Share

BAB 2

Penulis: Evie Yuzuma
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-04 15:16:15

Keesokan harinya, Arumi dan Jordhy keluar dari kamar hotel president suite yang dipesankan orang tua Jordhy untuk mereka menghabiskan malam pertama. Seperti permintaan Jordhy, Arumi harus mengenakan cadar ketika sedang bersama dengannya. Karena Arumi belum membeli cadar, dia masih mengenakan cadar yang bekas resepsi kemarin.

Mereka menyelesaikan sarapan. Lalu, setelah itu, Jordhy mengajak Arumi ke rumahnya.

Sepanjang perjalanan, tak ada percakapan. Hanya saja, sebelum pulang, Jordhy mengajak Arumi mampir dan membeli beberapa set pakaian dan cadar baru. Mereka mampir ke salah satu outlet Sabia Fashion. Salah satu outlet pakaian branded yang cabangnya sudah menyebar di berbagai kota di Indonesia.

“Ambillah! Gak usah sungkan! Gue yang bayar! Asal lo tahu, Sabia fashion ini salah satu outlet fashion terbaik di negeri ini! Rancangannya unik karena langsung di desain oleh ownernya yang merupakan lulusan S1 ESMOD di Paris. Mumpung jadi istri gue, puas-puasin elo pilih!” tutur Jordhy sambil menunjuk ke arah deretan gamis panjang dan jilbab lebar lengkap dengan cadar. Semuanya tentunya limited edition dan memiliki harga yang cukup mahal.

Arumi tersenyum di balik cadar. Tak perlu dijelaskan pun, Arumi sudah sangat paham bahkan jauh lebih paham dari pada siapapun terkait Sabia Fashion. Dia pun memilih beberapa desain gamis terbaik limited edition yang terpajang di outlet tersebut, lalu diserahkan pada Jordhy.

“Selera lo bagus juga,” ucap Jordhy ketika menerima beberapa set gamis pilihan Arumi lalu beranjak ke kasir untuk membayarnya.

Lagi-lagi Arumi hanya tersenyum samar di balik cadar.

“Ya Tuhaaan, apakah ini caramu agar aku menutup aurat dengan benar?” batin Arumi sambil menatap deretan gamis yang tersisa dan masih terpajang di sana. Sebelum kejadian yang membuatnya trauma beberapa tahun silam, Arumi adalah penyuka fashion dan cukup berani tampil dengan seksi dan pakaian terbuka. Hingga akhirnya kejadian mengerikan itu hampir membuatnya kehilangan mahkota yang dia jaga. Sejak saat itulah, dia mulai beralih pada model yang lebih tertutup, lalu bertahap mulai mengenakan penutup kepala. Meskipun hanya jilbab biasa.

Usai berbelanja gamis dan cadar, Jordhy mempersilakan Arumi membeli perlengkapan perempuan lainnya termasuk baju-baju santai dan pakaian tidur. Karena malas mengambil pakaian ke rumah, Arumi pun menurut saja.

Usai berbelanja, Jordhy langsung mengajak Arumi ke rumah keluarga yang berada di sebuah cluster elit. Di sanalah kediaman Jordhy bersama keluarga Atmaja lainnya.

Mobil pajero sport warna hitam yang Jordhy kendarai menepi. Sebuah rumah dengan desain eropa berdiri gagah di balik pagar tinggi yang menjulang. Jordhy memijit remot dan gerbang pun bergeser dengan sendirinya. Lalu, mobil yang mereka tumpangi lekas melesat ke halaman yang terbentang luas dengan tatanan bunga-bunga bougenvil berwarna ungu, bunga bakung putih dan juga kuntum-kuntum bunga pukul delapan berwarna pink muda yang merambat menghiasi tepi jalan.

Tiba di depan rumah megah, dua orang ART yang sudah Jordhy telepon, tergopoh keluar. Lalu, mereka membantu membawakan barang-barang Arumi dan Jordhy ke kamar. Sementara itu, Arumi mengekori Jordhy yang berjalan ke dalam.

“Eh, dah balik, Mas? Kirain honeymoon elo diperpanjang?” Suara seseorang membuat Arumi dan Jordhy yang baru saja tiba, menoleh. Tampak seorang lelaki dengan bertubuh tinggi tegap, iris hitam, hidung mancung, jambang tipis dengan rambut sebahu yang diikat ke belakang berjalan menghampiri. Kesannya sangat berbanding terbalik dengan Jordhy yang cenderung terlihat tegas, dominan dan pengatur. Lelaki yang baru saja menyapa itu, tampak memiliki kesan lembut dan murah senyum.

Sepasang alis Arumi saling bertaut. Rasanya wajah itu tak asing. Namun, entah di mana dia bertemu, Arumi lupa.

“Elo dah balik, Kev? Kirain masih nyari cewek impian elo di Paris!” Jordhy menatap sinis pada sang adik, Kevandra Suryadinata. Lelaki berparas rupawan yang masih betah melajang itu hanya tersenyum sambil melirik ke arah Arumi.

“Gak nyangka gue, Mas. Selera elo adem banget,” tukasnya seraya tersenyum dan mengangguk ke arah Arumi. Hanya saja, Kevandra mengernyitkan alis. Sepasang netra itu, entah mengapa mengingatkannya pada seseorang.

“Kenapa mirip sekali dengannya?” batin Kevandra seraya mengingat-ingat kejadian beberapa tahun silam.

*****

“Tolong lepasin aku, kumohon ….” Suara itu terdengar memelas. Kevandra yang memang kala itu baru pulang dari sebuah cafe di Paris merapatkan jaket tebal karena udara malam yang terasa dingin. Kalau bukan gara-gara mobilnya mogok, tak mungkin dia berjalan kaki di taman kota sendirian malam-malam begini.

“L—lepas, Mas! T—tolong lepasin! Aku gak mau kita gini!”

Suara itu terdengar jelas berasal dari sebuah mobil yang terparkir di dekat taman kota. Kevandra mencoba abai dan meneruskan langkahnya, tetapi suara itu samar terdengar lagi.

“A—Aku m—mohon!”

Bugh!

“Aduhhhh!”

Tak berapa lama, seorang wanita setengah tak berpakaian keluar dari mobil dan berlari. Pada saat itu, mereka tak sengaja bertubrukkan dan sepasang netra yang memelas itu menatap Kevandra.

“Tolong selamatkan aku dari dia, Tuan!”

***

“Ck, susah emang ngomong sama bujang lapuk! Diajak ngomong malah bengong!” oceh Jordhy seraya meninju pelan bahu Kevandra sambil terkekeh.

“Elaaaah, Mas! Maren-maren juga lapukan elo.” Kevandra mengelak sambil menggeleng perlahan. Diam-diam ekor matanya kembali mencuri pandang pada wajah yang tertutup cadar itu.

“Kalian kenapa malah ngobrol disitu! Ayo ajak mantu mama masuk!” Suara Reska membuat dua kakak beradik itu, menoleh. Kevandra melirik sekilas pada Arumi, lalu menoleh pada Jordhy.

“Ajak kakak ipar makan bersama, maaf kemarin gak sempat datang! Kado buat kalian, sudah Shelma simpan di kamar!” tuturnya sambil melenggang dan mendahului menuju meja makan.

Arumi tersenyum, tetapi hanya netranya yang menyipit terlihat. Dia lekas mengekori Jordhy, Kevandra dan juga Reska menuju ke meja makan. Tiba di meja makan, Atmaja sang ayah yang masih duduk di kursi roda pasca operasi, tersenyum cerah. Ditatapnya Arumi dan Jordhy bergantian, lalu menatap ke arah Kevandra.

“Lihat kakakmu, sudah punya istri, Kev! Kapan kau akan bawa wanita idamanmu itu ke sini?” tanya Atmaja sambil melirik ke arah putra sambungnya.

“Ck, mau makan, jangan bahas itu, Pap!” keluh Kevandra seraya menarik kursi. Shelma terkikik melihat wajah kakaknya yang ditekuk.

“Sok-sokan sih ngejar cinta sejati! Eh, tapi mending Mas Kev dari pada Mas Jordhy yang gak punya pendirian! Katanya jijik punya istri tompelan, eh diembat juga!”

“Shelma!” Suara Atmaja membuat gadis dengan wajah yang terlihat angkuh itu mendelik.

“Sudah! Sudah! Ayo kita makan!” Suara Reska menengahi. Dia mendelik ke arah putri bungsunya dan lekas duduk di samping Atmaja.

“Ck, ribetnya makan pake cadar,” batin Arumi sambil duduk di samping Jordhy. Lalu, semua senyap dan sibuk dengan makanan pada piring masing-masing.

“Oh ya, nama kakak ipar gue siapa, Mas?” Suara Kevandra terdengar menyela di antara bunyi sendok dan piring yang beradu pelan.

“Ck, baca sendiri! Gue sudah kirim link undangan virtual juga ke w******p elo! Eh gak dibaca!” ketus Jordhy tampak malas.

“Ah iya, oke, oke.” Kevandra mengangguk saja. Lalu, tak menunggu lama, dia tampak makan sambil mengotak-atik gawainya.

Usai makan, Arumi mengekori Jordhy menuju ke kamar. Rupanya semua kamar berada di lantai atas. Jordhy berjalan cepat sehingga Arumi tertinggal sendirian karena memang berjalan lambat sambil memeriksa pesan di gawai. Hanya saja, fokusnya terbagi ketika terdengar suara Kevandra menyapa dari arah belakang.

“Hmm, nama Mbak, Arumi, ya?”

“Iya, kenapa?”

Arumi menghentikan langkah dan menoleh ke arah kevandra.

“Apa kita pernah bertemu sebelum ini?” Kevandra menatap sepasang netra beriris cokelat dengan bulu mata lentik itu. Indah, sangat indah.

“Bertemu? Mungkin belum. Saya baru di kota ini.” Arumi menautkan alis. Memang, sketsa wajah Kevandra tak asing terasa. Hanya saja, dia tak mengingat di mana pernah bertemu.

“Bisa jadi, bertemunya bukan di kota ini. Apakah Mbak pernah tinggal di Paris beberapa tahun lalu?” Pertanyaan Kevandra selanjutnya membuat sepasang netra Arumi membulat. Kenapa tiba-tiba lelaki yang menjadi adik iparnya menanyakan hal itu. Apakah lelaki itu tahu jati dirinya?

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Hanny Sweety
sangat suka
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • ISTRI BERCADARKU TERNYATA ....   BAB 3

    “Apa se-enggak ada kerjaan itu, sampe elo harus ngajak ngobrol kakak ipar sendiri di jalanan?” Suara ketus itu membuat Arumi dan Kevandra menoleh. Jordhy sudah berdiri di ambang pintu sambil menyampirkan handuk ke bahu.“Sorry, gue lupa, Mas! Elo penganten baru! Gi-l4, baru semalam akad, sudah bucin akut!” kekeh Kevandra sambil tertawa. Senyumnya terlihat manis dengan netra yang menyipit. Dia membetulkan ikatan rambut sebahunya dan lekas berjalan meninggalkan Arumi yang masih mematung.“Elo, ngapain bengong disitu! Ayo masuk!” ketus Kevandra sambil kembali masuk ke dalam kamar. Arumi membuang napas kasar. Lalu, dia pun melangkah dan masuk. Aroma maskulin menguar. Warna kamar dominan formal dan tak ada sentuhan artistik sama sekali. Barang-barang yang diletakkan tampak rapi dan terkesan kaku. Tak ada hiasan apapun pada dinding, hanya satu jam digital yang terpajang pada tembok kamar. Arumi menjatuhkan bokongnya pada sofa panjang yang ada di sudut ruangan. Sofa tersebut berada di deka

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • ISTRI BERCADARKU TERNYATA ....   BAB 4

    “Suara itu? Kenapa mirip sekali dengan suara Mas Jordhy suamiku? Namanya juga sama. Lalu, apa itu tadi? Desain gaun pengantin? Untuk siapa? Bukankah kami baru saja menikah?” batin Arumi sambil menahan napas karena rasa terkejutnya.Arumi membuang napas kasar sebelum akhirnya dia menjawab pertanyaan lelaki yang namanya sama dengan sang suami.“Saya sedang cuti, Pak Jordhy! Anda bisa jelaskan saja pada assisten saya dan biarkan dia merekamkan untuk saya! Asissten saya sudah menghandel jutaan klien, tolong jangan ragukan dia!” Lelaki dari seberang sana, beberapa detik tak mengeluarkan suara. Hingga akhirnya Arumi memutuskan sendiri panggilan teleponnya.“Semoga Anda mengerti! Selamat siang!” ujar Arumi sebelum panggilan berakhir. Ditatapnya ponsel yang ada di tangannya dengan kepala diisi beragam pertanyaan. “Apakah dia Mas Jordhy suamiku atau bukan? Ck, sayangnya ponsel lamaku ditinggal di rumah, jadi aku gak bisa check CCTV dari sini.” Arumi menyimpan ponsel dan mengambil laptop mil

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • ISTRI BERCADARKU TERNYATA ....   BAB 5

    Arumi berdiri di ruang keluarga yang ada di lantai dua. Ruang itu tak besar, tetapi tertata cukup apik dan terlihat artistik dengan guci-guci mahal, lukisan di dinding dan juga lampu hias yang besar. Di samping ruang tersebut terpasang dinding kaca yang luas sehingga ketika gorden dibuka, bisa langsung melihat taman yang ada di Balkon. Di sanalah kini lelaki berambut sebahu itu duduk santai pada sofa dan membelakanginya. Petikan gitarnya terdengar merdu mendayu. Entah kenapa, nuansa musik akustik itu mengingatkan kenangannya di kota Paris. Tanpa sadar, Arumi memejamkan mata, terbayang lagi deretan bangunan dengan desain unik, sudut-sudut kafe yang nyaman, angin musim semi yang membelai, monumen-monumen indah, megah dan ikonik, lalu seraut wajah yang ingin ia lupakan. “Hey, elo sedang apa?” Suara itu membuat Arumi membuka mata. Jordhy sudah berdiri di belakangnya. “Tidak.” Arumi menjawab singkat. Lalu mengulurkan tangan untuk mencium punggung tangan Jordhy.“Dia sepertinya memperhat

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04
  • ISTRI BERCADARKU TERNYATA ....   Bab 6

    “Bi, Arumi masih makan?” “Iya, Tuan, sama Tuan Kevan.” “Hah, sama Kevan?” Jordhy menautkan alis. Tiba-tiba saja dia meletakkan daging panggang dan lekas berjalan menuju ruang makan. Ketika tiba, tampak Kevandra tengah asik bercerita dan sesekali Arumi tertawa. “Dia kenapa tampak bahagia sekali bersama Kevandra, ya?” batin Jordhy sambil menatap sepasang netra dengan bulu mata lentik itu yang menyipit. Tiba-tiba ada rasa tak nyaman di hatinya melihat sang istri tertawa lepas bersama lelaki lain di depannya. “Makanan gue mana, Rum?” Jordhy berdehem lalu duduk di samping Arumi. “Eh gue makan, Mas! Tadinya dari pada mubazir, kata Mbak Rumi, elo makan bareng Shelma, Mas?” Bukan Arumi yang menjawab, tetapi Kevandra yang langsung mendongak ke arahnya.“Iya tadinya, tapi males nunggu! Lama matengnya! Ambilin lagi, Rum!” titah Jordhy sambil menoleh pada Arumi yang baru saja menghabiskan suapan terakhir di piringnya.“Iya, Mas! Bentar aku siapin!” tutur Arumi seraya mengambil minum dan men

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • ISTRI BERCADARKU TERNYATA ....   Bab 7

    Jordhy masuk ke dalam kamar dan sedikit terkejut ketika melihat Arumi hanya mengenakan piyama tidur. Istrinya tampak meringkuk di sofa dengan rambut hitam legamnya diikat asal. “Ck, apa dia berusaha menggodaku? Kenapa berpakaian seperti itu di dalam kamar?” batin Jordhy sambil bergerak mendekat. Jantungnya berdegup ketika melihat kaki mulus Arumi yang kuning langsat. Juga bagian-bagian tertentu yang cukup menantang dalam posisi terlentang seperti itu.Seperti terhipnotis, Jordhy mematung dan menatap sang istri yang sedang terlelap dalam temaram itu. Sepasang bulu mata lentik itu mengatup, hidung mancung Arumi tertutup oleh masker. Lekas Jordhy menepis fantasi yang mulai berkeliaran. Sebagai seorang lelaki normal, Jordhy mengakui jika Arumi memiliki tubuh yang proporsional, tinggi dan semampai juga terlihat padat pada beberapa bagian. Hanya saja, semua kekaguman itu rusak ketika bayangan pertemuan pertama mereka melintas. *** “Perkenalkan, ini Arumi, Putri kami.” Wajah dengan pipi

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-01
  • ISTRI BERCADARKU TERNYATA ....   Bab 8

    Jordhy menyuap dengan cepat. Dia malas sekali melihat Kevandra yang anteng duduk di depannya menikmati menu yang sama. Menu yang dimasakkan Arumi untuknya. Bukan hanya itu, Kevandra juga begitu asyik menyesap kopi pahitnya. Tak berapa lama, Atmaja, Reska dan Shelma ikut bergabung juga. Arumi duduk di samping Jordhy dan sesekali mengambilkan lauk atau kebutuhan lain untuknya.“Walau aku merasa, kamu tak menginginkan pernikahan ini! Namun, biarkan aku berbakti selayaknya seorang istri hingga jodoh ini akan memilih … berhenti atau lanjutkan,” batin Arumi sambil mulai menyuap dalam diam. Jordhy berangkat kerja dengan mood yang kurang baik. Atmaja berangkat lebih siang. Sementara itu, Arumi meminta izin berangkat belakangan. “Tempat kerja elo jauh? Sorry, gue gak bisa nganter! Bisa pake mobil online saja pake duit yang gue kasih.” Jordhy bicara ketika Arumi baru selesai mencium punggung tangannya. “Iya, Mas!” Arumi tersenyum lembut. Jordhy pun berangkat menuju kantornya yang ada di sal

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • ISTRI BERCADARKU TERNYATA ....   Bab 9

    “Kalau begitu, jadwalkan saja! Desain yang kemarin kita diskus tolong siapkan!” tuturnya. Arumi lupa, jika Lisa yang disebutkan oleh sang assisten adalah perempuan yang kemarin datang ke butik bersama Jordhy. “Oke.” Arumi lekas berkemas. Dia mengambil beberapa potong pakaian dan dimasukkan ke dalam tasnya. Tak banyak yang bisa dia bawa. Karena meskipun dulu sudah mengenakan jilbab, tetapi dia lebih suka mengenakan jilbab modern seperti pashmina dan scrapt. Pakaiannya pun jarang dia memiliki gamis. Kebanyakan sejenis pakaian semi casual untuk ke butik atau jalan ke luar. Jamsuit, blazer, rok, kemeja dan cardigan. Pakaian yang dia kemas, lekas disimpannya ke bagasi mobil. “Um, Rumi berangkat dulu, ya!” “Ke?” “Ke butik sebentar, tadi Vera nelpon, ada customer baru yang mau ketemu langsung dan dapatkan advise!” “Oh ya sudah, hati-hati!” Arumi mencium punggung tangan Maziah, lalu beralih pada Khaidir. Keduanya tengah menikmati camilan pagi. Setelahnya, Arumi lekas berjalan menin

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-02
  • ISTRI BERCADARKU TERNYATA ....   Bab 10

    Sepanjang perjalanan menuju kantor, Jordhy benar-benar tak fokus. Beruntung, Lisa bisa diandalkan untuk menyetir. Pagi tadi ketika mereka berangkat, Jordhy memang menolak memakai sopir. Tentunya, khawatir kalau perbuatannya akan bocor kepada Atmaja. Bisa-bisa habis digantung oleh papanya itu. “Mas, Mbak Sabia itu ternyata cerdas banget, ya! Terus semua advisenya itu logis dan detail yang tadi dia bubuhkan juga, sesuai banget sama keinginanku.” “Cuma yang tuxedo kamu, yakin gak mau dibuatkan di Sabia Collection juga? Padahal kata Mbak Vera, asistennya, kalau beli couple, dapat diskon!” Jordhy masih menatap kosong. Penggalan-penggalan kejadian tadi masih melekat dalam ingatan. Gamis limited edition, sepatu dan cincin yang tersemat di jemari owner Sabia collection, kenapa semua persis milik Arumi. Bukan hal itu, suara, gesture dan postur tubuhnya pun begitu serupa.“Mas!!!” Suara Lisa yang agak meninggi membuat Jordhy terkejut. “Ya, Lis!” Jordhy menoleh pada perempuan yang terlihat c

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-03

Bab terbaru

  • ISTRI BERCADARKU TERNYATA ....   BAB 54B

    Arumi hanya mengangguk dan tak banyak membantah. Dia pun dibantu Rosa untuk pindah ke ruangan rawat. Dokter menyarankan untuk istirahat total selama dua hari dan Arumi memilih untuk rawat inap di rumah sakit saja. Setiap detik berlalu terasa seperti berhari-hari. Arumi menatap selang infus yang dipasang di tangannya. Arumi meminta Rosa untuk melihat keadaan Jordhy. Tanpa banyak berdebat, Rosa pun menurut saja. Dia bergegas meninggalkan Arumi dan menuju ke tempat di mana Jordhy sedang mendapati tindakkan oleh pihak rumah sakit. Rosa yang sedang duduk menunggu di ruang tindakan, tak sengaja melihat seseorang yang berjalan tergesa. Wajahnya tampak diliputi kepanikkan. Rosa berdiri dan menghampiri lelaki berambut sebahu yang dia kenal.“Mas Kevand! Mau jenguk Mbak Arumi, ya?” tanyanya sok tahu. Kevandra menautkan alis dan menatap Rosa. “Saya ditelepon Bastian, Acha dilarikan ke rumah sakit. Sekarang dia di ruang ICU katanya!” Seketika bahu Rosa melorot. “Ya Tuhaaan … Acha.” “Mbak Ar

  • ISTRI BERCADARKU TERNYATA ....   BAB 54A

    Arumi berdiri dengan gemetar, matanya tak berkedip dari sosok Jordhy yang ambruk. Perutnya yang sejak tadi sakit dan terasa diremas-remas semakin menjadi. Suara sirene mendekat semakin keras, mengisi udara malam yang semula tenang. Dia merasa dunia seakan berputar, dan segalanya menjadi kabur. Dalam kepanikan, Arumi berteriak dengan sisa-sisa tenaganya. "Monsieur, s'il vous plaît! (Mas, tolong!)” teriaknya pada beberapa orang yang berjalan memburunya. Beberapa orang mulai mendekat seiring dengan mobil tim keamanan yang berhenti. Seorang wanita paruh baya berlari menghampiri Arumi. "Jeune fille, ça va? Que s'est-il passé? ( Anak muda, kau baik-baik saja? Apa yang terjadi?)” Arumi meringis sambil memegangi perutnya.” J'ai mal au ventre, ça fait comme si on me pressait, Madame (Perut saya sakit, terasa diremas-remas, Bu.)“Appelons une ambulance! (Mari kita panggil ambulans!)” seru salah satu dari lelaki berjaket petugas keamanan sambil mengeluarkan ponselnya.Tak butuh waktu lama, s

  • ISTRI BERCADARKU TERNYATA ....   BAB 53C

    Lampu-lampu jalan di Le Marais berkilauan di jendela, memantulkan bayangan kusut wajah Pedrio. Paris yang biasa terasa mempesona kini berubah menjadi asing dan menakutkan bagi Arumi. Malam musim panas yang seharusnya indah berubah menjadi mimpi buruk baginya. Sementara tubuhnya terus bergetar di bawah tekanan pria yang dulu pernah mengisi masa lalunya dengan tangan lelaki itu yang sudah tak bisa dikendalikan. Arumi sekuat tenaga memberontak. Ini bukan hanya soal bertahan. Ini tentang harga diri dan kehormatan.***** Jordhy berlari kencang menyusul Arumi yang ternyata meninggalkannya. Beruntung, dia masih bisa melihat ke mana arah Arumi melarikan diri dan lekas mengejarnya. Kakinya nyaris tak menyentuh tanah saat ia menerobos lorong-lorong sempit Le Marais, matanya menatap lurus ke depan, berusaha mengikuti bayangan Arumi. Tadi, dirinya cukup jauh tertinggal. Kini sang bidadari yang dicarinya selama ini, menghilang begitu cepat. Malam musim panas di Paris seharusnya penuh romansa. Ud

  • ISTRI BERCADARKU TERNYATA ....   BAB 53B

    Namun, kondisi badan yang memang tengah hamil muda selalu membuatnya cepat lelah. Napasnya kian berat saat ia melewati deretan bangunan di Le Marais yang semakin sunyi ketika akhirnya Arumi memutuskan untuk berhenti.Arumi berhenti di tepi jalan sambil sesekali menoleh ke belakang. Namun, sialnya tampak dari kejauhan, Jordhy mengejar. Arumi yang panik, lekas mencari tempat untuk bersembunyi. Matanya menemukan sebuah mobil yang baru saja terparkir di sudut jalan, diapit oleh dua bangunan. Tanpa berpikir panjang, ia berlari ke sana dan menunduk, bersembunyi di balik kap mobil, berharap Jordhy tidak akan menemukannya. Arumi akhirnya merasa lega dan bisa mengatur napasnya. Dia sejenak memejamkan mata, mencoba menenangkan hatinya. Beberapa detik, cukup untuknya menenangkan perasaan. Namun, tiba-tiba, sebuah tangan kuat menyergapnya dari samping, menariknya dengan paksa. Sebelum ia bisa berteriak, tangan itu menutup mulutnya, dan tubuhnya diseret ke dalam mobil.Pintu mobil terbanting, dan

  • ISTRI BERCADARKU TERNYATA ....   BAB 53A

    Dada Arumi mulai berdegub kencang. Tenggorokkannya mulai terasa kering sekarang. Jordhy kembali memainkan petikan gitar, lalu berhenti dan melempar wig yang dipakainya. Setelah itu dia menatap ke arah Arumi, berdiri dan meletakkan gitar, lalu setelahnya berjongkok di depan semua orang, tetapi fokus terarah pada Arumi. Dia mengeluarkan sesuatu dari dalam jaketnya dan disodorkan ke arah Arumi. “Di hadapan Kota Paris yang indah ini! Aku ingin merujukmu kembali, Arumi Sabia Zahra Binti Khaidir Sabarudin Salim! Kembalilah jadi istriku! Tolong, berikan aku kesempatan kedua!” Jordhy mengeluarkan sebuah cincin berlian dan di arahkan kepada Arumi. Sorak sorai dan tepuk tangan terdengar. Para pengunjung café mengira, mereka sepasang kekasih yang saling mencintai dan tengah melakukan lamaran yang romantis. Riuh rendah obrolan dan cuitan yang mengatakan kalau mereka begitu romantis dan fenomenal.Arumi meremas gelas kertas yang sudah hampir kosong. Sepasang netranya mengembun menatap sosok yan

  • ISTRI BERCADARKU TERNYATA ....   BAB 52B

    Arumi menarik napas panjang. Pelanggan yang benar-benar aneh, pikirnya. Namun, demi menghargai sang pelanggan, Arumi tersenyum dan kembali berbicara. “Adukan pada Tuhan! Bukankah segala sesuatu itu bermuara pada-Nya.” Jordhy bergeming, sepasang netranya memancarkan harapan. Ya, dia masih punya Tuhan. Bukankah perlahan-lahan hatinya terasa mulai membaik setelah dia belajar mendekati Tuhan. “Terima kasih, Mbak. Terima kasih masukkannya. Boleh saya minta pendapat satu hal lagi?” Tanya Jordhy kembali.“Ya, silakan!” “Apakah Mbak percaya, jika selalu ada kesempatan kedua?” tanya Jordhy sambil menatap lekat sepasang mata indah yang tiba-tiba seperti menatap kosong. Arumi sesekali memijit kepala. Jordhy mengira, Arumi pusing atas pertanyaan-pertanyaannya.“Kesempatan itu berjalan seiring dengan perubahan. Hanya benda mati yang tak bisa berubah atau tak mau berubah.” Arumi menjawab diplomatis dan itu membuat Jordhy tak puas dengan jawabannya. Dia pun bertanya lagi sambil menaikkan satu ali

  • ISTRI BERCADARKU TERNYATA ....   BAB 52A

    Arumi bergeming sejenak, lalu menatap jam tangan yang melingkar pada tangannya. “Bisakah? Sebentar saja, sekalian ada hal khusus yang ingin saya bicarakan empat mata?” tanya Jordhy penuh harap sambil menatap lekat perempuan bergamis biru laut di depannya yang tampak sedang berpikir. “Hmmm … baiklah.” “Terima kasih.” Rasanya jantungnya hampir melompat keluar dari tempatnya ketika mendengar persetujuan Arumi. Senyum bahagia tersungging tanpa bisa ia cegah. Ada yang mengalir hangat di dalam dadanya. Dia tak ubahnya seperti seorang remaja yang tengah puber dan mendapatkan respon positif dari gadis incarannya. Jordhy lupa, usia sudah kepala tiga. Jordhy lekas menunggu diluar, sedangkan Arumi tampak tengah berbincang dengan para pegawainya yang berjumlah kurang lebih tiga orang. Jordhy mengamati siluet tubuh Arumi yang berdiri elegan sambil berbicara pada para pegawai. Gerakan tangannya, gesture tubuhnya dan segala tentang Arumi, Jordhy suka. Dia benar-benar sudah dibuat tenggelam ke d

  • ISTRI BERCADARKU TERNYATA ....   BAB 51C

    Satu sore, setelah minggu-minggu berlalu dan uang yang terkumpul sudah lumayan, Jordhy memutuskan untuk kembali mendatangi butik Arumi. Hanya saja, dia tampak tak suka melihat Kevandra baru keluar dari sana dan melambaikan tangan. Entah apa yang mereka bicarakan. Namun, sorot mata Kevandra mampu membuat batin Jordhy meletup-letup tak karuan. Apalagi sepasang netra Arumi yang menyipit tanda sedang tersenyum di balik cadar. Jordhy berdiri dan berpura-pura saja melihat-lihat koleksi yang ada. Juga bersembunyi, khawatir Kevandra mengenalinya.Tiba giliran dia untuk bertemu Arumi. Diserahkannya dengan sumringah hasil dari dia menjadi musisi jalanan beberapa waktu yang lalu untuk mencicil gaun yang dipesannya untuk sang istri. Dia melirik ke atas meja, tampak dua botol berisi kapsul yang sepertinya vitamin terletak di atas meja Arumi. Apakah Arumi sakit sampai harus meminum vitamin sebanyak itu? “Cicilan untuk gaun istimewa untuk istri saya tercinta!” tutur Jordhy. “Biar Rosa yang tangan

  • ISTRI BERCADARKU TERNYATA ....   BAB 51B

    “Ahmmm … Masnya bukan orang Paris, ya? Dari nada bicaranya, hmmm … apa Masnya ini orang Indonesia?” tebak Arumi setelah menyadari jika logat berbicara Jordhy sedkit berbeda dengan dialek orang-orang Paris lainnya, juga wajah yang terasa familiar itu. Jordhy tersenyum dan mengangguk. “Betul, Madame! Saya orang Indonesia! Senang bertemu dengan perempuan hebat yang berkarir cemerlang seperti Anda di sini! Saya Durov!” Jordhy memperkenalkan diri sambil menyelipkan pujian untuk sang mantan istri. Tentunya Arumi memang perempuan hebat. “Betul rupanya kecurigaan saya, wajah-wajahnya seperti familiar, rupanya orang Indonesia!” tutur Arumi sambil tersenyum ramah, lalu percakapan berlanjut dengan Bahasa Indonesia. Beruntung, Arumi pun tampak tak bertanya terkait rasa pernah mengenalinya itu lagi. Pembahasanpun berlanjut tentang sebuah gaun istimewa yang akan Jordhy pesankan untuk sang istri. Sementara Arumi sibuk mencatat setiap permintaan Jordhy terkait kriteria gaunnya. Arumi tak tahu jika

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status