Mendengar suara mengaji di masjid, Dea gegas bangun dan mengambil air wudhu, ia melakukan ibadah sunnah malam seperti biasanya. gadis cantik yang kini sudah menjadi istri seorang pria kaya nan tampan itu mengadukan nasibnya di hadapan Sang Ilahi.
"Ya Allah hamba sangat tidak tau dengan jalan takdir yang hamba jalani ini. semoga aja Engkau selalu meridhoi langkahku ya Allah." tangis Dea pecah. semalaman ia tidak bisa tidur, ia meringkuk di atas lantai yang hanya di lapisi alas tipis dan dengan sebuah selimut yang ia bawa dari rumahnya. pernikahan dadakan itu membuat hidup dirinya jungkir balik.Dea adalah seorang lulusan sarjana di bidang pendidikan, dan ia baru memulai mengajar di sebuah sekolah dasar yang ada di kota ini dan baru berjalan selama dua bulan ini. ia juga memiliki usaha kue sendiri yang sudah memiliki dua karyawan. ayahnya yang seorang dosen dan ibunya yang seorang bidan di puskesmas daerah deket rumahnya dan kakaknya yang menjadi seorang abdi negara. keluarga Dea terbilang keluarga yang cukup dan tidak kekurangan. kasih sayang keluarganya melimpah begitu saja. mereka selalu mengajarkan kebaikan kepada kedua anaknya, Dea dan juga kakaknya yang bernama Afaan Ardian Syahputra.Sambil menunggu waktu subuh tiba, Dea menyempatkan dirinya untuk membaca Al Qur'an."Bismillahirrahmanirrahim." Suara Dea terdengar jelas di telinga sosok pria yang berada di atas ranjang dengan memeluk guling dan juga dalam balutan selimut yang begitu tebal.Dia Marvino Edgar Mahendra, sosok pria yang sudah menjadi suami Dea secara hukum dan negara. namun, nyatanya pria itu sama sekali tidak menganggap pernikahan itu ada. dan hanya sebuah permainan yang bisa kapan saja dibuang.Ia tidak mencintai wanita itu, ia membencinya. padahal di sini Dea tidak salah, secara tidak langsung Dea menyelamatkan nama baik keluarganya, namun Vino yang sakit hati dengan calon istrinya itu pun memupuk dendam pada semua wanita. menganggap bahwa semua wanita itu sama saja, hanya mau uang dan tampang yang sempurna.pria itu membuka matanya dan menutup telinganya, merasa terganggu dengan suara lembut Dea."Berisik!!" bentaknya dengan nada yang begitu tinggi.Dea yang memang sedang fokus dan khusuk membaca Al Qur'an pun telonjak kaget, bahkan Al Qur'an yang ada di tangannya itu pun terjatuh."Astaghfirullah'aladzim." Buru buru Dea mengambil Al Qur'an yang sempat terjatuh di depannya itu karena dirinya. lalu, menciumnya dengan begitu takdim, seakan Al Qur'an adalah benda yang paling berharga baginya."Kamu itu di sini itu numpang, jadi jangan seenaknya saja kamu berisik jam segini!! jangan mentang-mentang kamu itu dianggap sama papa dan juga mama aku. kamu bisa seenaknya saja di sinii. sampai kapanpun kamu di sini akan menjadi BABUKU!!"Dea gelagapan sendiri, ia hanya mengangguk dan mengucapkan kata maaf yang terdengar lirih. ia menyimpan Al Qur'annya di depan dadanya, sebagai penguat untuk dirinya.Vino kembali tidur dan memejamkan matanya. air mata Dea mengalir begitu saja tanpa bisa dicegah. pagi segini dirinya udah kena omel suaminya. lalu, bagaimana hari hari berikutnya ia berada di sini? apa ia akan sanggup terus berada di dalam sangkar emas ini?"Aku bisa apa, aku tau Keluargku emang bukan keluarga kaya raya seperti tuan vino ini, tapi apa salah jika aku ingin bahagia? ternyata tidak semua orang kaya itu memiliki hati yang kaya juga ya, dari sini aku banyak tau. aku bersyukur dari dulu memiliki keluarga yang baik sama aku, tidak kekurangan kasih sayang dan selalu menghormati yang lain." ucapnya menangis dalam diam.* * * * *Di bawah, Dea berusaha membantu pada pekerja yang ada di sini untuk menyiapkan sarapan di pagi hari. ia tidak mau dianggap menantu yang tidak tau diri. meski dirinya sadar akan dirinya itu siapa. tapi, ia akan memberikan kesan yang baik sebelum dirinya benar benar pergi menjauh dari keluarga ini. entah tuh kapan, yang pasti ia akan melakukan itu.Lagian vino juga sangat membencinya bukan? dan ia sadar jika dirinya hanya pengantin pengganti dan pernikahan ini akan berjalan selama beberapa bulan saja. cepat atau lambat, maka perceraian itu akan terjadi."Jangan non, nanti kami dimarahi lagi sama nyonya besar." ucap salah satu pelayan yang ada di sini, ia takut dengan nyonya besarnya akan marah karena membiarkan menantunya itu ikut masak dengan dirinya."Tidak apa apa bi, lagian kan saya juga nganggur. dan nanti saya akan izin sana nyonya."Pada pelayan pun hanya bisa pasrah dan angka kaget dengan panggilan nona mudanya itu kepada majikan besarnya.* * * * *"Kok sarapan pagi ini kaya beda dari biasanya ya, mah." ungkap Rama, Ayah dari vino yang merasakan kalau makanan pagi ini terasa beda dan sangat enak dari biasanya."Jelas beda, kan yang masak hari ini itu menantu baru kita, pah." sahut Andin nampak begitu senang. Dea hanya bisa diam.Prang!!Tiba tiba saja, vino membuang makanan yang ada di depannya itu, Dea meremat tangannya di bawah meja. ia tau, pasti suaminya itu tak ajak masakan dirinya.Vino melotot tajam ke arah Dea dengan tatapan yang begitu menghunus. seakan dirinya hendak memakan Dea hidup hidup."Kamu kenapa nak? apa kamu sakit?" tanya Andin panik, ia tidak tau saja kalau anaknya itu sangat membenci wanita yang dijadikan istrinya itu."Gak selara makan!! makanannya asin, gak enak!!" jawabnya dengan kesal, lalu mendorong kursi rodanya dengan tangannya sendiri.Melda yang melihat itu tersenyum penuh arti. menatap wajah Dea yang sendu dan menunduk membuat dirinya senang dan puas. lihat aja nanti, ini baru permulaan."Vino!!" teriak Andin, namun tidak membuat vino itu menoleh dan dengan segera ia masuk ke dalam lift yang ada di dalam rumahnya."Dasar anak itu!!" geram Andin yang tidak suka dengan sikap Vino seperti ini. dulunya vino adalah anak yang penurut dan baik, selalu menghormati orang lain, tapi semenjak kenal dengan Stela mantan kekasihnya itu membuat diri Vino semakin berubah, dan puncaknya saat dirinya gagal menikah dengan Stela dan berakhir menikah dengan wanita yang sama sekali bukan tipennya. wanita asing yang tiba tiba saja masuk ke dalam rumahnya dengan mudah."Biarlah, mah. nanti papah akan ngomong sama anak itu. dia itu Dyah keterlaluan!!" sela Rama yang sama dengan istrinya, sangat tidak suka dengan perubahan sikap putranya itu. padahal selama ini, vino ia didik menjadi lelaki yang baik."Dea, maafin sikap Vino ya. dia emang gitu, tapi aslinya dia baik kok." ucap Andin, berharap menantunya itu mengerti."Iya, nyonya makasih." balas Dea seadanya."Kok panggilnya nyonya sih? mamah dong, kan kamu udah nikah sama vino anak mama. jadi, jangan panggil itu ya. panggil mamah aja pokoknya!!" ucap Andin tak mau dibantah. sedangkan Dea hanya bisa mengangguk saja. tak tau saja kalau vino tau, pastinya ia akan kena hukuman.* * * * *Dea masuk ke dalam kamarnya, ia duduk di lantai yang dingin dengan meringkuk, tangan yang ia jadikan sebagai bantal dan memeluk boneka Doraemon kesayangannya."Heh!! kamu enak enak ya di sini!! kamu gak lupakan sama apa yang sudah saya omongkan sama kamu! dan ini kamu baca dan pahami , dan satu lagi jangan lupa kamu tanda tangan di bawahnya!!" perintahnya dengan memberikan sebuah kertas dan juga pena berwarna hitam di tangannya.Dea menerimanya dengan tangan yang gemetar. Dea membacanya dengan seksama. ia pahami semua isinya dan mulai menandatanganinya tanpa protes. terlalu lelah dan malas meladeni manusia seperti suaminya itu."Ini tuan." ucapnya dengan menyerahkan kertas tersebut.Vino tersenyum puas dan langsung mencabut kertas itu dari tangan Dea dengan kasar, lalu memberikan penanya yang habis dipegang Dea dengan wajah yang nampak jijik."Penanya buat kamu karena udah kena tangan kamu. saya paling jijik jika bekas orang lain dan itu kamu!!" ucapnya tanpa perasaan.Dea hanya mengangguk dan menerima pena itu, luamyan gratis buat ngajar di sekolah nanti."Makasih, tuan." Dea sama sekali tidak merasa terhina.Vino tersenyum remeh." Dan ingat pernikahan ini hanya akan berjalan selama enam bulan dan besok saya akan ajak kamu ke apartemen, kita tinggal di sana biar tidak ada yang curiga dan kamu di sana bakalan jadi pembantu. tenang saja saya akan membayar gaji besar untuk kamu sesuai yang tertulis di kertas tadi."Dea tersenyum dan mengangguk. tak pernah menyangka jika dirinya akan menikah dengan sosok pria yang arogan, tidak mempunyai belas kasih sama sekali. apa dia itu titisan iblis yang berbentuk manusia?"Tuan, saya masih boleh mengajar dan ke toko kue saya kan?""Terserah kamu dan itu bukan urusan saya. yang penting kamu tidak lupa sama tugas kamu dan jangan pernah kamu malu maluin Keluarga saya!!" tegasnya, lalu berlalu dari hadapan Dea."Baik."Vino berada di balkon kamarnya. ia mengambil ponselnya yang masih ada foto mantan kekasihnya yang tega meninggalkan dirinya karena dirinya lumpuh pasca kecelakaan."Kamu tega Stela!! dengan apa yang sudah saya berikan kepada kamu, dan ini balasan dari semuanya? bodohnya aku telah mencintai wanita sepicik kamu. dan semua wanita itu sama aja. mau dengan seorang lelaki hanya karena hartanya saja."gumamnya dengan sorot mata yang begitu tajam. ia juga menganggap semua wanita itu sama seperti mantan kekasihnya itu. padahal tidak semua wanita itu sama. mereka memiliki sifat dan kepribadian masing-masing.* * *Dea masih berada di dalam kamarnya, sedang mengemas barang miliknya dan milik vino. Karena hari ini, mereka akan pindah ke apartemen."Cepetan!! Saya gak punya banyak waktu untuk menunggumu!!" bentak Vino membuat Dea telonjak kaget."Iya, tuan, maaf." ucapnya tertunduk lesu, masih pagi aja udah kena bentakan. Bagaimana nanti kalau hidup di apartemen berdua. Pastinya banyak siksaan, hinaan dan sebagainya yang dia dapatkan.Dea pun menarik dia koper besar dan mendorong kursi roda suaminya." Ingat jangan perlihatkan kalau pernikahan ini hanya manipulasi, senyum semanis mungkin." bisik vino saat mereka memasuki lift."Iya, tuan." angguk Dea. Ia tidak melawan juga tidak bisa membantah.Sampai di bawah, ada orang tua Vino di sana. Nampak keduanya itu menatap sendu ke arah vino dan juga Dea. Sebenarnya mereka menginginkan keduanya untuk tinggal di sini, hanya saja vino membantah dan beralasan dirinya ingin belajar mencintai Dea. Dengan adanya mereka di apartemen memungkinkan keduanya akan ce
Mendapatkan tamparan keras dua kali dari wanita di hadapannya itu, membuat Dea hanya bisa meringis, meratapi nasibnya. Percuma melawan, pastinya dirinya akan kalah. Apalagi suaminya itu sama sekali tidak peduli dengan dirinya. Bahkan mungkin jika dirinya pergi meninggalkan dunia ini pun, ia akan baik baik aja. Dan mungkin akan bahagia."Awsss." ringis Dea pelan. "Kenapa? Sakit ya? Makanya kalau ngomong itu dijaga!! Jangan asal ngomong buruk sama gue, Lo tau kan kalau level lo sama gue itu beda!! Lo itu cuma gadis miskin yang tiba tiba menklah dengan anak konglomerat!! Dan gue bisa jamin, kalah pernikahan lo itu tidak akan lama. Mana mungkin seroang Vino mau sama Lo yang kaya gembel itu!!" ejek Melda tanpa perasaan. Dea menangis dalam diam, rasanya tak sanggup mendengar hinaan dari mulut wanita busuk di depannya itu. Mulut pedas mirip dengan boncabe."Saya tau itu mbak, tapi atas mohon jangan pernah rendahkan saya. Saya juga tidak mau menikah dengan tuan vino, tapi saya juga tidak bis
Keesokan harinya, Dea meminta izin suaminya untuk berkunjung ke rumah orang tuanya. Meski belum ada satu mingguan ia meninggalkan orang tuanya, tapi, Dea sudah dilanda rasa rindu yang menggebu. "Baik, tapi kamu tidak lupa jalan pulang, kan?" Dea menganggukan kepalanya lemah."Iya, tuan. saya tau jalan pulang kok. Dan saya juga tidak akan kabur sebelum masa kontrak saya habis." balas Dea yang seakan tau apa yang dipikirkan oleh suaminya itu."Bagus, kalau kamu paham akan hal itu. Jangan coba coba kabur, atau kamu dan keluargamu akan tau akibatnya!!"ancam Vino. Dia emang manusia yang tidak memiliki belas kasihan, padahal wanita di hadapannya adalah istrinya sendiri. Tapi, entahlah mungkin rasa kasihan vino sudah hilang ditelan bumi. Dea tersenyum dan langsung pergi begitu saja, karena ia tau suaminya tidak mau disentuh olehnya. Dea memilih naik taksi untuk menuju ke rumahnya. "Duh, rasanya udah gak sabar bust ketemu sama bapak, ibu dan juga kakak.' * * * Dea turun dari taksi terse
"Kenapa,Vin? bukannya benarkan apa yang gue katakan, kalau itu itu istri yang tak berguna dan tidak ada bagus bagusnya?" sela Melda tanpa rasa takut. Vino yang geram pun menatap tajam wajah keduanya."Lo, bias diam gak, sih?" tunjuk Vino dengan marah. Vino langsung mendorong kursi rodanya menggunakan kedua tangannya dengan amarah yang membara.Sementara di luar, Dea langsung masuk ke dalam kamar. sedangkan Melda tersenyum menyeringai. ia akan terus menghancurkan rumah tangga mereka. karena ia ingin memiliki Vino seutuhnya. Tapi, sebelum itu, ia akan membuat drama yang membuat dirinya bahagia. "Gue, bakalan lakuin apa aja asal Vino menjadi suamiku. karena hanya gue yang pantas mendapatkan cintanya, bukan gadis kampung, dan bukan yang lain juga!!" tandas Melda penuh ambisi. * * * Keesokan harinya, Dea menyiapkan semua makanan untuk sarapan pagi, memasak, menyapu dan mencuci baju dengan tangannya sendiri. Di sini, ia hidup layaknya pembantu. bukan istri yang selalu diratukan oleh su
Hari ini, Dea menghabiskan waktunya di appartemen bersam suaminya, Dea membersihkan semua ruangan appartemen sendirian tanpa dibantu oleh art yang sudah ditumjuk oleh ibu mertuanya.Semua Dea lakukan dengan ikhlas, suaminya benar,di sini diriya hanya numpang. dan ia tidak boleh tinggal di sini secara cuma cuma, ia sadar, ia hanyalah istri dadakan yang kapan saja bisa dibuang. karena dia bukanlah wanita yang diinginkan oleh suaminya."Huftttt bosan sekali sih di sini, mau keluar, tapi dilarang sama manusia es itu!!" gumam Dea dengan rasa kesal.Andai ia tidak ceroboh, mungkin saat ini ia masih lajang, bebas kee mana aja dan tidak bertemu dengan orang orang toxic.Namun, Dea ssadar bahwwa apa yang menimpanya itu semua sudah menjadi bagian dari takdir, dan ia harus menerimanya dengan lapang dada.* * *Rama dan Andin menuruni mobilnya. mereka hati ini datang ke apartemen anak dan juga menantunya. baik Rama dan Andin khawatir sikap anaknya yang tidak baik terhadap menantunya. karena mereka
Vino yang mendapatkan pertanyaan itu dari ayahnya pun kaget, ingin menjawab tapi rasanya lidahnya kaku dan juga kelu. tak ada yang bisa keluar dari mulutnya, bungkam namun dirinya juga gelisah. takut sang ayah murka. "Vino? kenapa diam? apakah yang ditanyakan sama papah itu bener? dan alasannya kenapa, Vin?" berondong Rama, sebenarnya tanpa bertanya pun dia sudah tau jawabannya, hanya saja ia ingin mendengar langsung jawaban dari putranya itu. "Nggak kok, Pah. meski Vino gak kenal sama Dea, tapi Vino mencoba menjadi suami yang baik buat dia, meski itu sulit." elak Vino, ia tau berbohong adalah hal yang termasuk dosa besar, apalagi terhadap orang tuanya sendiri. tapi, ia juga tidak mau ambil resiko jika ia mengatakan hal yang sebenarnya. ia akui jika dirinya adalah seorang pengecut, tapi asal kalian tau siapapun yang berada di posisi Vino dengan pengetahuan agama yang minim, pasti akan melakukan hal yang serupa. Vino berusaha menyakinkan ayahnya agar sang ayah percaya dengan apa yang
Meski tidak dihargai oleh suaminya, tetapi Dea selalu merawat dan juga melayani suaminya dengan baik. apalagi, suaminya masih belum bisa berdiri. dengan sabar, Dea selalu membantu apa yang tidak bisa dilakukan oleh Vino, suaminya sendiri yang tidak menganggap dirinya. "Tuan, mau ini?" tanya Dea ragu, ia bisa melihat jika suaminya itu menginginkannya, tetapi terlihat gengsi. mungkin karena itu buatan dirinya dan malu untuk meminta. "Emang itu, apa?" tanya Vino dengan nada dingin. ia sebenarnya tidak ingin berbicara dengan wanita itu. gara gara kekasihnya, ia jadi membenci semua wanita. Vino selalu berpikir jika semua wanita itu sama. mereka hanya mengincar harta saja, tidak tulus dalam menjalani hubungan. dan ia juga merasa jika Dea melakukan hal yang sama, wanita itu pasti akan pergi meninggalkan dirinya ketika sudah mendapatkan apa yang dia inginkan. "Coklat susu. mau?" tawar Dea kembali."Ini enak loh tuan, ini buatan saya sendiri loh." Vino memandang wajah istrinya yang nampak ca
Dea kembali bekerja seperti biasa, karena memang diizinkan oleh Vino. sebelum berangkat bekerja, Dea tak lupa dengan apa yang sudah menjadi tugasnya sebagai seorang istri yang baik yaitu melayani suaminya, meski Dea sadar dirinya hanya istri sementaranya dan itupun tidak dianggap oleh suaminya. Dea melakukan itu bukan tanpa alasan, Dea hanya ingin menjadi istri yang baik, meski pernikahan mereka hanya beberapa bulan saja. dan kini, Dea tinggal menunggu dua bulan lagi dan akan berhenti status menjadi seorang janda muda. Dea juga takut jika dirinya tidak melayani suaminya, maka ia akan mendapatkan murka dari Sang Maha Kuasa sebagaimana itu yang ia tau dari beberapa pemuka agama yang sering ia dengar. Sejak dulu, Dea memang suka ikut kajian yang diadakan di kampungnya.Setelah semuanya selesai, Dea pamitan kepada sang suami meski tidak direspon baik oleh suaminya. "Tuan, Dea pamit mau berangkat kerja ya." pamit Dea sopan. meski dirinya sadar bahwa sampai kapan pun, ia tidak akan diha
Dea kembali bekerja seperti biasa, karena memang diizinkan oleh Vino. sebelum berangkat bekerja, Dea tak lupa dengan apa yang sudah menjadi tugasnya sebagai seorang istri yang baik yaitu melayani suaminya, meski Dea sadar dirinya hanya istri sementaranya dan itupun tidak dianggap oleh suaminya. Dea melakukan itu bukan tanpa alasan, Dea hanya ingin menjadi istri yang baik, meski pernikahan mereka hanya beberapa bulan saja. dan kini, Dea tinggal menunggu dua bulan lagi dan akan berhenti status menjadi seorang janda muda. Dea juga takut jika dirinya tidak melayani suaminya, maka ia akan mendapatkan murka dari Sang Maha Kuasa sebagaimana itu yang ia tau dari beberapa pemuka agama yang sering ia dengar. Sejak dulu, Dea memang suka ikut kajian yang diadakan di kampungnya.Setelah semuanya selesai, Dea pamitan kepada sang suami meski tidak direspon baik oleh suaminya. "Tuan, Dea pamit mau berangkat kerja ya." pamit Dea sopan. meski dirinya sadar bahwa sampai kapan pun, ia tidak akan diha
Meski tidak dihargai oleh suaminya, tetapi Dea selalu merawat dan juga melayani suaminya dengan baik. apalagi, suaminya masih belum bisa berdiri. dengan sabar, Dea selalu membantu apa yang tidak bisa dilakukan oleh Vino, suaminya sendiri yang tidak menganggap dirinya. "Tuan, mau ini?" tanya Dea ragu, ia bisa melihat jika suaminya itu menginginkannya, tetapi terlihat gengsi. mungkin karena itu buatan dirinya dan malu untuk meminta. "Emang itu, apa?" tanya Vino dengan nada dingin. ia sebenarnya tidak ingin berbicara dengan wanita itu. gara gara kekasihnya, ia jadi membenci semua wanita. Vino selalu berpikir jika semua wanita itu sama. mereka hanya mengincar harta saja, tidak tulus dalam menjalani hubungan. dan ia juga merasa jika Dea melakukan hal yang sama, wanita itu pasti akan pergi meninggalkan dirinya ketika sudah mendapatkan apa yang dia inginkan. "Coklat susu. mau?" tawar Dea kembali."Ini enak loh tuan, ini buatan saya sendiri loh." Vino memandang wajah istrinya yang nampak ca
Vino yang mendapatkan pertanyaan itu dari ayahnya pun kaget, ingin menjawab tapi rasanya lidahnya kaku dan juga kelu. tak ada yang bisa keluar dari mulutnya, bungkam namun dirinya juga gelisah. takut sang ayah murka. "Vino? kenapa diam? apakah yang ditanyakan sama papah itu bener? dan alasannya kenapa, Vin?" berondong Rama, sebenarnya tanpa bertanya pun dia sudah tau jawabannya, hanya saja ia ingin mendengar langsung jawaban dari putranya itu. "Nggak kok, Pah. meski Vino gak kenal sama Dea, tapi Vino mencoba menjadi suami yang baik buat dia, meski itu sulit." elak Vino, ia tau berbohong adalah hal yang termasuk dosa besar, apalagi terhadap orang tuanya sendiri. tapi, ia juga tidak mau ambil resiko jika ia mengatakan hal yang sebenarnya. ia akui jika dirinya adalah seorang pengecut, tapi asal kalian tau siapapun yang berada di posisi Vino dengan pengetahuan agama yang minim, pasti akan melakukan hal yang serupa. Vino berusaha menyakinkan ayahnya agar sang ayah percaya dengan apa yang
Hari ini, Dea menghabiskan waktunya di appartemen bersam suaminya, Dea membersihkan semua ruangan appartemen sendirian tanpa dibantu oleh art yang sudah ditumjuk oleh ibu mertuanya.Semua Dea lakukan dengan ikhlas, suaminya benar,di sini diriya hanya numpang. dan ia tidak boleh tinggal di sini secara cuma cuma, ia sadar, ia hanyalah istri dadakan yang kapan saja bisa dibuang. karena dia bukanlah wanita yang diinginkan oleh suaminya."Huftttt bosan sekali sih di sini, mau keluar, tapi dilarang sama manusia es itu!!" gumam Dea dengan rasa kesal.Andai ia tidak ceroboh, mungkin saat ini ia masih lajang, bebas kee mana aja dan tidak bertemu dengan orang orang toxic.Namun, Dea ssadar bahwwa apa yang menimpanya itu semua sudah menjadi bagian dari takdir, dan ia harus menerimanya dengan lapang dada.* * *Rama dan Andin menuruni mobilnya. mereka hati ini datang ke apartemen anak dan juga menantunya. baik Rama dan Andin khawatir sikap anaknya yang tidak baik terhadap menantunya. karena mereka
"Kenapa,Vin? bukannya benarkan apa yang gue katakan, kalau itu itu istri yang tak berguna dan tidak ada bagus bagusnya?" sela Melda tanpa rasa takut. Vino yang geram pun menatap tajam wajah keduanya."Lo, bias diam gak, sih?" tunjuk Vino dengan marah. Vino langsung mendorong kursi rodanya menggunakan kedua tangannya dengan amarah yang membara.Sementara di luar, Dea langsung masuk ke dalam kamar. sedangkan Melda tersenyum menyeringai. ia akan terus menghancurkan rumah tangga mereka. karena ia ingin memiliki Vino seutuhnya. Tapi, sebelum itu, ia akan membuat drama yang membuat dirinya bahagia. "Gue, bakalan lakuin apa aja asal Vino menjadi suamiku. karena hanya gue yang pantas mendapatkan cintanya, bukan gadis kampung, dan bukan yang lain juga!!" tandas Melda penuh ambisi. * * * Keesokan harinya, Dea menyiapkan semua makanan untuk sarapan pagi, memasak, menyapu dan mencuci baju dengan tangannya sendiri. Di sini, ia hidup layaknya pembantu. bukan istri yang selalu diratukan oleh su
Keesokan harinya, Dea meminta izin suaminya untuk berkunjung ke rumah orang tuanya. Meski belum ada satu mingguan ia meninggalkan orang tuanya, tapi, Dea sudah dilanda rasa rindu yang menggebu. "Baik, tapi kamu tidak lupa jalan pulang, kan?" Dea menganggukan kepalanya lemah."Iya, tuan. saya tau jalan pulang kok. Dan saya juga tidak akan kabur sebelum masa kontrak saya habis." balas Dea yang seakan tau apa yang dipikirkan oleh suaminya itu."Bagus, kalau kamu paham akan hal itu. Jangan coba coba kabur, atau kamu dan keluargamu akan tau akibatnya!!"ancam Vino. Dia emang manusia yang tidak memiliki belas kasihan, padahal wanita di hadapannya adalah istrinya sendiri. Tapi, entahlah mungkin rasa kasihan vino sudah hilang ditelan bumi. Dea tersenyum dan langsung pergi begitu saja, karena ia tau suaminya tidak mau disentuh olehnya. Dea memilih naik taksi untuk menuju ke rumahnya. "Duh, rasanya udah gak sabar bust ketemu sama bapak, ibu dan juga kakak.' * * * Dea turun dari taksi terse
Mendapatkan tamparan keras dua kali dari wanita di hadapannya itu, membuat Dea hanya bisa meringis, meratapi nasibnya. Percuma melawan, pastinya dirinya akan kalah. Apalagi suaminya itu sama sekali tidak peduli dengan dirinya. Bahkan mungkin jika dirinya pergi meninggalkan dunia ini pun, ia akan baik baik aja. Dan mungkin akan bahagia."Awsss." ringis Dea pelan. "Kenapa? Sakit ya? Makanya kalau ngomong itu dijaga!! Jangan asal ngomong buruk sama gue, Lo tau kan kalau level lo sama gue itu beda!! Lo itu cuma gadis miskin yang tiba tiba menklah dengan anak konglomerat!! Dan gue bisa jamin, kalah pernikahan lo itu tidak akan lama. Mana mungkin seroang Vino mau sama Lo yang kaya gembel itu!!" ejek Melda tanpa perasaan. Dea menangis dalam diam, rasanya tak sanggup mendengar hinaan dari mulut wanita busuk di depannya itu. Mulut pedas mirip dengan boncabe."Saya tau itu mbak, tapi atas mohon jangan pernah rendahkan saya. Saya juga tidak mau menikah dengan tuan vino, tapi saya juga tidak bis
Dea masih berada di dalam kamarnya, sedang mengemas barang miliknya dan milik vino. Karena hari ini, mereka akan pindah ke apartemen."Cepetan!! Saya gak punya banyak waktu untuk menunggumu!!" bentak Vino membuat Dea telonjak kaget."Iya, tuan, maaf." ucapnya tertunduk lesu, masih pagi aja udah kena bentakan. Bagaimana nanti kalau hidup di apartemen berdua. Pastinya banyak siksaan, hinaan dan sebagainya yang dia dapatkan.Dea pun menarik dia koper besar dan mendorong kursi roda suaminya." Ingat jangan perlihatkan kalau pernikahan ini hanya manipulasi, senyum semanis mungkin." bisik vino saat mereka memasuki lift."Iya, tuan." angguk Dea. Ia tidak melawan juga tidak bisa membantah.Sampai di bawah, ada orang tua Vino di sana. Nampak keduanya itu menatap sendu ke arah vino dan juga Dea. Sebenarnya mereka menginginkan keduanya untuk tinggal di sini, hanya saja vino membantah dan beralasan dirinya ingin belajar mencintai Dea. Dengan adanya mereka di apartemen memungkinkan keduanya akan ce
Mendengar suara mengaji di masjid, Dea gegas bangun dan mengambil air wudhu, ia melakukan ibadah sunnah malam seperti biasanya. gadis cantik yang kini sudah menjadi istri seorang pria kaya nan tampan itu mengadukan nasibnya di hadapan Sang Ilahi."Ya Allah hamba sangat tidak tau dengan jalan takdir yang hamba jalani ini. semoga aja Engkau selalu meridhoi langkahku ya Allah." tangis Dea pecah. semalaman ia tidak bisa tidur, ia meringkuk di atas lantai yang hanya di lapisi alas tipis dan dengan sebuah selimut yang ia bawa dari rumahnya. pernikahan dadakan itu membuat hidup dirinya jungkir balik.Dea adalah seorang lulusan sarjana di bidang pendidikan, dan ia baru memulai mengajar di sebuah sekolah dasar yang ada di kota ini dan baru berjalan selama dua bulan ini. ia juga memiliki usaha kue sendiri yang sudah memiliki dua karyawan. ayahnya yang seorang dosen dan ibunya yang seorang bidan di puskesmas daerah deket rumahnya dan kakaknya yang menjadi seorang abdi negara. keluarga Dea terbil