Keesokan harinya, seorang pekerja proyek berteriak“Ada mayat!” teriakan perkerja itu membuat pekerja lainnya mendekati , mayat pria gempal, sudah terbujur kaku.“Ia pasti bunuh diri semalam, aku akan lopor pada polisi,”ucap pengawas proyek.Menit berjalan, polisi sudah mengevakuasi pria gempal itu, dugaan sementara bunuh diri, karena tidak ditemukan jejak, ataupun sidik jari selain sidik jari korban.Detektif yang disewa Alan, terkejut, lalu segera melaporkan kejadian pada Alan.Alan , Zahira dan sang detektif duduk di dalam kediaman Alan.“Apa menurutmu pria itu bunuh diri?”tanya Alan“Dugaan sementara bunuh diri, menurut polisi, pria itu frustasi, dengan penyakit istrinya yang tak kunjung sembuh, ditambah lagi anaknya yang minta melanjutkan sekolah, begitulah yang aku dapat dari polisi setelah menyelidiki latar belakang pria itu,”jelas detektif“Apa polisi tidak melakukan outopsi?”tanya Zahira“Outopsi dilakukan jika pihak keluarga menginginkannya, “jawab sang detektif“Mas A
Istri preman, yang tewas, dan zahira mendatangi kantor polisi, dan meminta untuk melakukan outopsi pada jenazah.“Satu minggu lagi hasil outopsi. Dan ini barang terakhir korban.”polisi menyerahkan kantong plastik kepada istri preman.“Apakah hanya ini, kenapa ponselnya hilang?”“Hanya itu yang kami dapati, jam tangan, sepatu dan pakaian korban,”jawab polisi.Wanita itu menatap Zahira, seakan mengatakan memang ada sesuatu yang aneh.Zahira hanya mengangguk kecil dan berbisik, “Setelah outopsi akan jelas, penyebab kematiannya, saat ini tidak ada satupun sidik jari orang lain,”jelas ZahiraSetelah keperluan di kantor polisi selesai, Zahira mengantarkan istri preman sampai depan rumah kecilnya.“Nomer ponsel saya, buat rekening di bank, yayasan merpati biru akan menjadi donatur tetap untuk kalian berdua,”suruh Zahira, sambil menyerahkan kertu nama pada wanita di depannya.”Pakailah untuk kebutuhan Anda saat ini, saya akan mentranfer uang berkala untuk pengobatan, dan daftarkan putrimu un
“Tapi maaf, pak Bagas, ini hanyalah foto dan rekaman, Pak Alan yang berkativitas di kantor, Via adalah sekertaris Pak Alan, jadi wajar jika merekam, aktivitas bosnya,”bantah Pengacara Via.“Lakukan pengeledahan di rumah Via, kita akan lihat di sana,”pinta Bagas.“Persidangan akan dilanjutkan pekan depan, dan saat ini perintahkan untuk melakukan pengeledahan di rumah Via!”perintah hakimVia yang masih menunduk hanya tersenyum, sinis. Semua yang hadir di ruang sidang meninggalkan ruang persidangan. Sesampainya diluar, Alan diserang oleh beberapa wanita.“Kamu laki-laki bejat, bisa-bisanya, melampiaskan hasratmu pada sekertarismu!”teriakan seorang wanita sambil melempari Alan dengan batu yang hampir mengenai ZahiraAlan melindungi Zahira dengan tubuhnya, dan segera menuju mobil. “Zahira besok, kamu tidak usah ikut, mereka terlalu bar-bar, padahal belum ada putusan siapa yang salah, sudah main hakim,” gerutu Alan,”sambil menyetir.“Jangan pikirkan aku, persiapkan lagi persidangan ke
Alan menghela napas panjang, duduk di kursi terdakwa, sedangkan Zahira duduk di kursi deretan paling depan, kali ini Risma, juga hadir karena akan menjadi saksi dari pihak Alan.Seorang hakim, sudah memasuki ruangan pengadilan, semuanya tampak tegang.Hakim mempersilahkan untuk mulai sidang, kali ini Risma, bersaksi.“Via, pernah mengatakan padaku, jika ia sangat mencintai Alan, dan aku dimintanya untuk mendukungnya, tentu aku tidak setuju dengan keiginannya itu,”jelas Risma.“Aku rasa saksi ini tidak berkompeten dalam persidangan, karena ia adalah ibu kandung dari tersangka,”tukas pengacara Via.“Tapi itu kenyataan yang sebenarnya, Pak hakim, “sarkas Risma“Saya keberatan dengan apa yang dikatakan Saksi,”sahut pengacara Via lagi dengan lantang.“Keberatan diterima, Anda tidak dapat mengungkapkan pernyataan, tanpa bukti yang jelas, karena anda tentu akan memihak tersangka,”ungkap Hakim dengan tegas.Alan dan taem pengacaranya sangat kecewa. Lalu Bagas memperlihatkan foto Alan yang be
Zahira menghela napas, menatap lekat wajah Alan, yang terlihat cemas, reputasi yang dibangunannya seketika hancur, bisnis yang baru dirintisnya juga hancur, kerena ada beberapa klien membatalkan niatnya untuk bekerja sama dengan PT Wirasatya.“Apa yang harus kita lakukan, apa kita menunggu penyelidikan polisi tanpa bertindak apapun?”Alan bertanya seraya menatap dua orang yaitu detektif dan pengacaranya.“Aku akan mencari petunjuk lagi, jika kita menemukan pembunuh preman, mudah-mudahan rekaman itu tidak dimusnahkan, karena hanya rekaman itu yang menunjukan kebohongan Via,”jelas detektif.“Jika jalan itu buntu, kita harus bisa bekerja sama dengan Via, dengan menyuruh mencabut tuntutan, itu, tentu saja, dengan sebuah kompensasi.”“Apa maksud Pak Bagas dengan kompensasi?”“Kita bisa memberikan uang yang ia inginkan?”saran Pak Bagas.“Itu bearati, aku mengakui, jika telah melakukan pelecehan terhadapnya, aku tidak mau, aku harus bisa menunjukkan kebohongannya!”tukas Alan“Lagi pula, buk
Malam hari tiba, Bagas baru saja membuka ponselnya dan melihat pesan Zahira, ia terkejut, karena Zahira berhasil menemukan rekaman itu. Bagas menelepon Zahira, tapi ponsel Zahira tidak aktif, lalu Bagas beralih menelepon Alan.“Hallo, Pak Alan, di mana Zahira, kenapa ponselnya tidak aktif?”“Zahira belum kembali ke rumah, Pak, aku juga menelepon dari dua jam yang lalu tapi masih tidak aktif, apa ada yang penting ?”“Aku baru saja, melihat rekaman vidio yang dikirimkan Zahira, vidio dikirim, sekitar dua jam yang lalu,tadi ada rapat, jadi aku mematikan ponselku,”jelas Bagas“Vidio, apa?”“Vidio rekaman Via dan kebohongannya. Zahira berhasil menemukannya, kita harus bicara masalah ini, untuk mempersiapkan sidang berikutnya,”jelas Bagas.“Benarkah Zahira berhasil menemukannya, kenapa dia tidak memberitahukan padaku?”“Hubungi terus Zahira, siapa tahu tersambung, kita bertemu di kantorku sekarang juga!”titah Bagas pada Alan.Lalu Bagas mengakhiri pembicaraannya. Sementara Alan, justru te
Dua tahun kemudian....Tubuh Alan, yang terpasang berbagai alat kesehatan, tampak bergerak, seorang perawat langsung menghubungi dokter.“Apa ada tanda-tanda, Pak Alan sadar dari koma?”tanya dokter.“Tangannya bergerak, coba perhatikan dokter,”jawab perawat“Iya, denyut jantungnya semakin cepat, aku rasa Pak Alan akan segera sadar. “Benar yang dikatakan dokter, suara terdengar dari bibir Alan, walau belum begitu jelas.“Za...hi...ra..,”suara Alan lirih memanggil nama Zahira.“Pak Alan, Anda sudah sadar, aku akan membuka alat oksigen ini,”Dokter segera melepaskan peralatan oksigen.“Za...hira...”lirih Alan lagi sembari matanya mengedar dan menatap dokter dan perawat di depannya.“Pak Alan, Anda baru sadar dari koma, akibat kecelakaan, jadi tenanglah dulu,”pinta Dokter memeriksa kondisi Alan, lalu menyuntikan obat. Dan sesaat Alan kembali tidur.“Aku takut jika dia mendengar kabar dua tahun ini, akan shock, sementara tubuhnya belum siap, untuk tujuh hari ke depan, jangan beri tahu te
Lukisan yang sempurna, telah tertuang dalam kanvas, ketukan pintu membuat pria bertubuh kekar menghentikan aktivitasnya.“Maaf Tuan Nicolas, ada Tuan Baron sedang menunggu Anda?”ucap seorang wanita dengan sopan“Baiklah, aku segera menemuinya, bawa tamu itu, di ruang kerja.”“Baik Tuan.”Wanita yang berprofesi sebagai pengurus rumah itu kembali menutup pintu.“Zanet, kita sudahi dulu hari ini, kamu dan Rena biar istirahat, lihatlah gadis mungil itu terihat mengantuk,”suara pria yang dipanggi Nicolas“Baik Nic, aku juga sudah mulai bosan, bolehkan aku pergi jalan –jalan besok?”“Tentu saja.”Wanita yang bernama, Zaneta, bangkit berdiri, seraya masih mengendong anak kecil, berusia hampir dua tahun, lalu berjalan keluar kamar.Sementara Nicolas, membereskan perlengkapan lukisnya, setelah itu menuju ruang kerjanya.Setelah membukan pintu dan menutup kembali pintu, Nocolas tersenyum kearah pria bertato hampir di seluruh tangannya.“Bagaimana, apa kalian nyaman tinggal disini dengan ident
Hari terus belalu, Zahira semakin menikmati kehidupannya. Fatima, mengajaknya untuk mengaji di pesantren, dan sedikit-demi sedikit Zahira mulai menjalan ibadah.“Zahira, jika ingatanmu pulih, ibu berharap, kamu tidak usah rujuk dengan Alan,”titah Bu Fatima“Kenapa?”“Karena selama kamu menjadi istrinya, kamu menderita, kamu tidak bahagia,”jawab Fatima“Tapi, Mas Alan adalah ayah kandung Rena. ““Rasid bisa menjadi ayah yang baik untuk Rena,”tegas FatimaZahira hanya terdiam.”Aku akan memutuskan, jika ingatanku sudah kembali,”jawab ZahiraZahira duduk di pendopo bersama santri wanita, ia dengan hikmat mendengarkan tausiah yang dibawakan Nyi Hanum, sekitar dua jam, selesai.“Zahira, bisa kita bicara?”ucap Nyi Hanum“Bisa Nyi Hanum.”Lalu keduanya berjalan kearah gazebo. Bagaimana kabarmu?”tanya Nyi Hanum“Baik, saya menjalani hipnoterapi oleh dokter Reha.”“Alhamdulilah, begitu banyak kejadian, yang menimpa kehidupanmu, aku senang kamu dapat melewatinya, satu minggu lagi, Rasid akan kem
Rita dan sang sopir yang mendengar suara tembakan saling pandang dan terkejut, lalu, tanpa berpikir panjang, kedua orang itu memberesi pakaiannya, dan pergi menyelinap, keluar dari vila, mereka tidak mau terlibat masalah hukum.“Cepat kita harus pergi, sebelum polisi datang,”ajak RitaTapi keduanya terlambat, polisi sudah sampai di pintu pagar dan menangkap kedua pasangan itu.Dua orang polisi bergegas masuk ke dalam vila, dan mereka menemukan tubuh pria yang tergeletak di lantai kamar tidur dengan darah mengucur deras.Zahira histeris”Nico!..teriaknya sambil menangis dan juga Rena ikut menangis dalam dekapan Zahira, sementara Alan masih terduduk menatap tubuh Abram, yang telah tewas.Polisi membawa Alan dan Zahira keluar kamar dan mengamankan TKP.Polisi wanita membawa Zahira yang masih ketakutan dan shock, kemudian Roy dan Santi terlihat berjalan ke arah halaman, keduanya bernapas lega mendapati Alan selamat walau telihat shock.“Syukurlah, Pak Alan berhasil menyelamatkan Bu Zahir
Tidak ada pemeriksaan yang ketat waktu memasuki halaman, keduanya turun dari mobil, disana terlihat Baron, sudah menunggu diambang pintu.“Kamu sudah siapkan uangnya ‘kan, untukku, aku ingin uang cash,”bisik Baron pada Santi.“Tentu saja, aku sudah siapkan, begitu kami selesai, Pak Baron bisa mengambil uang itu,”jawab Santi dengan tenang.Baron tersenyum, lalu mengajak Roy dan Santi memasuki villa mewah dan menuju ke sebuah studio, mata Santi mengedar ke semua ruangan.“Villa ini sangat klaisik dan indah,”ucap RoySeorang wanita turun menuruni tangga sambil mengendong anak kecil saat itu jaga Roy diam –diam mengarahkan ponselnya dan merekamnya.“Siapa wanita itu?”tanya Santi“Dia istri Tuan Nicolas, “jawab Baron, lalu membuka pintu studio dan ketiganya masuk, disana ada Abram, yang sudah menunggu.“Oh jadi ini Tuan Nicolas, suatu kehormatan bagi saya, bisa bertemu dengan pelukisnya langsung,”kata Roy“Aku bersedia untuk diwawancarai, tapi tidak berkenan, jika wajah di ekspos, cukup
Alan semakin geram, dentuman musik semakin keras, hingga Alan sudah tidak bisa mendengar percakapan Amanda dan Baron, tapi setidaknya ia tahu, jika Abram dan Zahira masih hidup, dan tinggal di vila puncak bukit, dengan segera, Alan melangkahkan kaki dan pergi keluar night klup.Alan sangat marah, jika benar Abram, selama ini menyembunyikan Zahira bahkan membuat Zahira hilang ingatan dengan obat –obat terlarang.Alan menaiki taksi yang masih menunggunya, dia sudah tak sabar untuk memastikan jika Zahira dan Abram, masih hidup. Setelah sampai di hotel, Alan memanggil Roy dan Santi ke dalam kamarnya.“Duduklah kalian,”suruh Alan dengan wajah serius, membuat kedua stafnya itu saling tatap dan takut.“Ada apa Pak Alan, apa kami membuat kesalahan?”tanya Roy“Tidak, ini bukan masalah pekerjaan, aku membutuhkan bantuan kalian,”balas Alan“Bantuan, apa, Pak?”tanya Santi penasaranAlan menghela napas sejenak, dan kembali serius.“Aku tidak sengaja, melihat Amanda, dan aku bertemu denganya. D
Semantar itu di viila, terlihat Amanda sedang berbicara serius dengan Abram“Apa kamu yakin itu Alan?”“Sangat yakin, tapi aku rasa dia ke Bali, karena urusan pekerjaan, karena Alan bersama dua stafnya,”ungkap Amanda“Tenanglah, mereka tidak akan sampai di pengunungan ini,”jawab Abram“Lebih baik kamu waspada, dan percepat pernikahanmu dengan Zahira, karena Zahira juga mulai meningat dirinya waktu kamu akan menodainya, ia bermminpi tentang itu,”jelas Amanda“Apa Zahira bercerita tentang itu padamu?”“Iya dia mengatakan jika bermimpi ada seorang pria yang mencoba menodainya dan menyayat dada pria itu dengan pisau.”Abram terdiam, ia berpikir tentang pagi ini kenapa Zahira menanyakan tentang luka di dadanya itu.“Kamu benar, aku segera akan mempercepat pernikahan, dan setelah itu pergi keluar negeri, setelah menikah,”jawab Abram serius“Baiklah , aku pergi dulu,”pamit Amanda.Malam semakin larut, Abram menuju kamar Zahira, setelah mengetuk pintu, Zahira membukakan pintu.“Nico,”“Ak
Zahiar telah siap, wanita itu semakin cantik, membuat Amanda semakin iri dengan saudari tirinya itu, ia sangat beruntung, dicintai dan digilai oleh dua orang pria.“Kamu cantik Zanet. Nicolas sangat beruntung memilikimu,”celoteh AmandaZahira hanya tersenyum, lalu keduanya berjalan menuju mobil Amanda, diikuti Abram.“Aku akan mengantar Zanet kembali ke sini,”ucap Amanda pada AbramAbram, hanya tersenyum, dan mengangguk, lalu Zahira dan Amanda memasuki mobil dan berlahan mobil pun keluar melewati pagar tinggi.“Amanda,seperti apa Nicolas waktu kuliah?”“Heumm...dia introvet,lebih senang menyendiri dan tak banyak memiliki teman, sebenarnya aku juga tidak dekat denganya,setelah lulus dari universiras, aku tidak tahu lagi kabarnya, dan bertemu, secara tak sengaja, di Bali, kerena aku ingin membeli karya lukisan,”Amanda berusaha mengarang cerita.Zahira tampak sedih. “kita akan pergi ke mana?”tanya Zahira“Aku dengar dari Nico, kalian akan melakukan pernikahan ulang ‘kan, jadi aku akan m
Alan menatap begitu lama villa mewah di atas bukit, area di dalam vila sudah tertutup korden, hingga tak terlihat apapun dari luar , ada dua penjaga yang terlihat di pintu gerbang masuk. Alan lalu menghela napas berat dan menurunkan teropongnya, kembali duduk di kursi, pikiran tertuju pada Zahira, diingantanya setiap moment yamg indah, bersama istri bercadarnya itu, berharap ada sebuah keajaiban yang terjadi.Malam semakin larut, Zahira sudah tertidur lelap di kamarnya, tiba-tiba ia berteriak.“Lepaskan!” lalu tersentak bangun dari tidurnya, keringat dingin mulai mengucur di dahinya padahal ruangan berACZahira mengusap wajahnya pelan. Ini ketiga kali aku mimpi yang sama, ada seorang lelaki yang ingin menodaiku, hingga aku melukainya dengan pisau di dadanya, apa ini sekedar mimpi, atau bagian dari masa laluku, batin Zahira.Semalaman Zahira tidak bisa tidur, ia duduk bersandar di pungung sandaran ranjang, memikirkan tentang mimpi yang sama, selama tiga hari ini. Semenjak ia tidak m
Sementara itu di vila lain, zahira sedang menatap wajahnya menyisir rambutnya dan menatap manik hitam yang mengkilat. Lalu terlihat Rita mengetuk pintu dan kemudian masuk“Nyonya Zanet, waktunya untuk mewarni rambut, lihat rambut Nyonya sudah terlihat menghitam.”“Aku tidak mau mewarni rambutku, aku ingin rambut alamiku yang hitam,” jawab Zahira sambil terus menyisir.“Tapi Nyonya , nanti Tuan Nico, marah.”Zahira menatap asistennya, aku yang akan bicara nanti, sekarang bersiap-siaplah, kita akan keluar jalan-jalan, aku sudah minta izin Nico,”suruh Zahira“Baiklah, “jawab RitaBeberapa saat kemudian Zahira telah rapi, kali ini ia mengenakan celana kain, dengan blouse warna pink lembut, lalu menuju keluar kamar“Kamu akan jalan-jalan?”tanya Abram“Iya, Nico, hanya tiga jam, saja,”ucap Zahira.“Hati-hati,”balas AbramLalu Zahira dan Rita yang mengendong Rena, keluar menuju mobilnya. Telihat sang sopir sudah menunggu, dan langsung menancap gas, begitu Rita dan Zahira masuk ke dalam mo
Kembali ke kota Jakarta, Alan sedang memimpin rapat di Wira Campany, semua antusias menyambut Alan, yang langsung menjabat CEO Wira Campany.“Sejak Bapak koma, akhirnya Pak Bagas memutuskan mengabungan projek PT Wirasatya di Wira Campany dan pembangunan pabrik farmasi suduh berjalan lancar,”salah satu team menjemen berucap.“Aku akan fokus pada Wira Campany, PT Wirasatya saya nyatakan bergabung dalam Wira Campany,”jawab Alan.“Ada beberapa projek yang suduh masuk, apa Pak Alan sudah siap membahasnya?”“Jelaskan saja, projek apa saja yang sudah masuk!”perintah Alan“Porjek pembangunan bendungan di Bandung, projek pembangunan sekolah di Semarang, dan projek pembangun hotel dan resort di Bali,”jelas stafAlan tampak berpikir sambil menatap berkas, ditanganya.“Kita bentuk tiga team, dan aku sendiri akan masuk dalam team, pembagunan hotel dan resort di Bali,”jawab Alan“Baik Pak, kami akan bentuk 3 team,untuk menyelesaikan ketiga projek kita,”jawab staf.Rapat pun berakhir, Alan kembali