminya tidak mau disentuh olehnya. Dea memilih naik taksi untuk menuju ke rumahnya. "Duh, rasanya udah gak sabar bust ketemu sama bapak, ibu dan juga kakak.' * * * Dea turun dari taksi terse
Mendapatkan tamparan keras dua kali dari wanita di hadapannya itu, membuat Dea hanya bisa meringis, meratapi nasibnya. Percuma melawan, pastinya dirinya akan kalah. Apalagi suaminya itu sama sekali tidak peduli dengan dirinya. Bahkan mungkin jika dirinya pergi meninggalkan dunia ini pun, ia akan baik baik aja. Dan mungkin akan bahagia."Awsss." ringis Dea pelan. "Kenapa? Sakit ya? Makanya kalau ngomong itu dijaga!! Jangan asal ngomong buruk sama gue, Lo tau kan kalau level lo sama gue itu beda!! Lo itu cuma gadis miskin yang tiba tiba menklah dengan anak konglomerat!! Dan gue bisa jamin, kalah pernikahan lo itu tidak akan lama. Mana mungkin seroang Vino mau sama Lo yang kaya gembel itu!!" ejek Melda tanpa perasaan. Dea menangis dalam diam, rasanya tak sanggup mendengar hinaan dari mulut wanita busuk di depannya itu. Mulut pedas mirip dengan boncabe."Saya tau itu mbak, tapi atas mohon jangan pernah rendahkan saya. Saya juga tidak mau menikah dengan tuan vino, tapi saya juga tidak bis
Dea masih berada di dalam kamarnya, sedang mengemas barang miliknya dan milik vino. Karena hari ini, mereka akan pindah ke apartemen."Cepetan!! Saya gak punya banyak waktu untuk menunggumu!!" bentak Vino membuat Dea telonjak kaget."Iya, tuan, maaf." ucapnya tertunduk lesu, masih pagi aja udah kena bentakan. Bagaimana nanti kalau hidup di apartemen berdua. Pastinya banyak siksaan, hinaan dan sebagainya yang dia dapatkan.Dea pun menarik dia koper besar dan mendorong kursi roda suaminya." Ingat jangan perlihatkan kalau pernikahan ini hanya manipulasi, senyum semanis mungkin." bisik vino saat mereka memasuki lift."Iya, tuan." angguk Dea. Ia tidak melawan juga tidak bisa membantah.Sampai di bawah, ada orang tua Vino di sana. Nampak keduanya itu menatap sendu ke arah vino dan juga Dea. Sebenarnya mereka menginginkan keduanya untuk tinggal di sini, hanya saja vino membantah dan beralasan dirinya ingin belajar mencintai Dea. Dengan adanya mereka di apartemen memungkinkan keduanya akan ce
Mendengar suara mengaji di masjid, Dea gegas bangun dan mengambil air wudhu, ia melakukan ibadah sunnah malam seperti biasanya. gadis cantik yang kini sudah menjadi istri seorang pria kaya nan tampan itu mengadukan nasibnya di hadapan Sang Ilahi."Ya Allah hamba sangat tidak tau dengan jalan takdir yang hamba jalani ini. semoga aja Engkau selalu meridhoi langkahku ya Allah." tangis Dea pecah. semalaman ia tidak bisa tidur, ia meringkuk di atas lantai yang hanya di lapisi alas tipis dan dengan sebuah selimut yang ia bawa dari rumahnya. pernikahan dadakan itu membuat hidup dirinya jungkir balik.Dea adalah seorang lulusan sarjana di bidang pendidikan, dan ia baru memulai mengajar di sebuah sekolah dasar yang ada di kota ini dan baru berjalan selama dua bulan ini. ia juga memiliki usaha kue sendiri yang sudah memiliki dua karyawan. ayahnya yang seorang dosen dan ibunya yang seorang bidan di puskesmas daerah deket rumahnya dan kakaknya yang menjadi seorang abdi negara. keluarga Dea terbil